HG 5 - Nilai Dan Keyakinan
HG 5 - Nilai Dan Keyakinan
KELAS C
HOME GROUP V
Disusun oleh:
Citra Hafilah Shabrina 1106089041
Dara Mustika
1106020466
Hanun Isna Mutia
1106012520
Ijang Awaludin
1106015491
Shofura Qonita Lillah
1106089086
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena atas kelimpahkan
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Konsep Nilai dan Keyakinan pada Anak. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak 3, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
atas bantuan, dorongan, dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tim
penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nani Nurhaeni, MN. selaku
Dosen Pembimbing Mata Ajar Keperawatan Anak 3 pada kelas C serta berbagai
pihak yang ikut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Tim penyusun
menyadari isi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena, itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Tim penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL1
KATA PENGANTAR..2
DAFTAR ISI4
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar belakang......4
Rumusan masalah.5
Tujuan penulisan..5
Metode penulisan.6
Sistematika penulisan...7
BAB IV PEMBAHASAN
A. Manfaat dari Konsep At Risk.....................................................19
B. Asuhan Keperawatan pada Kasus.............................................19
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................41
B. Saran.........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.........43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang
rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh dan fisiologis
tubuh mereka yang belum sempurna. Sebagian besar penyakit anak tidak
berbahaya dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara. Beberapa jenis
lainnya sangat berbahaya, bahkan mengancam jiwa. Gangguan kesehatan pada
anak dan bayi merupakan kumulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh
langsung ataupun tidak langsung.
Konferensi internasional tentang at risk factors and the health nutrition of
children, mengelompokkan faktor-faktor tersebut (berpengaruh langsung ataupun
tidak langsung) menjadi 3 kelompok, yaitu at risk factors yang bersumber dari
masyarakat meliputi struktur politik, kebijakan pemerintah, ketersediaan pangan,
prevalensi berbagai pelayanan kesehatan, tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan
iklim. At risk factors yang bersumber pada keluarga mencakup tingkat
pendidikan, status pekerjaan, penghasilan, keadaan perumahan, besarnya keluarga
dan karakteristik khusus setiap keluarga dan at risk factors yang bersumber pada
3
individu anak meliputi usia ibu, jarak lahir terhadap kakaknya, berat lahir, laju
pertumbuhan, pemafaatan ASI, imunisasi, dan penyakit infeksi. Ketiga kelompok
faktor itu secara bersama-sama menciptakan suatu kondisi yang membawa
dampak tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak akibat makanan yang tidak
adekuat atau tidak sesuai dengan tumbuh kembangnya (Mochji, 1992).
Risiko kurang gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah
atau masyarakat bahkan keluarga. Artinya, andaikan disuatu desa terdapat
sejumlah anak yang menderita gizi kurang dan tidak segera menjadi perhatian
karena anak tidak tampak sakit. Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita
lebih kompleks, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari
berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Artinya, tidak hanya
memperbaiki aspek makanan saja tetapi juga lingkungan hidup anak seperti pada
pengasuhan, pendidikan ibu, air bersih, kesehatan lingkungan, mutu layanan
kesehatan dan sebagainya (Supariasa, 2004).
Anak bukanlah miniatur dari orang dewasa, mereka berbeda. Merawat dan
mengasuh bayi semestinya bisa menjadi hal yang menyenangkan dan minim
masalah jika orang tua bisa bertindak dengan tepat. Satu tahun pertama bayi
adalah masa-masa penting menentukan perkembangannya kelak terutama
perkembangan
fisik,
bahasa,
intelektual,
sosial,
sikap,
dan
perilaku.
4.
5.
6.
7.
8.
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep vulnerabilitas (rentan) dan
konsep risiko.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep tumbuh kembang pada
bayi.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep nilai dan keyakinan serta
masalah yang muncul terkait dengan kasus.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahamikonsep neonatus sebagai individu
beresiko.
5. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada neonatus terkait
nilai dan keyakinan ibu.
D. Metode Penulisan
Metode penyusunan makalah yang digunakan adalah problem based
learning dan studi pustaka. Hal pertama yang dilakukan adalah brain storming
terkait kasus yang diberikan. Kemudian, membuat poin-poin penting terkait
kasus dan mengelompokkannya untuk dicari bahan literaturnya oleh setiap
individu. Pencarian materi dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai
literatur dan pencarian melalui internet. Selanjutnya melakukan diskusi dari
hasil studi pustaka yang didapat serta mensintesinya dan mengambil
kesimpulan tentang kasus yang diberikan.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan. Bab dua berisi tinjauan pustaka. Bab tiga terdiri dari
analisa dan aplikasi konsep at risk. Bab empat terdiri dari pembahasan. Bab
lima penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Vulnerabilitas (Rentan) dan Konsep Risiko
Konsep vulnerabilitas dan resiko ini sering sulit sepenuhnya dimengeri
oleh perawat karena faktor-faktor yang menyebabkan keduanya. Walaupun
kedua konsep ini saling berhubungan, namun terdapat perbedaan diantara
keduanya. Resiko sering dikaitkan DENGAN perumusan sebuah penyakit.
Dalam ilmu epidemiologi, resiko mengarah pada kondisi kesehatan yang
dihasilkan dari interaksi beberapa faktor seperti genetik, pola hidup dan fisik
serta lingkungan sosial (Karen & Sharyn, 2009). Dari beberapa faktor ini
memungkinkan seseorang terpapar masalah kesehatan.
Risiko dapat ditemukan dalam berbagai kategori menurut Stanhope dan
Lancaster (2004), yaitu:
1. Risiko Usia dan Biologis
Risiko usia dan biologis meliputi faktor genetika atau kondisi
fisik tertentu yang dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Pertambahan usia tentunya menyebabkan terjadinya
perubahan baik dalam bentuk peningkatan ataupun penurunan
kondisi fisik seseorang dimana setiap fase kehidupan memiliki
kekhasannya masing-masing.
2. Risiko Sosial
Risiko sosial dapat berupa ketidakharmonisan dalam
keluarga, kriminalitas tinggi, lingkungan tercemar, kebisingan dan
tercemar zat kimia, kurang rekreasi, dan tingginya stress
lingkungan seperti diskriminasi ras dan kultural serta sulitnya akses
dengan
perubahan-perubahan
yang
ada
dalam
rentan karena kelemahan fisik, fisiologis atau lingkungan kesehatan. Ada pula
yang berpendapat seseorang rentan karena umur, perilaku yang berhubungan
dengan resikonya, dan tidak ada atau kurang akses ke pelayanan kesehatan.
Konsep vulnaberabilitas sendiri sering dihubungkan dengan kemiskinan,
tidak memadainya jaringan dan dukungan interpersonal terdegradasinya
hubungan lingkungan dan bertetangga.
Bertumpuknya risiko yang dimiliki oleh individu dapat menyebabkan
terjadinya kerentanan (vulnerable) pada individu tersebut. Keadaan rentan
yang dialami oleh suatu populasi dapat mengarah kepada vulnerable
population yaitu populasi yang memiliki risiko tinggi terjadinya masalah
kesehatan dibandingkan populasi lain akibat suatu kondisi dan karakteristik
tertentu. Kakteristik lainnya dari vulnerable population mencakup beberapa
faktor yaitu (1) pendapatan dan pendidikan (2) usia dan jenis kelamin (3) ras
dan etnik (4) penyakit kronik dan disabilitas (5) Penderita HIV/ AIDS (6)
penyakit mental dan disabilitas (7) penyalahgunaan alkohol dan narkotika (8)
kekerasan dalam keluarga (9) tuna wisma (10) risiko bunuh diri dan
pembunuhan. (Aday, 2001 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010.
Populasi berisiko (population at risk) adalah kumpulan orang-orang
dengan masalah kesehatan yang kemungkinan akan berkembang karena
dipengaruhi oleh adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Allender,
Rector, & Warner, 2010). Risiko ini dapat ditemukan dalam berbagai kategori
meliputi risiko usia dan biologis, risiko sosial, risiko ekonomi, risiko gaya
hidup dan risiko peristiwa kehidupan (Stanhope & Lancaster, 2004).
B. Tumbuh Kembang pada Bayi
Tumbuh kembang merupakan proses peningkatan dan matangnya
seluruh aspek baik fisik maupun psikis. Proses tumbuh kembang yang
dialami oleh bayi tentu akan sangat dinantikan oleh para orang tua terutama
ibu. Tentu memperhatikan proses tumbuh kembang buah hati sendiri adalah
suatu hal yang berkesan dan menyenangkan, karena setiap hari, minggu, dan
bulan para orang tua bisa melihat pertambahan ukuran dan perubahan yang
dialami bayinya.
Berikut tahapan tumbuh kembang bayi berdasarkan usia :
1. Usia 1 bulan
baru
Memiliki gerakan refleks alami.
Memiliki kepekaan terhadap sentuhan.
Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian tubuh yang disentuh.
Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum.
Komunikasi yang digunakan adalah menangis. Arti dari tangisan itu
sendiri akan anda ketahui setelah mengenal tangisannya, apakah ia
11
BAB III
ANALISA DAN APLIKASI KONSEP AT RISK
A. Kasus
Seorang bayi baru lahir berusia satu hari dilahirkan di rumah. Bayi
tampak rewel dan menangis karena lapar. Ibu mengatakan ASI belum
diberikan kepada bayi tersebut karena ASI belum ada. Kemudian Ibu
memberikan pisang pada bayi sehingga bayi tampak lebih tenang dan tidur
dengan nyenyak. Pemberian pisang sebanyak 3 x sehari hingga bayi berusia
satu bulan.
B. Pembahasan
Fisiologi ASI
PAda masa kehamilan estrogen dan progesteron diproduksi dalam jumlah
besar dan menrangsang sistem duktus dan alveolus payudara. Hal ini
menyebabkan proliferasi dan diferensiasi glandula mammae dan kolostrum
yang menyerupai serum, jernih, dan encer yang disekresi saat bulan ketiga
kehamilan. Kolostrum terus disekresikan hingga kehamilan cukup bulan.
Namun, kadar estrogen yang tinggi selama kehamilan menginhibisi
pengikatan prolaktin (hPL) dalam jaringan payudara, sehingga air susu
tidak dihasilkan. Setelah melahirkan kadar estrogen dan progesteron dan
hCS (human chorionic somatomammotropin) turun secara tajam, dan hPL
merangsang alveoli mammae untuk memproduksi air susu. Kadar optimal
insulin serta hormon tiroid dan adrenal berperan sekunder dalam laktasi.
Pengisapan oleh bayi tidak diperlukan untuk mengawali laktasi.
Namun,
menyusui
diperlukan
untuk
produksi
air
susu
yang
12
konsep
budaya
Leininger,
karakteristik
budaya
dapat
13
14
15
abdomen. Hati janin mulai menyimpan zat besi sejak masih dalam
kandungan ibu. Jika ibu memiliki asupan zat besi yang cukup, maka janin
memiliki simpanan zat besi yang cukup pula dan dapat bertahan hingga 5
bulan kehidupan. Dan pada umumnya neonatus masih kekurangan enzim
glukoniltransferase yang berfungsi untuk mengubah bilirubin indirect
menjadi bilirubin direct yang dapat dicerna oleh tubuh. Akibatnya,
neonatus hiperbilirubinemia menjadi fenomena yang tidak asing lagi pada
neonatus.
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Manfaat dari Konsep At Risk
Manfaat dari konsep at risk adalah kita dapat lebih memahami resikoresiko kesehatan yang mungkin terjadi pada bayi. Jika dihubungkan dengan kasus,
maka kita dapat mengetahui bayi tersebut memiliki sistem-sistem dan organ-organ
16
tubuh yang belum matang, baik sistem pencernaan, sistem pernapasan, organ hati,
dan lain sebagainya. Terlebih lagi dengan tambahan faktor resiko seperti
kurangnya pengetahuan ibu terkait pentingnya ASI dan nilai dan keyakinan yang
ibu miliki. Tambahan faktor resiko tersebut bisa menyebabkan semakin
meningkatnya resiko gangguan kesehatan, khususnya pencernaan pada bayi.
Penerapan konsep at risk , meskipun pada kasus belum dikatakan bayi mengalami
gangguan pencernaan, namun kita dapat memahami jika tidak segera diatasi,
maka bayi dapat mengalami gangguan pencernaan, gangguan keseimbangan
nutrisi, dan bahkan berdampak pada perlambatan tumbuh kembang bayi.
B. Asuhan Keperawatan pada Kasus
Pengkajian
1. Pengkajian Budaya
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 2004). Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen dari model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger
dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya yang
digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) yaitu
(Leininger. M & McFarland. M.R, 2002):
1) Faktor Teknologi (Technological Factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
Pada kasus, faktor teknologi yang terkait adalah kemajuan
teknologi dan canggihnya komunikasi, banyak membuat produsen
makanan bayi berperilaku agresif dengan gencar melakukan promosi
makanan pendamping asi serta susu formula melalui media cetak dan
elektronik sebagai pengganti ASI yang membuat masyarakat kurang
17
18
tampak
yang
banyak
"termakan"
oleh
iklan
yang
terhadap
budaya
yang
sesuai
dengan
kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.
19
transkultural
mencakup
pengintegrasian
pandangan,
c.
20
21
hilang
peluangnya
untuk
menyusui.Padahal,
puting
hanya
e.
f.
g.
22
i.
mengeluarkan
puting
dengan
dorongan
lidah,
5) Perubahan Fontanel
- Saat lahir, bagian terlebar fontanel anterior yang berbentuk
berlian berukuran sekitar 4-5 cm; fontanel ini meutup pad
usia 12-18 bulan.
- Saat lahir, bagian terlebar fontanel posterior yang berbentuk
segitiga sekitar 0,5-1 cm; fontanel ini menutup pada usia 2
bulan.
b. Aktivitas Psikoseksual
1) Tinjauan (Freud)
1. Tahap oral pada perkembangan dimulai dari lahir sampai usia
18 bulan.
2. Bayi menghisap untuk kesenangan sama seperti makanan dan
juga mencapai kepuasan dengan menelan, mengunyah, dan
menggigit.
2) Manifestasi
1. Pada tahap ini, bayi memenuhi kebutuhan oralnya dengan
menangis, mengecap, makan, dan bersuara dini.
2. Bayi menggunakan gigitan untuk mengendalikan lingkungan
dan untuk mencapai rasa kontrol yang lebih besar.
3. Bayi menggunakan genggaman dan sentuhan untuk menggali
variasi di lingkungan.
c. Aktivitas Kognitif
1) Tinjauan (Piaget)
Selama tahap sensorimotorik (antara lahir dan 18 bulan),
kemampuan intelektual berkembang dan bayi memperoleh
pengetahuan tentang lingkungan melalui indra. Perkembangan
mengalami kemajuan dari aktivitas reflektif ke tindakan yang
memiliki tujuan. Ada pun untuk bayi usia antara lahir sampai 1
bulan masuk dalam tahap pertama dimana periode ini ditandai
dengan penggunaan refleks yang dibawa sejak lahir dan dapat
diduga untuk bertahan hidup (mis. menghisap dan menggenggam)
2) Bahasa
Alat komunikasi pertama bayi adalah menangis. Orang tua
biasanya bisa membedakan tangisan (mis. antara lapar dan letih).
d. Eliminasi
1) Pola eliminasi biasanya berkembang pada usia minggu kedua
kehidupan dan dikaitkan dengan frekuensi dan jumlah pemberian
makan.
25
26
bentuk
payudara
adalah
kehamilan.
Kehamilan
27
28
Tujuan Umum
Ibu memahami
Intervensi
Mempersiapkan
Evaluasi
Ibu
Pengetahuan Ibu
pentingnya ASI
mengidentifika
untuk bayi
menyusui bayinya
si kebutuhan
29
Konseling Laktasi:
Menggunakan
proses bantuan
interaktif untuk
membantu
mempertahankan
keberhasilan
informasi
terkait ASI
Ibu
memperlihatka
n kemampuan
memberikan
ASI pada bayi
menyusui
Memberi edukasi
terkait pemberian
nutrisi bayi dan
praktik menyusui
selama satu tahun
pertama kehidupan
Memberi edukasi
mengenai
keutamaan dan
pentingnya ASI
Kaji pengetahuan
Ibu akan
Ketidakefektifan
Keberlangsungan
Pemberian ASI
pemberian ASI
mempertahank
secara efektif
dalam pemberian
an keefektian
untuk
menyediakan
nutrisi bagi bayi
ASI
Kaji kemampuan
bayi untuk latch on
dan mengisap secara
efektif
Pantau berat badan
dan pola eliminasi
bayi
Konseling laktasi:
- Evaluasi pola
mengisap/ menelan
bayi
- Tentukan
pemberian ASI
selama yang
diinginkan
bayinya
Ibu akan
menggambarka
n peningkatan
kepercayaan
diri terkait
pemberian ASI
Ibu mengenali
tanda-tanda
30
keinginan dan
motivasi ibu untuk
menyusui
- Evaluasi
penurunan
suplai ASI
Ibu mengenali
isyarat bayi
pemahaman ibu
lapar dengan
tentang isyarat
segera
bergantian
Instruksikan kepada
ibu tentang alat
pompa payudara
dan teknik untuk
mempertahankan
suplai ASI selama
penundaan atau
penghentian
refleks menghisap
bayi.
Instruksikan ibu,
tentang kebutuhan
untuk istirahat
yang adekuat dan
asupan cairan.
Konseling laktasi
- Sediakan
informasi tentang
keuntungan
pemberian ASI
dan kerugian bila
tidak diberikan
ASI
- Diskusikan
metode alternatif
pemberian
makan bayi
- Perbaiki salah
konsepsi, salah
informasi, dan
ketidakakuratan
tentang
pemberian ASI
32
Gangguan
Nutrisi anak
Mengukur dan
Keseimbangan
tercukupi
mencatat BB pasien
Mempersiapkan ibu
Nutrisi: Kurang
untuk menyusui
dari Kebutuhan
bayinya
Mengajarkan ibu
konseling laktasi
Bayi melekat
ke dan
mengisap
payudara ibu
untuk
memperoleh
nutrisi selama
3 minggu
pertama
menyusu
Bayi memiliki
BB dan TB
yang normal
Keadekuatan
pola asupan
Mengatur struktur
gizi
Penanda
Resiko
Kemajuan
Gangguan
normal
lingkungan dan
perkembangan
Proses Tumbuh
perkembangan
memberikan
fisik, kognitif,
Kembang
perawatan dalam
dan psikososial
anak
berespon terhadap
usia 1 bulan
penanda perilaku
dan status bayi
kurang bulan
Memberikan
perawatan berpusat
pada keluarga yang
sesuai tahap
perkembangan
untuk anak berusia
dibawah 1 tahun
Melakukan
penatalaksanaan
33
neonatus selama
transisi kehidupan
ekstruteri dan
periode stabilisasi
selanjutnya
Membantu atau
menyediakan
asupan diet
makanan dan
minuman yang
seimbang
intervensi keluarga
Membantu orang tua
memahami dan
meningkatkan
tumbuh kembang
fisik, psikologis, dan
sosial anak
Menyediakan
informasi
bagaimana menjadi
orang tua, bantuan,
dan koordinasi yang
komprehensif bagi
keluarga yang
beresiko tinggi
Mengajarkan orang
tua dan pengasuh
untuk memberikan
aktivitas sensorik
yang sesuai tahap
perkembangan
34
untuk memfasilitasi
perkembangan dan
pergerakan selama
usia satu tahun
Resiko Infeksi
Faktor resiko
infeksi akan
hilang
pertama
Pantau tanda dan
gejala infeksi
Memantau status
imunisasi,
memfasilitasi akses
Anak akan
terbebas dari
tanda dan
helaja infeksi
Anak
untuk memperoleh
mengindikasik
imunisasi, dan
an status
memberikan
gastrointestinal
imunisasi untuk
, pernapasan,
mencegah penyakit
genitourinaria,
menular
Instruksikan untuk
menjaga kebersihan
dan imun
dakam batas
normal
diri untuk
melindungi tubuh
terhadap infeksi
intervensi keluarga:
Ajarkan orang tua
jadwal imunisasi
yang dianjurkan
untuk difteria,
tetanus, pertusis,
polio, gondong,
campak, dan
rubella. Jika pada
kasus, maka bayi
tersebut baru dapat
35
diberikan imunisasi
Hepatitis B
36
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa bayi (neonatus) merupakan masa penting pada hidup
manusia. Pada masa ini, sistem organ bayi masih mengalami masa
penyempurnaan, terutama sistem pencernaan. Sistem pencernaan mulai
melakukan tugasnya untuk mencerna makanan atau nutrisi yang
dikunsumsi oleh bayi setelah sebelumnya bayi hanya mendapatkan nutrisi
dari plasenta ibu. Bayi hanya bisa mencerna makanan yang memiliki
struktur sederhana. Pola makan serta jenis makanan yang dikonsumsi bayi
sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dianut oleh keluarga
sebagai pemberi asuhan. Di dalam budaya tertentu, bayi yang seharusnya
hanya mendapatkan makanan atau nutrisi dari air susu ibu (ASI) justru
diberi makanan atau nutrisi yang tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan sistem-sistem organ di dalam tubuhnya, misalnya pisang.
Perawat perlu memberikan pengkajian secara kemprehensif
meliputi kondisi fisik, psikologis, dan budaya ibu dan pemberi asuhan agar
dapat menentukan masalah keperawatan yang ada. Masalah keperawatan
yang timbul dari kasus tersebut adalah defisit pengetahuan ibu dan
ketidakefektifan pemberi ASI. Setelah menentukan diagnosa maka perawat
dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada bayi, ibu, serta
keluarga.
Asuhan
keperawatan
yang
diberikan
tentunya
harus
37
B. Saran
Sebagai perawat profesional, perawat harus memahami nilai dan
keyakinan yang ada di masyarakat. Perawat perlu memahami budaya yang
diterapkan masyarakat. Pemahaman tersebut akan membuat perawat
mengetahui faktor-faktor ataupun kemungkinan yang terjadi pada
kesehatan anak akibat nilai dan keyakinan. Setelah mengetahui
kemungkinan-kemungkinan tersebut, perawat dapat mencegah terjadinya
masalah kesehatan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, M. (2003). Community Health : caring for Population 4th Ed. USA :
Pearson Education
Kaakinen, R. Duff, V. and Hanson, S. (2010). Family Health Care Nursing
Theory, Practice, and Research, 4th Ed.
Karen, dan Sharyn, .(2009). Communitu Health Nursing: Caring for The Publics
Helath2nd Ed.USA: Jones and Barlett Publisher
Kliegman, R, et.al. (2007). Kliegman : Nelson Textbook of Pediatrics18th Ed.
USA : Saunders Elsevier
38
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & Public Health Nursing 6th Ed.
Missouri: Mosby Elsevier Inc.
Widyastuti, Danis & Widyani, Retno. (2008). Panduan Perkembangan Anak 0-1
Tahun. Jakarta: PUSPA SWARA
http://brebesnews.co/2013/10/bahaya-bayi-belum-usia-6-bulan-di-beri-pisang/
(diakses pada tanggal 2 Maret 2014)
http://theglobejournal.com/kesehatan/diberi-makan-pisang-bayi-bisameninggal/index.php (diakses pada tanggal 2 Maret 2014)
Leininger, M & Mc Farland, M.R. (2002). Transcultural Nursing: Concepts,
Theories, Research, and Practice. 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Compenies
Yuliarti, Nurheti. (2010). Keajaiban ASI: Makanan Terbaik untuk Kesehatan,
Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI
http://melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?
id=1504_Pertumbuhan-Bayi:-Tahap-Tumbuh-Kembang-Bayi-SetiapUsianya (diakses pada 5 Maret 2014)
http://www.academia.edu/4257378/BAB_II_Tinjauan_Pustaka (diakses pada 5
Maret 2014)
Wilkinson & Ahern. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Daftar Pustaka:
Behrman, Kliegman & Arvin. (2001). Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 1 Edisi
15 (Terj: Wahab, Samik). Jakarta: EGC.
Christensen, Paula & kenney, Janet. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model
Konseptual, ed 4 (Terj: Yuningsih, Yuyun & Asih, Yasmin). Jakarta: EGC.
Danuatmaja, Bonny & Meiliasari, Mila. (2003). 40 Hari Pasca Persalinan
(Masalah dan Solusinya). Jakarta: Puspa Suara.
Giger Joyce Newman & Davidhizar Ruth Elaine. (2004). Transcultral
Nursing Assessment and Intervention, Fourth Edition. Philadelphia: Mosby.
39
40