(a
)
(b
)
Gambar : Gelombang transversal pada tali terpolarisasi linear (a) pada bidang vertikal dan
(b) pada bidang horisontal.
Untuk memahami konsep dasar polarisasi, kita akan membicarakan lagi gelombang
transversal pada tali. Seutas tali dapat digetarkan pada bidang vertikal seperti pada
Gambar 2.11(a) atau pada bidang horisontal seperti pada Gambar 2.11(b). Gelombanggelombang yang bergetar dalam bidang vertikal atau horisontal ini dikatakan terpolarisasi
linear. Artinya, osilasi hanya terjadi pada bidang tertentu. Jika diletakkan penghalang yang
berupa celah vertikal pada arah penjalaran gelombang, seperti pada Gambar 2.12,
gelombang yang terpolarisai vertikal dapat melewatinya. Akan tetapi, gelombang yang
terpolarisasi horisontal tidak dapat melewati celah ini. Sebaliknya, jika diletakkan celah
horisontal, gelombang yang terpolarisasi vertikal tidak dapat melewatinya. Jika horisontal
dan vertikal digunakan bersama-sama, kedua gelombang terpolarisasi ini akan berhenti.
Perlu ditegaskan lagi bahwa polarisasi hanya dapat terjadi pada gelombang transversal
dan tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal. Sebagaimana telah diuraikan di
depan, dalam gelombang longitudinal gerakan partikel-partikel medium searah dengan
penjalaran gelombang sehingga keberadaan celah tidak dapat menghentikan gerak
gelombang.
Gambar: Gelombang yang terpolarisasi vertikal dapat melewati celah vertikal, tetapi
gelombang longitudinal yang terpolarisasi horisontal tidak dapat melewatinya.
Teori Maxwell mengenai cahaya sebagai gelombang elektromagnetik (EM) meramalkan
bahwa cahaya dapat terpolarisasi karena gelombang EM merupakan gelombang
transversal.
Cahaya tidak harus terpolarisasi. Ia dapat tidak terpolarisasi, yang berarti bahwa sumber
memiliki getaran dibanyak tempat sekaligus. Cahaya yang terpolarisasi bidang bisa
didapat dari cahaya yang tidak terpolarisasi dengan menggunakan kiristal-kristal tertentu
seperti turmalin (bahan-bahan listrik yang digunakan sebagai perhiasan). Atau lebih umum
saat ini, kita dapat menggunkan lembar polaroid. Lembar polaroid terdiri dari molekul
panjang yang rumit yang tersusun paralel satu sama lain. Polaroid seperti ini berfungsi
seperti serangkaian celah paralel untuk memungkinkan satu orientasi polarisasi untuk
lewat hampir tanpa berkurang (arah ini disebut sumbu polaroid), sementara polarisasi
tegak lurus hampir terserap sempurna.
Jika suatu cahaya terpolarisasi linier dan tegak lurus pada Polaroid, sedang arah polarisasi
membuat sudut dengan sumbu polaroid. Sehingga amplitudo yang diteruskan adalah
sebesar proyeksi pada medan listrik sumbu polaroid, akibatnya intensitas cahaya yang
diteruskan menjadi:
I =I 0 cos 2
Cahaya yang tidak terpolarisasi terdiri atas cahaya dengan arah polarisasi (vektor medan
listrik) yang acak, yang masing-masing arah polarisasinya diuraikan menjadi komponen
yang saling tegak lurus. Ketika cahaya yang tidak terpolarisasi melewati alat polarisasi,
satu dari komponen-komponennya dihilangkan. Jadi, intensitas cahaya yang lewat akan
diperkecil setengahnya karena setengah dari cahaya tersebut dihilangkan. Sehingga :
1
I= I0
2