Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Bisnis International

Nama : Devy Kusuma Cendana


NIM : 1315351182
Q: Menurut Anda, apakah globalisasi baik atau buruk?
A:
Menurut saya, globalisasi, seperti halnya semua yang ada di dunia
ini, ada baik dan ada buruknya. Baik buruknya globalisasi akan
berdasarkan reaksi kita saat beradaptasi dengan arus globalisasi karena
globalisasi adalah suatu proses yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun
di dunia ini. Jadi, factor-faktor yang bisa menguntungkan bagi sebuah
pihak bisa menjadi dampak buruk atas globalisasi pada pihak lain.
Pertama,

dari

segi

ekonomi,

globalisasi

memungkinkan

perusahaan-perusahaan untuk mentargetkan pasar yang seluas-luasnya


karena globalisasi dapat meng-eliminasi jarak geografis. Contohnya,
blueberries yang tidak ditumbuhkan di daerah tropis bisa dijual di Bali
karena adanya teknologi freezer dan transportasi antar-negara yang
semakin efisien. Globalisasi telah membantu perusahaan besar dan multinasional untuk melakukan ekspansi dan memperlebar profit margin, yang
in turn akan digunakan untuk ekspansi lebih lanjut lagi. Namun, jika
MNCs ini mengembangkan pasarnya, ini berarti mereka memakan pasar
produsen atau pedagang domestik yang tidak mempunyai pengetahuan
dan skill yang diperlukan untuk bersaing. Suatu contoh adalah textile
industry di Bali yang sudah semakin melemah karena adanya persaingan
dari China yang bisa memproduksi dengan harga lebih murah dan
kualitas yang sebanding. Jadi, banyak pengusaha garmen di Bali, yang
mempunyai

kesulitan

dalam

beradaptasi

dengan

cepatnya

arus

globalisasi ini, bangkrut. Contoh lain adalah IndoMaret dan AlphaMart


yang sudah mengadopsi system franchise (yang bisa diimplementasikan
karena globalisasi) yang membuat mereka semakin efisien. Kedua mini
market ini banyak mematikan pasar tradisional, terutama yang ada pada
close proximity. Jadi, perkembangan-perkembangan karena globalisasi
dapat

menguntungkan

pihak

yang

bisa

menggunakan

dan

mengeksploitasi manfaat globalisasi ini, tetapi menjadi fatal untuk pihak

yang tidak memiliki skill yang cukup untuk bersaing. Implikasi lebih
lanjutnya adalah terjadinya income gap yang semakin lebar di Indonesia
dan juga di dunia karena yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin
miskin.
Namun, globalisasi juga meningkatkan kesempatan untuk produsen
domestic untuk berkembang. Misalnya Franchise rumah makan Ayam
Penyet Ria yang sampai sanggup membuka cabang di Singapura,
bahkan di Hong Kong. Di atas kertas, tentunya modal, teknologi dan
sumber daya Franchise makanan cepat saji seperti McDonalds dan KFC
lebih besar daripada Ayam Penyet Ria. Namun, kenyataannya, Ayam
Penyet Ria bukannya tenggelam dalam persaingan, tetapi malah lebih
sukses. Jadi, dengan adanya globalisasi, lebih ada peluang untuk mereka
yang berada di kelas ekonomi bagian bawah untuk menjadi di atas. Inilah
yang saya maksud dari dampak globalisasi yang bisa baik dan bisa buruk,
tergantung kepada pihak yang bersangkutan.
Kedua, dari segi budaya, globalisasi dapat menyebabkan adanya
culture corrosion atau kehilangan budaya pada suatu daerah karena
terpengaruh budaya dari daerah lain, terutama Western culture yang
mempengaruhi East Culture. Contoh yang paling sederhana adalah cara
berpakaian di Indonesia, khususnya di Bali, yang dulunya mungkin tidak
sebebas ini. Namun, karena banyaknya pengaruh dari Barat, dimana
perempuan sudah biasa menggunakan celana pendek dan bikini,
orang-orang di Bali pun ikut terbiasa. Contoh lain adalah jenis-jenis
bangunan dan rumah di Bali yang berubah drastis karena perlunya
efisiensi yang tinggi dalam pengelolaan space. Efisiensi tinggi ini
disebabkan oleh kurangnya lahan yang tersedia akibat banyaknya
investor asing yang berinvestasi di Bali, dan ini hanya mungkin terjadi
karena globalisasi. Jadi, budaya bisa terkikis dan mungkin lama-lama
hilang jika arus globalisasi ini diikuti oleh orang-orang pada suatu daerah
tanpa menseleksi yang mana yang baik diterima dan yang mana yang
seharusnya tidak diterima.
Namun, dari segi budaya, suatu daerah bisa berkembang karena
faktor budayanya sendiri yang dijadikan sebagai daya tarik untuk orang

asing. Contoh yang paling dekat tentunya Bali, yang budayanya menjadi
salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Devisa yang
dihasilkan dari industry pariwisata pun meningkat karena adanya
kemudahan untuk terbang ke Bali dan juga teknologi informasi yang
menyediakan platform bagi promoter untuk memberi informasi yang
menarik tentang Bali. Industri pariwisata pun menyediakan banyak
lapangan kerja bagi orang Bali dan peluang usaha untuk supply bagi
penyedia servis bidang pariwisata di Bali. Namun, Bali ini termasuk satu
daerah yang sangat unik jika kita perhatikan. Walaupun dengan adanya
keperluan untuk meningkatkan efisiensi untuk bersaing dengan daerah
lain, budaya di Bali tetap berjalan. Contoh konkrit adalah upacara
Ngaben dimana upacara ini meliputi pengangkatan jenazah dalam
suatu wadah yang besar yang biasanya memakan satu ruas jalan di jalan
raya. Alhasil, banyak terjadi kemacetan yang panjang

dan memakan

waktu, dan tentunya mengurangi efisiensi aktivitas bisnis. Tetapi,


upacara ini terus dijalankan dan budaya tidak hilang. Malah, banyak turis
yang berlomba-lomba untuk menyaksikan upacara ini dan mengetahui
tentang upacara ini lebih lanjut. Jadi, kembali ke poin awal saya bahwa
globalisasi bisa berdampak baik atau buruk, tergantung cara kita
beradaptasi

dan

globalisasi ini.

bagaimana

kita

mengeksploitasi

adanya

proses

Anda mungkin juga menyukai