Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
variabel
Sub-variabel
Item
pertanyaan
Sumber data
strategi
Core
demografi
Nama
Usia
Jenis kelamin
Data primer
kuisioner
2
3
4
5
Lingkungan fisik
Pendidikan
Komunikasi
Layanan kesehatan dan
social
Keamanan
dan
transportasi
Ekonomi
Politik
dan
pemerintahan
6
7
8
rekreasi
Resiko
meningkatnya
kejadian
infertilitas pada agregat remaja di
wilayah . Yang berhubungan
dengan tingginya kejadian gangguan
organ reproduksi remaja dan
kurangnya kebiasaan perawatan
organ reproduksi remaja.
komunitas potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja, tanpa
komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x
kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan
balita di atas garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan
posyandu 95%.
2. Diagnosis ancaman ( risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi
sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya
gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas
problem (p), etiologi (e) , dan symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x kecamatan
A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif ditandai
dengan pernah terjadi perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan
silaturahmi, rutin rw jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan
jiwa belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan
kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.
3. Diagnosis actual/ gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatandi
komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan
symptom/sign (s)
Contoh diagnosis actual:
gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan
92% remaja mengatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang dilakukan
remaja dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92% remaja
mengatakan belum pernah memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari
petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk
penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.
D. Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan
prioritas masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat
melalui musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat.
Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan
kekhususan, mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Pemilihan masalah ini sangat penting dilakukan, agar implementasi yang
dilakukan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan secara tidak langsung
akan membangun rasa percaya diri dan kompetensi masyarakat untuk mengatasi
masalah yang lain (Bract, 1990 dalam Helvie, 1998). Penentuan prioritas masalah
keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui metode berikut.
1. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)
Masalah
Pentingnya
masalah untuk
dipecahkan :
1 Rendah
2 Sedang
3 Tinggi
Kemungkinan
perubahan positif
jika diatasi :
0 Tidak ada
1 Rendah
2 Sedang
3 Tinggi
Peningkatan
terhadap
kualitas hidup
bila diatasi :
0 tidak ada
1 Rendah
2 Sedang
Total
Resiko
meningkatnya
kejadian infertilitas
pada agregat remaja
Kurangnya
kebiasaan hygiene
personal
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Masalah keperawatan
Resiko meningkatnya
kejadian
infertilitas
pada agregat remaja.
Kurangnya kebiasaan
hygiene personal
Keterangan :
Risiko keparahan
Minat masyarakat
Kemungkinan diatasi
Waktu
Dana
Fasilitas
Sumber daya
Tempat
Total
21
25
Pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMd adalah sebagai
berikut :
Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa,
petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan
MMD dilaksanakan dib alai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa
MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan
Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :
Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala
desa
Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh
ibu desa
Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa atau perawat komunitas
Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin oleh
kepala desa
penutup
F. Intervensi : Plan Of Action (POA)
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta
rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk
mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga
tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson &
McFarlane, 2000).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan penetapan
tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M=
measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai, R= reality, T= time
limited/ punya limit waktu).
Diagnosis Keperawatan
Komunitas
Risiko
meningkatnya
kejadian infertilitas pada
agregat remaja putrid di
wilayah
..
yang
TUM
TUK
berhubungan
dengan
tingginya
kejadian
gangguan
organ
reproduksi remaja dan
kurangnya
kebiasaan
perawatan
organ
reproduksi remaja.
Tingginya angka TB di
wilayah
.
Yang
berhubungan
dengan
tidak
adekuatnya
penggunaan
fasilitas
layanan kesehatan untuk
penanggulangan TB dan
keterbatasan
kualitas
sarana pelayanan TB.
TUM
TUK
Rencana Kegiatan
Beri
penyuluhan
tentang
TB
dan
perawatannya.
Ajarkan masyarakat
keterampilan dalam
menangani gejala TB,
melakukan tindakan1.
pencegahan penularan
TB.
Deteksi kasus TB di
masyarakat melalui
skrining.
2.
Bagikan
leaflet
setelah
penyuluhan
TB.
Lakukan pembinaan3.
Evaluasi
Kriteria evaluasi
pengetahuan
masyarakat tent
TB meningkat.
Standar evaluasi:
70
%
kelua
mampu menyebut
pengertian,
tanda/gejala,
penyebab TB.
75
%
kelua
mampu melaku
tindakan pencega
TB.
75% kader mam
Kegiatan
Melakukan pendidikan
kesehatan reproduksi kepada
remaja terkait materi
kesehatan reproduksi dan
pemeliharaanya.
Sasaran
Remaja di
RW
M
pe
M
ke
M
ke
Kader di
RW .
G. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat.
Sering kali, perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu
yang cukup untuk merencanakan implementasi. Implementasi melibatkan
aktivitas tertentu sehingga program yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan
direvisi jika tidak berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan
kesehatan,
kemitraan
(partnership),
dan
pemberdayaan
masyarakat
(empowerment). Perawat komunitas menggali dan meningkatkan potensi
komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan
masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota
masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat disebabkan oleh
faktor eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis
eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya
pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan perubahan prilaku
masyarakat. Organisasi ekternal dapat menggunakan model social planning dan
locality development untuk melakukan perubahan, menggalakkan kemitraan
dengan memanfaatkan sumber daya internal dan sumber daya eksternal.
Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan
model berubah. Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari
tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat. Ada beberapa
model berubah (Ervin, 2002), yaitu :
1. Model berubah Kurt Lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi
nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari :
Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan,
dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan.
Change yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil melalui
pemantauan dan evaluasi.
Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing,
perawat komunitas perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan
kemitraan tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat
dipertahankan dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kesehatan tidak
lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak melakukan cuci tangan.
2. Strategi berubah Chin & Benne
Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam
mengkaji status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan
untuk berubah. Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan di
komunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini untuk melakukan
perubahan diperlukan strategi perubahan yaitu :
Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas,
perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang
diperoleh dengan adanya perubahan tersebut. Contoh : adanya kebiasaan merokok
yang banyak terjadi di masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat
komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan
bahaya merokok melalui media,seperti poster, leaflet, modul data kejadian
kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi
korban akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada
individu.
Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan
norma yang ada di masyarakat.
Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik
maupun sanksi ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang merokok di
tempat umum berupa denda atau kurungan.
3. First order and second order change
Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi atau isi di
dalam sistem, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya.
Contoh : Adasnya resiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan
remaja,perawat komonitas perlu mengubah substansi yang ada dalam system (frist
order) seperti membentuk dan melihat kader kesehatan remaja (KKR) di sekolah
dan dimasyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua
dan masyarakat melakukan dukungan lintas sektor dan lintas-program kepada
aparat terkait program melalui jaringan kemitraan, dsb.selain itu ,diperlukan juga
perubahan pada system (second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti
menyediakan klinik remaja, revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah
terkait remaja, dsb.
Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat
diketahui dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana individu
mengerti tentang masalah yang dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan
perubahan dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model yang
ada dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah norma dan praktik
individu dalam perubahan masyarakat.
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan
oeganisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan
masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan partisipasi dalam
kegiatan masyarakat serta aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian
masalah. Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi melalui pengembangan koalisi,
partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Setiap
akan
melakukan
kegiatan
dimasyarakat
/implementasi program,sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan
(LP) kegiatan asuhan keperawatan komonitas yang meliputi:
1. Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut
terkait implementasi yang akan dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas
yang terkait dengan implementasi saat ini.
2. Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose keperawatan komonitas,
tujuan umum, dan tujuan khusus.
3. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan,
metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan , waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas,
susunan acara, setting tempat acara.
4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil
dengan menyebutkan target persentase pencapaian hasil yang diinginkan.
Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA
Perkesmas yang telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala
dilaksanakan oleh kepala puskesmas dan coordinator puskesmas dengan
melakukan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan
perkesmas serta melakukan penilaian setia akhir tahun dengan membandingkan
hasil pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan
masalah perkesmas dapat dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan :
1. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf
puskesmas dan unit penunjangnya untauk membahas kinerja internal puskesmas
termasuk cakupan, mutu pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui
termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitanya dengan masalah lintas program
lainnya.
2. Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat
dan dihadari oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas- sektor
tingkat
kecamatan
untuk membahas
masalah dalam
pelaksanaan
puskesmas termasuk perkesmas terkait dengan lintas sektor dan pemasalahan
yang terjadi untuk mendapatkan penyelesaiannya.
3. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan
pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi ini
memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan
pengalaman masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok,
terkondisi, setiap peserta saling mendukung, member kesempatan belajar terutama
bagi peserta yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalammenyampaikan
pendapat (WHO.2003). RDK dilakukan minimal seminggu sekali, dihadapi oleh
perawat perkesmas di puskesmas untuk membahas masalah teknis perkesmas.
Dalam pemberian asuhan keperawatan komonitas kepada individu /
kluarga / kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan ketrampilan perawat
komonitas lebih meningkat. Adapun persyaratan metode RDK adalah:
DAFTAR PUSTAKA