Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU PERILAKU KEORGANISASIAN

STUDI KASUS PADA PERILAKU KEORGANISASIAN

Oleh :

DIANA NURINDRASARI
125020300111057

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
NOVEMBER 2013

Studi Kasus 1 : Menurut Anda, Profesi Akuntan untuk Kepribadian yang


Seperti Apa?
Secara umum, kepribadian seorang akuntan yang harus dimiliki adalah
sebagai berikut :
1. Mampu mempertahankan nama baik profesi dengan menjunjang tinggi
etika serta hukum di tempat ia melaksanakan pekerjanya
2. Setiap akuntan harus mampu mempertahnkan integritas dan objektivitas
dalam melakukan pekerjaan
3. Patuh terhadap norma - norma dan peraturan yang terdapat di
lingkungan dia berorganisasi
4. Cepat dan tepat dalam mengambil keputusan disituasi yang mendesak
5. Akuntan berusia tua ( > 55 Tahun ) tingkat loyalitas dalam berorganisasi
lebih baik dibandingkan usia muda ( 18 - 55 tahun )
6. Professional dalam berorganisasi
7. Mampu melakukan kesepakatan dengan pihak lain
8. Menghindari risiko dalam setipa pengambilan keputusan, hal ini selalu
berdasarkan perhitungan
9. Sebagian berkepribadian untuk menerima lingkungan sekitar dengan
baik dan ada yang berkribadian tertutup dalam berorganisasi di
lingkungan
10. Beberapa berkepribadian yang terdapat dalam seorang akuntan adalah
Sanguinis ( sangat bersemangat dalam berorganisasi ) , Melankolis
( tidak dapat menjaga emosionalnya ) , Koleris ( sangat ambisius dalam
mendapatkan yang diinginkan ) , Phlegmatis ( sangat mencintai suasana
damai )
11. Peduli terhadap individu lain dalam masyarakat
12. Pola pikir yang berbeda , beberapa ada yang berpola pikir Introvert
( sulit menerima banyak rangsangan dan lebih memperhatikan detail )
dan ada pula yang Extrovert ( menyukai pujian dan mayoritas lebih
berfokus pada wajah )
13. Bersikap demokratis pada setiap golongan masyarakat yang ada
dimasyarakat dalam perorganisasian ,
14. Ambisius dan percaya diri dalam berinteraksi dengan masyarakat ,
15. Mampu untuk menahan emosional dengan baik ,
16. Dapat mengendalikan situasi dalam ruang lingkup yang besar

Sedangkan kepribadian dalam akuntan di Indonesia saat ini juga sudah


diatur dalam undang-undang kode etik seorang akuntan sebagai berikut :
1. Tanggung jawab profesi
Bahwa akuntan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai
profesional harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional,
anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai

jasa

profesional

mereka.

Anggota

juga

harus

selalu

bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk


mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan publik
Akuntan sebagai anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu
profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan
memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan
tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani
anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan
tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan Negara. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa
akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan

publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus


secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi.
3. Integritas
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya
tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin. Integritas adalah
suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya.Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektifitas
Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan harus menjaga
obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu
kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam
berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan
jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di
industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih
orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional

Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh


kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini
mengandung

arti

bahwa

anggota

mempunyai

kewajiban

untuk

melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan


kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan
dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota
untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan,
anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung
jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan
profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan
luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau
perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh
melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan

berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi
jasa berakhir.
7. Perilaku professional
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten
selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar teknis
Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan
mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundangundangan yang relevan.
Studi Kasus 2 : Apa yang Mereka Mau?
1. Jelaskan masalah motivasi dalam organisasi tersebut dalam konteks model
kepuasan dari Maslow, Aldefer, dan Herberg. Apa hal lain yang dimaksud
oleh manajer sumber daya manusia dalam pembicaraan (selain uang, kondisi,
dan benefit yang diperlukan untuk memotivasi karyawan)?
Dalam teori motivasi Maslow, terdapat konteks kepuasan yang menjadi
motivasi bagi pegawai-pegawai tersebut adalah sebagai berikut :
Kebutuhan fisiologis terdiri dari rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya. Hal
ini terjadi di setiap manusia termasuk pada pegawai-pegawai tersebut karnea

kebutuhan ini menjadi hal dasar motivasi untuk bekerja


Kebutuhan rasa aman yaitu merasa aman dan terlindung serta jauh dari

bahaya
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki yaitu berafiliasi dengan orang
lain, memiliki rasa diterima di suatu kelompok serta rasa memiliki dalam
komunitas

Kebutuhan akan penghargaan yaitu berupa berprestasi, berkompetensi, dan


mendapatkan dukungnan serta pengakuan pada komunitasnya maupun pada

komunitas lainnya.
Kebutuhan aktualisasi diri berupa kebutuhan kognitif terkait mengetahu,
memahami dan menjelajahi kemampuan diri yang bisa dikembangkan
dalam organisasi, kebutuhan estetika, keserasian, keteraturan dan keindahan,
kebutuhan aktualisasi diri, serta mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya.

Dalam teori motivasi Herzberg terdapat konteks kepuasan yang juga menjadi
motivasi bagi pegawai-pegawai tersebut dalam bekerja adalah faktor hygiene
(ekstrinsik) yakni hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya. Serta faktor motivator (intrinsik) yaitu berupa achievement,
pengakuan, kemajuan tingkat lingkungan dan lain sebagainya. Sedangkan
menurut motivasi Aldefer ERG yaitu kebutuhan manusia akan keberadaan
(exixtence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth).
2. Motivasi karyawan dalam perusahaan tersebut yang kaitannya dengan satu
model proses atau lebih yakni ; karyawan hanya menerima motivasi dimana
semua orang yang bekerja didalamnya pun dapat dan sudah pasti mendapatkan
hasil dari motivasi tersebut , sehingga tidak memicu karyawan untuk berkinerja
lebih baik. Harapan karyawan terhadap perusahaan , bahwa perusahaan harus
lebih melihat tenaga kerja yang dimilikinya dalam bekerja secara individual ,
dan jika tenaga kerja bekerja lebih produktif dan menghasilkan kualitas yang
lebih baik , perlu adanya imbalan yang diberikan terhadap karyawan tersebut ,
sehingga akan memacu pertumbuhan dalam berkinerja dan juga meningkatnya
perekonomian dari Tenaga Kerja itu sendiri. Karyawan ingin kelebihannya
diakui dengan adanya penaikkan derajat / jabatan dalam perusahaan .
Ketidakadilan yang terdapat di wawancara tersebut bahwa semua tenaga kerja
dalam perusahaan semua dianggap sama tidak ada penilaian yang objektif
terhadap setiap individu , sehingga membuat kinerja yang dilakukan tetap
konstan dan tidak semakin membaik. Pat ( Wakil Presiden ) melakukan
motivasi yang salah terhadap karyawan maka dari itu kinerja yang dihasilkan
dari para karyawan dimilikinya tidak semakin bertumbuh , tetapi cenderung

untuk konstan . Pat berharap bahwa nantinya pihak motivator SDM di


perusahaan dapat memotivasi para karyawan yang ada dengan Teori motivasi
yang lain seperti teori motivasi Aldefer ERG , Herzberg , dan Maslow.
3. Respon untuk pertanyaan dan pernyataan Pat adalah :
Memberikan kesempatan tenaga kerja untuk melakukan aktualisasi berupa
pemberian penghargaan dan pengakuan atas setiap kinerja yang lebih pada

karyawan perusahaan yang berprestasi


Menjalin hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan, karena atasan

termasuk Pat tidak pernah berinteraksi langsung ke lapangan


Memahami setiap kebutuhan dan kendala setiap karyawan dengan
melakukan analisis dalam lapangan , dan mencoba untuk memberikan solusi

terhadap kebutuhan dan kendala yang dihadapi oleh setiap pekerja.


Respon atas pernyataan Pat " Kita harus meningkatkan kinerja mereka " :
Dengan langsung melaksanakan inovasi baru terhadap kendala yang dialami
perusahaan pada saat itu juga dan menerapkan teori motivasi yang lebih
kompeten dibandingkan yang sebelumnya ( benefit , gaji tinggi , kondisi
luarbiasa ) , dengan teori seperti teori yang dijelaskan oleh para ahli tidak
lain yaitu ; Herzberg , Aldefer ERG , dan Maslow.

Anda mungkin juga menyukai