Anda di halaman 1dari 10

Nama : Putri Windasari

NIM

: 12330083

A. Judul
INFORMASI DASAR UNTUK LABORATORIUM FARMAKOLOGI
B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan :
1. Terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan, yaitu : Mencit,
Tikus, Marmot, Kelinci dan dapat mengambil darah dari hewan
untuk dapat uji farmakologi lanjutan.
2. Menghargai hewan percobaan. Menyadari pengaruh faktor faktor
lingkungan, faktor perbedaan spesies terhadap hasil eksperimen
farmakologi dan memahami keterbatasan menganalogikan efek
pada manusia.
3. Memahami berbagai prinsip farmakologi yang diperoleh secara
teoritis. Mampu memberikan argumentasi data eksperimen dengan
data-data secara teoritis.
4. Mampu memberikan penilaian dan menarik kesimpulan terhaddap
hasil hasil eksperimen yang diperoleh.
5. Dapat memberikan tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil
hasil eksperimen.
6. Menyadari kemungkinan bagi dirinya untuk mengembangkan karir
dalam bidang farmakologi dan mengetahui bahwa farmasi adalah
salah sumber informasi obat.

C. Teori Dasar
Yang dipelajari dan sebagai dasar dari praktikum farmakologi adalah
cara-cara pemberianobat dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat.
Cara pemberian obat sangat penting artinyakarena setiap jenis obat berbeda
penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi pemberian.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat
penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan
laboratorium.

Hewan Percobaan yang Digunakan di Laboratorium Farmakologi


Hewan percobaan yang dipakai sebagai animal model suatu
laboratorium medis merupakan suatu modal dasar dan modal hidup
yang mutlak dalam berbagai kegiatan penelitian. Secara definitif hewan
percobaan adalah yang digunakan sebagai alat penilaian atau merupakan
modal hidup dalam suatu kegiatan penelitian atas pemeriksaan
laboratorium secara in vivo. Hewaan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
penggolongannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada
manusia.
Pada percobaan kali ini praktikum menggunakan hewan percobaan
mencit dan tikus. Hewan hewan tersebut dapat digunakan sebagai hewan
percobaan untuk praktikum farmakologi ini kareana struktur dan sistem
organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang
ada di dalam tubuh manusia.
Salah satu penggunaan hewan percobaan addalah untuk mengetahui
perbedaan berbagai rute pemberian obat akan mempengaruhi onset, lama
dan kerja maksimum obat. Memilih rute pemberian obat tergantung dari
tujuan terapi, sifat obat, serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu
mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut :
a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik.
b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya
lama.
c. Stabilitas obat di dalam lambung dan atau usus.
d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute.
e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter.
f. Kemampuan pasien menelan obat melalui rektal.
Rute pemberian obat dapat dilakukan dengan cara oral,
intraperitoneal, inhalasi, transdermal, rektal, dan lain-lainnya. Secara umum
pemberian obat secara peritoneal akan memberikan efek yang lebih cepat
daripada yang diberikan secara oral dalam jumlah dosis yang sama.
a. Mencit
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di
dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan

ini mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul


sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif.
Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya. Laju respirasi normal 163
tiap menit dan suhu tubuh normal 36C.
Jika cara penanganan mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan
buang air besar atau buang air kecil. Hal ini terjadi karena mencit merasa
stress dan ketakutan. Selain itu, juga merupakan pertahanan diri untuk
melindungi dirinya dengan mengeluarkan fasenya. Begitu juga apabila
hewan-hewan lain seperti tikus, kelinci, dan marmut akan melakukan hal
yang sama jika mereka merasa terancam.
b. Tikus
Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas.
Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu
bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul sesamanya seperti
mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh kehadiran manusia di
sekitarnya. Bila diperlukan kasar atau mengalami defisiensi makanan, tikus
akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang.

D. Alat dan Bahan


Bahan
Alat

: Aquadest
: Alat Suntik

Hewan

: Mencit dan Tikus

E. Prosedur
1. Cara Memegang Hewan Percobaan Sehingga Siap untuk Diberi
Sediaan Uji
a. Mencit
Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, diletakkan pada
suatu tempat yang permukaannya tidak licin (misal ram kawat pada
penutup kandang), sehingga ketika ditarik, mencit akan
mencengkram.

Kulit tengkuk dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri,
ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan.
Posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut
menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kiri.

b. Tikus
Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit, tetapi bagian ekor yang
dipegang pada bagian pangkal ekor dan pegangannya pada bagian tengkuk
bukan dengan memegang kulitnya.
Cara memegang tikus sebagai berikut:

Tikus diangkat dengan memegang ekornya dari belakang kemudian


diletakkan di atas permukaan kasar.
Tangan kiri perlahan-lahan diluncurkan dari belakang tubuhnya
menuju kepala.
Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan depan
dijepit di antara kedua jari tersebut.

2. Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan

a. Mencit
Oral
Pemberian secara oral pda mencit dilakukan dengan alat suntik
yang dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini
untuk meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan
diberikan sedian uji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut,
kemudian perlahan lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu
diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan sonde yang mulus
disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudahj adalah cara
pemberian yang benar. Sebaiknya sebelum memasukkan sonde oral,
posisi kepala mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka

sedikit, sehingga sonde oral akan masuk secara lurus ke dalam tubuh
mencit. Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran
pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan
dan kematian.

Subkutan
Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya
boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan.
Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit
di antara jempol dan telunjuk. Bersihkan area kulit yang mau disuntik
dengan alkohol 70%. Masukkan jarum suntik secara paralel dari arah
depan menembus kulit.
Diusahakan dilakukan dengan cepat untuk menghindari pendarahan
yang terjadi karena pergerakan kepala dari mencit. Pemberian obat ini
berhasil jika jarum suntik telah melewati kulit dan pada saat alat suntik
ditekan, cairan yang berada di dalamnya dengan cepat masuk ke
daerah bawah kulit.

Intraperitonial
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya
tegang, kemudian jarum disuntikkn dengan membentuk sudut 10
dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah
kepala untuk menghindari terkenanya kandung kemih dan hati.

Intramuscular
Daerah penyuntikan terbaik adalah otot pada bagian poeteriolateral.
Jarum ditusukkan melalui kulit dan diarahkan kepada jaringan otot,
jangan terlalu dalam sampai jarum menyentuh tulang paha.

Intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor menggunakan jarum no
24Penyuntikan dilakukan pada vena ekor menggunakan jarum no 24.
Mencit dimaksudkan ke dalam wadah penahan kelinci dengan ekornya
menjulur ke luar. Ekor dicelupkan ke dalam air hangat untuk
mendilatasi vena guna mempermudah penyuntikan.

Rektal

b. Tikus
Cara-cara pemberian oral, intraperitoneal, subkutan, intramuscular,
intravena, dan rektal dapat dilakukan seperti pada mencit. Penyuntikan
subkutan dapat dilakukan pula pada daerah kulit dibawa kulit, abdomen atau
tengkuk. Sedangkan volume penyuntikan paling baik bagi tikus adalah 0,2
0,3 ml/ 100 g bobot badan.

F. Pembahasan
Percobaan hanya dilakukan terhadap mencit dan tikus dikarenakan
ketersediaannya. Dilihat dari perbedaan karakteristik kedua hewan, terasa
lebih mudah dalam menangani tikus meskipun ukuran badannya lebih besar
dibanding mencit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mencit diantaranya adalah
kebisingan suaradi dalam laboratorium, frekuensi perlakuan terhadap mencit
tersebut, dan lain-lain. Dalam menangani mencit, semua kondisi yang
menjadi faktor internal dan eksternal dalam penanganan hewan percobaan
harus optimal, untuk menjaga kondisi mencit tersebut tetap dalam keadaan
normal. Apabila kondisinya terganggu, maka mencit tersebut akan
mengalami stress. Kondisi stress yang terjadi pada mencit akan
mempengaruhi hasil percobaan yang dilakukan.
Rute pemberian obat dengan sonde oral harus dipastikan sudah mencapai
rahang mencit, karena jika tidak, obat yang diinjeksikan akan dimuntahkan
kembali oleh mencit tersebut. Oleh karena itu, kurang lebih batang sonde
oral itu dimasukkan kurang lebih bagian hingga terbenam kedalam
mulut atau rahang mencit tersebut.

G.Kesimpulan

Penggunaan mencit karena karakter mencit cenderung penakut dan


lebih suka berkumpul dengan sesama. Pergerakannya lebih banyak

dibandingkan dengan tikus dan lebih susah ditangani ketimbang tikus.


Penggunaan tikus karena karakter tikus lebih mudah ditangani
dibandingkan mencit karena minim pergerakan, namun apabila tikus

tersebut diperlakukan secara kasar, biasanya akan menyerang si

pemegang.
Perlakuan dan penanganan tikus dan mencit dapat dilakukan secara
baik dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi kondisi hewan uji coba tersebut.


Penggunaan hewan percobaan sangat penting dalam penelitian ilmiah

di bidang kedokteran/biomedis.
Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan berbeda-beda
dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta

tujuannya.
Cara pemberian sediaan uji juga berbeda pada setiap hewan
percobaan, dapat secara oral, subkutan, intravena, intramuskular,
intraperitoneal, dan intradermal.

H.Daftar Pustaka
Penuntun Praktikum Farmakoloi
Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan
Hewan Percobaan. Jakarta
http://variasi-lora.blogspot.com/2010/02/cara-penanganan-hewandan-rute.html
http://pharmafemme.blogspot.com/2009/06/cara-penangananhewan-percobaan-dan.html
http://andiscientist.blogspot.com/2010/10/penanganan-hewanpercobaan.html

I. Pertanyaan

1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian mencit, tikus?


Jawab :
Keuntungan :

Mencit
Mudah Ditangani
Mudah dikembangbiakan
Mudah dipelihara
Reaksi obat yang diberikan cepat

Tikus
Mudah Ditangani
Mudah dikembangbiakan
Mudah dipelihara
Reaksi obat yang diberikan cepat

memberikan efek

terlihat

Kerugian :
Mencit
Aktivitas terganggu bila ada manusia
Untuk pemberian oral agak sulit

Lebih resisten terhadap infeksi


Galak

dilakukan
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam eksperimen
laboratorium, mengapa ?
Jawab

Karena mencit memiliki kesamaan secara fisiologi dengan manusia


maupun hewan lainnya, seperti hewan mamalia sehingga cocok digunakan
sebagai hewan penelitian. Selain itu mudah dalam penanganan, siklus hidup
pendek, pengadaan hewan yang tidak sulit, dan pola reproduksi mencit yang
singkat.

Banyak gennya tikus relatif mirip dengan manusia.


Dalam binatang menyusui (mamalia)
Kemampuan berkembangbiak tikus sangat tinggi, relatif cocok untuk

digunakan dalam eksperimen massal.


Tipe bentuk badan tikus kecil, mudah dipelihara dan obat yang
digunakan di badannya dapat relatif cepat termanifestasi.

3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan


percobaan untuk suatu penelitian laboratorium yang bersifat skrining
ataupun pengujian suatu efek khusus ?
Jawab :
Mudah untuk dipelihara
Menggunakan hewan yang dapat berproduksi secara cepat dan

banyak
Perhitungan dewasa kelamin harus tepat

Tingkat kematian hewan rendah


Jumlah konsumsi pakan dan minum
Memperhatikan umur penyapihan
Memperhatikan rasio kawin

4. Kemukakan 3 faktor lain yang dapat memodifikasi respon hewan


percobaan terhadap obat dengan memberikan contoh-contoh ?
Jawab :
Dosis, konsentrasi, dan takaran pemakaian
Contohnya benzodiazepine, yang diberikan dengan maksud untuk efek
antiansietas atau hipnotik sedatif. Jika dosis, konsentrasi atau takaran
pemakaian tidak diberikan secara tepat atau bahkan melebihi yang
ditentukan dapat menunjukkan reaksi paradoksal seperti, perilaku agresif
dan hiperaktif.
Kloramfenikol yang diberikan untuk pencegahan infeksi, dalam dosis
atau takaran yang berlebih dapat menyebabkan keracunan fatal akibat
belum aktifnya enzim-enzim dihati sehingga bersifat toksik.
5. Bagaimana secara teoritis atau praktis pengaruh faktor faktor ini turut di
perhatikan ketika memberi obat pada seseoran ?
Jawab :
Jika dosis, konsentrasi dan takaran pemakaian tidak diberikan secara
tepat dan sesuai prosedur kepada seseorang, maka efek terapi obat tidak
akan tercapai. Bahkan jika itu diberikan melewati batas yang ditentukan
bisa menyebabkan efek toksivitas terhadap seseorang. Jadi salah satu
factor tersebut harus diperhatikan ketika memberikan obat kepada
seseorang.

Anda mungkin juga menyukai