Anda di halaman 1dari 27

PERAWATAN JENAZAH

Anggota :
Aisah Sara Widya
Annisa Rifka A.J
Fakhry Eka F

(03/ XI MIA 10)


(05/ XI MIA 10)
(08/ XI MIA 10)

Fida Laili Kun K

(10/ XI MIA 10)

Firda Nur Hasanah

(11/ XI MIA 10)

M. Rizqi Nauval A

(20/ XI MIA 10)

Memandikan Jenazah
o Memandikan

jenazah

adalah

fardu

kifayah.

Persiapan

sebelum memandikan jenazah yaitu mempersiapkan alat


alat untuk memandikan jenazah, seperti, tempat air,
gayung, sarung tangan, pelindung tubuh, masker, sabun,
sampo, waslap, handuk, kain, dan kapur barus. Jika ingin
lebih praktis, dapat persiapkan air dari kran dengan
menggunakan selang atau shower.
o Orang yang berhak memandikan jenazah.
1. Jika mayyit telah mewasiatkan kepada seseorang untuk
memandikannya, maka orang itulah yang berhak.

2. Jika mayyit tidak mewasiatkan, maka yang berhak adalah


ayahnya atau kakeknya atau anak laki-lakinya atau cucucucunya yang laki-laki (kalau mayatnya laki-laki, kalau
perempuan maka dari jenis putri).
3. Jika tidak ada yang mampu, keluarga mayyit boleh
menunjuk orang yang amanah lagi terpercaya buat
mengurusnya
o. Tempat memandikan mayyit harus tertutup baik dinding
maupun atapnya.
o. Dianjurkan agar yang memandikan jenazah memilih 2
orang dari keluarganya.
o. Tata Cara Memandikan Jenazah
1. Letakkan jenazah di dipan atau mejah, diusahakan

2. Tempat memandikan jenazah harus tertutup baik dengan


dinding atau dengan kain agar aurat dan cela jenazah tidak
terlihat
3. Menutup aurat jenazah dengan handuk besar atau kain
untuk jenazah pria dari pusar sampai lututnya, sedangkan
untuk jenazah dari dada sampai lututnya.
4. Bersihkan kotoran jika ada dengan cara menekan perut dan
dada, miringkan ke kanan dan ke kiri dengan menggunakan
sarung tangan atau kain perca dan disiram berkali kali
5. Siramlah Mulai dari anggota wudu yang kanan dengan
bilangan

gasal

atau

lima

kali

atau

lebih

dengan

menggunakan air dan daun bidara atau yang lainnya.

6. Bersihkan

tubuhnya

dengan

air

dengan

posisi

dimiringkan ke kanan dan ke kiri serta tutup selalu


auratnya atau aib yang ada.
7. Selama memandikan dijaga selalu agar aurat tidak
terlihat oleh umum.
8. Kemudian rambut jenazah diberi sampo agar bersih. Jika
jenazah wanita setelah bersih, rambutnya disisir dan
dipintal (Kepang) menjadi tiga pintal.
9. Siramkan pada kali terakhir dengan menggunakan air
kapur barus serta miringkan ke kanan dan ke kiri agar
air keluar dari mulutnya dan lubang yang lain.

11. Setelah selesai dimandikan dengan baik dan bersih,


keringkan badannya dengan handuk. Kemudian kain
penutup jenazah yang sudah basah, diganti dengan
kain penutup yang kering.
12. Proses memandikan jenazah sudah selesai. Setelah itu,
jenazah siap untuk dikafani.
Catatan

Apabila jenazah berusia tujuh tahun ke bawah, tidak ada


batasan auratnya, baik laki laki maupun perempuan. Janin
yang

berusia

di

bawah

empat

bulan,

tidak

perlu

dimandikan, dikafan dan disalatkan. Cukup digali lubang


dan dikebumikan. Adapun janin yang berusia di atas empat

Jenazahnya dimandikan, seperi memandikan jenazah anak


berusia tujuh tahun. Jika jenazah mengenakan gigi palsu
terbuat dari emas, hendaknya dibiarkan saja, tidak perlu
ditanggalkan. Dan, boleh ditanggalkan jika gigi palsu itu
tidak kukuh melekat. Hal tersebut boleh dilakukan jika
mulut jenazah terbuka. Jika tidak, dibiarkan saja tidak perlu
susah payah membukanya hanya untuk menanggalkan gigi
palsu tersebut.

Mengkafani Jenazah
1. Sumber Dana
Biaya untuk perawatan jenazah diambil dari harta warisan
yang ditinggalkan. Jika tidak demikian, dari harta orang
yang menanggungnya, dari dana Baitul Mal, atau dari
dermawan kaum muslim atau pelayat.
2. Kain
Untuk kaum laki-laki, paling sedikit satu lembar kain
asalkan cukup untuk menutupi seluruh tubuh, tetapi
utamanya 3 lembar. Tanpa baju dan sorban. Untuk
perempuan terdiri dari beberapa bagian (lapis) yakni kain
basahan, baju, tutup kepala, dan kain yang melapisi tubuh.
Warna kain disunahkan putih.

Cara mengkafani jenazah

Menyalatkan Jenazah
o Rukun, syarat, panduan tatacara sholat jenazah atau sholat
mayit dibawah ini adalah sudah kami ringkas, dan kami
lengkapi dengan beberapa dalil hadits dari Nabi SAW,
rukunShalat Jenazahterdiri dari 8 rukun dan Hukum
menjalankannya adalah "Fardhu Kifayah" artinya jika tidak
ada yang menjalankan, semua akan berdosa. Shalat ini gak
memakai ruku, sujud, itidal dan tahiyyat, hanya dengan 4
takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan berdiri.

o Berikut ini adalah rukun sholat jenzah:


1. Niat
Setiap shalat dan ibadah lainnya kalau tidak ada niat dianggap
tidak sah, termasuk niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam
hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat
tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5).

Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah


SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap
orang mendapatkan sesuai niatnya." (HR. Muttafaq Alaihi).
2. Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri
(seseorang mampu untuk berdiri dan gak ada uzurnya).
Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan
tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.
3. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan
bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan

Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah


Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali.
(HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)
Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya
seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu
mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau
akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah
Rasulullah SAW bersabda : "Bila kalian menyalati jenazah,
maka murnikanlah doa untuknya."
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).

Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW


antara lain :
"Allahummaghfir lahu warhamhu, waaafihi wafu anhu,
wa akrim nuzulahu, wa wassi madkhalahu, waghsilhu
bil-mai watstsalji wal-baradi."
7. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang berbunyi :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa
badahu waghfirlana wa lahu.."
8. Salam
o. Berikut ini adalah Tata Cara, Urutan dan Do'a Sholat
Jenazah:
1. Lafazh Niat Shalat Jenazah :

"Ushalli alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin


makmuuman/imaaman lillaahi taaalaa.."
Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai
makmum/imam lillaahi taaalaa.."
2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat "Al Fatihah."
3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi
SAW : "Allahumma Shalli Alaa Muhamad"

4. Setelah Takbir ketiga membaca:

Artinya :

Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya,


selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai),
maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia

Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau


membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah
yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga
(atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di
dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya
(atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari
siksa kubur dan Neraka.
atau bisa secara ringkas :
"Allahummagh firlahu warhamhu waaafihi wafu anhu.."
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan
maafkanlah dia

5. Setelah takbir keempat membaca:


"Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa badahu
waghfirlanaa walahu."
Artinya: "Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri
pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami
sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan
kepadanya"
6. "Salam" kekanan dan kekiri.
Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh hu diganti ha.

Menguburkan jenazah
Setelah selesai dimandikan, dikafani dan disholatkan, maka
jenazah harus segera dikuburkan. Disunnahkan membawa
jenazah dengan usungan jenazah yang dipanggul diatas
pundak dari keempat sudut usungan. Disunnahkan pula untuk
menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus
tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan
jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua
cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.Para pengiring tidak
dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah melarangnya.

Abu Hurairah ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu


'alaihi wasallam bersabda:"Segerakanlah penguburan jenazah,
karena jika ia adalah seorang yang shalih, maka kalian telah
mendekatkannya pada kebaikan. Tetapi, jika ia tidak termasuk
orang

yang

shalih,

maka

berarti

kalian

mempercepat

meletakkan keburukan dari pundak-pundak kalian." (HR Muslim)


Abu Sa'id ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:"Jika kalian mengikuti jenazah, maka janganlah kalian
duduk hingga jenazah itu diletakkan." (HR Muslim)
Ibnu Juraij; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:Jika salah
seorang dari kalian melihat jenazah, hendaklah ia berdiri saat ia
melihatnya hingga usungan jenazah itu berlalu, demikian kalau
sekiranya ia tidak ikut mengantar jenazah tersebut. (HR Muslim)

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit


terjaga dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak
merebak

keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada


syaq. Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
bersabda:
Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan
syaq bagi selain kita (non muslim). (HR. Abu Dawud dan
dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkamul
Janaaiz hal. 145)
Lahadadalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang
dibuat khusus di dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk
meletakkan

jenazah

di

dalamnya.

dilarang menguburkan jenazah pada 3 waktu terlarang yaitu,


ketika matahari terbit hingga ia agak meninggi, saat matahari
tepat berada dipertengahan langit hingga ia telah condong ke
barat,

dan

saat

matahari

hampir

terbenam

hingga

ia

terbenam sempurna. sebagaimana hadist dibawah ini:


DariUqbah bin Amir Al-Juhani radhiallahu anhu berkata:Ada
tiga waktu, yang mana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
telah melarang kami untuk shalat atau menguburkan jenazah
pada waktu-waktu tersebut: Saat matahari terbit hingga ia
agak meninggi, saat matahari tepat berada di pertengahan
langit hingga ia telah condong ke barat, dan saat matahari
hampir

terbenam

Muslim no. 831)

hingga

ia

terbenam

sempurna.(HR.

- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan


memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan
lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika
tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
- Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur
hendaklah mengucapkan:BISMILLAHI WA ALA MILLATI
RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di
atas millah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam).ketika
menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata:Jika Nabi
shallallahu alaihi wasallam mayat memasukkan jenazah ke

RASUULILLAH (Dengan nama Allah dan di atas agama


Rasulullah).(HR. Abu Daud no. 3213, At-Tirmizi no. 1046,
Ibnu Majah no. 1539)
- Disunnahkan membaringkan
pada

sisi

kanan

jasadnya

jenazah
(dalam

dengan
posisi

bertumpu

miring)

dan

menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali


kepala dan kedua kaki.
- Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di
bawah kepalanya, sebab tidak ada dalil shahih yang
menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain
ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
- Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan

Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah


liat agar menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk
menguatkannya.
-

Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga


genggaman tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah
diletakkan

di

dalamnya.

Rasulullah

shallallahu

Demikianlah

alaihi

yang

wassalam.

dilakukan

Setelah

itu

ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.


- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai
tanda agar tidak dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan
seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam (HR. Bukhari).
- Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah
makam dan diperciki air. Lalu diletakkan batu pada makam

- Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan.


Demikian pula menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga
duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
Abu Zubair dari Jabir ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam

melarang

mengapur

kuburan,

duduk

dan

membuat bangunan di atasnya (HR Muslim)


Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:Jika salah seorang dari kalian duduk di
atas bara api, lalu terbakar baju dan kulitnya adalah lebih
baik baginya daripada ia harus duduk di atas kuburan. (HR
Muslim)
- Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si

Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam


kuburnya.

Maka

disunnahkan

agar

setelah

selesai

menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk


mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak
dilakukan

secara

berjamaah,

tetapi

sendiri-sendiri!).

Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa


mereka.
Wallahu alam bish-shawab.
Tsauban maula Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:Barangsiapa
menshalatkan jenazah, maka baginya satu qirath pahala. Dan
bila turut menyaksikan pemakamannya, maka baginya dua
qirath pahala. Sedangkan besar satu qirath seperti besarnya
gunung Uhud. (HR Muslim)

Anda mungkin juga menyukai