1.
Pengujian
Oksihemoglobin
Warna Awal
Setelah
Penambahan
Stoke
Merah muda
Merah muda
Merah muda
Merah muda
Merah muda
Merah agak
Merah kehitaman
kehitaman dan
dan berbusa
Deoksihemoglobin
2.
Tanpa
penambahan
stokes
Penambahan stokes
berbusa
Karboksihemoglobin
3.
Tanpa
penambahan gas
CO
Merah muda
Merah agak
kehitaman dan
Merah muda
Penambahan gas CO
berbusa
Merah kehitaman
dan berbusa
Percobaan
Oksihemoglobin
Foto Hasil
Merah agak
kehitaman
dan berbusa
Merah kehitaman
dan berbusa
Deoksihemoglobin
Karboksihemoglobi
n
(HbCO)
3.2 Pembahasan
Pada praktikum biologi molekuler mengenai hemoglobin dan sifat membran,
dilakukan dua percobaan. yaitu mengenai pembentukan reaksi Deoksihemoglobin dan
oksihemoglobin yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa Hb dapat mengikat
oksigen menjadi HbO2 dan dapat terurai kembali menjadi deoksihemoglobin dan
oksigen.
Ketika hemoglobin membawa O2 itu disebut oksihemoglobin dan bila tidak
membawa O2 ini dikenal sebagai deoxyhemoglobin. Deoksi-Hb dan oksihemoglobin
memiliki warna yang berbeda. Sehingga hal tersebut dapat menjelaskan mengapa darah
di arteri kita (oksihemoglobin) berwarna merah terang daripada darah dalam pembuluh
darah kita. Oksigen berikatan dengan Fe kelompok heme karena memiliki pasangan
elektron bebas yang dapat berkoordinasi untuk Fe. Ketika suspensi darah dilarutkan
dengan aquades maka akan terbentuk warna merah terang. Yang menandakan bahwa
terbentuknya oksihemoglobin. Dalam keadaan tereduksi, Fe yang berada di dalam Hb
mengikat oksigen menjadi oksihemoglobin ( HbO2).
Ketika ditambahkan pereaksi stokes dan dikocok secara kuat- kuat. Maka oksigen
pada Hb terlepas kembali dan membentuk deoksihemoglobin. Pelepasan O2
ini
menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi
karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan
darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 > O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO > COHb (karboksihemoglobin)
Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau, berat jenis sedikit
lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan
membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena
bereaksi dengan haemoglobin darah membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb).
Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala
keracunan sesak nafas dan penderita pucat. Reaksi CO dapat menggantikan O2 dalam
haemoglobin dengan reaksi :
O2Hb + CO > OHb + O2
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman jika waktu
kontaknya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam
akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap
tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang
merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas
CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar
400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok
menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat.
Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah
terkena serangan jantung.
Percobaan
selanjutnya
adalah
mengenai
pembentukan
karbonmonoksida
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
Suspensi darah yang dialirkan gas CO berubah warna menjadi merah kehitaman
dan berbusa, menandakan bahwa CO dapat mengikat hemoglobin menjadi HbCO.
Suspensi darah yang telah dialiri CO tetap berwarna merah kehitaman walaupun
sudah ditetesi pereaksi stokes karena pereaksi stokes tidak mampu melepaskan
ikatan HbCO yang 200 kali lebih kuat dibandingkan ikatan HbO2.
Suspensi darah yang tidak dialiri CO (HbO2) berubah warna menjadi kecoklatan
setelah ditambahkan pereaksi stokes karena O2 berpisah dari Hb.
4.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam mengerjakan prosedur praktikum
terutama yang menggunakan gas CO karena gas CO dapat bereaksi dengan
hemoglobin darah membentuk HbCO.
Sebaiknya praktikan menggunakan masker selama pengerjaan prosedur
tersebuut
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan edisi 31. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Ganong, William F. 1985. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Gibson,John.2003.Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi II. Jakarta: EGC.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Hawk, Phillip B.1913. Practical Physiological Chemistry. P. Blakiston's Sons & Co.,
Philadelphia.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,
Jakarta.
Pearce, Evelyn R. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Edisi 6. Jakarta: EGC.
Staf Pangajar Departemen Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009.
Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi II. Jakarta: EGC