Disusun oleh:
Dede Rosady Gustaman, S.Ked
1008120628
Pembimbing:
dr.Arnadi, Sp.OT
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai dipusat-pusat pelayanan kesehatan diseluruh dunia. Bahkan WHO telah
menetapkan dekade ini (2000-2010) mendaji Dekade Tulang dan Persendian.
Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas adalah fraktur.
Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin
pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah
pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan
dan kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan
lalu lintas. Sementara trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh
dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olahraga.1,2
Di indonesia kematian akibat kecelakaan lali lintas kurang lebih 12.000
orang pertahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa hal tersebut membutuhkan
biaya yang sangat besar dan berkurangnya kualitas hidup seseorang akibat
kecacatan permanen.1
Fraktur terbukan sering membutuhkan pembedahan segera untuk
membersihkan area mengalami cidera, karena diskontuinitas pada kulit, debris
dan infeksi dapat masuk kelokasi fraktur dan mengakibatkan infeksi pada tulang.
Infeksi pada tulang dapat menjadi masalah yang sulit ditangani. Gustilo dan
Anderson melaporkan bahwa 50,7 % dari pasien mereka memiliki hasil kultur
yang positif pada luka mereka pada evaluasi awal. Sementara 31 % pasien yang
memiliki hasil kultur negatif pada awalnya, menjadi positif pada saat penutupan
definitif. Oleh karena itu, setiap upaya dilakukan untuk mencegah masalah
potensial tersebut dengan penanganan dini.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang
menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, tekanan langsung pada
tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak langsung, trauma
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat trauma
bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.1
2.2 Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dibagi menjadi:1
1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia
luar.
- Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
- Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak.
2. Menurut etiologis
- Fraktur traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
- Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi
atau osteoporosis.
- Fraktur stres
Terjadi karena beban lama atau trauma ringan yang terus-menerus
pada suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau
Hairline fracture
Greenstick fracture
Buckle fracture
Keadaan vaskularisasi
Palpasi:
Temperatur
Sensibilitas
Pergerakan:
2. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan radiologis dengan foto Roentgen.
6. Penatalaksanaan
Jika tibia dan fibula fraktur yang diperhatikan adalah reposisi tibia.
Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan
dikoreksi. Pemendekan kurang 2cm tidak akan jadi masalah karena akan
dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian
pemendekan sebaiknya dihindari.4,5
Fraktur tibia dan fibula dengan garis fraktur transversal atau oblik yang
stabil, cukup diimobilisasi dengan gips dan jari kaki sampai puncak paha dengan
lutut posisi fisiologis yaitu fleksi ringan, untuk mngatasi rotasi pada daerah
fragmen. Setelah dipasang, harus ditunggu sampai gips menjadi kering betul yang
biasanya membutuhkan waktu 2 hari. Saat itu gips tidak boleh dibebani.
Penyambungan fraktur diafisis biasanya terjadi antara 3-4 bulan. Angulasi dalam
gips biasanya dapat dikoreksi dengan membentuk insisi baji pada gips. Pada
fraktur yang tidak dislokasi diinstruksikan untuk menopang berat badan dan
berjalan. Makin cepat fraktur dibebani maka makin cepat penyembuhan. Gips
tidak boleh dibuka sebelum penderita dapat jalan tanpa nyeri.4,5
Garis fraktur yang oblik dan membentuk spiral merupakan fraktur yang
tidak stabil karena cenderung membengkok dan memendek sesudah reposisi. Oleh
karena itu diperlukan tindakan reposisi terbuka dan penggunaan fiksasi interna
atau eksterna. Fraktur dengan dislokasi fragmen dan tidak stabil membutuhkan
traksi kalkaneus terus menerus. Setelah terbentuk kalus fibrosis, dipasang gips
sepanjang tungkai dan jari hingga paha. Metode terapi alternatif lain pada fraktur
shaft tibia tertutup adalah dengan intramedullary nailing dan bagian teratas tibia.4,5
Fraktur biasanya merupakan akibat dari suatu trauma. Oleh karena itu
penting untuk memeriksa jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan
sirkulasi (circulation). Bila tidak didapatkan permasalahan lagi baru lakukan
anamnesis dan pemariksaan fisik yang lengkap.4,5
Penatalaksanaan fraktur:2,4
1. Terapi konservatif:
a. Proteksi saja, misal mitela untuk fraktur collum chirurgicum humeri
dengan kedudukan baik
b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal pemasangan gibs pada fraktur
incomplete dan fraktur dengan kedudukan baik
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gibs, misalnya pada fraktur
suprakondiler,
fraktur
Smith,
fraktur
Colles.
Reposisi
dapat
Syok hipovolemik
Infeksi
Embolisasi
Deformitas permanen
8. Fraktur Terbuka
Klasifikasi menurut Gustilo, Merkow, dan Templeman (1990):4,5
I.
dari fragmen tulang yang menembus keluar kulit. Terdapat sedikit kerusakan
jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simpel, transversal, oblik pendek, atau
sedikit kominutif.
jaringan yang hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dari
jaringan dengan sedikit kontaminasi dari fraktur.
III.
Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit,
dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Tipe ini biasanya
disebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi. Tipe III dibagi lagi
dalam tiga subtipe:
Tipe III a, jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun
terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat
setelah operasi
Segera dilakukan debridemen dan irigasi yang baik
Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya
Stabilisasi fraktur
Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari
Lakukan bone graft
Rehabilitasi anggota gerak yang terkena
10
Fraktur terbuka
Bila terdapat kontraindikasi pada mobilisasi eksterna sedangkan
diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur pada orangtua.
Eksisi fragmen yang kecil
Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis
avaskular misalnya fraktur leher femur pada orangtua
Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri
Fraktur epifisis tertentu pada grade III dan IV (Salter-Harris) pada
anak-anak
Fraktur multiple misalnya fraktur pada tungkai atas dan bawah
Untuk mempermudah perawatan penderita misalnya fraktur
vertebra tulang belakang yang disertai paraplegia.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna
Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksterna dengan menggunakan
kanselosa screw dengan metilmetakrilat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan
jenis-jenis lain. Indikasi:
melitus.
4. Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobatai dalam waktu periode emas (6-7 jam
mulai dari terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini
tidak dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat
dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk
mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat
dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit
dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. Yang perlu
diperhatikan adalah penutupan kulit tidak dipaksakan sehingga kulit
menjadi tegang.
5. Pemberian antibiotik
11
12
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. F
Umur
: 11 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: jl. Pasantren
Pekerjaan
: Siswa SD
MRS
: 15 Januari 2015
ANAMNESIS
Aloanamnesis ( Tanggal 15 Januari 2015)
Keluhan Utama:
Luka dan nyeri bila digerakkan pada tungkai kanan bawah setelah kecelakaan
lalu lintas 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
13
Breathing
a. Objective
- Inspeksi
interkostal (-)
- Palpasi
: Krepitasi (-)
- Perkusi
: Sonor
- Auskultasi
- RR
: 21x/i
: 15 (E4V5M6)
- Kekuatan motorik
: Ekstremitas atas
14
b. Assessment
-
Eksposure
Seluruh pakaian pasien dibuka, selimuti pasien untuk mencegah hipotermia
Secondary Survey :
1 jam SMRS pasien mengalami kecelakan lalu lintas, yaitu kecelakaan
antar sepeda motor dan mobil. Pasien dibonceng oleh teman dan
menggunakan helm. Pasien ditabrak dari arah belakang oleh pengendara mobil
dalam kecepatan sedang. pasien terjatuh kekanan dan tungkai kanan pasien
terkena bagian motor. pasien merasakan nyeri pada tungkai kanan serta tidak
dapat
digerakkan.
Kehilangan
kesadaran
tidak
ada,muntah
tidak
Kesadaran
Gizi
: Baik
Pernafasan
: 21x/menit
Nadi
: 85x/menit
Tekanan Darah
:-
Suhu
: 36,4
15
Status generalis :
Kepala : Normocephali, deformitas (-), luka (-), nyeri tekan (-), hematom (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+
Leher : Tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Thorax : Jejas (-), luka (-), nyeri tekan (-)
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Palpasi
midklavikularis kiri
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar lien tidak
teraba membesar
Perkusi
dilakukan
16
Auskultasi
Ekstremitas
Atas
: Akral hangat +/+, oedem -/-, jejas -/-, memar -/-, luka -/-
Look
Tampak luka terbuka di sisi tungkai kanan bawah bagian medial dengan
dasar luka otot
Feel
Teraba hangat (+), nyeri tekan (+), CRT <2, pulsasi a.dorsalis pedis +/+
Move
Kekuatan motorik :
o Tungkai atas : sulit dinilai
o Tungkai bawah : sulit dinilai
o Ankle joint
: sulit dinilai
17
o Jari-jari
: sulit dinilai
V. DIAGNOSIS KERJA
Fraktur cruris dextra 1/3 tengah terbuka derajat II
18
sekitar luka terbuka. Tungkai kanan bawah teraba hangat, nyeri tekan, CRT<2
detik, pulsasi a.dorsalis pedis ++.
19
Medikamentosa:
-
Pemasangan bidai/imobilisasi
Amoxilin 2 x 1 tab
Paracetamol 3 x 1 tab
Rencana Operatif:
- Konsultasi dokter bedah orthopedi.
- Open Reduction Internal Fixation dengan plate dan screw.
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
20
4.
Lung-fung,
TSE.
Management
of
Open
Fractures.
Available
at
http://www.aado.org/file/open-fracture-ws_mar09/LFTse.pdf. Accessed on
Sept, 28th 2013.
5.
21