Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1.

Definisi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-

tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983
dalam Juniati).
Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian
merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan
pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
Berikut ini beberapa definisi tentang pengorganisasian.
1. Stoner dan Walker (1986) : Pengorganisasian merupakan satu proses di mana aktivitas
kerja disusun dan dialihkan kepada sumber tenaga untuk mencapai tujuan sebuah
organisasi.
2. Jaafar Muhammad (1992) : Pengorganisasian adalah penyusunan sumber-sumber
organisasi dalam bentuk kesatuan dengan cara yang berkesan agar tujuan dan objektif
organisasi yang dirancang dapat dicapai.
3. Gatewood, Taylor, dan Farell : Pengorganisasian adalah aktivitas yang terlibat dalam
suatu struktur organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada pekerja serta membentuk
hubungan yang berguna di antara pekerja dan tugas-tugas.
4. Certo (1997) : Fokus pertama pengorganisasian adalah menentukan aktivitas yang
akan dilakukan oleh sumber daya manusia dalam organisasi dan bagaimana SDM
tersebut dapat diselaraskan atau digabungkan dengan cara yang terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kesimpulan

yang

diperoleh

dari

definisi-definisi

di

atas

adalah

bahwa

pengorganisasian adalah pembentukan struktur organisasi yang di dalamnya terkandung: 1).


Penugasan formal bagi individu-individu dan bagian-bagian organisasi, 2). Hubungan
komunikasi dan pelaporan formal termasuk garis kewenangan, penanggung-jawab keputusan,
jumlah tingkat hirarche, dan jenjang kontrol manajer, 3). Bahwa penyusunan struktur ini
untuk memastikan terjadinya koordinasi yang efektif bagi seluruh karyawan di seluruh lini
dan bagian organisasi.
2.2.

Model Pengorganisasian Masyarakat Dalam Keperawatan Komunitas


Ada tiga model yang dipergunakan dalam pengorganisasian komunitas, yaitu sebagai

berikut :

1.

Locality Development
Model ini lebih menekankan pada peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri.

Prinsipnya adalah keterlibatan langsung masyarakat, melayani sendiri, membantu diri sendiri
dalam penyelesaian masalah, dan mengembangkan keterampilan individual/kelompok dalam
proses pemecahan masalah. Peran perawat komunitas dalam model ini adalah sebagai
pendukung, fasilitator, dan pendidik (guru).
2.
Social Planning
Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakaan
birokrasi. Kepuusan komunitas didasarkan pada fakta / data yang dikumpulkan, dibuat
keputusan secara rasional. Penekanan pada penyelesaian masalah bukan proses
pengambilan keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan / hasil. Model ini
menggunakan pendekatan langsung (perintah) dalam rangka untuk megubah masyarakat,
dengan penekanan pada perencanaan. Peran perawat dalam model ini adalah sebagai
fasilitator, pengumpulan fakta/data, serta menganalisis dan melaksanakan program
implementasi.
3.
Social Action
Model ini lebih focus pada korban. Fokus pada model ini adalah mengubah komunitas
pada

polarisasi

/pemusatan

isu

yang

ada

di

komunitas

dengan

menggunakan

konflik/konfrontasi antara penduduk dan pengambilan keputusan/kebijakan. Penekanan pada


proses atau tujuan . fokus utamanya mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok. Peran
perawat sebagai aktivis, penggerak dan negosiator.
2.3. Cara Pengorganisasian Masyarakat Dalam Keperawatan Komunitas
Tahap tahap pengorganisasian Masyarakat yaitu:
1. Persiapan sosial
Dalam praktik perawatan kesehatan, tujuan persiapan sosial adalah meningkatkan
partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan sampai dengan perencanaan
program, pelaksanaan kegiatan, dan pengembangan program keperawatan kesehatan
masyarakat.
Ada dua pendekatan dalam partisipasi masyarakat, antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan partisipasi. Dalam kegiatan ini komunitas dilibatkan dalam perencanan,
penyelesaian masalah, tetapi biasanya dengan pendekatan ini proses perubahan
lambat. Namun keuntungannya, kelompok/masyarakat merasa memiliki dan
komunnitas berubah, dalam jangka waktu yang panjang.
b. Pendidikan langsung (perintah). Dalam pendekatan ini proses berubah ditentukan oleh
kekuatan luar, proses berubah berjalan cepat. Namun kerugiannya, masyarakat merasa
memiliki dan perubahan hanya berlangsung dalam jangka pendek. Kegiatan

kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditingkatkan kepada persiapan persiapan
yang harus dilakukan baik aspek teknis, administrative, dan program program
kesehatan yang akan dilaksanakan.
Dalam tahap persiapan sosial ada tiga kegiatan yang harus dilakukan, antara lain sebagai
berikut.
a) Pengenalan masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan melalui jalur formal sebagai pihak
yang bertanggung jawab secara teknis, administrative dan birokratif terhadap suatu
wilayah yang akan dijadikan daerah binaan. Pendekatan terhadap informal leader
umumnya melalui pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah
tersebut dan pusat kesehatan masyarakat atau instansi terkait yang bertanggung jawab
dalam bidang kesehatan masyarakat. Pendekatan ini diawali dengan surat permintaan
daerah binaan yang akan dijadikan lahan praktik dan dilengkapi proposal rencana
pembinaan. Selanjutnya, mengadakan pendekatan dengan tokoh-yokoh di wilayah
tersebut.
b) Pengenalan masalah. Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara
menyeluruh, dapat dilakukan survey kesehatan masyarakat dalam ruang lingkup
terbatas, sehingga masalah masalah yang dirumuskan benar benar masalah yang
menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat
sangat diperlukan, sehingga mereka menyadari sepenuhnya masalah yang mereka
hadapi dan mereka sadar bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Masalah yang
ditemukan pada tahap ini tentunya tidak hanya satu masalah, sehingga perlu disusun
skala prioritas penanggulangan masalah bersama sama masyarakat formal dan
informal.
c) Penyadaran masyarakat. Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar
mereka :
Menyadari masalah - masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka

hadapi;
Secara sadar mereka ikut berpartisispasi dalam kegiatan penanggualangan

masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi;


Tahu cara memenuhi kebutuhan upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan

sesuai denngan potensi dan sumber daya yang ada pada mereka.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan
pelayanan kesehatan dan keperawatan diperlukan suatau mekanisme yang
terencana dan terorganisasi denga baik. Istilah yang sering digunakan dalam

keperawatan komunitas untuk menyadarkan masyarakat adalah lokakarya mini


kesehatan, musyawarah masyarakat desa atau rembuk desa.
Hal hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah ;
-

Libatkan masyarakat;
Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah disesuaikan dengan potensi dan

sumber daya yang ada pada masyarakat;


Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat;
Kesadaran dari kelompok- kelompok kecil masyarakat hendaknya disebarkan kepada

kelompok masyarakat yang lebih luas;


Adakan interaksi dan interelasi dengan tokoh tokoh masyarakat secara intensif dan
akrab, sehingga mereka dapat di manfaatkan untuk usaha motifasi, komunikasi-yang

kemudian dapat menggugah kesadaran masyarakat


Dalam mengatasi sifat-sifat masyarakat, perawat komunitas dapat memanfaatkan jalur
kepemimpinan masyarakat setempat untuk mendapatkan legitimasi, sehingga
kesadaran masyarakat dapat dipercepat.

2. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam mini lokakarya atau
musyawarah masyarakat desa, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah :
1. Pilihlah kegiatn yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
2. Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah.
3. Kegiatan disesuaikan dengana kemampuan, waktu dan sumber daya yang tersedia di
masyarakat.
4. Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan
dalam penanggulangan masalah.
Dalam tahap ini, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
adalah penyuluhan kesehatan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan skala prioritas
masalah. Agar penyuluhan tersebut mudah dipahami masyarakat, maka petugas kesehatan
atau mahasiswa keperawatan komunitas harus membuat Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
disertai lampiran materi penyuluhan dan leaflet.

3. Evaluasi
Penillaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu.
Penilaian dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
1. Selama kegiatan berlangsung (penilaian formatif), penilaian ini dilakukan untuk
melihat apakah pelaksanaan

kegiatan yang dijalankan sesuai perencanaan

penanggulangan masalah yang disusun. Penilaian ini juga dapat dikatakan monitoring,
sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yan g akan dicapai.
2. Setelah program selesai dilaksanakan (penilaian sumatif), penilaian ini dilakukan
setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan. Penilaian ini
disebut juga penilaian pada akhir program, sehingga dapat diketahui apakah tujuan
atau target dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang akan dilakukan. Perluasan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Perluasan kuantitatif, yaitu perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang akan
dilakukan, apakah pada wilayah setempat atau di wilayah lainnya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2. Perluasan kualitatif, yaitu: perluasan dengan meningkatkan mutu atau kualitas
kegiatan yang telah dilaksanakan , sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari
masyarakat yang dilayani.
2.4. Pokjakes
2.4.1. Definisi
Pokjakes (Kelompok Kerja kesehatan) adalah suatu wadah yang dibentuk oleh
masyarakat secara bergotong royong dengan kekuatan sendiri untuk:
a. Menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara kehidupan yang sehat dan
sejahtera.

c. Mengajak masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan diwilayah


RW/RT
2.4.2. Pentingnya dibentuk Pokjakes
Pokjakes sangat diperlukan karena :
1. Dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam setiap pembangunan
kesehatan diwilayahnya
2. Dapat meningkatkan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat
didasarkan atas prinsip dari,oleh dan untuk masyarakat
3. Dapat memanfaatkan sumber daya (dana.waktu,tenaga dan kemampuan) yang
dimiliki masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya.
2.4.3. Ciri-ciri Pokjakes
1. Dilakukan atas dasar kesadaran,kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri
sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat.
2. Berprinsip dari,oleh dan untuk masyarakat
3. Kalau ada bantuan dari luar,hanya bersifat melengkapi,memacu, mendorong,
dan bukannya menggantungkan diri kepada orang lain.
4. Rencana kegiatan POKJAKES disusun secara musyawaraholeh masyarakat
bersama petugas kesehatan.
5. Kegiatan POKJAKES digerakkan oleh kader dibidang kesehatan yang telah
dilatih.Kader tersebut berasal dari masyarakat setempat.
2.4.4. Bidang Kegiatan Pokjakes
Kegiatan pokjakes meliputi 8 macam pelayanan kesehatan dasar, yaitu:
1. Pendidikan/penyuluhan mengenai:
a. Cara mencegah dan menanggulangi penyakit
b. Pemecahan masalah kesehatan
2. Peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Pengadaan air bersih dan MCK (mandi, cuci, kakus) yang memadai
jumlahnya dan memenuhi syarat kesehatan
4. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
5. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
6. Pemberian kekebalan terhadap penyakit infeksi yang utama misalnya: TBC,
Difteri, Tetanus, Polio, Campak, Hepatitis.
7. Penyediaan obat-obat penting.
8. Pengobatan sederhana terhadap penyakit umum dan luka-luka.
2.4.5. Tugas Pokok POKJAKES
1. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan ibu dan anak di wilayahnya
a. Ibu hamil dan menyusui
b. Imunisasi balita dan ibu hamil
c. Gizi balita/PMT
d. Memotivasi ke posyandu
2. Mensukseskan program NKKBS ( norma keluarga kecil sejahtera )

a. Pelayanan KB
b. Penyuluhan pasangan usia subur
c. Memotivasi ke posyandu
3. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan usia lanjut di wilayahnya.
a. Kesehatan usila
b. Aktivitas dan olahraga usila
c. Memotivasi ke posyandu usila
4. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda
a. Penyuluhan NAPZA ( Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya )
b. Pergaulan remaja dan pemuda.
c. Produktivitas remaja dan pemuda.
5. Penggerak/promotor kesehatan kesehatan lingkungan
a. Sanitasi Perumahan
b. Pengguanaan air bersih dan pembuangan sampah
c. Penanganan sampah-sampah dan desain tempat sampah.
d. Pemanfaatan perkarangan
e. Drainase/saluran air hujan/limbah warga

Anda mungkin juga menyukai