BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik dimana
terdapat tekanan yang dierikan berlebihan pada tulang.fraktur lebih sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan leh
kecelakaan kendaraan bermotor.
Jumlah korba kecelakaan lalu lintas di Indonesia cenderung turun, yaitu
47.401 orang pada tahun 1989, menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio
jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan rasio korban
meninggal sebesar 5,63 per 100.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada
di wilayah Kalimantan timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di
Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Depkes, 1996)
Oleh karena itu kami akan membahas mengenai Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Fraktur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Fraktur?
2. Apa Etiologi dari Fraktur?
3. Bagaimana Proses terjadinya Fraktur?
4. Bagaimana Klasifikasi Fraktur?
5. Apa saja Faktor-faktor penyembuhan Fraktur?
6. Bagaimana Penatalaksanan dari Fraktur?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan Fraktur?
C. Tujuan Masalah
Tujuan Umum
1111
3.
4.
5.
6.
7.
Proses Terjadi
Klasifikasi Fraktur.
Faktor Penyembuhan
Penatalaksanan dari Fraktur.
Asuhan Keperawatan pasien dengan Fraktur.
BAB II
FRAKTUR
A. Pengertian
Pravelensi
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
kecelakaan. Sedangkan pada usia lanjut pravelensi cenderung banyak terjadi
pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan
perubahan hormone.
C. Proses Terjadinya Fraktur
Tulang kortikal mempunnyai struktur yang dapat menahan kompresi dan
tekanan memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan
tulang menahan tekanan, trauma tekanan, membengkok, memutar, dan menarik
(chairudin rasjad 1998).
dari daerah fraktur, trauma tersebut disbut trauma tidak langsung. Misalnya,
Terbuka
Tertutup
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klafikula. Pada
kan Arteri, infeksi, perdarahan
(syok),
nekrosis
Resiko
Avaskular
Infeksi,
adanya
keadaan
ini biasanya
jaringan
lunak tetap
utuh. emboli lemak dari fraktur tulang panj
Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi tekanan kemampuan
tulang dalam menahan tekanan. Tekanan pada tlang dapat berupa tekanan berputar
yang meneyebabkan fraktur bersifat
spiral atau
oblik ; tekanan membengkok
Trauma
penetrasi
menyebabkan fraktur transfersal ; tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat
Pendarahan
Cedera Vaskular
Trombosis penuh
menyebabkna fraktur inspaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi ; kompersi fentrikal
dapat menyebabkan komunitif atau memecah, misalnya pada badan vertebra, talus,
Komplikasi
atau fraktur buckle pada anak-anak ; trauma langsung yang disertai dengan resitensi
pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z ; fraktur
Penyebab kematian lambat (>3hari)
karena
remuk ;kematian
trauma karena
Penyebab
dinitarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian
tulang.
Hemoragi dan cedera kepala
Gangguan organ multiple
Pelepasan toksin
Syok hipvolemik
kematian
sepsis
PATOFISIOLOGI
Penurunan perfusi organ Penuruan curah jantung
Penurunan tahanan vascular sistemik
Syok sepsis
Penurunan tekanan darah & perfusi perifer
D. Klasifikasi Fraktur
Chaerudin rasja (1998) mengklasifikasikan fraktur dalam beberapa keadaan sebagai
berikut :
1. Fraktur traumatik. Terjadi karena yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
sehingga terjadi patah.
2. Fraktur patologis. Terjadi kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Faktor patologis terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang
sering kali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari
fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor, baik tumor primer maupun tumor
mestastasis.
3. Ftraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
Klasifikasi jenis sangat umum sangat digunakan dalam konsep fraktur dalam
beberapa sumber. Jenis-jenis fraktur tersebut adalah simple fraktur ( fraktir tertutup);
coummpound fraktur (fraktur terbuka), tranfersel fraktur (fraktur transfersal /
sepanjang garis tangn tulang), spiral fraktur (fraktur yang memuntir seputar batang
Perawat dalam menghadapi situasi kinis klien secara langsung perlu memahami
keadaan anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal situasi tersebut dapat
memberikan gambaran pada perawat untuk melakukan perencanaan dan
implementasi kperawatan yang sesuai dengan klinis atau keluhan klien. Secara
teknik, konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi
oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur. Fragmen fraktur dapat menembus
kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada
posisinya semula. Pada keadaan semacam ini operasi untuk irigasi, debridemen, dan
pemberian antibiotik melalui intravena mungkin perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya esteomielitis. Pada uunya, operasi irigasi dan dibridemen pada fraktur
terbuka harus dilakukan sebelum waktu 6 jam untuk mengurangi kemungkinan
infeksi.
Gambaran foto polos sinar x sangat memebantu perawat dalam melakukan
perencanaan dan implementasi lebih jauh. Derajat kelainan dari patah tulang dapat
diketahui oleh team kesehatan dengan beberapa klasifikasi. Charles A. Rockwood
mengklasifikasikan fraktur secara radiologis.
1. Lokalisasi/letak fraktur : diafisis, metafisis, intraatrikular, dan fraktur dengan
dislokasi.
2. Konfigurasi/sudut patah dari fraktur :
Fraktur transversal. Fraktur transversal adalah fraktur yang garis
patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur
semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempatnya semula. Segmen-segmen itu akan
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
mneybabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahanya. Fraktur
semacam ini sulut ditangani. Biasanya satu ujung yang memiliki
pembuluh darah yang menjadi sulit unutk sembuh. Keadaan ini
10
24 sampai 48 jam pertama setalh cedera. Ileus dan retensi kemih dapat
juga trjadi pada cedera ini.
3. Menurut ekstensi :
Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur greenstick. Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna
dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih
utuh, demikian juga periosteum. Fraktur ini akan segera sembuh dan
segera mengalami perubahan bentuk dan fungsi agar menjadi normal
kembali.
4. Fraktur avulsi. Fraktur avulsi memisahakna suatu fregmen tulang pada tempat
invertif tendon ataupun ligamen.
5. Fraktur sendi. Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan
sendi, terutama apabila gemetri sendi terganggu secara bermakna.
Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan
Fraktur
Falang (jari)
Metacarpal
Karpal
Skafoid
Raius dan ulna
Humerus :
Suprakondiler
Batang
Lamanya minggu
3-5
6
6
10 (atau sampai terlihat penyatuan pada sinarX)
10-12
3
8-12
11
Proksimal (impaksi)
Proksimal (dengan pergeseran)
Klavikula
Vertebra
Pelvis
Femur :
Intrakapsuler
Intratrokhanterik
Batang
Suprakondiler
Tibia :
Proksimal
Batang
Maleolus
Kalkaneus
Metatarsal
Falang (jari kaki)
3
6-8
6-10
16
6
24
10-12
18
12-15
8-10
14-20
6
12-16
6
3
E. Faktor Penyembuhan
Seorang perawat perlu mengethaui fraktor-fraktor yang mendukung
peneyembuhan fraktur dengan implikasi pemeberian asuhan kperawatan yang lebih
baik pada klien. Menurut chairudi rasjad (1999), faktor-faktor yang menetukan lama
penymebuhan fraktur adalah sebagai berikut.
1. Usia penderita. Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat dari
pada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis
pada peri osteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang padabayi
sangat aktif. Apabila usia bertabah, proses tersebut semakin berkurang.
2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur. Lokalisasi fraktur memegang peranan
penting. Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat dari pada fraktur diafisis.
Disamping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat
penyembuhan dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih
banyak.
3. Pergerseran awal fraktur. Pada fraktur yang periosteum tidak bergeser,
penyembuhan nya 2x lebih cepat dengan fraktur yang bergser.
4. Faskularisasi padakedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunnyai
fasularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu fisi
12
13
14
15
16
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kegawat daruratan
Bila dicurigai adanya fraktur, pentig untuk melakukan imobilisasi bagian
tubuh segera sebelum klien dipindahkan. Bila klien mengalami cedera, sebelum
dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas sampai dibawah
17
18
2.
3.
4.
5.
6.
Pengetian
Diagnosa dan penilaian
fraktur
Prinsip penatalaksanaan
Prinsip pertama dalah
mengetahui dan menilai
kedaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaam
klinik, dam radiologi.
Pada awal pengobatan
perlu diperhatikan
lokalisis fraktur, bentuk
fraktur, menentukan
teknik yang sesuia unutk
pengobatan dan
menghindar komplikasi
yang mungkin terjadi
selama dan sesduah
Reduction
pengobatan.
Reduksi fraktur apabila perlu.
paling optimal
artikuar diperlukan
didapatkan
reduksi anatomis.
Sedapat mungkin
19
mengembalikan fungsi
normal dan mencegah
komplikasi seperti
kekuan , deformitas serta
perubahan osteoartitis
Imobilisasi fraktur
dikemudian hari.
Secara umum, teknik
pentalaksanaan yang
digunakan adalah
mengistirahtkan tulang
yang mengalami fraktur
dengan tujujan penyatuan
yang lebih cepat anatra
kedua fragmen tulang
Mengembalikan aktivitas
fungsional semaksimal
dengan mengoptimalkan
mungkin
20
mengalami masalah.
Penatalaksanaan medis. Seorang perawat yang melakukan asuhan
muskuloskeletal perlu mengenal metode pengobatan yang biasa dilakukan pada
fraktur tertutup. Pada umunya, metode pengobatan yang digunakan sebgai berikut :
1. Penatalaksanaan konservatif.
Pentalaksanaan konservatif merupakan pentalaksanaa non pembedahan agar
imobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
Proteksi (tanpa reduksi atau imobilisasi). Proteksi fraktur terutama
unutk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara membrikan sling
(mitela) pada anggota gerak atas tonglat ada anggota gerak bawah .
tindakan ini terutama diindikasikan pada fraktur-fraktur tidak bergeser,
fraktur iga yang stabil, falang dan metakarpal, atau fraktur klavikula
pada anak. Indikasi lain yaitu fraktur komperesi tulang belakang,
fraktur impaksi pada humerus proksimal, serta fraktru yang sudah
mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi
radiologis.
21
dipertahankan.
Fraktur yang tidak stabil atau bersifta komunikatif bergerak
Imobilisasi untuk mencegah frajtur patologis
Sebgaai alat bantu tambahan pada fiksasi internal yang kurang
kuat
Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut yang diikuti dengan
imobilisasi
Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi
berlnajut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi
kulut dan trkasi tulang.
Traksi
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, menyejajarkan
dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas; dan untuk
22
Implikasi keperawatan
1. Dampak psikologis dan fisiologis
23
D.
E.
F.
G.
penyakit tromboemboli.
Konstipasi karena penuruna aktivitas
Anoreksia
Statis dan infeksi kemih
Thrombosis vena dalam
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter raksi. Tindaan ini
mempunyai dua tujun utama, yaitu berapa reduksi yang bertahapdan
imobilisasi.
Indikasi tindakan ini ;
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi tidak memungkinkan sert
Traksi traksi kulit menggunakan leukoplas yang melekat pada kulit disertai dengan
pemakaian bidai Thomas atau brown bohler.
24
Traksi menetap. Traksi menetap juga menggunakan leukoplas yang melkat pada bidai
olekranon, pada tengkorak, pada trokanter mayor, dan pada bagian distal metacarpal.
Traksi berimbang dan traksi slidding.
Traksi berimbang dan traksi slidding terutama digunakan pada fraktur fmur. Traksi ini
menggunakan traksi skeletal dengan banyak katrol dan bantalan khusus. Berbagai jenis
raksi lainnya dipergunakan sesuai jenis fraktur. Secara ringkas, gambar-gambar dibawah
C. Traksi Ekstensi
25
D. Traksi Bryant
26
27
28
medis mengenai perencanaan pembedahan yang sesuai kondisi klien dan sebagai
bahan perencanaan asuhan keperawatan.
Indikasi pembedahan dengan reduksi dan fiksasi eksternal
1.
2.
3.
4.
5.
Setelah
29
Eksisi fragmen tulang dan pergantian dengan prostesis. Pada fraktur leher
femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi nekrosis avaskular dari
fragmen atau non-union. Oleh karena itu, dilakukan pemasangan prostesis,
yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk mengantikan bagian yang
nekrosis. Prostesis juga seringdigunakan setelah klien diamputasi.
Sasaran utama asuhan keperawatan pada klien setelah amputasi dan dilakukan
pemasangan prostesis meliputi pengurangan nyeri, tidak adanya gangguan
persepsi sensori, penyembuhan luka, penerimaan terhadap perubahan citra tubuh,
resolusi proses bersedih, perawatan diri secara mandiri, pengembalian monbilitas
fisik, dan tidak adanya komplikasi. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang komprehensif pada klien fraktur terbuka tersebut. Pada prinsipnya, fraktur
terbuka adlalah fraktur yang berhungan dengan lingkungan luar melalui kulit
karena adanya pintu masuk kuman yang memungkinkan terjadinnya kontaminasi
bakteri sehingga timbul masalah keperawatan berupa tingginya resiko infeksi.
Perawat perlu mengenal jenis-jenis luka akibat fraktur terbuka, misalnya tusukan
tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar uleh karena tertembus
peluru atau trauma langsung.
30
31
32
6. Osteomielitis kronik
7. Non-union dan mal-union
8. Kekakuan sendi
9. Komplikasi lain karena peawatan yang lama
10. Delayed union
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo, Merkow da Templemen.
Grade
I
Keadaan klinis
Luka kecil yang panjangnya kurang dari 1 cm biasanya karena luka tusukan dari
dalam kulit yang menembus keluar. Ada sedikit kerusakan jaringan dan tidak
ada tanda-tanda trauma tulang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat simpel transversal oblik pendek atau sedikit kominutif.
Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang parah atau
II
avulsi kulit. Ada kerusakan yang sedang pada jaringan dngan sedikit
IIIA
kontaminasi fraktur.
Adanya kerusakan yang lebih parah pada jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan
struktur neuorovaskuler dengan kontaminasi yang berat. Tipe ini biasanya
IIIB
IIIC
33
34
35
11. Pola tatanilai dan keyakinan. Klien fraktur tidak dapat melaksanakan ibadah
dengan baik, terutama frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini
dapat disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (local). Hal
ini diperlukan untuk dapat melaksanakan perawatan total (total care) karena ada
kecenderungan bahwa spesialis hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit,
tetapi lebih mendalam.
Hal yang harus diketahui dalam pemeriksaan fisik klien fraktur adalah sebagai
berikut.
1. Gambaran umum. Perawat pemeriksa perlu memerhatikan pemeriksaan secara
umum yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien. Hal yang perlu
dicatat adalah tanda-tanda sebagai berikut.
Kesadaran klien: apatis, spoor, koma, gelisah, kompos mentis yang
maupun bentuk.
Secara sistemik, dari kepala sampai kelamin.
Perawat harus memperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal klien,
terutama mengenai status neurovascular.
2. Keadaan local pemeriksaan pada system musculoskeletal adalah sebagai
berikut.
Look (inspeksi). Perhatikan apa yang dapat dinilai, antara lain sebagai
berikut.
Sikatriks (jaringan parut, baik yang lamai maupun buatan seperti
bekas oprasi)
Fistula
Warna kemerahan atau kebiruan (livid) atau hiperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal)
36
37
tulang.
Fosfatase alkali meningkat pada saat kerusakan tulang dan menunjukkan
penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain. Pada pemeriksaan kultur mikroorganisme dan tes
sensitivitas didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
Elektromiografi terdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur.
Artroskopi didapatkan jaringan iikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
Indium imagingpada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
MRI menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
2. Diagnosa keperawatan
38
4. Rencana Keperawatan
39
Rasional
1. Meningkatkan stabilitas,
menurunkan kemungkinan gangguan
posisi/penyembuhan.
2. Tempat tidur lembut atau lentur
dapat membuat deformitas gips yang
masih basah, mematahkan gips yang
sudah kering atau memengaruhi
dengan penarikan traksi.
3. Mencegah gerakan yang tak perlu
dan perubahan posisi. Posisi yang
tepat dari bantal juga dapat
mencegah tekanan deformitas pada
gips yang kering.
4. Gips panggul/tubuh atau multiple
dapat membuat berat dan tidak
praktis secara ekstrem. Kegagalan
untuk menyokong ekstremitas yang
di gips dapat menyebabkan gips
patah.
5. Pembebat koaptis (misalnya jepitan
jones-sugar) mungkin digunakan
untuk memberikan imobilisasi
fraktur di manan edema jaringan
berlebihan. Seiring dengan
berkurangnya edema, penilaian
40
fraktur.
6. Traksi memungkinkan tarikan pada
hindari mengangkat/menghilangkan
mengatasi tegangan
berat.
9. Bantu melekatkan beban di bawah
roda tempat tidur bila ada indikasi.
10. Kaji ulang tahanan yang mungkin
timbul karena terapi, contoh
pergelangan tidak menekuk/duduk
dengan traksi buck atau tidak
memutar dibawah pergelangan
dengan traksi russel.
otot/pemendekan untuk
memudahkan posisis/ penyatuan.
Traksi tulang (pen, kawat, jepitan)
memungkinkan penggunaan berat
lebih besar untuk penarikan traksi
daripada digunakan untuk jaringan
kulit.
7. Menyakinkan bahwa susunan traksi
berfungsi dengan tepat untuk
menghindari interupsi
penyambungan fraktur.
8. Jumlah beban traksi optimal
dipertahankan.
9. Membantu ketetapan posisi klien
dengan fungsi traksi dengan
memberikan keseimbangan timbale
balik.
10. Mempertahankan integritas tarikan
traksi.
11. Traksi Hoffman memberikan
stabilitas dan sokongan kaku untuk
tulang fraktur tanpa menggunakan
katrol, tali atau beban,
memungkinkan
mobilitas/kenyamanan klien lebih
41
perubahan/tambahan terapi.
13.mungkin diindikasikan untuk
meningkatkan pertumbuhan tulang
pada keterlambatan
penyembuhan/tidak menyatu.
cedera.
2. MeningKatkan aliran balik vena,
kaki.
pada bagian yang sakit
5. Evaluasi nyeri; lokasi, karateristik, intensitas 5. Mempengaruhi efektifitas intervensi. Tingkat
(skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri
emosi/prilaku)
6. Dorong klien untuk mengekspresikan
masalah berhubungan dengan cedera.
42
pengalaman kecelakaan.
7. Memungkinkan klien untuk siap secara
mental dalam melakukan aktivitas, dan
berpartisipasi dalam mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
8. Meningkatkan relaksasi otot dan
latihan/aktivitas.
9. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak
partisipasasi klien.
9. Mempertahankan kekuatan/mobilitas otot
pasif/aktiv.
10. Berikan alternatif tindakan kenyamanan,
seperti pijatan punggung, perubahan
posisi.
11. Dorong pengunaan manajemen stres,
teurapetik.
koping klien.
13. dapat mengidentifikasikan terjadinya
sindrom kompartemen.
analgesik.
Kolaborasi
14. lakukan kompres dingin 24-48 jam
pertama sesuai kebutuhan.
15. berikan obat sesuai order : narkotik dan
analgesik non narkotik,NSAID.
Berikan narkotik sesuai order selama 35 hari.
43
Rasional
1. dapat menyebabkan bendungan sirkulasi
bila terjadi edema.
2. penurunan/tak adanya nadi dapat
sehat.
vena.
4. perasaan kebas, kesemutan, peningkatan
melokalisasi nyeri.
5. Tes sensasi saraf perifer dengan
menusuk pada kedua selaput antara
44
mengindikasikan tekanan
jaringan/iskemia, menimbulkan
kerusakan/nekrosis.
7. alat traksi dapat menyebabkan tekanan
pada pembuluh darah/saraf, terutama
pada aksila dan lipat paha,
mengakibatkan iskemia dan kerusakan
saraf permanen.
8. meningkatkan drainase vena/mengurangi
sindrom kompartemen.
9. Kaji panjangnya ekstremitas yang
perdarahan.
10. diskolasi fraktur sendi (khusunya
penigkatan nyeri.
kedistal.
11. meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
pengumpulan darah khusunya pada
ekstremitas bawah.
12. terdapat peningkatan potensial untuk
positif).
45
sesuai indikasi.
15. Buat bebat/spalk sesuai kebutuhan.
sirkulasi.
15. mungkin dilakukan pada keadaan darurat
untuk menghilangkan retriksi sirkulasi
yang diakibatkan oleh pembentukan
amputasi.
17. membantu dalam kalkulasi kehilangan
darah dan membutuhkan keefektifan
terapi penggantian.
18. Muungkin diberikan secara profilaktik
indikasi.
19. Berikan kaus kaki antiembolik sesuai
indikasi.
Rasional
1. tekipnea,dispnea,serta perubahan mental
merupakan tanda dini insufisiensi
46
sianotik sentral.
luas/cenderung kegagalan.
2. adanya bunyi tambahan menunjukkan
hiperesonan,juga adanya
sesak napas.
lemak.
3. untuk mencegah terjadinya emboli lemak
pertama.
pelvis.
4. meningkatkan ventilasi alveolar dan
dengan sering.
5. Perhatikan peningkatan
kegelisahan,letargi, stupor.
palatum.
7. Kolaborasi
Bantu dalam spirometri insentif.
8. Berikan oksigen tambahan,sesuai
order.
47
misal :
AGD
Kortikosteroid.
Rasional
1. klien mungkin dibatasi oleh presepsi
tentang keterbatasan fisik aktual,
memerlukan informasi atau interfensi
untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan.
2. memberikan kesempatan untuk
48
akut/edema.
5. mempertahankan posisi fungsional
ekstremitas tangan/kaki, dan mencegah
komplikai.
6. mobilisasi dini menurunkan komplikasi
mobilitas.
7. Pantau TD dalam melakukan
pusing.
rutin.
menyebabkan konstipasi.
10. mempertahankan hidrasi tubuh,
pemberian jus.
49
12. Kolaborasi
Konsul dengan ahli terapi fisik, okupasi,
rehabilitasi.
motilitas usus.
12. berguna dalam membuat jadwal aktivitas
klien. Klien dapat mmerlukan bantuan
jangka panjang dengan gerakan,
kekuatan, dam aktivitas yang
mengandalkan berat badan, juga
Rasional
1. fraktur mempengaruhi kemampuan
seseorang melakukan aktivitas
sehari-hari seperti kehilangan
pekerjaan, perubahan daya hidup.
adadaktif.
3. Libatkan orang yang berarti dan
penyelesaian masalah.
3. orang lain dapat membantu klien
diperlukan.
keamanan.
5. klien mampu memperoleh kembali
50
rencana terapi.
6. pendidikan dan pemahaman klien
supervisi kesehatan.
rasional
1. Memberikan informasi tentang
sirkulasi kulit dan masalah yang
mungkin di sebabkan oleh alat dan/
pemaanang gips/ bedat atau traksi,
pembentukan edema yang
membutuhkan intervensi medik lanjut.
2. Menurunkan tekanan pada area yang
51
memasang, mempertahankan
atau melepas gips, dan dukung
bantal setelah pemasangan.
Potong kelebihan plester dari
ujung gips sesegera mungkin
menindungi kulit.
Mencegah lekukan/ dataran di atas
bedatan/gips.
Beri bantalan pada akhir gips
52
kasur.
6. Traksi kulit dan perawatan kulit.
Bersihkan kulit dengan air
sabun hangat.
Berikan tintur bezoin.
Gunakan plester traksi kulit
memanjang pada sisi tungkai
yang sakit.
Lebarkan plester sepanjang
tungkai.
Tandai garis dimana plester
kerusakan jaringan
Mempunyai efek pengering, yang
53
jarum.
Beri bantalan/pelindung dari
kulit domba, busa.
Kolaborasi
8. Gunakan tempat tidur busa, bulu
doba, bantal apung atau kasur udara
sesuai indikasi.
9. Buat gips dengan katup tunggal,
katup ganda atau jendela sesuai order.
54
risiko ekskoriasi.
8. Karena imobilisasi, bagian
tubuh/tulang yang menonjol dan
sakit akibat gips akan mengalami
penurunan sirkulasi.
9. Memungkinkan pengukuran
tekanan dan memberikan akses
untuk perawatan luka/kulit.
8. Diagnosis keperawatan: risiko tinggi terhadap infeksi.
Tindakan
Rasional
55
Mandiri
1. Inspeksi kulit dari adanya iritasi
atau robekan kontinuitas.
2. Kaji sisi pin/kawat, perhatian
keluhan peningkatannyeri/ rasa
terbakar atau adanaya edema,
eritma, drainase/bau tak enak.
3. Lakukan perawatan pin atau kawat
steril sesuai protokol dan mencuci
tangan.
4. Instruksikan klien untuk tidak
menyentuh sisi insersi.
5. Tutupi pada akhir gips pertineal
dengan plastik.
6. Observasi luka dari pembentukan
bula, krepitasi, perubahan warna
56
penyebab infeksi.
Titik panas menunjukan peningkatan
area vaskularitas, indikasi
osteomielitis.
11. Obat sesuai order:
Antibiotik spektrum luas dapat
digunakan secara profilaksis atau di
tujukan pada mikroorganisme
khusus.
Profilatik karena kemungkinan
adanya tetanus pada luka terbuka.
12. Debridemen lokal/ pembersihan luka
mengurangi mikroorganisme dan
insiden infeksi sistemik.
13. Sequestrektomi (pengangkatan
tulang nekrotik) di perlukan untuk
membantu penyembuhan dan
mencegah perluasan proses infeksi.
Rasional
1. Memberikan daras pengetahuan
dimana klien dapat membuat pilihan
informasi.
2. Banyak fraktur memerlukan gips,
debat atau penjepit selama proses
57
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Ningsih Nurma. 2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuluskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Arif Muttaqin.