Brucellosis
Brucellosis
Disusun Oleh :
DADANG TRIBOWO
ABDILLAH FARKHAN
NIM. 25010110151163
NIM. E2A008001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
DASAR TEORI
A.Identifikasi
Penyakit bakteri sistemik dengan gejala akut atau insidius, ditandai dengan
demam terus menerus, intermiten atau tidak tentu dengan jangka waktu yang
bervariasi. Gejala yang timbul berupa sakit kepala, lemah, berkeringat, menggigil,
arthralgia, depresi, kehilangan berat badan dan sakit seluruh tubuh. Infeksi
supuratif terlokalisir dari organ-organ termasuk hati dan ginjal bisa terjadi; gejala
sub klinis dan infeksi kronis yang terlokalisir juga bisa terjadi. Penyakit ini bisa
berlangsung beberapa hari, beberapa bulan atau kadang-kadang bertahun-tahun
jika tidak diobati dengan tepat. Komplikasi osteoartikuler bisa di temukan pada 20
60 % kasus. Manifestasi pada sendi yang paling sering adalah sakroiliitis.
Infeksi saluran kemih dilaporkan terjadi pada 2 20 % kasus dan yang paling
umum adalah orkitis dan epididimitis. Biasanya terjadi penyembuhan tetapi bisa
juga terjadi kecacatan. Case Fatality Rate dari bruselosis sekitar 2 % atau
kurang dan biasanya sebagai akibat dari endokarditis oleh infeksi Brucella
melitensis. Kompleks gejala neurosis kadang-kadang dikelirukan dengan
bruselosis kronis. Diagnosa laboratorium dibuat dengan mengisolasi bakteri
penyebab infeksi dari spesimen darah, sumsum tulang atau jaringan lain, atau juga
dari discharge penderita. Pemeriksaan serologis perlu dilakukan di laboratorium
yang berpengalaman, untuk menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi pair sera.
Interpretasi hasil pemeriksaan serologis pada pasien kambuh dan kronis sangat
sulit karena titer antibodi biasanya rendah. Pemeriksaan untuk mengukur antibodi
IgG mungkin membantu untuk penegakan diagnosa pada kasus kronis, karena
pada infeksi aktif ada kenaikan titer IgG. Teknik pemeriksaan serologis spesifik
diperlukan untuk deteksi antibodi Brucellosis canis yang tidak bereaksi silang
dengan spesies lain.
B. Penyebab Penyakit
Bruselosis disebabkan oleh Brucellosis abortus, biovarians 1 6 dan 9,
B. Melitensis biovarians 1 3, B. suis, biovarians 1 5 dan B. canis.
C. Distribusi Penyakit
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama di negara Mediteran,
Eropa, Afrika Timur, negara-negara timur Tengah, India, Asia Tengah, Meksiko
dan Amerika Selatan. Sumber infeksi dan organisme, penyebab penyakit
BAB III
SURVEILANS BRUCELLOSIS
8) Timeliness
e) Mendeskripsikan sumber daya yang digunakan oleh operator
sistem dan apabila memungkinkan memprediksikan biaya yang
diperlukan.
f) Membuat list keismpulan dan rekomendasi.
C. Surveilans Brucellosis Pada Manusia
Tujuan utama dari human surveillance brucellosis adalah untuk
mengidentifikasi infeksi baru pada manusia. Hal ini biasanya dilaporkan
sebagai kasus per 100.000 populasi. Tujuan lainnya adalah untuk
mendeterminasi apakah infeksi adalah utamanya berasal dari makanan atau
berasal dari lainnya. Jika berasal dari makanan apakah infeksi tersebut berasal
dari produksi rumahan atau komersial food. Surveilans rutin terhadap
makanan yang beresiko tinggi biasanya mahal dan tidak menjamin 100%
keamanan makanan yang dapat dilakukan saat hazard analisis and critical
control point (HACCP) program, seperti memonitor treatment pemanasan dan
pemasakan. Tujuan kedua adalah apakah infeksi pada manusia didahului pada
infeksi yang tidak terukur sebelumnya pada binatang.
Indikator survailans pada manusia :
1. Performance based indicators
Jumlah kasus baru (confirmed) per 100.000 populasi yang
dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau batas waktu yang sama
dengan sebelumnya.
2. Diagnostic based indicator
Termasuk :
a) Proporsional comparisons : suspected, probable, and confirm.
b) Jumlah investigasi epidemiologi dalam hubungannya pada jumlah
kasus confirmed.
c) Comparison of sorce of report, seperti physicans, rumah sakit, ahli
pengobatan, dsb.
d) Comparison of probable sorce, seperti foodborne, kontak dengan
hewan, dsb.
3. Resource based indicators include :
a) Jumlah test bacteriological, relative pada jumlah tes serologis.
b) Jumlah kasus kultur positif, dalam hubungannya terhadap jumlah
kultur yang diperiksa.
D. Surveilans Brucellosis Pada Binatang
Surveilan brucellosis pada binatang dilakukan dengan cara mengetahui :
1. Spesies utama brucella yang menginfeksi binatang dan manusia di
Negara tersebut.
2. Prediksi dari rantai dasar infeksi pada binatang reservoir utama.
Biasanya perkiraan ini ditegakkan dari hasil uji bacteriologis dan
serologis dari :
Diagnostik indicator
Jumlah binatang yang dites secara komplit dalam interval bulanan
diperlukan untuk mengetahui infeksi mendatang secara jelas.
Rata rata periode karantina binatang untuk efektifnya pengendalian.
Sumber relative dari sero positif binatang sebagai petunjuk binatang yang
terinfeksi.
Efisiensi of Prosedur penelusuran kembali.
Jumlah investigasi epidemiologi yang dilakukan.
Jumlah kultur positif animal dan hubungannya dengan jumlah sero positif
(pengujian pada hewan potong)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Surveilans dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dan
dilakukan secara rutin untuk memprediksi tren penyakit sebagai upaya
untuk pengendaliannya.
2. Surveilans brucellosis selain dilakukan pada manusia juga harus dapat
dilakukan pada hewan.
3. Surveilans brucellosis dapat dilakukan dengan surveilans aktif dan
pasif.
4. Surveilans brucellosis dilakukan terintegrasi dengan departemen yang
berkaitan dan berhubungan.
5. Dalam Surveilans brucellosisperlu peran serta masyarakat agar dapat
berjalan dengan lancar.
B. Saran
1. Dalam Surveilans brucellosis perlu dilakukan sistem pelaporan yang
jelas.
2. Sistem perencanaan dan pendanaan dalam kegiatan Surveilans
brucellosis harus matang.
3. Perlu dilakukan upaya perbaikan sistem diseminasi.
4. Perlu dilakukan pelatihan tenaga surveilans untuk menangani kasus
seperti brucellosis.
DAFTAR PUSTAKA