Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKONOMI MINERAL
CATATAN KULIAH
EKONOMI MINERAL
DAFTAR ISI
1.
2.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Konsep kesetaraan
1.5.
Aliran kas
KONSEP BIAYA
2.1.
Pengertian biaya
2.2.
Klasifikasi biaya
2.3.
3.
4.
5.
6.
7.
10
12
3.1.
12
3.2.
13
3.3.
13
3.4.
14
3.5.
14
14
15
15
15
3.5.5. Capital-recovery
16
16
16
18
4.1.
18
4.2.
19
4.3.
19
4.4.
20
4.5.
20
22
5.1.
22
5.2.
24
27
6.1.
27
6.2.
29
32
7.1.
32
Depresiasi
7.1.1. Straigth line depreciation (SLD)
33
iii
7.2.
7.3.
8.
9.
10.
34
35
36
38
Deplesi
39
40
40
41
Amortisasi
41
43
8.1.
Pengertian pajak
43
8.2.
44
ANALISIS PENGGANTIAN
53
9.1.
Konsep penggantian
53
9.2.
Umur ekonomis
53
9.3.
54
59
59
60
62
62
62
63
iv
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamiin, berkat kuasa dan kasih sayang ALLAH SWT akhirnya Catatan Kuliah Ekonomi Mineral ini
bisa diselesaikan.
Catatan Kuliah Ekonomi Mineral ini diperuntukkan bagi mahasiswa teknik tingkat diploma maupun sarjana yang
ingin mendapatkan pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar dan metodologi ekonomi teknik dalam proses
pengambilan keputusan investasi pada kegiatan perencanaan dan pengembangan proyek-proyek keteknikan,
khususnya pada industri pertambangan dan pengelolaan sumberdaya mineral.
Materi dalam catatan kuliah ini merupakan rangkuman dari berbagai referensi yang disajikan secara ringkas dan
mudah dipahami namun tetap mencakup esensi dari setiap teori yang berkaitan dengan ekonomi teknik.
Disamping itu disajikan pula contoh soal sederhana untuk membantu pemahaman materi.
Mengingat keterbatasan yang ada, maka catatan kuliah ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Oleh
karena itu masukan dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnannya. Tak lupa penyusun menghaturkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan catatan kuliah ini. Selain itu
penghargaan yang besar penyusun berikan kepada suami dan anak-anak yang tidak surut atas memberikan doa,
semangat, dan dukungan.
Mudah-mudahan catatan kuliah ini menjadi amal kebaikan penyusun dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya.
1.
1.1.
Ekonomi teknik adalah ilmu yang berkaitan dengan teknik analisis kuantitatif yang berguna untuk memilih satu
alternatif yang lebih baik dari beberapa alternatif yang secara teknis layak.
Prosedur dalam analisis ekonomi teknik adalah:
1.
2.
3.
4.
Pemilihan kriteria.
5.
6.
7.
Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi teknik tidak hanya berguna dalam analisis kelayakan dari aspek finansial
terhadap proyek-proyek keteknikan tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan investasi pada
umumnya.
Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100% (karena telah dikuasai)
dengan jumlah dana yang lebih besar tetapi kemungkinan perolehannya kurang dari 100%. Investasi diperlukan
untuk memulai suatu usaha atau mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha yang
sedang berjalan.
Investasi memiliki dua faktor, yaitu:
1.
Waktu
2.
Resiko
Tujuan dilakukannya investasi adalah untuk memperoleh nilai lebih/keuntungan di masa depan dari modal yang
diinvestasikan.
Modal yang dimaksud dapat berupa uang, barang modal, tanah, bangunan, teknologi,
ataupun sesuatu yang tidak riil, misalnya hak paten atau kemampuan manajerial. Dalam bidang
pertambangan, kapital umumnya berupa deposit bahan tambang dan modal.
Keputusan investasi modal akan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kelangsungan
perusahaan untuk dapat berkompetisi ataupun untuk tetap berproduksi. Keputusan investasi yang salah tidak
saja dapat mengurangi keuntungan perusahaan tetapi juga dapat menghentikan kegiatan perusahaan sama
sekali.
Keputusan investasi modal mempunyai dua bentuk tindakan utama, yaitu :
1.
Mengalokasikan sejumlah modal untuk investasi proyek tertentu atau untuk menyediakan asset produksi.
2.
Mendefinisikan masalah
2.
Menganalisis masalah
3.
4.
5.
Analisis ekonomi
Evaluasi terhadap kemakmuran relatif dari situasi-situasi investasi dari sudut pandang laba dan ongkos, yaitu
studi evaluasi terhadap keuntungan dari alternatif proyek.
2.
Analisis finansial
Analisis finansial adalah evaluasi terhadap cara pendanaan terhadap investasi yang diusulkan. Terdapat
beberapa alternatif metode untuk pendanaan, di antaranya adalah dengan dana pribadi atau
perusahaan, meminjam dari bank, atau menawarkan saham pada publik.
Analisis finansial terbagi lagi menjadi tiga pengambilan keputusan penting yang harus dilakukan oleh
sebuah perusahaan, yaitu :
a.
Keputusan deviden
b.
Keputusan keuangan
c.
Keputusan investasi
Ketiga keputusan ini saling terkait satu sama lain dan mempengaruhi analisis investasi secara keseluruhan.
3.
Analisis intangible
Evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi investasi tetapi sukar diukur secara kuantitatif. Contoh
faktor intangible antara lain perijinan, pertimbangan keamanan, opini publik, pertimbangan politik, faktor
ekologi dan lingkungan, dan ketidakpastian kondisi peraturan pajak.
Ketiga jenis analisis investasi ini mutlak harus dilakukan, karena sering terjadi suatu alternatif yang hasil analisis
ekonominya baik, ternyata tidak cukup baik jika dilihat dari analisis finansial dan intangible-nya.
Sebagai
contoh, suatu proyek ditolak dari analisis finansial bila dana internalnya tidak mencukupi untuk membiayai
proyek dan juga tidak dapat memperoleh pinjaman dana dari luar dengan tingkat bunga yang sesuai. Faktor
intangible yang dapat mengakibatkan suatu proyek ditolak secara analisis ekonomi pada umumnya adalah
karena opini publik dan masalah lingkungan (polusi udara, tanah, dan air).
finansial dan intangible terhadap analisis ekonomi harus diperhatikan secara seksama karena analisis-analisis
tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan alternatif investasi.
1.2.
Industri pertambangan merupakan bagian dari dunia industri umum namun industri pertambangan mempunyai
karakteristik khusus yang berbeda dengan industri lainnya. Pemahaman tentang karakteristik khusus ini penting
untuk melakukan analisis kelayakan suatu proyek/investasi tambang.
Karakteristik Industri pertambangan antara lain:
1.
Modal Besar
Besarnya modal yang dibutuhkan untuk industri tambang bervariasi, tergantung dari jenis bahan tambang,
metode penambangan, skala penambangan, lokasi dan parameter lainnya.
2.
3.
Beresiko Tinggi
Disamping resiko yang berhubungan dengan kebutuhan modal yang besar serta masa pra produksi yang
lama, terdapat resiko lain yang mempengaruhi keputusan investasi pada industri tambang, yaitu: resiko
geologi, resiko engineering dan konstruksi, reiko ekonomi, resiko politik, dan resiko pasar mineral.
4.
5.
6.
Oleh karena itu tingkat kepedulian industri tambang terhadap lingkungan harus
Reklamasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan
1.3.
Konsep nilai waktu uang (time value of money) mengacu pada biaya kesempatan (opportunity cost) dalam
menghasilkan pendapatan pada saat sekarang. Bila sejumlah dana tidak digunakan untuk membiayai suatu
proyek, maka dana tersebut akan dapat digunakan untuk membiayai proyek lain. Dengan kata lain jika suatu
dana ditanamkan seluruhnya pada suatu proyek maka akan menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan
penghasilan (return) dari proyek lain yang tidak dipilih.
Nilai sesuatu (termasuk uang) berubah seiring dengan berjalannya waktu. Perjalanan waktu pada umumnya
mengurangi nilai kecuali pada benda antik dan benda yang mempunyai umur layanan (service life) tak
terbatas, seperti tanah.
Beberapa hal yang menyebabkan nilai uang dipengaruhi oleh waktu adalah:
1.
Inflasi
Sebagai contoh harga premium sekarang Rp 6.500/liter, artinya 1 liter premium nilainya Rp 6.500.Beberapa
tahun yang lalu harga premium masih Rp 4.500/liter, atau dikatakan nilai uang mengalami penurunan
terhadap premium.
2.
1.4.
Konsep kesetaraan
Konsep kesetaraan (equivalence) menyatakan bahwa sejumlah uang pada satu waktu tertentu setara nilainya
dengan uang dalam jumlah yang berbeda pada waktu yang berbeda apabila diberikan discount rate tertentu.
Konsep kesetaraan dapat digunakan untuk mengevaluasi rencana investasi. Untuk keperluan tersebut maka
seluruh pendapatan dan pengeluaran proyek di masa yang akan datang dihitung nilainya pada saat sekarang
(present worth).
Sebagai contoh uang sejumlah Rp 10 juta yang disimpan di bank dengan bunga 20%/tahun dapat diambil
dalam beberapa cara, antara lain:
a.
Disimpan hari ini dan baru diambil tahun depan dengan jumlah Rp 12 juta, dengan rincian pokok simpanan
Rp 10 juta ditambah bunga Rp 2 juta.
b.
Diambil bunganya saja Rp 2 juta tiap tahun selama lima tahun, dan pada akhir tahun kelima pokok
simpanannya diambil. Jumlah uang yang diperoleh selama lima tahun tersebut adalah Rp 20 juta, dengan
rincian bunga Rp 2 juta x 5 = Rp 10 juta dan pokok simpanan Rp 10 juta.
c.
Diambil dalam jumlah yang sama setiap tahunnya selama sepuluh tahun sebesar Rp 2,385 juta. Jumlah
uang yang diperoleh selama sepuluh tahun tersebut adalah Rp 23,85 juta, yaitu Rp 2,385 juta x 10.
Ketiga jumlah nominal uang tersebut yaitu Rp 12 juta, Rp 20 juta, dan Rp 23,85 juta pada dasarnya setara
dengan Rp 10 juta pada saat sekarang. Kesetaraan tersebut terjadi dengan penggunaan bunga 20% per tahun.
1.5.
Aliran kas
Aliran kas (cashflow) adalah aliran uang yang terdiri atas cash-in (uang masuk) dan cash-out (uang keluar) yang
terjadi
selama
periode
operasi
tertentu,
misalnya
bulan
atau
tahun.
Cashflow
digunakan
untuk
Uang masuk (cash in), umumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat (benefit) yang terukur.
Uang keluar (cash out), merupakan kumulatif dari biaya-biaya (cost) yang dikeluarkan.
Net cashflow adalah jumlah uang masuk dikurangi jumlah uang keluar. Net cashflow yang negatif artinya defisit,
yaitu cash-out lebih besar daripada cash-in.
Discounted cashflow adalah nilai cashflow yang dibawa ke nilai sekarang (present worth) sesuai dengan
discount rate yang diberikan. Istilah discount mengacu pada pengurangan nilai, yaitu jika sejumlah tertentu
uang dimasa datang dihitung nilainya sekarang maka nilai uang tersebut akan lebih kecil (berkurang).
Cashflow dapat digambarkan dalam bentuk:
1.
Tabel yang terdiri paling sedikit tiga kolom, yaitu kolom waktu, kolom pengeluaran, dan kolom pendapatan.
2.
Diagram yang ditunjukkan dengan anak panah yang mengarah ke atas untuk cash-in dan anak panah
yang mengarah ke bawah untuk menggambarkan cash-out.
Contoh 1-1:
Pada tahun awal (tahun ke-0) biaya yang dikeluarkan adalah Rp 10 juta. Tahun ke-1 dikeluarkan lagi biaya Rp 2
juta selain diterima pendapatan (revenue) Rp 3 juta. Pada tahun ke-2, 3, 4, dan 5 diperoleh pendapatan
masing-masing Rp 5 juta. Gambarkan undiscounted cashflow perusahaan tersebut dalam bentuk tabel dan
diagram.
Jawab:
Tabel undiscounted cashflow:
Tahun
Pendapatan(cash-inflow)
Pengeluaran (cash-outflow)
Net cashflow
CummulativeCashflow
10.000.000
-10.000.000
-10.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-9.000.000
5.000.000
5.000.000
-4.000.000
5.000.000
5.000.000
1.000.000
5.000.000
5.000.000
6.000.000
5.000.000
5.000.000
11.000.000
Jumlah
23.000.000
12.000.000
11.000.000
Diagram cashflow:
3.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
10.000.0000
2.000.000
Dari tabel di atas terlihat pada akhir tahun ke-5, proyek tersebut menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp
11.000.000.
Secara umum cash flow dikelompokkan menjadi:
1.
Cashflow uniform, adalah cashflow dimana besar cash-in dan cash-out tiap periode adalah seragam
(tetap).
2.
Cashflow gradient uniform, adalah cashflow dimana besar cash-in atau cash-out bertambah atau
berkurang dengan gradien tetap.
3.
Cashflow seri geometrik, adalah cashflow dimana besar cash-in atau cash-out bertambah atau berkurang
dengan presentase tetap.
2.
KONSEP BIAYA
Tujuan:
2.1.
Pengertian biaya
Biaya adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu (cost of production) atau harga
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sesuatu (supply price).
Konsep biaya dalam analisis ekonomi teknik perlu dipahami karena semua analisis yang dilakukan didasarkan
atas perkiraan arus kas yang dikembangkan berdasarkan perkiraan biaya (cost estimate) dan proyeksi
pendapatan (revenue projection).
2.2.
Klasifikasi biaya
2.2.1.
Biaya masa lalu (hystorical cost), yaitu biaya yang secara riil telah dikeluarkan yang dibuktikan dengan
catatan historis pengeluaran kegiatan.
Biaya historis digunakan sebagai dasar untuk:
2)
Biaya perkiraan (predictive cost), yaitu perkiraan biaya yang akan dikeluarkan bila suatu kegiatan
dilaksanakan.
Biaya perkiraan digunakan untuk:
Menganalisis efektivitas dan efisiensi biaya terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan.
3)
Biaya aktual (actual cost), yaitu biaya yang sebenarnya dikeluarkan. Biaya ini perlu diperhitungkan jika
rentang waktu antara pembelian dengan proses produksi atau penjualan cukup lama sehingga
terpengaruh dengan perubahan harga pasar.
Biaya aktual dibedakan menjadi:
Biaya semu (sunk cost), yaitu biaya yang ditanggung tetapi tidak pernah dikeluarkan secara riil. Misalnya,
selisih harga pembukuan aset yang akan dilikuidasi dengan harga pasar.
2.2.2.
Biaya investasi (investment cost), yaitu biaya yang ditanamkan untuk membangun dan mengembangkan
suatu usaha sehingga siap beroperasi. Biaya ini bisanya dikeluarkan pada awal kegiatan dengan jumlah
yang relatif besar dan mempunyai dampak jangka panjang untuk keberlangsungan usaha tersebut.
Contoh:
Pembelian tanah atau hak penggunaan lahan.
Pembangunan pabrik, gedung, dan infrastuktur pendukung.
Pengadaan mesin dan peralatan produksi.
Pengadaan alat transportasi
Pengadaan perabotan kantor dan sarana pendukung administrasi.
Pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia.
2)
Biaya operasi (operational cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan usaha. Biaya ini
biasanya dikeluarkan secara rutin atau berkala dalam jumlah yang relatif sama sesuai dengan jadwal
kegiatan/produksi.
Biaya operasi digunakan antara lain untuk:
Pembelian bahan baku
Pembelian bahan pendukung
Pembayaran upahkaryawan
Pengeluaran untuk keperluan organisasi dan administrasi.
3)
Biaya perawatan (maintenance cost), yaitu biaya yang digunakan untuk menjamin kinerja fasilitas atau
peralatan agar selalu prima dan siap untuk digunakan.
Sifat pengeluaran ini umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
b.
2.2.3.
Biaya produksi (production cost) atau biaya pabrikasi (factory cost), yaitu biaya yang langsung berkaitan
dengan proses produksi.
Biaya produksi terdiri dari komponen berikut:
a.
Biaya utama (prime cost), yaitu biaya untuk bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang
berhubungan dengan proses produksi.
b.
Biaya overhead, yaitu biaya untuk bahan tak langsung, tenaga kerja tak langsung, dan biaya tak
langsung lainnya.
c.
Biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya pengubahan bahan bahan baku menjadi barang jadi.
Biaya bn biaya overhead dapat digabung ke dalam kelompok biaya konversi.
2)
Biaya umum dan administrasi (general and administration cost), contoh gaji karyawan dan pimpinan,
biaya untuk keperluan administrasi, dan telekomunikasi.
b.
c.
Pajak usaha dan perusahaan (company tax), meliputi semua pajak dan retribusi yang dikeluarkan
perusahaan.
2.2.4.
Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang dikeluarkan dengan jumlah yang relatif sama walaupun volume
produksi berubah dalam batas tertentu. Contoh:gaji karyawan tetap, biaya penyusutan, pajak bumi dan
bangunan, biaya sewa, biaya listrik untuk penerangan, telepon, dan air.
2)
Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besarnya berubah secara proporsional dengan jumlah
produk yang dibuat. Contoh: biaya bahan baku, tenaga kerja langsung yang digaji berdasarkan volume
kerja, biaya penyusutan yang tergantung dengan volume produksi.
3)
Biaya semi variable (semi variable cost), yaitu biaya yang berubah tidak proporsional terhadap volume
produksi. Contoh: perubahan volume produksi yang melampaui kapasitas mesin, sehingga diperlukan biaya
penambahan kapasitas mesin, atau biaya perbaikan mesin.
Contoh 2-1:
PT Insan Kreatif mendapat pesanan bangku untuk suatu sekolah. Di pasaran harga bangku (S) sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diajukan sekolah itu adalah Rp 450.000/unit. Jika bangku itu dibuat sendiri maka diperlukan
biaya-biaya sebagai berikut:
Harga kayu
= Rp 950.000/m3
Paku
= Rp 20.000/kg
Bahan finishing
= Rp 100.000/lt
Upah tukang
= Rp 80.000/orang/hari
= Rp 50.000/orang/hari
Satu unit bangku membutuhkan 0,20 m3 kayu, 0,01kg paku, bahan finishing 0,1lt, dan diselesaikan selama 0,5
hari kerja oleh tukang ditambah1 hari kerja oleh pembantunya.Selain itu perusahaan memerlukan bengkel kerja
dengan biaya sekitar Rp 1,5 juta dan pengadaan peralatan kerja Rp 2,2 juta.
Kelompokkan biaya berdasarkan biaya tetap dan biaya variable. Hitunglah berapa jumlah minimal pesanan
bangku yang harus diterima perusahaan untuk mencapai titik impas (break even point/BEP)?
Jawab:
Biaya tetap:
Membangun bengkel kerja
= Rp 1.500.000
= Rp 2.200.000
= Rp 3.700.000
= 0,2 m3 x Rp 950.000/m3
= Rp 190.000
Paku
= 0,01kg x Rp 20.000/kg
= Rp200
Bahan finishing
= 0,1 lt x Rp 100.000/lt
= Rp 10.000
Upah tukang
= Rp 40.000
= 1 hari x Rp 50.000/orang/hari
= Rp 50.000
= Rp 290.200
2.3.
Secara umum biaya dalam usaha pertambangan dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
2.
2)
Modal kerja
2)
3)
Biaya overhead
2.3.1.
Biaya kapital
Biaya kapital (capital cost) adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membuat suatu endapan bahan galian
yang berada di dalam bumi menjadi produk tambang yang dapat dijual.
Biaya kapital terdiri dari dua komponen penting, yaitu:
1)
Contingency.
2)
Persediaan
Bahan baku, berupa dimana cadangan endapan mineral/bijih yang ekonomis yang belum
dilaksanakan proses penambangan.
Suku cadang, yang berguna apabila terjadi ker usakan pada alat-alat penambangan.
Supplies, merupakan stock dari suatu perusahan tambang yang berupa perlengkapan habis sekali
pakai seperti perlengkapankantor, bahan bakar, bahan pelumas, dll.
Bahan dalam proses (materialsin process), berupa endapan mineral/bijih yang sedang atau dalam
proses penambangan atau dalam proses pengolahan (mineral dressing).
Bahan jadi/produk tambang, merupakan bahan galian/bijih yang telah melalui proses pengolahan
yang siap dijual.
b.
Piutang dagang
Piutang dagang merupakan suatu modal kerja yang dapat ditarik sewaktu-waktu dari pihak
kedua sesuai dengan perjanjian dagang (seperti pembayaran diakhir transaksi penjualan komoditas
dagang).
c.
Hutang dagang
Merupakan modal kerja yang diperoleh dari or ang lain dalam bentuk pinjaman yang bernilai
ekonomis, yang harus dibayar oleh kita apabila telah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian dagang
kedua belah pihak
d.
2.3.2.
Biaya Operasi
Biaya operasi(operating cost) adalah segala macam biaya yang harus dikeluarkanagar proyek penambangan
dapat beroperasi/berjalan dengan normal. Dalam suatu operasi penambangan, keseluruhan biaya
penambangan terdiri dari banyak komponenbiaya yang merupakan akibat dari masing-masing tahap
kegiatan.
Besar
kecilnya
biaya
penambanganakantergantung
pada
perancangan
teknis
sistem
teknis
dan
aspek
ekonomis
tidak
dapat
berjalan
sendiri-sendiri,
keduanyaakanselalu
saling
mempengaruhi. Perkiraan biaya investasi alatakan tergantung pada jumlah alat yang dipergunakan dan
kapasitas alat yang dipilih. Demikian pula biaya produksi merupakan fungsi dari kapasitas alat yang dipakai.
Biaya penambangan yang rendah dapat dicapai jika rancangan teknis dapat dioptimalkan dengan
memperhatikan pemilihan dan jumlah alat yang akan digunakan, yaitu yang dapat memberikan biaya produksi
per ton yang rendah.
Secara umum biaya operasi dibagi menjadi tiga komponen biaya, yaitu:
1)
Biayaoperasi langsung merupakan biaya utama dan berkaitan langsungdenganproduk yang dihasilkan.
Walaupun komponen biaya operasi langsung dari satu tambang ke tambang yang lain bervariasi, akan
tetapi pada umumnya terdiri dari:
2)
Royalti.
3)
Gaji pekerja (administrasi, keamanan, teknisi, jurubayar, petugas kantor, bengkel dan sebagainya).
Asuransi.
Penyusutan alat.
Pajak.
Keperluan kantor.
Biaya overhead
Biaya overhead dapat/tidak dapat dimasukkan sebagai ko mponen biaya operasi tetapi biaya-biaya ini
berpengaruh terhadap total biaya produksi walaupun umumnya mencerminkan biaya-biaya diluar
tambang/biaya-biaya perusahaan. Overhead biasanya dikelompokkan menjadi:
a.
Penjualan.
b.
3.
Mampu menerapkan rumus bunga majemuk yang sesuai untuk menghitung kesetaraan nilai uang pada
berbagai titik waktu.
3.1.
Bunga (interest) adalah uang yang dibayarkkan atas penggunaan sejumlah pinjaman. Bunga juga bisa berarti
uang yang diperoleh dari investasi sejumlah modal tertentu sebagai bentuk kompensasi resiko yang timbul dari
investasi tersebut.
Tingkat/suku bunga (interest rate) adalah rasio antara bunga yang dibayarkan terhadap pokok dalam suatu
periode waktu.
Periode bunga (interest period) adalah interval waktu yang dijadikan dasar dalam perhitungan bunga.
Secara umum perhitungan bunga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.
Bunga sederhana (simple interest), yaitu bunga yang dihitung dari pokok uang/pinjaman selama periode
pinjaman.
I=Pin
Dimana:
I
= bunga (interest)
P = pokok (principal)
i
n = periode pinjaman
Sehingga jumlah uang/pinjaman pada akhir periode (F) adalah:
F = Pokok + Bunga
=P+Pin
= P (1 + i n)
Contoh 3-1:
Seorang petani meminjam uang di KUD sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 10%/tahun dengan
perhitungan bunga sederhana. Berapa hutang yang harus dibayar pada akhir tahun keempat?
Jawab:
F = Rp 10.000.000 x (1 +(10% x 4))
= Rp 14.000.000
2.
Bunga majemuk (compound interest), yaitu bunga yang dihasilkan dari pokok pinjaman dibungakan lagi
bersama-sama dengan pokok pinjaman.
I = P(1 + i)n-1 . i
Sehingga jumlah uang/pinjaman pada akhir periode (F) adalah:
F = Pokok + Bunga
= P + P(1 + i)n-1 . i
= P (1 + i)n
Contoh 3-2:
Seorang karyawan meminjam uang di Bank sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 10%/tahun dengan
perhitungan bunga majemuk. Berapa hutang yang harus dibayar pada akhir tahun keempat?
Jawab:
F = Rp 10.000.000 (1 + 10%)4
= Rp 14.641.000
Dari kedua contoh di atas ternyata bunga majemuk nilainya lebih tinggi dari bunga sederhana. Dalam
pembahasan pemilihan alternatif atau evaluasi rencana investasi digunakan bunga majemuk.
3.2.
Suku bunga nominal (nominal rate) per tahun (r) adalah perkalian suku bunga per periode (i) dengan jumlah
pemajemukan dalam setahun (m).
r = i. m
Suku bunga efektif (effective rate) disimbolkan E adalah suku bunga sesungguhnya dalam satu tahun yang
tepat dibayarkan terhadap sejumlah uang yang disimpan atau dipinjam.
E = (1 + i)m -1
atau
E = (1+ (r/m))m 1
atau
E = (F/P)1/n 1
Contoh 3-3:
Bank ABC membebankan suku bunga sebesar 1,25 % per bulan pada semua saldo rekening yang belum
terbayar. Berapakah suku bunga nominal dan suku bunga efekti per tahunnya?
Jawab:
Suku bunga periode (i)
= 12
Tabel 3.1. Tingkat suku bunga efektif per tahun dari berbagai suku bunga nominal.
3.3.
MARR adalah laju pengembalian minimum yang dikehendaki oleh investor.MARR tergantung pada lingkungan,
jenis kegiatan, tujuan dan kebijakan organisasi, dan tingkat resiko masing-masing proyek.
Pertimbangan dalam menentukan MARR antara lain:
a.
Jika perusahaan beroperasi dengan modal pinjaman, maka besarnya MARR harus lebih besar daripada
bunga yang dibayarkan pada pinjaman itu.
b.
Jika modal datang dari berbagai sumber (dana-dana yang berasal dari perusahaan sendiri, hutang jangka
panjang maupun jangka pendek, dan sumber-sumber keuangan lainnya), maka penentuan biaya modal
rata-rata bisa dipakai sebagai basis untuk menentukan besarnya MARR.
c.
Besarnya MARR harus setara dengan kecepatan pertumbuhan dari kekayaan perusahaan yang telah
ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
d.
MARR untuk proyek yang resikonya tinggi harus lebih besar daripada proyek yang resikonya rendah.
e.
Perusahaan yang lebih bonafide (lebih banyak kesempatan mendapatkan proyek) biasanya menetapkan
MARR lebih tinggi daripada perusahaan sejenis yang belum punya nama.
3.4.
Waktu lipat dua (doubling time) adalah waktu yang diperlukan agar uang yang ditanamkan hari ini menjadi
dua kali lipat. Untuk memperkirakan waktu ini dengan cepat digunakan angka ajaib (magic number) 72.
3.5.
3.5.1.
Digunakan untuk menentukan nilai mendatang (F) dari sejumlah uang pada saat sekarang (P) selama periode
(n) tertentu dan pada tingkat suku bunga (i) tertentu.
Contoh 3-5:
Seorang ayah mendepositokan uang Rp 100 juta sekarang di bank dengan tingkat bunga 12%/ tahun. Uang
tersebut akan diambil pada akhir tahun kelima, saat anaknya akan masuk universitas. Berapa jumlah uang yang
akan diperoleh sang ayah?
Jawab:
F
3.5.2.
Digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah uang yang diterima pada waktu mendatang selama
periode tertentu dan tingkat bunga tertentu.
Contoh 3-6:
Biaya masuk SMA favorit lima tahun mendatang diperkirakan Rp 30 juta. Untuk keperluan tersebut, seorang ayah
berniat membuka tabungan pendidikan yang memberikan bunga 18% per tahun. Berapa uang yang harus
disetorkan sekarang?
Jawab:
P
3.5.3.
Digunakan untuk menentukan nilai mendatang (F) dari suatu rangkaian pembayaran yang seragam (A) yang
terjadi pada setiap akhir periode tertentu dan tingkat bunga tertentu.
Contoh 3-7:
Seorang PNS menabung Rp 10 juta per tahun untuk keperluan investasi saat dia pensiun lima tahun yang akan
datang. Jika suku bunga yang diberikan bank 6% per tahun, berapa total uang yang dia kumpulkan sampai
F= ?
3.5.4.
A = Rp 10 jt/th
Sinking-fund deposit
Digunakan untuk menghitung besarnya pembayaran seri yang seragam pada tiap akhir tahun dari sejumlah
uang pada masa mendatang pada akhir periode tertentu dan tingkat suku bunga tertentu.
Contoh 3-8:
Jika kita ingin memiliki uang $ 1000 pada akhir tahun keenam, berapa uang yang harus kita depositokan setiap
tahunnya, jika suku bunga deposito itu 10%/tahun?
Yuli Kusumawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 15
F= $1000
Jawab:
A
..
..
..
= $ 1000 (A/F10%,6)
= $ 1000 (0,12961)= $ 129,61
A=?
3.5.5.
Capital-recovery
Digunakan untuk menentukan nilai aliran kas yang seragam setiap akhir tahun selama periode tertentu dengan
suku bunga tertentu dari nilai sekarang.
Contoh 3-9:
Untuk ekspansi bisnisnya seorang pengusaha meminjam uang di bank sebesar Rp 100 juta dengan suku bunga
5% per tahun untuk jangka waktu 10 tahun. Berapa angsuran yang dibayar pengusaha tersebut setiap
tahunnya?
P=Rp 100 jt
Jawab:
A
..
..
..
10
A=?
3.5.6.
Digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah pembayaran yang seragam setiap akhir tahun
selama periode tertentu dan suku bunga tertentu.
Contoh 3-10:
Sebuah dealer menawarkan mobil dengan uang muka Rp 10 juta dan sisanya dapat diangsur Rp 2 juta/bulan
selama 100 bulan. Bila bunga yang diberlakukan dealer tersebut adalah 1%/bulan, berapa harga mobil itu jika
dibayar tunai saat ini?
Jawab:
P=?
..
..
..
100
A= 2jt/bln
= Rp 10 juta + Rp 126.038.000
= Rp 136.038.000
3.5.7.
Uniform gradient-series
Digunakan untuk menghitung pembayaran yang naik atau turun secara konstan pada setiap periode.
A = B + g {(1/i)-(n/(1+i)n 1))}
A = B + g (A/G i,n)
Contoh 3-11:
Biaya operasi dan pemeliharaan suatu mesin produksi dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 berturut-turut adalah
Rp 5 juta, Rp 7,5 juta, Rp 10 juta, Rp 12,5 juta, dan Rp 15 juta. Berapa biaya tersebut per tahunnya jika diketahui
tingkat suku bunga adalah 20% per tahun.
Jawab:
A
= B + g (A/G i,n)
= Rp 5 juta + Rp 2,5 juta (A/G 20%,5)
= Rp 5 juta + Rp 2,5 juta (1,6045)
= Rp 9.011.250
4.
Mampu menganalisis kelayakan investasi tunggal berdasarkan indikator NPV, ROR, PVR, BCR, dan PBP
Kelayakan suatu investasi (proyek) dari aspek ekonomi dapat dianalisis berdasarkan manfaat (benefit) dan
biaya (cost). Suatu proyek dikatakan layak untuk dikerjakan jika manfaat yang diberikan lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Untuk menilai keekonomian suatu proyek perlu dilihat seluruh pengeluaran dan
pendapatan sepanjang umur proyek tersebut (life cycle analysis), bukan hanya dengan melihat biaya per
satuan produksi di tahun tertentu.
Indikator keuntungan yang digunakan dalam pengambilan keputusan seyogyanya mempunyai ciri-ciri:
1.
2.
Mencerminkan nilai waktu dari modal perusahaan dan secara realistis merupakan masukan bagi
kebijaksanaan fiskal dari perusahaan, termasuk investasi kembali di masa yang akan datang.
3.
4.
5.
Menggambarkan faktor-faktor lain, seperti hasil-hasil gabungan, resiko, dan kekayaan perusahaan bila
mungkin.
Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek/investasi antara lain:
a.
b.
c.
d.
Pada dasarnya untuk analisis investasi tunggal, semua indikator tersebut akan memberikan hasil keputusan yang
konsisten satu sama lain, tetapi informasi spesifik yang dihasilkan tentu akan berbeda. Sehingga dalam
prakteknya beberapa indikator sering digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif.
4.1.
NPV adalah perbedaan antara total present worth dari total penerimaan (revenue) atau penghematan (saving)
dan present worth dari pengeluaran sepanjang umur proyek pada discount rate yang diberikan.
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan NPV jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
NPV
= PW revenue - PW cost
= 20(P/F,10%,1)+30(P/F,10%,2)+20(P/F,10%,3)+40(P/F,10%,4)+40(P/F,10%,5)-100
= 20(0,9091)+30(0,8264)+20(0,7513)+40(0,6830)+40(0,6209)-100
= 10,156
4.2.
ROR adalah discount rate (i) yang menyebabkan NPV = 0.ROR merupakan laju perolehan per tahun yang
dihasilkan oleh investasi suatu proyek (menunjukkan keuntungan secara relatif terhadap skala investasi proyek).
Cara menghitung ROR adalah coba-coba (trial and error), memperhitungkan nilai waktu uang, lebih
dipengaruhi cashflow awal, tidak tergantung nilai absolut cashflow, tidak bisa dihitung jika semua cashflow
negatif atau positif atau belum balik modal, dan bisa diperoleh nilai ganda.
Suatu proyek dikatakan layak jika ROR>MARR.
Contoh 4-2:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke-
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan ROR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 10% diperoleh NPV = 10,156 (perhitungannya seperti contoh 4.1)
Untuk i = 15%, nilai NPV adalah:
NPV
= 20(P/F,15%,1)+30(P/F,15%,2)+20(P/F,15%,3)+40(P/F,15%,4)+40(P/F,15%,5)-100
= 20(0,8696)+30(0,7561)+20(0,6575)+40(0,5718)+40(0,4972)-100
= -4,015
= 10% + (15%-10%)((10,156/(10,156+4,02))
=13,58%
4.3.
10%
0
ROR=?
15%
-4,015
PVR adalah perbandingan antara NPV dengan nilai absolut investasi yang dikeluarkan (PW
net cashflow
negatif).
Contoh 4-3:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke-
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan PVR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
PVR
4.4.
BCR adalah perbandingan antara discounted benefit (saving atau revenue) dengan investasi.
BCR = PVR + 1
atau
PVR = BCR -1
Contoh 4-4:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke-
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan BCR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
BCR
Atau
BCR
= PVR + 1
= 0,10 + 1 = 1,10
4.5.
PBP adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang ditanam (investasi
mencapai titik impas). Simple PBP adalah PBP dengan discount rate sama dengan nol (undiscounted).
Kelemahan PBP adalah tidak mempersoalkan keuntungan investasi.PBP dihitung dengan cara interpolasi
berdasarkan aliran kas kumulatif.Diterima atau tidaknya suatu proyek pada periode pengembalian tertentu
tergantung pada investor. Proyek akan diterima jika PBP lebih singkat dari periode terpendek yang diinginkan
investor.
Contoh 4-5:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke-
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan undisconted dan discounted PBP jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
a.
Simple PBP
-100
20
30
20
40
40
-100
-80
-50
-30
10
50
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
b.
DCF th-2
DCF th-3
DCF th-4
DCF th-5
Discounted CF (x Rp 1 juta)
-100
18,182
24,792
15,026
27,320
24,836
-100
-81,818
-57,026
-42,000
-14,680
10,156
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-4 dan ke-5, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
5.
Mampu melakukan analisis mutually exclusive berdasarkan indikator NPV, ROR, BCR, dan PVR.
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat berbagai alternatif yang dapat dipilih. Pertimbangan untuk memilih alternatif yang terbaik
adalah yang membutuhkan biaya minimum atau yang menghasilkan keuntungan maksimum atau yang waktu
pengembalian investasinya paling singkat.
Secara umum investasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Investasi yang menghasilkan pendapatan (revenue) atau penghematan (saving). Pertimbangan yang
digunakan untuk menilai kelayakan investasi ini adalah keuntungan yang maksimum.
b.
Investasi yang tidak menghasilkan revenue atau saving. Pertimbangan yang digunakan untuk menilai
kelayakan investasi ini adalah biaya yang minimum.
Analisis mutually exclusive adalah menganalisis beberapa alternatif dimana hanya ada satu alternatif yang akan
dipilih, yaitu alternatif yang akan menghasilkan pelayanan (service) terbaik, atau yang akan memperbaiki,
memperluas, mengembangkan
terbesar. Alternatif yang dipilih adalah yang mempunyaiROR, NPV, BCR, atau PVR yang paling tinggi
dibandingkan alternatif yang lain. Akan tetapi terkadang suatu alternatif mempunyai ROR yang lebih tinggi
dibanding alternatif yang lain tetapi NPV nya lebih rendah. Untuk kondisi tersebut maka indikator kelayakan
tersebut harus dihitung nilai inkrementalnya.
5.1.
Jika terdapat beberapa alternatif proyek/investasi yang mempunyai umur investasi yang sama, maka prosedur
analisis mutually exclusive alternatif tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
Buat cashflow inkremental (CF), yaitu alternatif yang investasi awalnya lebih tinggi (penantang/challenger)
dikurangi alternatif yang investasi awalnya lebih rendah (petahana/defender).
3.
Tentukan nilai NPV inkremental, ROR incremental, BCR inkremental, PVR inkremental.
4.
Jika NPV> 0, maka pilih alternatif dengan investasi yang lebih besar (penantang) dan sebaliknya.
b.
Jika ROR> MARR, maka pilih alternatif dengan investasi yang lebih besar (penantang) dan sebaliknya.
c.
Jika BCR> 1, maka pilih alternatif dengan investasi yang lebih besar (penantang) dan sebaliknya.
d.
Jika PVR> 0, maka pilih alternatif dengan investasi yang lebih besar (penantang) dan sebaliknya.
Contoh 5-1:
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di area penambangan, investor bermaksud membeli generator listrik. Ada tiga
alternatif generator listrik yang ditawarkan oleh penjual, dengan biaya dan manfaat sebagai berikut:
Merek generator
Harga (x Rp 1 juta)
17
25
28
13
13
13
14
Ketiga generator tersebut dibeli pada tahun ini (tahun ke-0) dan akan digunakan pada tahun depan (tahun ke1) serta memiliki umur pemakaian yang sama yaitu 5 tahun.Jika hanya satu generator yang akan dibeli,
tentukan generator mana yang paling menguntungkan dengan asumsi MARR 14%/tahun.
Jawab:
Diagram cash flow masing-masing alternatif adalah sebagai berikut:
Alternatif X:
CX = 17 juta
OCX = 8 juta
IX = 13 juta
LX = 5 juta
OCX = 8 juta
IX = 13 juta
OCX = 8 juta
IX = 13 juta
...........................
4
1
CFX4 = 5 juta
CFX1 = 5 juta
0
CFX0 = -17 juta
5
CFX5 = 10 juta
Alternatif Y:
Cy = 25 juta
OCy = 6 juta
Iy = 13 juta
Ly = 8 juta
OCy = 6 juta
Iy = 13 juta
OCy = 6 juta
Iy = 13 juta
...........................
4
1
CFY4 = 7 juta
CFY1 = 7 juta
0
CFY0 = -25 juta
5
CFY5 = 15 juta
Alternatif Z:
CZ = 28 juta
0
CFZ0 = -28 juta
OCZ = 5 juta
IZ = 13 juta
LZ = 14 juta
OCZ = 5 juta
IZ = 13 juta
OCZ = 5 juta
IZ = 13 juta
...........................
4
1
CFZ4 = 8 juta
CFZ1 = 8 juta
5
CFZ5 = 22 juta
Kemudian urutkan alternatif dari yang mempunyai investasi terkecil sampai yang mempunyai investasi terbesar,
dengan cara membuat tabel cashflow masing-masing alternatif dan inkrementalnya:
Tahun ke-
Y-X
Z-Y
-17
-25
-28
-8
-3
10
15
22
Karena NPVY-X> 0, maka pilih Y (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
Lalu bandingkan generator Y dengan generator Z:
NPVZ-Y @ 14%
Karena NPVZ-Y > 0, maka pilih Z (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
RORY-X (dihitung dengan cara coba-coba) = 15,9%
Karena RORY-X> MARR, maka pilih Y (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
Lalu bandingkan generator Y dengan generator Z:
RORZ-Y (dihitung dengan cara coba-coba) = 42,1%
Karena RORZ-Y> MARR, maka pilih Z (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
PVRY-X @ 14%
Karena PVRY-X> 0, maka pilih Y (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
Lalu bandingkan generator Y dengan generator Z:
PVRZ-Y @ 14%
Karena BCRY-X>1, maka pilih Y (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
Lalu bandingkan generator Y dengan generator Z:
BCRZ-Y @ 14%
Karena BCRZ-Y>1, maka pilih Z (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
Hasil perhitungan dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tahun ke-
CF X
CF Y
CF Z
CF (Y-X)
CF (Z-Y)
0
1
2
3
4
5
-17
5
5
5
5
10
-25
7
7
7
7
15
-28
8
8
8
8
22
-8
2
2
2
2
5
-3
1
1
1
1
7
NPV
2,76
3,19
6,74
0,4
3,5
ROR
19,9%
18,6%
22,1%
15,9%
42,1%
PVR
0,16
0,13
0,24
0,05
1,18
BCR
1,16
1,13
1,24
1,05
2,18
Terbukti dengan menganalisis secara inkremental maka semua indikator tersebut memberikan hasil yang
sama/konsisten (generator Z paling layak untuk dipilih).
5.2.
Seringkali alternatif-alternatif yang ada memiliki umur yang berbeda, sehingga diperlukan basis umur yang sama
untuk bisa menganalisisnya.
Perhatikan diagram cashflow dari dua alternatif berikut ini:
OCA2
CA
OCA1
Alternatif A:
Alternatif B:
CB
OCB1
OCB2
OCB3
LA
LB
OCA1
1
OCB1
1
OCA2
LA
OCB2
2
OCA1
CA
2
LB
CA
LA
OCB3
OCA2
4
CB
3
OCB1
4
OCA1
OCA2
LA
OCB2
OCB3
LB
b.
OCA2
OCA1
LA
OCA3
CA
2
LA
Alternatif B:
CB
OCB1
0
c.
OCB2
OCB3
LB
OCA2
LA
Alternatif B:
CA
0
OCB2
OCB1
LB
Contoh 5-1:
Seorang investor dihadapkan pada pilihan untuk menjual bukit karst miliknya seharga Rp 150 juta atau
mengembangkan lahan tersebutdengan investasi Rp 300 juta pada tahun ke-0 dan Rp 400 juta pada tahun ke-1
akan menghasilkan keuntungan tetap dari tahun ke-2 sampai tahun ke-10 sebesar Rp 200 juta. Jika MARR yang
ditetapkan adalah 15%, keputusan mana yang paling menguntungkan secara ekonomi?
Jawab:
Diagram cash flow masing-masing alternatif adalah:
Alternatif A (mengembangkan lahan):
-300
-400
200
200
200
200
200
200
200
200
200
10
10
-400
200
200
200
200
200
200
200
200
200
10
NPVA-B
Keputusan pilih alternatif A (NPVA-B> 0, pilih alternatif dengan investasi awal lebih besar)
= Rp 32,3 juta
NPVA-B @ 20%
32,3
(RORA-B-15%)/(32,3-0) = (20%-15%)/(32,3-(-111,6))
RORA-B
= 15% + (20%-15%)((32,3/(32,3+111,6))
=16%
0
15%
RORA-B
=?
20%
-111,6
= PVRA-B + 1
= 0,04 + 1
= 1,04
6.
Mampu melakukan analisis non-mutually exclusive berdasarkan indikator NPV, ROR, BCR, dan PVR.
Analisis non-mutually exclusive adalah analisis terhadap beberapa alternatif dimana dari beberapa alternatif
tersebut dapat dipilih lebih dari satu alternatif, sesuai dengan tersedianya modal atau anggaran untuk investasi
tersebut.
Tujuan dari analisis non-mutually exclusive adalah untuk memaksimalkan keuntungan kumulatif yang dapat
dihasilkan dari investasi (cummulative net value atau cummulative future worth profit) berdasarkan kombinasi
beberapa alternatif.
Aplikasi analisis non-mutually exclusive antara lain pemilihan alternatif riset dan pengembangan, pemilihan
metode eksplorasi, serta meranking prospek pengeboran pada industri minyak.
Ada dua teknik yang digunakan untuk meranking proyek non-muatually exclusive, yaitu:
a.
Growth rate of return (growth ROR), yaitu suatu tingkat suku bunga majemuk dimana investasi tumbuh.
b.
Individual ROR dan individual NPV tidak bisa digunakan untuk meranking proyek non-mutually exclusive, karena
individual NPV maupun RORyang besar belum tentu mencerminkan alternatif terbaik.Analisis menggunakan net
value analysis (NPV,NAV,NFV) pada proyek non-mutually exclusive digunakan untuk memilih kombinasi proyek
yang menghasilkan nilai bersih kumulatif terbesar.
6.1.
Contoh 6-1:
Seorang pengusaha dihadapkan pada empat alternatif pembelian mesin seperti berikut:
Biaya investasi (xRp 1000)
Keuntungan (xRp 1000)
Umur mesin
Mesin A
Mesin B
Mesin C
10.000
25.000
35.000
6.000
10.000
15.000
5 tahun
5 tahun
5 tahun
Jika pengusaha itu memiliki dana Rp 35 juta untuk pembelian mesin tersebut, dan dia juga mempunyai pilihan
untuk berinvestasi pada proyek lain yang memberi keuntungan 20%/tahun, mesin mana yang dipilih secara nonmutually exclusive?
Jawab:
NPVA
= Rp 7,946 juta
NPVB
= Rp 4,910 juta
NPVC
= Rp 9,865 juta
Analisis:
Total harga mesin A + mesin B = Rp 35 juta, NPVA + NPVB= Rp 12,856 juta.
Harga mesin C = Rp 35 juta, NPVC = Rp 9,865 juta.
Kesimpulan: lebih menguntungkan membeli mesin A + mesin B.
PVRA
= 0,795
PVRB
= 0,196
= 4,910 /-25
PVRC
= 0,282
= PVRA + 1
= 0,795 + 1
= 1,795
BCRB
= PVRB + 1
= 0,196+ 1
= 1,196
BCRC
= PVRC + 1
= 0,282 + 1
= 1,282
-10jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
FA = ?
Initial +Reinvest
FA = 44,65jt
NPVA @ 40%
2,01
(GRORA-35%)/(2,01-0) = (40%-35%)/(2,01-(-1,69))
GRORA = 35% + (40%-35%)((2,01/(2,01+1,69))=37,7%
0
35%
40%
GROR =?
-1,69
-25jt
0
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
FB = ?
-25jt
FB = 74,42jt
NPVB @ 25%
4,92
0
20%
-0,59
-35jt
Initial
25%
GROR =?
15jt
15jt
15jt
15jt
15jt
Reinvest
15jt
15jt
15jt
15jt
15jt
FC = ?
-35jt
FC = 111,63jt
NPVC @ 25%
1,61
25%
30%
GROR =?
-4,97
Mesin A (GRORA=37,7%) paling menguntungkan, lalu mesin C (GRORC=26,22%), terakhir mesin B (GRORB=24,46%).
Hasil ini konsisten dengan ranking metode PVR dan BCR.
6.2.
Contoh 6-2:
Seorang manager memiliki anggaran sebesar Rp 50 juta untuk dialokasikan pada alternatif investasi berikut ini
dengan pemilihan non-mutually exclusive. Tingkat pengembalian minimum yang ditetapkan adalah 10%.
Tentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih?
A)
-50jt
20jt
20jt
-30jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
-20jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
L = 50jt
L = 30jt
B)
C)
L = 20jt
Jawab:
NPVA
NPVB
Analisis:
Total harga mesin B + mesin C = Rp 50 juta, NPVB + NPVC = Rp 41,140 juta.
Harga mesin A = Rp 50 juta, NPVA = Rp 26,033 juta.
Kesimpulan: lebih menguntungkan membeli mesin B + mesin C.
PVRA
= 26,033 /-50
= 0,52
PVRB
= 26,535 /-30
= 0,88
PVRC
= 14,605 /-20
= 0,73
= PVRA + 1
= 0,52 + 1 = 1,52
BCRB
= PVRB + 1
= 0,88 + 1 = 1,88
BCRC
= PVRC + 1
= 0,73 + 1 = 1,73
20jt
20jt
Initial
L = 50jt
F=?
-50jt
Reinvest
F= 148,21jt
NPVA @ 20%
5,73
(GRORA-15%)/(5,73-0) = (20%-15%)/(5,73-(-8,65))
GRORA = 15% + (20%-15%)((5,73/(5,73+8,65)) = 17%
0
15%
20%
GROR =?
-8,65
-30jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
L = 30jt
F=?
-30jt
F=110,17jt
NPVB @ 25%
0,74
0
20%
25%
GROR =?
-6,86
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
Initial
L = 20jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
20 jt
5jt
Reinvest
0
F=?
-20jt
0
F = 67,43jt
NPVC @ 15%
GROR =?
20%
-1,19
Mesin B (GRORB=20,4%) paling menguntungkan, disusul mesin C (GRORC=19,1%), terakhir mesin A (GRORA=17%).
Hasil ini konsisten dengan ranking metode PVR dan BCR.
7.
Mampu menghitung depresiasi, deplesi, dan amortisasi dengan metode yang sesuai.
7.1.
Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilaifisik properti seiring dengan waktu danpenggunaannya. Dalamkonsep
akuntansi, depresiasi adalahpemotongan tahunan terhadappendapatan sebelum pajak sehinggapengaruh
waktu dan penggunaan atasnilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatuperusahaan.
Faktor-faktor penyebab depresiasi:
Perkembangan teknologi yang menghasilkan mesin/alat yang lebih efisian dan ekonomis (functional
depreciation).
Nilai awal, yaitu biaya awal untuk mendapatkan aset (harga beli ditambah pajak), termasuk biaya
transportasi dan biaya lain sampai aset tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya.
Nilai sisa, adalah perkiraan nilai aset pada akhir umur manfaatnya, merupakan harga jual suatu aset jika
tidak lagi digunakan untuk proses produksi.
Nilai buku, adalah nilai aset sesuai dengan laporan akuntansi yang mewakili jumlah modal yang masih
diinvestasikan pada aset tersebut. Sama dengan nilai awal (termasuk segala penyesuaian) dikurangi
dengan pengurangan karena depresiasi.
Masa
manfaat,
adalah
perkiraan
periode
waktu
pemakaian
aset
(properti)
dalam
kegiatan
produktif/menghasilkan pendapatan.
Tabel 7.1. Masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud menurut UU No. 36 Tahun 2008
Keterangan: Ayat (1) menggunakan metode depresiasi straigth line, ayat (2) menggunakan metode depresiasi
double declining balance.
Metode perhitungan depresiasiantara lain:
7.1.1.
Metode ini mengalokasikan depresiasi aset secara konstan setiaptahunnya selama umur manfaatnya.Dengan
metode ini nilai buku (BV) pada akhir umur aset sama dengan nilai sisa (S).
d = 100% / N
Besarnya depresiasi dari tahun pertama sampai tahun ket adalah tetap:
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
Dt
BVt
Contoh 7-1:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkanmasa pakai mesin tersebut selama 5
tahun.Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode straigth line dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 dari
mesin tersebut.
Jawab:
P
= $ 10,000
= $ 1,000
= 5 tahun
= (P-S)/N
= ($ 10,000 $ 1,000)/5= $ 1,800
BV1
BV2
BV3
BV4
BV5
7.1.2.
Metode ini memakai tingkat/laju depresiasi dua kali (double) dari metode straigth line terhadap sisa nilai buku.
d = 200%/N
BVt
Contoh 7-2:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5
tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode declining balance dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke5 dari mesin tersebut.
Jawab:
P
= $ 10,000
= $ 1,000
= 5 tahun
D1
D2
D3
D4
D5
BV1
BV2
BV3
BV4
BV5
7.1.3.
Metode ini mengalokasikan beban depresiasi ast berdasarkan jumlah digit tahun pemakaiannya (SOYD),
sehingga alokasi biaya depresiasi tidak konstan. Dengan metode ini alokasi biaya depresiasi dibebankan lebih
besar pada awal-awal periode.
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
SOYD
Dt
BVt
Contoh 7-3:
Yuli Kusumawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 35
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5
tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode sum of years digits (SOYD) dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai
tahun ke-5 dari mesin tersebut.
Jawab:
P
= $ 10,000
= $ 1,000
= 5 tahun
BV1
BV2
BV3
BV4
BV5
7.1.4.
Metode
sinking
fund
membebankan
depresiasi
tahunan
secara
seragam
dengan
cara
mempertimbangkan faktor suku bunga, sehingga nilai aset yang akan didepresiasi dikalikan dengan equal
payment series sinking fund factor.
BVt
Contoh 7-4:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5
tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai depresiasi
dengan metode sinking fund dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 mesin tersebut, jika i =20%.
Jawab:
P
= $ 10,000
= $ 1,000
= 5 tahun
= 20%
D1
D2
D3
D4
D5
BV1
BV2
BV3
BV4
BV5
7.1.5.
Metode ini dipakai untuk peralatan yang menghasilkan layanan atau produksi berdasarkan kebutuhan per unit
produksi (misalnya, truk, excavator, mesin pompa air) dan tidak tergantung pada fungsi waktu.
BVt = P(t-1) - Dt
Dimana:
Dt
BVt
Contoh 7-5:
Perusahaan tambang pasir PT Galunggung membeli satu unit excavator seharga Rp 700 juta. Berdasarkan
spesifikasi teknis excavator tersebut mampu menambang pasir sebanyak 50.000 m 3 dan nilai sisa pada akhir
umur ekonomisnya diperkirakan Rp150 juta.
Perencanaan produksi pasir perusahaan ABC adalah sebagai berikut:
Tahun ke-
Produksi (m3)
4.000
6.000
10.000
10.000
15.000
5.000
50.000
Hitung nilai depresiasi tahunan excavator tersebut dengan metode unit produksi.
Jawab:
P
= Rp 700 juta
= Rp 150 juta
= (Produksi/produksi)(P-S)
D1
D2
D3
D4
D5
D6
= P - Dt
BV1
BV2
BV3
BV4
BV5
BV6
Hasil hitungan depresiasi dan nilai buku disajikan pada tabel berikut:
Tahun ke-
Produksi (m3)
Depresiasi
Nilai buku
4.000
Rp 44 juta
Rp 656 juta
6.000
Rp 66 juta
Rp 590 juta
10.000
Rp 110 juta
Rp 480 juta
10.000
Rp 110 juta
Rp 370 juta
15.000
Rp 165 juta
Rp 205 juta
5.000
Rp 55 juta
Rp 150 juta
50.000
7.2. Deplesi
Sumber daya alam juga termasuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap lainnya, sumber daya alam setelah
dieksploitasi kemudian diolah terus-menerus maka lama kelamaan sumber daya alam akan habis. Oleh karena
itu perlu ada pembebanan biaya yang mirip dengan persediaan.
Deplesi adalah suatu bentuk potongan pajak atas berkurangnya sumberdaya alam (cadangan mineral atau
kekayaan hutan) yang diberikan selama umur ekonomis cadangan tersebut. Perhitungan deplesi dilakukan
setiap tahun.
Perbedaan depresiasi dan deplesi adalah sebagai berikut:
Deplesi merupakan penyusutan terhadap pengurangan kuantitatif yang terjadi dalam sumber daya alam,
sedangkan depresiasi merupakan penyusutan terhadap pengurangan service (manfaat ekonomi) yang
terjadi dalam aktiva tetap.
Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak dapat diganti langsung dengan aktiva yang sama jika
sudah habis, sedangkan depresiasi digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat diganti jika
sudah habis.
Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan langsung dari suatu sumber alam menjadi barang yang
dapat dijual, sedangkan depresiasi adalah alokasi harga perolehan ke pendapatan periode yang
bersangkutan untuk suatu service yang dihasilkan (kecuali dalam perusahaan di mana depresiasi dihitung
berdasar hasil produksi).
Ada dua metode perhitungan deplesi untuk mineral, minyak, dan gas, yaitu:
a.
Cost depletion
b.
Percentage depletion
Sedangkan untuk menghitung deplesi hasil hutan biasanya menggunakan metode cost depletion.
Batas % deplesi:
50% untuk mineral
100% untuk minyak dan gas
7.2.1.
Hasil
yang
lebih
kecil
merupakan
percentage
depletion yang diijinkan
Cost depletion
Cost depletion
Basis perhitungan cost depletion untuk proyek minyak dan pertambangan adalah:
Hak penguasaan.
Bonus penyewaan.
Biaya eksplorasi penambangan ataupun biaya pengeboran minyak yang tidak nyata biasanya jarang
digunakan sebagai basis perhitungan cost depletion.
Dimana:
7.2.2.
Percentage depletion
Percentage depletion adalah persentase tertentu dari pendapatan bersih (pendapatan kotor setelah dikurangi
royalti) dari penjualan mineral atau migas yang diambil dari lahan pertambangan selama tahun pajak.
Persentase deplesi yang diijinkan biasanya tergantung pada jenis bahan tambang dan kapasitas produksi
perusahaan.
Contoh 7-7:
Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000 ounces.
Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas
diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun dengan harga jual
$29/ounce setelah royalti.Diasumsikan tingkat deplesi untuk emasadalah 15% dari pendapatan bersih.Hitunglah
percentage depletion tahun ke-1 dan tahun ke-2.
Yuli Kusumawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 40
Jawab:
Percentage depletion tahun ke-1= 15% (50.000 ounce x $29) = $217.000
Percentage depletion tahun ke-2= 15% (50.000 ounce x $29) = $217.000
7.2.3.
Contoh 7-8:
PT Agung Linuwih mempunyai lahan emas dengan biaya hak penguasaan $150.000. Cadangan emas yang
ditemukan diperkirakan satu juta ounces. Produksi diproyeksikan dimulai tahun ke-1 sebesar 50.000 ounces/tahun
dan dijual dengan harga $29/ouces setelah royalti. Biaya operasi dan overhead tahun ini $180.000, dan
depresiasi aset adalah $120.000/tahun. Diasumsikan tingkat produksi, biaya operasi, dan harga jual akan sama
pada tahun depan. Tingkat deplesi untuk emas adalah 15% dengan batas persentase deplesi untuk perusahaan
tersebut adalah 100%, pajak pertambangan $30.000/tahun, dan pajak penghasilan 40%.
Jika perusahaan boleh memilih metode deplesi untuk mengurangi pajaknya, bandingkan besarnya percentage
depletion dan cost depletion tahun ke-1 dan tahun ke-2.
Jawab:
Tahun ke-1
Pendapatan bersih (50.000 ounces x $29)
$1.450.000
- Biaya operasi
-180.000
- Pajak pertambangan
-30.000
- Depresiasi
-120.000
$1.120.000
1.120.000
- Persentage depletion(0,15)($1.450.000)
-217.500*)
- Cost depletion
7.500**)
$902.500
- Pajak 40%
-361.000
541.500
+ Depresiasi
120.000
217.500
$879.000
Keterangan:
*)Karena hasil percentage depletion 15% adalah $217.500 lebih kecil daripada batas 100% percetage depletion,
maka diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi. Pada tahun ke-2 jika pendapatan dan
pengurangan diasumsikan sama seperti tahun ke-1, maka batas percentage depletion juga sama, sehingga
diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi.
**)Cost depletion tahun ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500, lebih kecil daripada
percentage depletion sehingga perusahaan memilih percentage depletion untuk pengurangan deplesinya.
Basis biaya untuk perhitungan cost depletion tahun ke-2 harus disesuaikan untuk pengurangan aktual deplesi
yang diambil.
Cost depletion tahun ke-2 = ($150.000-$217.500)(50.000/950.000) < 0.
Sehingga pada tahun ke-2 metode cost depletion juga tidak digunakan untuk pengurangan deplesi. Dengan
kata lain percentage depletion digunakan lagi untuk menghitung deplesi pada tahun ke-2.
7.3.
Amortisasi
Amortisasi adalah proses penyusutan untuk aset tidak berwujud (intangible) dan digunakan untuk pengurangan
pajak. Menurut pajak, harga perolehan aset harus diamortisasi jika aset tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
Harga aset atau biaya yang bisa diamortisasi misalnya biaya untuk pengembangan (development) tambang,
intangible cost pada pengeboran migas, hak patent, franchaise, dsb.
Cara mengitung amortisasi sama seperti perhitungan depresiasi garis lurus ataupun declining balance, hanya
saja amortisasi diberikan dengan tingkat (rate) tertentu dan selama periode tertentu, tergantung kebijakan
pajak masing-masing negara. Di Indonesia tarif amortisasi ditetapkan dalam pasal 11 A (2) UU Pajak Penghasilan
(PPh) No.36 Th 2008, seperti yang disajikan pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Tarif Amortisasi berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008
Kelompok harta
Tarif amortisasi
Masa manfaat
(tahun)
Garis lurus
Saldo menurun
Kelompok 1
25%
50%
Kelompok 2
12,5%
25%
Kelompok 3
16
6,25%
12,5%
Kelompok 4
20
5%
10%
Jika biaya pengembangan seluruhnya (100%) digunakan untuk pengurangan pendapatan sebelum pajak,
maka tidak ada amortisasi.
Contoh 7-9:
Seorang investor akan mengembangkan suatu pertambangan. Biaya pengembangan sebesar $1 juta yang
diadakan pada bulan juli (bulan ke-7) tahun ini (tahun ke-0). Jika amortisasi yang diijinkan adalah 30% dari biaya
pengembangan dan periode amortisasi di atas 60 bulan, hitunglah pengurangan pajak yang diijinkan.
Jawab:
Basis amortisasi = 30% x $1.000.000 = $300.000
Jangka waktu dari bulan ke-7 sampai bulan ke-12 tahun ke-0 adalah 6 bulan, sehingga amortisasi yang diambil
pada tahun ke-0 adalah 6/60, tahun ke-1 sampai ke-4 adalah 12/60, dan tahun ke-5 adalah 6/60.
Tahun ke-
Pengurangan amortisasi
1-4
8.
8.1.
Pengertian pajak
Pajak (tax) adalah salah satu sumber keuangan pemerintah yang berasal dari rakyat.
Kegunaan pajak antara lain:
Membiayai kegiatan mengelola negara (membayar gaji PNS, subsidi, pembangunan fasilitas umum, dll).
Pemerataan pendapatan (orang yang memiliki pendapatan lebih besar akan dikenakan pajak lebih
banyak dibandingkan orang dengan penghasilan lebih kecil).
Mengurangi pemakaian barang yang secara umum tidak bermanfaat (misalnya: miras, rokok).
Pajak pendapatan, yaitu pajak yang dipungut dari pendapatan usaha atau perorangan yang besarnya
dihitung berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan bersih.
Pajak kekayaan, yaitu pajak atas kepemilikan tanah, bangunan, kendaraan, mesin/peralatan, dsb.
Pajak penjualan, yaitu pajak yang dipungut atas penjualan barang atau pemberian pelayanan dan tidak
ada kaitannya dengan pendapatan bersih atau keuntungan perusahaan.
Dalam
industri
pertambangan
dikenal
adanya
pungutan
yang
bisa
digunakan
sebagai
Royalti, yaitu suatu bentuk kompensasi atas diberikannya hak istimewa untuk mengembangkan atau
memproduksi mineral atau migas. Kompensasi berupa pembagian keuntungan dari nilai mineral yang
diekstraksi.
Severance tax (mining tax), yaitu pajak negara atas pengambilan sumberdaya alam yang perhitungannya
berdasarkan nilai/jumlah produksi aktual.
Property tax (ad valorem tax), yaitu retribusi yang dipungut oleh otoritas perpajakan atas kekayaan baik
yang berupa barang bergerak maupun tidak bergerak.
Di samping itu potongan pajak juga berasal dari penyusutan atau penurunan nilai sebuah aktiva yang memilki
umur manfaat. Penyusutan adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan, karena
merupakan potongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan
penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Jenis-jenis penyusutandalam industri pertambangan yaitu:
a.
b.
c.
Dari sudut kepentingan pajak investor, metode tercepat dari pengurangan biaya adalah untuk mengeluarkan
atau mengurangi pajak secara penuh pada tahun dikeluarkan. Hal ini disebabkan semakin cepat diperoleh
pemotongan pajak, semakin cepat diperoleh keuntungan dari pemotongan tersebut sehingga akan
memperbaiki ekonomi proyek. Akan tetapi hukum pajak seringkali tidak mengijinkan hal yang demikian.
Yuli Kusumawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 43
8.2.
Contoh 8-1:
PT Agung Linuwih bermaksud menguasai dan mengembangkan lahan pertambangan yang diyakini
mengandung 500.000 ounces emas. Biaya hak penguasaan tambang tersebut $900.000, biaya pengembangan
$1.200.000, biaya pembelian peralatan tambang $1.000.000, dan biaya modal kerja $ 300.000, semuanya
dikeluarkan pada awal tahun ke-0. Umur pemakaian peralatan adalah 5 tahun, dan depresiasi peralatan
dihitung dengan metode straigth line dengan nilai sisa pada akhir umur pemakaian peralatan adalah nol.
Produksi emas diproyeksikan dimulai tahun ke-1 sebesar 100.000 ounces/tahun selama 5 tahun.Harga jual emas
pada tahun ke-1 adalah $30/ouces, dan diperkirakan mengalami kenaikan 10%/tahun. Biaya operasi tahun ke-1
adalah $1.000.000, dan mengalami kenaikan 8%/tahun.Diasumsikan tingkat produksi, biaya operasi, dan harga
jual akan sama pada tahun depan.
Royalti yang harus dibayarkan adalah 15% dari pendapatan (revenue). Pajak pertambangan $30.000/tahun,
dan pajak penghasilan 30%. Perusahaan boleh memilih metode cost deplesi ataupun persentase deplesi untuk
mengurangi pajaknyadengan tingkat deplesi adalah 15% dan batas persentase deplesi untuk perusahaan
tersebut adalah 50%.
Hitunglah:
a.
b.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode cost depletion.
c.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode percentage depletion.
d.
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost
depletion.
e.
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
Diasumsikan negatif taxable income sebagai saving (expensed against other income).
Jawab:
a.
Tahun ke-
Produksi (ounces/th)
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
30
33
36,30
39,93
43,92
1.000.000
1.080.000
1.166.000
1.260.000
1.360.000
Revenue
-Royalti (15%)
Tahun ke-
0
0
0
3.000
-450
3.300
-495
3.630
-545
3.993
-599
4.392
-659
Net revenue
-Operating cost
0
0
2.550
-1.000
2.805
-1.080
3.086
-1.166
3.394
-1.260
3.733
-1.360
Net income
+Working capital return
-Capital cost1)
0
0
-3.400
1.550
0
0
1.725
0
0
1.919
0
0
2.134
0
0
2.373
300
0
CASH FLOW
-3.400
1.550
1.725
1.919
2.134
2.673
Keterangan:
1)Capital
b.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode cost depletion.
Tahun ke-
Revenue
-Royalty (15%)
0
0
3.000
-450
3.300
-495
3.630
-545
3.993
-599
4.392
-659
Net revenue
-Operating cost
-Mining tax
-Development cost
-Depreciation1)
-Cost depletion2)
0
0
0
-1.200
0
0
2.550
-1.000
-30
0
-200
-180
2.805
-1.080
-30
0
-200
-180
3.086
-1.166
-30
0
-200
-180
3.394
-1.260
-30
0
-200
-180
3.733
-1.360
-30
0
-200
-180
Taxable income
-Tax (30%)3)
-1.200
360
1.140
-342
1.315
-394,5
1.510
-453
1.724
-517,2
1.963
-588,9
Net income
+Depreciation
+Depletion
+Working capital return
-Capital cost4)
-840
0
0
0
-2.200
798
200
180
0
0
920,5
200
180
0
0
1.057
200
180
0
0
1.206,8
200
180
0
0
1.374,1
200
180
300
0
CASH FLOW
-3.040
1.178
1.300,5
1.437
1.586,8
2.054,1
Keterangan:
1)Deprecition
tahun ke-n
= (P-S)/n
= (1.000.000 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
4)Tax
5)Capital
cost
c.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode percentage depletion.
Tahun keRevenue
-Royalty (15%)
0
0
3.000
-450
3.300
-495
3.630
-545
3.993
-599
4.392
-659
Net revenue
-Operating cost
-Mining tax
-Development cost
-Depreciation1)
-Percentage depletion2)
0
0
0
-1.200
0
0
2.550
-1.000
-30
0
-200
-382
2.805
-1.080
-30
0
-200
-421
3.086
-1.166
-30
0
-200
-463
3.394
-1.260
-30
0
-200
-509
3.733
-1.360
-30
0
-200
-560
Taxable income
-Tax (30%)3)
-1.200
360
938
-281,4
1.074
-322,2
1.227
-368,1
1.395
-418,5
1.583
-474,9
Net income
+Depreciation
+Depletion
+Working capital return
-Capital cost4)
-840
0
0
0
-2.200
656,6
200
382
0
0
751,8
200
421
0
0
858,9
200
463
0
0
976,5
200
509
0
0
1.108,1
200
560
300
0
CASH FLOW
-3.040
1.238,6
1.372,8
1.521,9
1.685,5
2.168,1
Keterangan:
1)Deprecition
tahun ke-n
= (P-S)/n
2)Percentage
depletion diperbolehkan jika nilainya lebih kecil dari batas deplesi maksimal:
4)Capital
cost
d.
Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost
depletion.
Tahun keRevenue
-Royalty (15%)
0
0
3.000
-450
3.300
-495
3.630
-545
3.993
-599
4.392
-659
0
0
0
-840
-72
0
0
2.550
-1.000
-30
0
-72
-200
-180
2.805
-1.080
-30
0
-72
-200
-180
3.086
-1.166
-30
0
-72
-200
-180
3.394
-1.260
-30
0
-72
-200
-180
3.733
-1.360
-30
0
0
-200
-180
-912
273,6
1.068
-320,4
1.243
-372,9
1.438
-431,4
1.652
-495,6
1.963
-588,9
Net income
+Amortization
+Depreciation
+Depletion
+Working capital return
-Capital cost6)
-638,4
72
0
0
0
-2.560
747,6
72
200
180
0
0
870,1
72
200
180
0
0
1.006,6
72
200
180
0
0
1.156,4
72
200
180
0
0
1.374,1
0
200
180
300
0
CASH FLOW
-3.126,4
1.199,6
1.322,1
1.458,6
1.608,4
2.054,1
Net revenue
-Operating cost
-Mining tax
-Development cost1)
-Amortization2)
-Depreciation3)
-Cost depletion4)
Taxable income
-Tax (30%)5)
Keterangan:
1)Development
2)Amortisasi
tahun ke-n
3)Deprecition
tahun ke-n
= (P-S)/n
= (1.000.000 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
5)Tax
6)Capital
cost
e.
Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
Tahun ke-
Revenue
-Royalty (15%)
0
0
3.000
-450
3.300
-495
3.630
-545
3.993
-599
4.392
-659
0
0
0
-840
-72
0
0
2.550
-1.000
-30
0
-72
-200
-382
2.805
-1.080
-30
0
-72
-200
-421
3.086
-1.166
-30
0
-72
-200
-463
3.394
-1.260
-30
0
-72
-200
-509
3.733
-1.360
-30
0
0
-200
-560
-912
273,6
866
-259,8
1.002
-300,6
1.155
-346,5
1.323
-396,9
1.583
-474,9
Net income
+Amortization
+Depreciation
+Depletion
+Working capital return
-Capital cost
-638,4
72
0
0
0
-2.560
606,2
72
200
382
0
0
701,4
72
200
421
0
0
808,5
72
200
463
0
0
926,1
72
200
509
0
0
1.108,1
0
200
560
300
0
CASH FLOW
-3.126,4
1.260,2
1.394,4
1543,5
1.707,1
2.168,1
Net revenue
-Operating cost
-Mining tax
-Development cost
-Amortization
-Depreciation
-Percentage depletion
Taxable income
-Tax (30%)
Keterangan:
1)Development
2)Amortisasi
tahun ke-n
3)Deprecition
tahun ke-n
= (P-S)/n
4)Percentage
depletion diperbolehkan jika nilainya lebih kecil dari batas deplesi maksimal:
6)Capital
cost:
Capital cost
Before tax
-3.400
1.550
1.725
1.919
2.134
2.673
-3.040
1.178
1.300,5
1.437
1.586,8
2.054,1
-3.040
1.238,6
1.372,8
1.521,9
1.685,5
2.168,1
-3.126,4
1.199,6
1.322,1
1.458,6
1.608,4
2.054,1
-3.126,4
1.260,2
1.466,4
1543,5
1.707,1
2.168,1
Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap cashflow dilakukan analisis NPV, ROR, PVR atau BCR, dan PBP
pada discount rate tertentu (misal, i=20%)
a.
NPV
= PW revenue - PW cost
NPVA
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVA = $2.303,5
2.303,5
(ROR-20%)/(2.303,5-0) = (50%-20%)/(2.303,5-(-257,9))
RORA = 20% + (50%-20%)((2.303,5/(2.303,5+257,9))
20%
50%
-257,9
=46,98%
PVRA
ROR=?
BCRA
= PVRA + 1
= 0,68 + 1 = 1,68
CFA
P/F,20%,n
PW CFA
cum PW CFA
-3.400,0
1,000
-3.400,0
-3.400,0
1.550,0
0,833
1.291,7
-2.108,3
1.725,0
0,694
1.197,9
-910,4
1.919,0
0,579
1.110,5
200,1
2.134,0
0,482
1.029,1
1.229,2
2.673,0
0,402
1.074,2
2.303,5
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-2 dan ke-3, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode cost depletion.
NPV
= PW revenue - PW cost
NPVB
=1.178(P/F,20%,1)+1.300,5(P/F,20%,2)+1.437(P/F,20%,3)+1.586,8(P/F,20%,4)
+2.054,1(P/F,20%,5)-3.400
907
(ROR-20%)/(907-0) = (35%-20%)/(907-(-294))
RORB
20%
= 20% + (35%-20%)((907/(907+294))
35%
-294
= 31,33%
PVRB
ROR=?
BCRB
= PVRB + 1
= 0,27 + 1 = 1,27
CFB
P/F,20%,n
PW CFB
cum PW CFB
-3.400,0
1,000
-3.400,0
-3.400,0
1.178,0
0,833
981,7
-2.418,3
1.300,5
0,694
903,1
-1.515,2
1.437,0
0,579
831,6
-683,6
1.586,8
0,482
765,2
81,6
2.054,1
0,402
825,5
907,1
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
c.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode percentage depletion.
NPV
= PW revenue - PW cost
NPVc
=1.238,6(P/F,20%,1)+1.372,8(P/F,20%,2)+1.521,9(P/F,20%,3)+1.685,5(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5)-3.400
= 1.238,6 (0,833) + 1.372,8 (0,694) + 1.521,9 (0,579) + 1.685,5 (0,482) + 2.168,1(0,402) - 3.400
= $1.150,4
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVC = $1.150,4
1.150,4
(ROR-20%)/(1.150,4-0) = (35%-20%)/(1.150,4-(-119,7))
20%
ROR=?
35%
-119,7
= 33,59%
PVRC
BCRC
CFC
P/F,20%,n
PW CFC
cum PW CFC
-3.400,0
1,000
-3.400,0
-3.400,0
1.238,6
0,833
1.032,2
-2.367,8
1.372,8
0,694
953,3
-1.414,5
1.521,9
0,579
880,7
-533,8
1.685,5
0,482
812,8
279,1
2.168,1
0,402
871,3
1.150,4
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost
depletion.
NPV
= PW revenue - PW cost
NPVD
=1.199,6(P/F,20%,1)+1.322,1(P/F,20%,2)+1.458,6(P/F,20%,3)+1.608,4(P/F,20%,4)+2.054,1(P/F,20%,5) - 3.126,4
= 1.199,6(0,833) + 1.322,1(0,694) + 1.458,6(0,579) + 1.608,4(0,482) + 2.054,1(0,402) - 3.126,4
= $1.236,6
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVD = $1.236,6
1.236,6
0
20%
ROR=?
-78,6
= 38,8%
PVRD
40%
BCRD
= PVRD + 1
= 0,4 + 1 = 1,4
CFD
P/F,20%,n
PW CFD
cum PW CFD
-3.126,4
1,000
-3.126,4
-3.126,4
1.199,6
0,833
999,7
-2.126,7
1.322,1
0,694
918,1
-1.208,6
1.458,6
0,579
844,1
-364,5
1.608,4
0,482
775,7
411,1
2.054,1
0,402
825,5
1.236,6
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
NPV
= PW revenue - PW cost
NPVE
= 1.260,2(P/F,20%,1)+1.466,4(P/F,20%,2)+1.543,5(P/F,20%,3)+1.707,1(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5) - 3.126,4
= 1.260,2(0,833) + 1. 466,4(0,694) + 1. 543,5(0,579) + 1. 707,1(0,482) + 2. 168,1(0,402) - 3.126,4
= $1.529,9
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVE = $1.529,9
Untuk i = 40%, nilai NPVE = -$329,1
1.529,9
= 20% + (45%-20%)((1.529,9/(1.529,9+329,1))
= 40,6%
0
20%
ROR=?
45%
-329,1
PVRE
BCRE
= PVRE + 1
= 0,5 + 1 = 1,5
CFE
P/F,20%,n
PW CFE
cum PW CFE
-3.126,4
1,000
-3.126,4
-3.126,4
1.260,2
0,833
1.050,2
-2.076,2
1.466,4
0,694
1.018,3
-1.057,9
1.543,5
0,579
893,2
-164,7
1.707,1
0,482
823,3
658,6
2.168,1
0,402
871,3
1.529,9
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
NPV
(X$1.000)
IRR
(%)
PVR
BCR
PBP
(tahun)
2.303,5
46,98
0,68
1,68
2,82
907,1
31,33
0,27
1,27
3,89
1.150,4
33,59
0,34
1,34
3,66
1.236,6
38,80
0,40
1,40
3,47
1.529,9
40,57
0,49
1,49
3,20
Kesimpulan:
Investasi yang tidak dikenakan pajak memberikan keuntungan terbesar secara ekonomi.Semakin besar
pengurangan pajak di awal tahun, semakin besar pula keuntungan yang bisa diperoleh kaitannya dengan
ekonomi proyek.
9.
ANALISIS PENGGANTIAN
Tujuan:
9.1.
Konsep penggantian
Penggantian (replacement) suatu aset dilakukan jika aset tersebut sudah tidak menguntungkan secara ekonomi
jika dibandingkan dengan menggunakan aset baru dengan fungsi sama tetapi memberikan layanan yang lebih
baik.
Alasan penggantian aset antara lain:
Aset lama sudah rusak atau memerlukan biaya perbaikan yang besar.
Aset lama sudah usang sehingga tidak bisa bekerja dengan efisien.
Konsep dasar analisis penggantian adalah membandingkan total nilai tahunan aset petahana (defender)
dengan total nilai tahunan aset pengganti (challenger).
9.2.
Umur ekonomis
Biaya total yang merupakan jumlah dari capital recovery cost dengan rata-rata biaya perawatan.
Jawab:
Hasil hitungan disajikan dalam tabel berikut ini:
9.3.
Analisis sewa (leasing) atau beli (purchasing) suatu aset berkaitan dengan:
Sewa (leasing) adalah suatu alternatif penggunaan aset selama periode tertentu tanpa harus memilikinya. Akan
tetapi secara analisis sewa bisa berbentuk sebagai berikut:
a.
Operating lease (sewa operasi), adalah perjanjian sewa atas penggunaan aset oleh penyewa (lessee/user)
selama periode tertentu yang disepakati (aplikasi sehari-hari seperti menyewa mobil di rental).
Ketentuan dalam operating lease adalah sebagai berikut:
Pihak penyewa bisa membatalkan perjanjian karena alasan tertentu,tetapi harus membayar pinalti.
Pembayaran operating lease dapat digunakan seluruhnya untuk pengurang penghasilan pajak pada
saat pembayaran tersebut dilakukan.
Karena penyewa tidak punya kepemilikan apapun atas aset yang disewa, maka tidak ada capital
cost, depresiasi, dan nilai sisa aset di pihak penyewa.
b.
Capital lease/financial lease (sewa modal), adalah alternatif untuk memiliki aset dengan cara membayar
angsuran pinjaman. Dengan kata lain pengguna aset (lessee) mendapat pinjaman modal dari dealer
(lessor) yang menjual aset tersebut, dan karenanya pengguna aset harus membayar angsuran untuk bisa
memiliki aset tersebut.
Ketentuan dalam capital lease adalah sebagai berikut:
Pembayaran sewa tidak bisa seluruhnya digunakan sebagai pengurang pajak pada saat pembayaran
dilakukan.
Komponen bunga yang berhubungan dengan pembayaran sewa bisa dijadikan pengurang pajak.
Nilai sekarang dari pembayaran capital lease bisa didepresiasi selama umur perolehan.
Terdapat nilai sisa pada akhir periode layanan, karena penyewa akan memiliki aset tersebut di akhir
periode capital lease.
c.
Leverage lease, yaitu alternatif pemilikan aset yang dibiayai pihak ketiga (bukan dealer penjual aset).
Ketentuan leverage lease bisa merujuk pada operating lease atau capital lease.
Contoh 9-2:
Analisislah alternatif pengadaan aset berikut ini untuk waktu dua tahun dengan asumsi MARR = 15%, income tax
rate = 40%, depresiasi straigth line dengan umur aset 2 tahun, dan kondisi expense against other income.
A)
Pembelian tunai
C=350
0
B)
Operating lease
LP=60
LP=60
Capital lease
LP=100
2
L=150
LP=100
LP=200
1
0
D)
LP=120
0
C)
L=150
Pembelian dengan 80% dana berasal dari pinjaman, bunga pinjaman = 9%/th
C=350
B=280
MP=159
L=150
MP=159
0
Keterangan:
Semua nilai dikali $1.000, C = capital cost (biaya modal), L = salvage value (nilai sisa), LP = lease payment
(pembayaran sewa), B = borrowed money (uang yang dipinjam), MP = mortgage payment (pembayaran
angsuran).
Jawab:
Semua hitungan dalam ribuan dollar.
A)
Salvage
-Depreciation*
Tahun ke-
0
0
0
-100
150
-100
Taxable income
-Tax 40% **
0
0
-100
40
-100
40
Net income
+Depreciation
-Capital cost
0
0
-350
-60
100
0
-60
100
0
Cashflow
-350
40
40
PW cost A
Salvage
-Lease payments
0
-60
0
-120
0
-60
Taxable income
-Tax 40% *
-60
24
-120
48
-60
24
Net income
-Capital cost
-36
0
-72
0
-36
0
-36
-72
-36
Cashflow
PW cost B
= -36-72(P/F,15%,1) -36(P/F,15%,2)
= -36 -72(0,8696) -36(0,7561)= -$126
Keterangan:
Karena penyewa tidak punya kepemilikan atas aset tersebut, maka tidak ada capital cost, tidak ada depresiasi,
dan tidak ada salvage value.
*Jika taxable income hasilnya negatif maka pajak merupakan saving (positif).
C)
Salvage
-Interest1)
-Depreciation2)
0
0
0
0
-24
-109
150
-8
-109
Taxable income
-Tax 40%3)
0
0
-133
53
33
-13
Net income
+Depreciation
-Capital cost4)
0
0
-100
-80
109
-176
20
109
-92
Cashflow
-100
-147
37
PW cost C
Keterangan:
Karena aset tersebut menjadi milik pembeli setelah pembayaran angsuran lunas, maka ada capital cost, ada
depresiasi, dan ada salvage value.
Seluruh pembayaran angsuran dibawa ke nilai sekarang (PW of capital lease payment) dengan diskon sesuai
bunga pinjaman (dalam kasus ini i = 9%)
PW cap. lease payment
Payment
Interest
C = 9% x A
Principal reducing
D=BC
Balance
Th-0
368
100
100
E=AD
268
Th-1
268
200
24
176
92
Th-2
92
100
92
Pada th-0 seluruh pembayaran angsuran (payment) digunakan untuk mengurangi pinjaman (principal),
sehingga interest sama dengan nol.
2) Basis untuk perhitungan depresiasi adalah PW cost of capital lease payment (P).
Depresiasi straigth line:
D = (P-L)/n = (368-150)/2 = 109 (sama untuk tahun ke-1 dan ke-2)
3)Jika taxable income hasilnya negatif maka pajak merupakan saving (positif).
4)Capital cost = payment - interest
D)
Salvage
-Interest1)
-Depreciation2)
0
0
0
0
-25
-100
150
-13
-100
Taxable income
-Tax 40% 3)
0
0
-125
50
37
-15
Net income
+Depreciation
+Loan amount 80%
-Principal payment4)
-Capital cost
0
0
280
0
-350
-75
100
0
-134
0
22
100
0
-146
0
Cashflow
-70
-109
-24
PW cost A
Keterangan:
Karena aset tersebut menjadi milik pembeli setelah pembayaran angsuran lunas, maka ada capital cost, ada
depresiasi, dan ada salvage value.
Seluruh pembayaran angsuran dibawa ke nilai sekarang (PW of capital lease payment) dengan diskon sesuai
bunga pinjaman (dalam kasus ini i = 9%)
PW cap. lease payment
Payment
Interest
C = 9% x A
Principal reducing
Th-0
280
280
Th-1
280
159
25
134
146
Th-2
146
159
13
146
D=BC
Balance
E=AD
Pada th-0 seluruh pembayaran angsuran (payment) digunakan untuk mengurangi pinjaman (principal),
sehingga interest sama dengan nol.
2)Basis untuk perhitungan depresiasi adalah capital cost.
Depresiasi straigth line:
D = (C-L)/n = (350-150)/2 = 100 (sama untuk tahun ke-1 dan ke-2)
3)Jika taxable income hasilnya negatif maka pajak merupakan saving (positif).
4)Principal payment = payment - interest
10.
Tujuan:
Pada umumnya investasi dalam proyek berlaku untuk jangka waktu yang panjang. Selama jangka waktu
tersebut mungkin terdapat perubahan dari iklim usaha yang sulit diramalkan, karena banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal dari proyek atau perusahaan. Adanya unsurunsur ketidakpastian dalam jangka waktu tertentu harus diperhitungkan dalam analisis ekonomi agar diperoleh
hasil yang lebih akurat.
Manajemen resiko antara lainmeliputi:
Presentasi hasil analisis di atas, untuk memudahkan pihak manajemen dalam pengambilan keputusan.
Tidak memberikan indikasi kemungkinan (likehood) sesuatu yang diandaikan terjadi. Misal, berapa
kemungkinan harga turun 20%?
b.
c.
d.
e.
f.
Jawab:
Cashflow dari proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Tahun ke-
Investasi
-$150.000
Manfaat
$100.000
$100.000
$100.000
$100.000
$100.000
Biaya operasi
-$50.000
-$50.000
-$50.000
-$50.000
-$50.000
Nilai sisa
$70.000
b.
NPV ($)
90.000
-40
87.663
217
120.000
-20
57.663
108
150.000
27.663
180.000
+20
-2.337
-108
210.000
+40
-32.337
-217
Manfaat/th($)
c.
NPV ($)
60.000
-40
-91.961
-432
80.000
-20
-32.149
-216
100.000
27.663
120.000
+20
87.475
216
140.000
+40
147.287
432
Biaya operasi/th($)
NPV ($)
30.000
-40
87.475
216
40.000
-20
57.569
108
50.000
27.663
60.000
+20
-2.243
-108
70.000
+40
-32.149
-216
d.
Nilai sisa($)
e.
NPV ($)
42.000
-40
16.410
-41
56.000
-20
22.036
-20
70.000
27.663
84.000
+20
33.290
20
98.000
+40
38.916
41
-40
-4.166
-115
-20
13.196
-52
27.663
+20
39.718
44
+40
49.767
80
f.
NPV ($)
MARR (%)
NPV ($)
12
-40
69.958
153
16
-20
47.042
70
20
27.663
24
+20
11.147
-60
28
+40
-3.030
-111
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa pengaruh terhadap NPV akibat perubahan dari investasi awal, manfaat
tahunan, dan biaya operasi tahunan lebih signifikan daripada akibat perubahan nilai sisa. Dengan kata lain
pengaruh perubahan parameter-parameter yang dekat dengan tahun ke-0 lebih signifikan daripada pengaruh
akibat perubahan parameter yang terletak beberapa tahun berikutnya dari tahun ke-0.
Sedangkan perubahan umur proyek dan tingkat pengembalian minimum benar-benar menyebabkan
perubahan dalam keseluruhan cashflow.
Hasil analisis dapat digambarkan dalam grafik Strauss berikut ini:
500
Investasi awal
400
300
Manfaat/th
200
Biaya operasi/th
100
0
-40%
-100
-200
-20%
+20%
+40%
Nilai sisa
Umur proyek
-300
-400
MARR
-500
Suatu proyek terlihat menarik, meskipun saat nilai pesimis digunakan, sehingga harus diambil.
b.
Suatu proyek terlihat tidak menarik, meskipun saat nilai optimis digunakan, sehingga harus ditolak.
Ketika suatu proyek terlihat baik dengan nilai optimis tetapi terlihat buruk dengan nilai pesimis, maka kajian lebih
lanjut terhadap ketidakpastian dan resiko proyek tersebut harus dilakukan.
Contoh 10-2:
Cashflow dari suatu proyek adalah sebagai berikut:
Tahun ke-
Investasi
$150.000
Manfaat
$100.000
$100.000
$100.000
$100.000
$100.000
Biaya operasi
$50.000
$50.000
$50.000
$50.000
$50.000
Nilai sisa
Cashflow
$70.000
$150.000
$50.000
$50.000
$50.000
$50.000
$120.000
Jika rentang perubahan -20% dan +20% terjadi pada investasi awal, manfaat tahunan, biaya operasi, dan nilai
sisa, lakukan analisis sensitivitas untuk kondisi terbaik dan kondisi teburuk dengan umur proyek masing-masing 5
tahun dan MARR 20%.
Jawab:
Kondisi terbaik
Kondisi terburuk
Investasi
$120.000
$150.000
$180.000
Manfaat
$120.000
$100.000
$80.000
Biaya operasi
$40.000
$50.000
$60.000
Nilai sisa
$84.000
$70.000
$56.000
5 th
5 th
5 th
$153.048
$27.690
-$97.668
Umur proyek
NPV
Hasil analisis memperlihatkan bahwa proyek memuaskan (layak) pada kondisi terbaik dan pada kondisi yang
diharapkan, tetapi tidak memuaskan pada kondisi terburuk.
Nilai ekspektasi :
Dimana:
b.
Nilai varian:
Contoh 10-3:
Andaikan dua mata uang yang seimbang dilempar, berapa nilai ekspektasi dan varian dari jumlah tampak
muka yang akan terjadi?
Jawab:
Misalnya:
M1 = uang logam pertama menunjukkan tampak muka
B1 = uang logam pertama menunjukkan tampak belakang
M2 = uang logam kedua menunjukkan tampak muka
B2 = uang logam kedua menunjukkan belakang
Ruang eksperimen dari pelemparan dua uang logam tersebut adalah:
S = {(M1 M2), (M1 B2), (B1 M2), (B1 B2)}
Jika x merupakan variabel acak yang menunjukkan banyaknya tampak muka yang muncul, akan diperoleh:
Contoh 10-4:
Dari contoh 10-3 andaikan diadakan aturan permainan sebagai berikut:
Jika tidak ada yang muncul maka kalah Rp 100,00
Jika tampak muka 1 yang muncul maka menang Rp 40,00
Jika tampak muka 2 yang muncul maka menang Rp 80,00
Maka nilai kemenangan atau keuntungan yang diharapkan (nilai ekspektasi) dari permainan tersebut jika
permainan berlangsung lama adalah:
E(keuntungan) = - Rp 100 (0,25) + Rp 40 (0,50) + Rp 80 (0,25) = Rp 15,00
Terdapat banyak kemungkinan kondisi/keadaan yang dapat terjadi (baik, sedang, buruk)
Nilai kondisi (condition value) diberikan di setiap titik terminal. Nilai ini biasanya merupakan nilai sekarang
bersih (net present value).
Probabilitas harus diberikan di setiap cabang dari titik kemungkinan (chance node) dimana jumlah
probabilitas di sekitar titik tersebut adalah satu.
Mulai dari titik terminal dan bekerja mundur ke awal keputusan. Jika titik kemungkinan dicapai, hitung nilai
harapan (expected monetary value/EMV) untuk semua nilai kondisional dan tulis di atas titik kemungkinan.
EMV = p,f
dan
p =1
Keterangan:
EMV = nilai harapan
= probabilitas
= nilai kondisional
= nomor cabang
= jumlah cabang
Jika sampai pada titik keputusan EMV yang terbesar, coret pilihan lain dan letakkan EMV di atas ttitik
keputusan. Selanjutnya mundur sampai titik keputusan awal dicapai. Pilih jalur dengan EMV terbesar untuk
memilih keuntungan dan EMV terkecil untuk memilih biaya.
Contoh 10-5:
Sebuah perusahaan dihadapkan pada dua keputusan apakah akan melakukan pemboran atau tidak
terhadap lahan pertambangan minyak yang dimilikinya. Jika dilakukan pemboran akan menelan biaya $1 juta
dengan kemungkinan gagal adalah 0,8 dan kemungkinan berhasil adalah 0,2,sedangkan perolehan discounted
NPV adalah $5 juta. Tentukan keputusan yang akan diambil dengan menggunakan pohon keputusan.
Jawab:
EMV membor
Kering
NPV = -$1 juta
Probabilitas = 0,8
membor
Produksi
NPV = $5 juta
Probabilitas = 0,2
tidak membor
NPV = 0
Yuli Kusumawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 64
REFERENSI
1. Grant, E.L., Ireson, W.G., and Leavenworth, R.S., 1982, Principles of Engineering Economy 7th edition, John
Wiley and Sons, Singapore.
2. Mangitung, D.M., 2013, Ekonomi Rekayasa, Disertai Cara Penyelesaian Dengan Speadsheet, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
3. Panneerselvam, R., 2012, Engineering Economics, PHI Learning Private Limited, New Delhi.
4. Partowidagdo, W., 2001, Risk Analysis & Project Risk Management, Institut Teknologi Bandung.
7. Stermole, F.J., Stermole J.M., 1996, Economic Evaluation and Investment Decision Methods 9th edition,
Investment Evaluations Corporation, Colorado.