A. Indikasi
Tabel 1. Indikasi kompres panas dan dingin
B. Kontra indikasi
a. Kompres panas:
1. 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan perdarahan dan
pembengkakan.
2. Perdarahan aktif. Panas meyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan perdarahan.
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel,
dan meningkatkan sirkulasi.
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh.
b. Kompres dingin:
1. Luka terbuka. Dingin dapat meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi
aliran darah ke luka terbuka.
2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan
menyebabkan kerusakan jaringan.
3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin.
c. Kewaspadaan khusus:
1. Kerusakan neurosensori. Klien tidak mampu merasakan bahwa panas tersebut
merusak jaringan dan berisiko mengalami luka bakar, atau mereka tidak mampu
merasakan ketidaknyamanan akibat dingin dan tidak mampu mencegah terjadinya
cedera jaringan.
2. Gangguan status mental.
3. Gangguan sirkulasi. Klien memiliki penyakit pembuluh darah perifer, diabetes,
atau gagal jantung kongestif berisiko mengalami kerusakan jaringan akibat
kompres panas dan dikontraindikasikan untuk diberikan kompres dingin.
4. Luka terbuka.
C. Alat dan bahan
D. Proses keperawatan:
1. Kaji kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan cedera. Kaji
apakah klien menyadari rasa panas dan dingin serta dapat membedakan suhu yang
telalu panas atau terlalu dingin untuk jaringan buruk.
2. Kaji tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat
tua, tidak sadar, atau yang lemah tidak dapat menoleransi panas dengan baik/
3. Kaji area yang akan dikompres dengan memeriksa perubahan integritas kulit, status
sirkulasi, tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau
nyeri sedang diterapi.
4. Kaji denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
5. Tentukan apakah tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan
durasi serta frekuensi kompres.
6. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan, mengapa hal tersebut diperlukan, dan
bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan
untuk merencanakan perawatan atau terapi selanjutnya.
7. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat.
8. Berikan privasi klien.
9. Siapkan klien
a. Bantu klien ke posisi yang nyaman
b. Pajankan area tubuh yang akan dikompres
c. Sangga bagian tubuh yang memerlukan kompres
10. Berikan kompres.
a. Kompres panas
1. Berikan klien instruksi untuk tidak memasukkan benda tajam, benda berujung
runcing ke dalam bantalan atau botol, meletakkan botol atau bantalan secara
langsung, dan mengatur panas yang lebih tinggi dari yang telah ditentukan.
2. Letakkan kemasan pemanas pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang
telah ditentukan guna menghindari fenomena rebound. Untuk botol air panas
30-45 menit, untuk bantalan elektrik 10-15 menit.
b. Kompres dingin
1. Letakkan kompres tetap pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang telah
ditentukan guna menghindari fenomena rebound dan efek yang membahayakan
dari kompres dingin yang berkepanjangan.
c. Kompres kasa/ kemasan basah
1. Letakkan kasa di dalam larutan, atau
2. Panaskan flanel atau handuk di dalam sebuah alat pemanas, atau dinginkan
flanel atau handuk di dalam baskom berisi air dan keping es
3. Lindungi kulit sekitar luka sesuai indikasi: Dengan lidi kapas, oleskan jeli
minyak ke kulit di sekeliling luka untuk melindungi kulit dari kemungkinan
luka bakar, maserasi, atau efek iritasi.
4. Tempelkan kompres kasa basa atau kemasan basah:
a. Peras kompres kasa sehingga larutan tidak menetes dari kompres kasa.
b. Tempelkan kasa secara lembut dan bertahap pada area yang dituju hingga
menutupi area yang dikompres dengan baik.
5. Segera sematkan dan fiksasi kompres.
11. Monitor klien selama kompres