Transaksi
Antarperusahaan-Aset
Tujuan Bab
investasi.
Menghitung pendapatan investasi pada tahun transaksi aset antarperusahaan dan tahun setelah
transaksi.
Membedakan laba antarperusahaan atas persediaan, aset tetap yang memiliki umur yang tidak
PENDAHULUAN
Salah satu alasan entitas induk menguasai saham entitas lain adalah untuk kepentingan bisnis, seperti
mendapatkan pemasok (supplier) tetap atau pelemparan produknya (integrasi vertical). Transaksi jualbeli antara entitas induk-anak sering terjadi, baik atas barang dagang maupun aset lainnya. Tidak jarang
terjadi intergrasi hulu-hilir antara entitas induk-anak. Sebagai contoh, seluruh bahan mentah entitas
induk berasal dari entitas anak tertentu, sedangkan hasil peroduksi entitas induk dilempar pada entitas
anak lainnya dalam kelompok yang memiliki lebih dari satu entitas anak.
Bab ini akan membahas teransaksi jual-beli aset antarperusahaan dan dampaknya terhadap
pendapatan investasi serta penyusunan kertas kerja laporan keuangan konsolidasi. Pada pembahasan
selanjutnya, penjualan yang dilakukan entitas induk kepada entitas anak disebut downstream dan
apabila entitas anak sebagai pihak penjual disebut dengan istilahupstream. Aset entitas induk yang
berasal dari entitas anak, dan aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau dari entitas anak
lainnya dalam suatu konsolidasi disebut antarperusahaan.
LABA ANTARPERUSAHAAN
Dalam bab terdahulu telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi memandang seluruh entitas dalam
hubungan induk-anak sebagai satu,sehingga setiap transaksi antarperusahaan harus dieliminasi. Jual-beli
antarperusahaan merupakan salah satu transaksi yang harus dieliminasi dalam kertas kerja konsolidasi.
Dalam sudut pandang konsolidasi, jual-beli antarperusahaan dipandang sebagai transfer atau pindah
tangan saja. Dalam kenyataannya, secara hukum entitas induk dan anak adalah dua entitas yang
berbeda. PSAK 7 tahun 2010 mengenai pengungkapan pihak-pihak berelasi, mensyaratkan transaksi
pohak-pihak berelasi yang meliputi entitas induk dan anak dilakukan menurut ketentuan yang setara
dengan yang berlaku dengan transaksi yang wajar. Dengan kata lain, prisiparms length
transaction juga harus diterapkan dalam transaksi antara entitas induk dan anak. Dengan prisip ini
apabila entitas induk menjual barang dagang kepada entitas anak atau sebaliknya, harga jual antar
entitas induk dan anak harus sama dengan harga kepada pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan
istimewa atau oihak eksternal. Keuntungan penjualan induk-anak harus sama dengan keuntungan
penjualan kepada pihak eksternal. Akan tetepi, untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi yang
menganggap entitas induk dan anak satu, laba tersebut dianggap laba atas diri sendiri sehingga harus
dieliminasi.
Transfer aset mengharuskan pihak yang menerima mencatat aset itu sebesar nilai buku yang
dicatat pihak yang member. Hal ini berbeda dengan transaksi jual-beli di mana pihak pembeli akan
membukakan aset yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yang bagi penjualan harga tersebut
merupakan harga pokok ditambah keuntungan penjualan. Laporan konsolidasi, yang memandang
transaksi jual-beli sebagai transfer atau pindah tangan aset, mengharuskan laba pihak penjual yang
melekat dalam aset yang terdapat dalam neraca pembelian harus dieliminasi agar transaksi jual-beli
antarperusahaan tersaji sebagai transfer aset. Laba yang berasal dari jual-beli antarperusahaan yang
melekat dalam aset pembeli selanjutnya disebut laba antarperusahaan ini tidak diakui karena sudut
pandang konsolidasi yang dianggap induk-anak sebagai satu memandang laba antraperusahaan sebagai
laba dari diri sendiri.
Laba antarperusahaan ada sepanjang entitas induk atau anak memiliki aset yang barasal dari
transaksi jual-beli antarperusahaan . Misalkan pada tanggal 1/7/2011 entitas induk menjual aset kepada
entitas anak dengan harga Rp10 juta di mana harga pokoknya bagi penjual adalah Rp6 juta. Entitas
anak akan mencatat nilai aset yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yakni Rp10 juta.
1. Apabila dalam tahun bejalan (sebelum tanggal laporan konsolidasi) entitas anak menjual aset
tersebut seluruhnya kepada pihak eksternal, tidak ada laba antarperusahaan karena aset sudah
dimiliki pihak eksternal laba pihak penjual sebesar Rp4 juta telah terealisasi dari pihak eksternal.
2. Apabila pihak pembeli masih memiliki aset antarperusahaan tersebut pada tanggal laporan
konsolidasi (tanggal 31 Desember), maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta merupakan laba antra
perusahaaan, karena pembeli dan penjual dalam hubungan induk-anak dianggap satu dari sudut
pandang konsolidasi. Aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau sebaliknya dianggap
sebagai pindah tempat saja, bukan dari pembelian. Laba pihak penjual tidak diakui dari sudut
pandang konsolidasi. Apabila pada tahun berikutnya (tahun 2012) pihak pembeli menjual aset
antarperusahaan tersebut kepada pihak eksternal, maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta tersebut
tidak lagi dianggap laba antarperusahaan karena telah terealisasi dengan pihak eksternal.
Transaksi jual-beli aset antarperusahaan dipandang sebagai transaksi dengan diri sendiri dari
sudut pandang konsolidasi karena entitas induk dan anak adalah satu. Konsolidasi hanya akan menggap
sebagai transaksi riil apabila penjualan tersebut dilakukan kepada pihak eksternal atau pihak-pihak di
luar hubungan induk-anak.
Laba antarperusahaan atas aset biasanya tertanam dalam bentuk persediaan dan aset tetap seperti
tanah, bangunan, peralatan, dan lainnya. Persedian merupakan aset yang dibeli untuk dijual kembali.
Bila pada akhir tahun terdapat persediaan yang merupakan aset antarperusahaan, maka dalam
persediaan tersebut terdapat laba antarperusahaan yang harus dikoreksi. Persediaan merupakan aset
lancar yang dalam satu tahun sudah terjual pada kondisi normal, sehingga laba antarperusahaan atas
persediaan akhir akan terealisasi dalam tahun berikutnya. Penjualan tahun berjalan pertama kali
bersumber dari persediaan awal, baru kemudian dari pembelian atau produksi selama tahun berjalan.
Karena itu, laba antarperusahaan atas persediaan akhir direalisasi atas persediaan awal tahun berikutnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa:
Bila terdapat persediaan akhir antarperusahaan, diperlukan koreksi untuk menunda laba
antarperusahaan karena laba tersebut tidak diakui.
Bila terdapat persediaan awal, laba antarperusahaan harus direalisasi karena dalam tahun bejalan
persediaan tersebut telah terjual sehingga perlu dilakukan koreksi. Dalam periode sebelumnya
laba tersebut telah ditunda atau ditangguhkan (persediaan akhir).
Berbeda dengan persediaan, aset tetap pada dasarnya dibeli untuk digunakan dalam operasi
normal dan tidak dijual kembali walaupun dalam prakteknya entitas karap menjual aset tetapnya.
Menurut masa pemakaiannya, aset tetap dibagi dua yakni aset tetap yang memiliki masa pakai tidak
terbatas (tidak memiliki umur ekonomis) dan aset yang memiliki masa pakai terbatas (aset yang
memiliki umur ekonomis).
Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur tidak terbatas hanya akan terealisasi
apabila aset tetap tersebut telah berpinda tangan ke pihak ke-3 yang biasanya terjadi melalui proses
penjualan. Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur terbatas dapat terealisasi dengan
dua cara:
1. Pindah tangan ke pihak eksternal (biasanya melalui proses penjualan).
2. Masa pemakaian atau umur ekonomis aset tetap tersebut telah habis. Laba antarperusahaan akan
terealisasi selama terdapat aset entitas induk atau anak yang berasal dari transaksi
antarperusahaan.apabila aset tersebut sudah tidak lagidimiliki pihak pembeli, laba antarperusahaan
sudah terealisasi. Aset tetap yang sudah habis masa pakainya secara akuntansi sudah bernilai nol
sekalipun secara fisik aset tersebut masih ada. Apabila nilai buku aset tersebut telah nol, itu
berartinya aset tersebut sudah tidak terdapat lagi dalam hubungan induk-anak melalui proses
alamiah (penyusutan), sehingga laba antarperusahaan juga sudah terealisasi secara alamiah. Karena
proses aset tetap menjadi nol bertahap seiring dengan umur aset tetap tersebut, laba antarperusahaan
juga terealisasi secara bertahap bertahap berdasarkan umurnya. Misalkan terjadi transaksi jual beli
aset tetap antarperusahaan dengan laba penjualan sebesar Rp50 juta. Aset tetap tersebut berumur 10
tahun dan tidak dijual hingga habis umur ekonomisnya. Apabila jual-beli aset tersebut dilakukan
pada akhir tahun, penundaan dan realisasi laba antarperusahaan ditunjukkan dalam peraga 5-1
PERAGA 5-1
Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap
(Penjualan akhir tahun)
Laba
Antarperusahaan
Tahun
Akhir Tahun 1
Akhir Tahun 2
Akhir Tahun 3
Akhir Tahun 4
Akhir Tahun 5
Akhir Tahun 6
Akhir Tahun 7
Akhir Tahun 8
Akhir Tahun 9
Akhir Tahun 10
Akhir Tahun 11
Direalisasi
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
Ditunda
50.000.000
45.000.000
40.000.000
35.000.000
30.000.000
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
-
Pada tahun transaksi (Tahun 1), laba antarperusahaan belum terealisasi seperti diperlihatkan
dalam peraga 5-1 karena nilai aset belum berkurang melalui proses penyusutan. Pada akhir tahun ke-2
hingga ke-11, laba antarperusahaan terealisasi per tahun sebesar Rp5000000 seiring dengan proses
penyusutan. Apabila jual-beli aset dilakukan pada awal tahun, realisasi laba antarperusahaan
diperlihatkan dalam peraga 5-2
PERAGA 5-2
Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap
(Penjualan awal tahun)
Tahun
Akhir Tahun 1
Akhir Tahun 2
Akhir Tahun 3
Akhir Tahun 4
Akhir Tahun 5
Akhir Tahun 6
Akhir Tahun 7
Akhir Tahun 8
Akhir Tahun 9
Akhir Tahun 10
Laba Antarperusahaan
Direalisasi
Ditunda
5.000.000
45.000.000
5.000.000
40.000.000
5.000.000
35.000.000
5.000.000
30.000.000
5.000.000
25.000.000
5.000.000
20.000.000
5.000.000
15.000.000
5.000.000
10.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
-
xxx
xxx
Koreksi pendapatan investasi secara otomatis akan mengurangi nilai investasi dalam saham karena
menurut metode ekuitas, perubahan nilai investasi dipengaruhi oleh pendapatan investasi selain faktafakta lainnya seperti deviden.
Apabila pada tahun berikutnya laba antarperusahaan terealisasi karena pihak pembeli dalam
hubungan induk-anak telah menjual aset tersebut kepada pihak eksternal, maka laba yang telah ditunda
pada tahun lalu direalisasi. Entitas indukharus mengembalikan nilai investasi yang telah dikurangi pada
tahun lalu dengan jurnal penyesuaian (adjustment) berikut:
Investasi dalam saham biasa
Pendapatan Investasi
xxx
xxx
Jurnal penyesuaian (adjustment) ini adalah kebalikan dari jurnal yang dicatat pada tahun lalu. Jurnal ini
dibuat untuk merealisasi laba antarperusahaan yang telah ditunda sebelumnya. Dampak laba
antarperusahaan terhadap investasi dan nilai investasi secara detail dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan investasi dan nilai investasi dalam saham berkurang
-
Keuntungan penjualan aset tetap antarperusahaan tahunberjalan baik yang memiliki umur
ekonomis maupun tidak memiliki umur ekonomis.
Bila terdapat persediaan awal antarperusahaan (penjualan tahun berjalan berasal dari persediaan
awal).
Pada saat penjualan aset antarperusahaan yang tidak memiliki umur ekonomis kepada pihak
eksternal.
Jika laba antarperusahaan diamortisasi untuk aset tetap antarperusahaan yang memiliki umur
ekonomis.
Perhitungan pendapatan investasi yang telah dijelaskan dalam Bab 2 akan lebih kompleks bila
terdapat laba antarperusahaan, yang disajikan sebagai berikut:
Laba yang diumumkan entitas anak
xxx
xxx
Undervalue
xxx
Overvalue
xxx
Intangible asset
xxx
Laba-rugi antarperusahaan
xxx
xxx
Pendapatan investasi
xxx
Koreksi atas pendapatan investasi harus dilakukan karena laba antarperusahaan jumlahnya sama dengan
dampak laba antarperusahaan
terhadap pendapatan investasi. Dampak laba antarperussahaan atas pendapatan investasi berbeda antar
penjualan downstream dan penjualan upstream.
Laba antarperusahaan atas penjualan downstream menyebabkan entitas induk memiliki laba atas
antarperusahaan milik anak. Misalkan PT Indira memiliki 90% saham biasa PT Andika. Pada tahun
2012, PT Andika mengumumkan laba sebesar Rp200 juta, dan terjadi penjualanantarperusahaandownstream yang menghasilkan laba antarperusahaan atas aset sebesar Rp40 juta. Hingga tanggal
laporn konsolidasi, aset tersebut masih memiliki pihak pembeli (PT Andika).
Laba entitas induk sebesar Rp40 juta dalam penjualan downstream ini memelukan koreksi
karena aset antarperusahaan masih berada di perusahaan anak pada tanggal laporan konsolidasi. Laba
antarperusahaan ini seluruhnya dikoreksi dengan mengurangkannya dari pendapatan investasi karena
laba tersebut berasal dari entitas induk. Jadi, koreksi pendapatan investasi dalam penjualan downstream
merupakan laba antarperusahaan. Jurnal penyesuaian (adjustment) entitas induk atas laba
antarperusahaan ini adalah sebagai berikut:
Pendapatan Investasi
Investasi dalam saham PT Andika
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
Laba antarperusahaan upstream berarti laba tersebut adalah entitas anak atas aset entitas induk. Laba
antarperusahaan dari penjualan upstream akan mempengaruhi pendapatan investasi sebesar persentase
kepemilikan entitas induk atas saham entitas anak, sehingga pendapatan investasi harus dikoreksi
sebesar:
Laba anatrperusahaan x persentase kepemilikan entitas induk
Dalam kasus tersebut, bila laba antarperusahaan bersal dari penjualan upstream, pendapatan investasi
dikoreksi sebesar Rp36 juta (90% x Rp40 juta). Laba entitas anak (sebagai pihak penjual)
mempengaruhi pendapatan investasi 90%, sehingga koreksi laba anatrperusahaan yang berasal dari
entitas anak akan mengharuskan entitas induk mengoreksi pendapatan investasi 90% dari laba
antarperusahaan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
Pendapatan Investasi
Rp 36.000.000
Rp 36.000.000
Dampak laba antarperusahaan dalam penjualan downstream dan penjualan upstream diperlihatkan pada
peraga 5-3
PERAGA 5-3
Perbedaan Laba Antarperusahaan
Atas Penjualan Downstream dan Upstream
Downstream
Upstream
Laba entitas anak
Rp 200.000.000 Rp 200.000.000
Koreksi laba antarperusahaan
Laba setelah koreksi
Pendapatan investasi (90% x 200)-40)
Pendapatan investasi (90% x 160)
Rp 200.000.000
(40.000.000)
160.000.000
140.000.000
Rp 144.000.000
melainkan pengkreditan akun aset tetap, sedangkan pembelian aset tetap dicatat dengan menimbulkan
akun aset tetap sebagai pihak pembeli. Karena perbedaan pencatatan transaksi jual-beli barang dagang
dan aset tetap, pengeliminasian akun antarperusahaan juga berbeda bagitransaksi jual-beli
antarperusahaan atas kedua aset tersebut.
b. Barang Dagang
Jual-beli barang dagang menimbulkan akun penjualan bagi pihak penjual. Sementara itu, penjualan
kredit akan memunculkan piutang usaha yang dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Piutang Usaha
xxx
Penjualan
xxx
Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, maka arus keluar persediaan dicatat sebagai
berikut:
HPP
xxx
Persediaan
xxx
Sedangkan dari sisi pembeli, jual-beli barang dagang memunculkan akun pembelia yang dicatat dengan
metode periodic sebagai berikut:
Pembelian
xxx
Utang Usaha
xxx
Persediaan
Utang Usaha
xxx
xxx
mengecil jika HPP bertambah, sehingga laba penjualan dieliminasi dengan mendebet HPP. Jurnal
eliminasinya adalah sebagai berikut:
HPP
xxx
Persediaan
xxx
Persediaan akhir akan menjadi persediaan awal pada tahun berikutnya dan dijual dalam tahun
berjalan. Pada saat persediaan awal dijual, laba antarperusahaan yang telah ditunda pada tahun
sebelumnya akan direalisasi.pada tahun lalu, pendapatan investasi telah berkurang besar dampaknya
laba antarperusahaan atas persediaan akhir terhadap pendapatan investasi (jika laba antarperusahaan
merupakan penjualan downstream, pendapatan dikoreksi 100% sedangkan bila yang terjadi penjualan
upstream, laba antarperusahaan berdampak terhadap pendapatan investasi sebesar persentase
kepemilikan entitas induk atas sahamberhak suara entitas anak). Pendapatan investasi tahun lalu telah di
closing pada nilai investasi. Karena itu, nilai investasi akan tercatat lebih kecil sebesar dampak laba
antarperuahaan sehingga tidak mencerminkan kekayaan perusahaan anak yang dimiliki. Dalam
penyusunan kertas kerja konsolidasi, akun investasi dalam saham harus didebet sebesar laba
antarperusahaan atas persediaan awal karena persediaan awal merupakan persediaan akhir tahun
sebelumnya, yang telah menyebabkan nilai investasi tercatat terlalu kecil. Apabila persediaan awal
dihasilkan dari penjualan downstream, dibuat ayat jurnal sebagai berikut:
Investasi dalam saham
xxx
HPP
xxx
xxx
Contoh:
Entitas induk menguasai 80% saham entitas anak. Pada tahun 2011, terjadi jual-beli barang dagang
antarperusahaan sebesar Rp10 juta di mana pihak penjual menerapkan tingkat gross profit 40% atas
penjualan. Persediaan dicatat dengan metode perpetual. Pada akhir tahun, pihak pembeli masih memiliki
25% barang dagang tersebut. Hingga akhir tahun, jual-beli barang dagang itu baru di bayar Rp7 juta.
Pada tahun 2012, terjadi jual-beli antarperusahaan sebesar Rp15 juta tunai dengan tingkat gross profit
yang sama dengan tahun 2011, pada akhit tahun 2012, pihak pembeli masih memiliki persediaan akhir
senilai Rp5000000.
Selama tahun 2011, pihak penjual akan menjurnal penjualan barang dagang sebagai berikut:
Kas
Rp 7.000.000
Piutang Usaha
RP 3.000.000
Penjualan
Rp 10.000.000
Perusahaan menerapkan metode perpetual, sehingga terdapat jurnal untuk mencatat pengurangan
persediaan barang dagang sebagai berikut:
HPP
Rp 6.000.000
Persediaan
Rp 6.000.000
Rp 10.000.000
Utang Usaha
Rp 3.000.000
Kas
Rp 7.000.000
Dalam pembuatan kertas kerja konsolidasi tahun 2011, akun penjualan dan akun HPP, serta
akun piutang usaha dan akun utang usaha adalah akun-akun antarperusahaan yang harus dieliminasi
sebagai berikut:
1
Penjualan
Rp 10.000.000
HPP
2
Utang Usaha
Rp 10.000.000
Rp 3.000.000
Piutang Usaha
Rp 3.000.000
Karena pihak pembeli masih memiliki 25% dari barang dagang yang dibeli (Rp2500000), maka
terdapat laba antarperusahaan sebesar 40% x2500000 = Rp 1000000. Laba antarperusahaan ini harus
dieliminasi dalam kertas kerja dengan jurnal sebagai berikut:
HPP
Rp 1.000.000
Persediaan
Rp 1.000.000
Pada tahun 2012, persediaan akhir menjadi persediaan awal pihak pembeli sehingga penyusutan kertas
kerja konsolidasi tahun 2012 mengeliminasi akun-akun antarperusahaan sebagai berikut:
1. Jual-beli antarperusahaan
Penjualan
Rp 15.000.000
HPP
Rp 15.000.000
Jual-beli antarperuahaan dilakukan per kas sehingga tidak terdapat utang-piutang antarperusahaan.
2. Realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal
Laba antarperusahaan dalam persediaan akhir tahun 2011 telah mengurangi nilai investasi entitas
induk pada akhir tahun 2011. Pada pembukuan tahun 2012, persediaan tersebut menjadi persediaan
awal sehingga laba antarperusahaan yang telah ditunda tahun lalu harus direalisasi pada tahun 2012.
Realisasi laba antarperusahaan berbeda antara penjualan downstream dan upstream
Penjualan downstream
Investasi dalam saham biasa Rp 1.000.000
Pendapatan investasi
Rp 1.000.000
Rp 800.000
Rp 200.000
HPP
Rp 1.000.000
40% x Rp 5000000 = Rp2000000, sehingga laba antarperusahaan ini harus dieliminasi dengan jurnal
sebagai berikut:
HPP
Rp 2.000.000
Persediaan
Rp 2.000.000
c. Aset Tetap
Pihak yang melakukan penjualan aset akan mengkredit aset dan keuntungan serta mendebet
kas atau piutang dan rugi penjualan pada saat transaksi penjualan terjadi. Pihak pembeli akan
mendebet aset dalam pembukuannya dn mengkredit kas atau utang.
Transaksi jual-beli aset antarperusahaan menyebabkan aset tetap hasil penjualan menjadi akun
hubungan induk-anak. Kentungan penjualan aset tetap dieliminasi dari laporan laba-rugi pihak
penjual dengan mengurangi nilai aset tetap pada harga pokoknya.
Aset Tetap yang tidak Disusutkan
Misalkan terjadi penjualan downstream tanah antara PT Indah dengan PT Andi, yaitu perusahaan
anak yang dikuasai 80%, pada tanggal 1 Maret 2012 dengan harga penjualan Rp 500 juta di mana
harga pokoknya bagi PT Andi adalah Rp 400 juta. Pencatatan PT Indah pada tanggal 1Maret 2012
adalah sebagai berikut:
Kas
Rp 500.000.000
Tanah
Rp 400.000.000
Keuntungan
Rp 100.000.000
PT Andi akan melakukan pencatatan pada tanggal 1 Maret 2012 sebagai berikut:
Tanah
Rp 500.000.000
Kas
Rp 500.000.000
Laporan keuangan individu PT Andi yang berakhir 31 Desember 2012 mencatat tanah senilai Rp500
juta, sedangkan dalam laporan keuangan PT Indah terdapat keuntungan sebesar Rp100 juta. Kertas
kerja konsolidasi harus mengeliminasi keuntungan sebesar Rp100 juta tersebut dengan mengurangi
nilai tanah menjadi sebesar harga pokoknya bagi pihak penjual, yaitu dengan jurnal eliminasi
sebagai berikut:
Keuntungan
Rp 100.000.000
Tanah
Rp 100.000.000
Salah satu perbedaan antara aset tetap dan persediaan adalah bahwa persediaan dibeli untuk
dijual kembali, sedangkan aset tetap dimasudkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan.
Aset tetap yang dibeli akan tetap ada dalam neraca pihak pembeli hingga aset tersebut hasil masa
manfaatnya atau dijual atau dijual atau disumbangkan. Tanah senilai Rp500 juta tersebut pada tahuntahun setelah transaksi jual-beli akan tetap menjadi akun hubungan induk-anak selama masih berada
dalam perusahaan induk, sehingga keuntungan sebesar Rp100 juta tetap harus dieliminasi dengan
mengurangikan nilai aset tetap itu.
Kertas kerja konsolidasi tahun 2013 harus mengeliminasi tanah senilai Rp100 juta untuk
mengembalikannya ke harga pokoknya. Akun keuntungan penjualan tanah sebesar Rp100 juta
untuk tahun 2012 telah di closing ke akun riil, yakni kekayaan pemegang saham atau ekuitas
berdasarkan sikelus akuntansi. Pendapatan investasi PT Indah tahun 2012 telah dikurangi dengan
laba antarperusahaan dari penjualan tanah sebesar Rp100 juta. Pengurangan pendapatan investasi ini
menyebabkan saldo investasi yang dicatat PT Indah lebih kecil Rp100 juta disbanding kekayaan
entitas anak yang dimiliki, sehingga kertas kerja konsolidasi per 31 Desember 2013 harus mendebet
akun investasi dalam saham induk untuk mengeliminasi tanah PT Andi. Jurnal adalah sebagai
berikut:
Investasi dalam saham
Tanah
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Jurnal eliminasi ini harus tetap dilakukan dalam kertas kerja laporan konsolidasi tahun-tahun
berikutnya selama tanah tersebut masih berada pada PT Andi atau belum berpindah tangan.
Jika dalam kasus ini yang terjadi adalah penjualan upstream, laporan keuangan entitas induk
akan menyajikan aset senilai Rp500 juta dan laporan laba-rugi entitas anak menyajikan keuangan
penjualan tanah sebesar Rp100 juta. Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi tahun 2012,
dilakukan eliminsi atas keuntungan antarperusahaan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
Keuntungan penjualan tanah
Rp 100.000.000
Tanah
Rp 100.000.000
Laba antarperusahaan atas penjualan upstream ini berasal dari entitas anak karena merupakan
pihak penjual. Koreksi laba entitas anak akibat laba antarperusahaan mengharuskan entitas induk
menyesuaikan dengan pendapatan investasi,yakni sebesar dampak laba antarperusahaanitu terhadap
pendapatan investasi. Dampak laba entitas anak terhadap pendapatan investasi sebesar persentase
kepemilikan entitas induk atas saham entitas anak.
Koreksi laba entitas anak sebesar Rp100 juta atas penjualan upstream tahun 2012 menghapuskan
entitas induk mengkoreksi pendapatan investasinya sebesar Rp80 juta (Rp100 juta x 80%)
kepemilikan PT Indah atas PT Andi. Pengurangan pendapatan sebesar Rp80 juta ini menyebabkan
nilai investasi PT Indah atas saham PT Andi berselisi dengan 80% kekayaan PT Andi yang
dimiliki,karena laporan keuangan individu PT Andi mengkui keuntungan tersebut dan mengclosing-nya ke laba ditanah per 31 Desember 2012. Dalam penyusunan laporan konsolidasi per 31
Desember 2013, kertas kerja konsolidasi harus mengkoreksi dampak laba antarperusahaan terhadap
nilai investasi PT Indah sebesar Rp80 juta dan Rp20 juta sebagai saldo kepentingan Nonpengendali
dengan jurnal sebagai berikut:
Investasi dalam saham PT andi
Rp 80.000.000
Kepentingan nonpengendali
Rp 20.000.000
Tanah
Rp 100.000.000
Pada tahun-tahun berikut, jurnal eliminasi ini tetap dibuat dalam kertas kerja konsolidasi selama
entitas induk masih memiliki tanah yang berasal dari entitas anak tersebut.
Aset Tetap yang Memiliki umur Ekonomis
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa transaksi aset tetap antarperusahaan mempengaruhi penyusunan
laporan konsolidasi tahun-tahun setelah kepemilikan, sepanjang aset tetap tersebut masih terdapat di
neraca pihak pembeli. Kertas kerja konsolidasi harus tetap mengeliminasi laba antarperusahaan
sampai aset tersebut tidak terdapat lagi pada neraca pihak pembeli. Dalam kasus sebelumnya, jika
pihak pembeli menjual tanah itu kepada perusahaan di luar hubungan induk-anak, laba
antarperusahaan telah terealisasi. Sapanjang terhadap aset tetap entitas induk yang berasal dari
entitas anak atau sebaliknya, selama itu pula laba antarperusahaan harus dieliminasi dalam kertas
kerja konsolidasi.
Aset yang memiliki umur ekonomis akan mengalami penyusutan, sehingga dalam jangka waktu
tertentu nilai bukunya akan menjadi nol atau terhapus dari neraca sekalipun aset tersebut tidak
dijual. Jadi, transaksi aset antarperusahaan yang memiliki umur ekonomis hanya akan menpengaruhi
kertas kerja konsolidasi maksimum selama umur ekonomis aset tersebut, jika tidak dijual kepada
pihak eksternal sebelum umur ekonomisnya habis.
Misalkan pada tanggal 1 Juli 2013 terjadi teransaksi penjualan downstream atas peralatan
seharga Rp600 juta antara PT Impal dan PT Abia, yaitu perusahaan anak yang sahamnya dikuasai
90% oleh PT Impal, di mana harga pokoknya bagi pihak penjual adalah Rp450 juta. Aset tetap
tersebut masih memiliki umur ekonomis 6 tahun, dan disusutkan dengan metode garis lurus. Dalam
penyusunan kertas kerja konsolidasi per 31 Desember 2013, eliminasi dilakukan sebagai berikut:
Keuntungan
Rp 150.000.000
Peralatan
Rp 150.000.000
Keuntungan penjualan sebesar Rp150 juta yang melekat dalam peralatan dalam neraca pihak
pembeli menyebabkan penyusutan per tahun tercatat terlalu besar Rp150 juta/6 tahun = Rp25 juta
atas transaksi aset antarperusahaan tersebut. Karena konsolidasi memandang transaksi aset
antarperusahaan sebagai transfer aset, maka harus dilakukan koreksi penyusutan sebesar Rp25 juta
per tahun. Jadi, kertas kerja konsolidasi harus mengurangi akumulasi penyusutan Rp25 juta per
tahun. Untuk tahun 2013, koreksi akumulasi penyusutan adalah Rp12,5 juta untuk setengah tahun
karena treansaksi jual-beli dilakukan pada pertengahan tahun dengan jurnal:
Akumulasi penyusutan
Rp 12.500.000
Beban penyusutan
Rp 12.500.000
Dalam penyusunan kertas kerja per 31 Desember 2014, beban penyusutan harus dikoreksi satu
tahun penuh sebesar Rp25 juta dengan jurnal:
Akumulasi penyusutan
Beban penyusutan
Rp 25.000.000
Rp 25.000.000
Selain koreksi beban penyusutan, kertas kerja tahun 2014 juga harus mengkoreksi laba
antarperusahaan yang terdapat dalam peralatan. Laba antarperusahaan telah teramortisasi sebesar
Rp12,5 juta pada tahun lalu, sehingga laba antarperusahaan kini bersaldo Rp137,5 juta. Laba
antarperusahaan yang ditunda ini menyebabkan catatan investasi entitas induk laba kecil, sehingga
harus dikoreksi pada nilai peralatan dengan jurnal:
Investasi dalam saham
Akumulasi penyusutan
Peralatan
Rp. 137.500.000
Rp. 12.500.000
Rp. 150.000.000
PERAGA 5-4
Tahun
Amortisasi
Akumulasi
1 juli 2013
150.000.000
Sepanjang tahun
12.500.000
Amortisasi
12.500.000
2014
137.500.000
25.000.000
37.500.000
2015
112.500.000
25.000.000
62.500.000
2016
87.500.000
25.000.000
87.500.000
2017
62.500.000
25.000.000
112.500.000
2018
37.500.000
25.000.000
137.500.000
2019
12.500.000
12. 500.000
150.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, laba antarperusahaan akan terus diamortisasi hingga menjadi nol ketika
umur ekonomisnya habis yang diperlihatkan pada peraga 5-4. Jurnal eliminasi pada kertas kerja per 31
Desember 2016 berdasarkan tabel 5-4 adalah :
Akumulasi Penyusutan
Beban Penyusutan
Investasi dalam saham
Akumulasi penyusutan
Peralatan
Rp.25.000.000
Rp.25.000.00
Rp.87.500.000
Rp.62.500.000
Rp.150.000.000
Apabila transaksi asset tetap antara PT Impal dan PT Abia merupakan penjualan upstream dalam kertas
kerja tahun 2013 atau tahun transaksi, keuntungan antarperusahaan dieliminasi sebagai penangguhan
dengan jurnal sebagai berikut :
Keuntungan penjualan peralatan
Peralatan
Rp.150.000.000
Rp.150.000.000
Beban penyusutan juga dikoreksi untuk setengah tahun, yang dijurnal sebagai berikut :
Akumulasi penyusutan
Beban penyusutan
Rp.12.500.000
Rp.12.500.000
Laba antarperusahaan atas penjualan peralatan terelisasi selama periode 6 tahun. Pada tahun 2013, laba
antarperusahaan telah terealisasi tahun atau Rp.12,5 juta sehingga laba antarperusahaan menjadi
Rp.137,5 juta (Rp150 juta Rp.12,5 juta). Koreksi laba antarperusahaan atas penjualan upstream ini
mempengaruhi pendapatan investasi entitas induk sebesar 90%-nya atau Rp.123.750.000, sehingga
pendapatan investasi harus dikurangi sebesar jumlah tersebut. Koreksi pendapatan investasi akan
menurunkan nilai investasi pada akhir tahun 2013, yang membuat nilai investasi dalam catatan entitas
induk lebih kecil Rp.123.750.000 dari 90% kekayaan entitas anak yang dimiliki. Pada kertas kerja
konsolidasi tahun 2014, laba antarperusahaan atas peralatan dieliminasi dengan mendebet investasi
dalam saham. Jurnalnya adalah :
Akumulasi penyusutan
Rp. 12.500.000
Investasi dalam saham
Rp.123.750.000
Kepentingan nonpengendali
Rp. 13.750.000
Peralatan
RP. 150.000.000
Selain itu, koreksi atas beban penyusutan tahun berjalan juga harus dilakukan dengan jurnal sebagai
berikut :
Akumulasi penyusutan
Beban penyusutan
Rp. 25.000.000
Rp. 25.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, laba antarperusahaan yang muncul dalam kertas kerja konsolidasi akan
semakin kecil hingga menjadi nol pada akhir pengunaan peralatan.
CONTOH MENYELURUH
Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai dampak transaksi antarperusahaan, berikut ini
disajikan contoh aplikasi transaksi antarperusahaan dalam penjualan downstream dan Upstream atas
barang dagang serta asset tetap. Sebagai contoh, PT Lucia mengakuisisi 90% saham PT Angelica pada
tanggal 31 Desember 2012. Kekayaan PT Angelica pada tanggal tersebut adalah :
Modal Saham
Rp. 400.000.000.000
Agio Saham
Rp. 100.000.000.000
Laba ditahan
Rp. 80.000.000.000
Rp. 580.000.000.000
Akuisisi dilakukan dengan total harga perolehan Rp.531 miliar atas 90% dari harga yang wajar. Selisih
harga perolehan dan nilai buku disebabkan oleh goodwill. Penurunan nilai (impairment) goodwill terjadi
20% pada tahun 20014.
Laporan keuangan PT Lucia dan perusahaan anaknya, PT Angelica, yang dimiliki 90% pada akhir tahun
2014 disajikan dalam peraga 5-5.
Hubungan induk dan anak antara PT Lucia dan PT Angelica terjadi sejak tanggal 31 Desember 2012.
Harga akuisisi yang wajar atas kekayaan PT Angelica adalah Rp 531 miliar/ 90% yakni Rp 590 miliar.
Harga akuisisi tersebut menimbulkan goodwill sebesar Rp 10 miliar yang dialokasikan ke entitas induk
90% atas Rp 9 miliar. Nilai buku yang diperoleh pada tanggal akuisisi sebesar persentase kepemilikan,
yakni 90% x Rp 580 miliar = Rp 522 miliar. Penurunan nilai goodwill baru terjadi pada tahun 2014
sebesar 20% atau Rp 2 miliar yang dialokasikan ke entitas induk Rp. 1,8 milar.
PERAGA 5-5
Laporan Keuangan
PT Lucia dan PT Angelica
250.000.000
800.000.000
?
?
PT Angelica
500.000.000
5.000.000
(300.000.000)
(40.000.000)
(65.000.000)
100.000.000
100.000.000
(80.000.000)
120.000.000
80.000.000
70.000.000
50.000.000
450.000.000
140.000.000
(50.000.000)
740.000.000
120.000.000
400.000.000
100.000.000
120.000.000
740.000.000
Keterangan:
1. Penjualan antarperusahaan selama tahun 2014 adalah Rp 400 miliar,
dimana hingga tanggal 31 Desember 2014 penjualan masih terutang
Rp 100 miliar. Tingkat gross profit PT Lucia tahun 2013 dan 2014 adalah 40% dari harga jual.
2. Persediaan PT Angelica pada 31 Desember 2013 dan 2014 yang berasal
dari PT Lucia masing-masing sebesar Rp 25 miliar dan Rp 40 miliar.
3. PT Angelica menjual peralatan yang sisa umurnya 8 tahun pada tanggal
januari 2013, dengan keuntungan sebesar Rp 8 miliar. Peralatan tersebut masih digunakan oleh PT
Lucia.
4. PT Angelica menjual tanah kepada PT Lucia pada tanggal 1 juli 2014
dengan keuntungan penjualan tanah Rp 5 miliar.
Rp. 90.000.000.000
(Rp. 1.800.000.000)
Rp. 10.000.000.000
(Rp.16.000.000.000)
90%x (8M/8th)
Rp 4.500.000.000
Rp.
900.000.000
Rp. 78.600.000.000
Dalam Bab 2 telah dijelaskan bahwa nilai investasi merupakan cerminan dari nilai buku kekayaan
investee atas entitas anak yang dimiliki. Apabila pada saat akuisisi terdapat selisih investasi, nilai
investasi setelah akuisisi merupakan penjumlahan nilai buku kekayaan entitas anak yang dimiliki dan
selisih investasi yang belum diamortisasi pada tanggal dimaksud. Apabila terdapat laba antarperusahaan
yang ditangguhkan, nilai investasi lebih kecil sebesar laba yang ditangguhkan tersebut. Nilai investasi
dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai buku kekayaan entitas anak yang dimilki
xxx
xxx
(xxx)
Nilai Investasi
xxx
Dalam penyusunan kerts kerja laporan konsolidasi per 31 desember 2014, selisih investasi yang
merupakan goodwill sudah diimpair Rp 2miliar atau Rp. 1,8 miliar dialokasikan untuk entitas induk,
sehingga saldo goodwill per 31/12/2014 menjadi Rp 8 miliar, atau Rp 7,2 miliar goodwill goodwill
milik entitas induk. Laba antarperusahaan yang ditangguhkan terdapat dalam persediaan akhir, tanah,
dan peralatan, tetapi laba antarperusahaan dalam peralatan telah teramortisasi 2 tahun sehingga nilainya
berkurang karena telah terealisasi. Nilai investasi PT Lucia dalam saham PT Angelica per 31/12/2014
adalah sebagai berikut (dalam jutaan):
Nilai buku kekayaan anak yg diimiliki (90%xRp620.000)
Rp 558.000
Rp
7.200
Laba antarperusahaan
-
Persediaan akhir
(Rp 16.000)
Tanah
(Rp 4.500)
(Rp 5.400)
Rp. 539.300
Perhitungan nilai investasi tersebut juga dapat dilakukan dengan mengikuti alur investasi seperti
disajikan pada peraga 5-6 (dalam jutaan rupiah).
PERAGA 5-6
Investasi 31 Desember 2018
Rp 531.000
18.000
(10.000)
(7.200)
900
Rp 532.700
90.000
(1.800)
10.000
(16.000)
900
(4.500)
(72.000)
Rp 539.300
Rp 78.600.000.000
Dividen
Rp.72.000.000.000
Rp
6.600.000.000
keuntungan
penjualan
upstream
tanah sebesar
Rp 5miliar yang harus ditangguhkan, dan realisasi laba antarperusahaan Rp 1miliar dari penjualan
upstream tahun lalu. Laba kepentingan nonpengendali adalah :
Laba entitas anak (10% x Rp100 miliar)
Rp 10.000.000.000
(Rp
200.000.000)
( Rp
500.000.000)
Rp
100.000.000
Rp
9.400.000.000
Rp.9.400.000.000
Dividen
Rp.8.000.000.000
Kepentingan nonpengendali
Rp.1.400.000.000
3) Eliminasi saldo awal. Nilai investasi per 1/1/2014 seperti disajikan dalam
Peraga 5-6 adalah Rp. 532.700.000.000, tetapi nilai ini disesuaikan dengan dampak realisasi laba
antarperusahaan dalam persediaan awal sebesar Rp 10 miliar padsa jurnal eliminasi No.7 dan laba
antarperusahan dalam peralatan sebesar rp 6,3 miliar pada jurnal eliminasai No.10, yang meningkatkan
saldo investasi sehingga nilai investasi yang harus dieliminasi berjumlah Rp.549 miliar.
Modal saham
Rp.400.000.000.000
Agio saham
Rp.100.000.000.000
Laba ditahan
Rp.100.000.000.000
Goodwill
Rp 10.000.000.000
Rp.549.000.000.000
Rp. 61.000.000.000
Rp.2.000.000.000
Goodwill
Rp.2.000.000.000
Rp. 400.000.000.000
HPP
Rp. 400.000.000.000
Rp.100.000.000.000
Piutang usaha
Rp. 100.000.000.000
Rp. 10.000.000.000
Rp.10.000.000.000
Rp.16.000.000.000
Persediaan
Rp. 16.000.000.000
Rp. 5.000.000.000
Tanah
Rp. 5.000.000.000
PERAGA 5-7
Kertas Kerja Konsolidasi
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/12/2014 (dalam ribuan)
PT
Angelica
500.000
5.000
Laporan L/R
PT Lucia
Penjualan
Keuntungan penjualan tanah
Pendapatan dr PT Angelica
HPP
1.400.000
78.600
(350.000)
(300.000)
Beban penyusutan
Baban operasi lainnya
Laba kep.nonpengendali
Laba bersih
Laba ditahan 1/1/2014
Dividen
Laba ditahan 31/12/2014
Kas
Piutang
Persediaan
Tanah dan bangunan
Peralatan
Akumulasi penyusutan
Investasi saham PTAngelica
(760.000)
(68.400)
(40.000)
(65.000)
300.200
150.000
(160.000)
290.200
70.900
140.000
90.000
370.000
170.000
(40.000)
539.300
100.000
100.000
(80.000)
120.000
80.000
70.000
50.000
450.000
140.000
(50.000)
-
Goodwill
Total aktiva
1.340.200
740.000
Eliminasi
400.000
5.000
78.600
16.000
1.500.000
400.000
10.000
1.000
2.000
9.400
100.000
80.000
100.000
16.000
5.000
8.000
2.000
10.000
6.300
10.000
Konsolidasi
6.600
549.000
2.000
(256.000)
(799.000)
(135.400)
(9.400)
300.200
150.000
(160.000)
290.200
149.900
110.000
124.000
815.000
302.000
(88.000)
8.000
1.420.900
Utang usaha
Modal saham
Agio saham
Laba ditahan
Kepentingan nonpengendali
Total pasiva
250.000
800.000
290.200
120.000
400.000
100.000
120.000
100.000
400.000
100.000
270.000
800.000
290.200
700
1.340.200
740.000
1.400
61.000
1.240.000 1.240.000
60.700
1.420.900
10) Pengambilan nilai investasi akibat laba antarperusahaan sebesar Rp. 6,3
miliar dan kepentingan nonpengendali Rp. 700 juta akibat laba antarperusahan tahun lalu atas
peralatan sebesar Rp 8 miliar yang telah direalisasi Rp 1 mliar.
Akumulasi penyusutan
Rp. 1.000.000.000
Rp. 6.300.000.000
Kepentingan nonpengendali
Rp.
700.000.000
Peralatan
Rp.8.000.000.000
Rp. 1.000.000.000
Rp. 1.000.000.000
Pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan laba antarperusahaan, dan mengapa dieliminasai dalam kertas kerja
konsolidasi?
2) Jelaskan perbedaan dampak laba antarperusahaan dari penjualan downstream dan upstream terhadap
pendapatan investasi!
3) Uraikan komponen-komponen pendapatan investasi apabila ada amortisasi selisih investasi karena
undervalue, overvalue, goodwill, laba antarperusahaan dalam persediaan, asset tetap yang tidak disusutkan,
dan asset tetap yang disusutkan!
4) Jelaskan perbedaan laba antarperusahaan dalam persediaan dan asset tetap berdasarkan waktu realisasinya!
5) Mengapa laba antarperusahaan menyebabkan nilai investasi berselisih dengan kekayaan entitas anak yang
dimiliki?
Pilihan Berganda
1.
Pada tanggal 1 Ju\li 2014, perusahaan induk menjual mesin kepada perusahaan anak yang dikuasai 80%.
Keuntungan penjualan adalah Rp 200 juta. Umur mesin adalah 10 tahun tanpa nilai residu. Pendapatan
investasi perusahaan induk dalam saham perusahaan anak tahun 2014 akan dikoreksi dengan:
a. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 200 juta.
3.
Pada tanggal 1 januari 2013 perusahaan anak yang sahamnya dikuasai 90% oleh perusahaan induk menjual
tanah kepada perusahaan induk. Keuntungan penjualan tanah adalah Rp 100 juta. Pendapatan investasi
perusahaan induk dalam saham perusahaan anak pada tahun 2013 adalah :
a. Laba perusahaan anak dikurangi laba antarperusahaan Rp 100 juta.
b. 90% dari laba perusahaan anak setelah dikurangi laba antarperusahaan.
c. Laba perusahaan anak.
d. 90% laba perusahaan anak.
4.
Masih dalam soal no.3, manakah dari pertanyaan berikut yang benar?
a. Dalam kertas kerja konsolidasi akun tanah berkurang Rp 100 juta.
b. Untuk penyusunan kertas kerja konsolidasi yang berakhir 31/12/2013, investasi perusahaan induk dalam
saham perusahaan anak pada awal tahun harus dikoreksi sebesar Rp 90 juta.
c. Untuk penyusunan kertas kerja konsolidasi yang berakhir 31/12/2013, investasi perusahaan induk dalam
saham, perusahaan anak pada awal tahun harus dikoreksi sebesar Rp 100 juta.
d. Laba kepentingan nonpengendali tahun 2013 tidak dipengaruhi oleh keuntungan penjualan tanah
tersebut.
5.
Latihan
1) Laba entitas anak yang dikuasai entitas induk 80% pada tahun berjalan adalah Rp 1 miliar. Selama tahun
berjalan terjadi penjualan downstream atas barang dagang dengan laba sebesar Rp 200 juta. Sebanyak
dari penjualan tersebut termasuk dalam persediaan akhir entitas anak. Laba entitas induk sebelum
pendapatan investasi adalah Rp 3 miliar. Hitunglah laba konsolidasi.
2) Dalam Latihan 1, jika terjadi penjualan upstream, hitunglah laba konsolidasi.
3) Pada tanggal 1 Januari 2015, entitas induk membeli 90% saham biasa entitas anak dengan harga Rp 189
miliar. Kekayaan entitas anak pada saat itu adalah Rp 200 miliar yang telah mencerminkan nilai wajarnya.
Jika pada tanggal 31 Desember 2018 kekayaan entitas anak berjumlah Rp 260 miliar, yang meliputi laba
entitas anak tahun 2018 sebesar Rp 15 miliar, dan tidak ada transaksi antarperusahaan selama tahun
berjalan, hitunglah saldo investasi entitas induk atas kekayaan entitas anak.
4) PT D membeli saham biasa PT E pada tanggal 1 Januari 2014 seharga Rp 2,5 miliar untuk 80%
kepemilikan. Kekayaan PT E pada tanggal tersebut terdiri dari modal saham sebesar Rp 2 miliar dan laba
ditahan Rp 500 juta. Kelebihan investasi dengan nilai buku merupakan goodwill. Hingga 1/1/2016,
goodwill tealah diimpair 30% dari nilainya pada tanggal kombinasi bisnis. Pada tahun 2016, goodwill
mengalami penurunan nilai sebesar 20% dari nilai goodwill pada tanggal kombinasi bisnis. Kebijakan
manajemen PT D adalah menetapkan PT E sebagai satu-satunya pemasok bahan baku. Dalam neraca saldo
PT D per 31 Desember 2016 terdapat nilai persediaan bahan baku sebesar Rp 500 juta dan utang usaha Rp
250 juta. Tingkat gross profit PT E pada tahun 2016 adalah 30% dari harga jual. Pada tahun 2016, PT E
melaporkan laba bersih sebesar Rp 400 juta. Pada tanggal 1 Januari 2015,
PT D telah menjual mesin yang berumur 5 tahun dengan keuntungan penjualan sebesar Rp 100 juta, yang
disusutkan dengan metode garis lurus.
Diminta:
a. Berapakah pendapatan investasi PT D untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2016?
b. Apabila Retained earnings PT E pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 1 miliar, berapakah nilai
investasi PT D atas PT E?
c. Buatlah jurnal eliminasi atas laba antarperusahaan dan utang-piutang usaha dalam penyusunan kertas
kerja konsolidasi per 31/12/2016 berdasarkan data-data yang ada!
5)
PT B merupakan perusahaan anak PT A yang dikuasai 90%. Akuisisi dilakukan pada tanggal 1 januari
2012 dimana pada tanggal itu terjadi selisih investasi sebesar Rp 300 juta yang disebabkan oleh goodwill.
Pada tahun 2012, goodwill mengalami penurunan nilai 15% dari nilainya pada tanggal kombinasi bisnis.
Setiap penjualan barang dagang PT B dilakukan kepada PT A dan setiap pembelian PT A berasal dari PT B.
penjualan barang dagang PT B tahun 2013 sebesar Rp 2 Miliar yang dibayar tunai Rp 1,5 miliar hingga
tanggal 31 Desember 2013. Tingkat gross profit PT B tahun 2012 adalah 40% dan tahun 2013 adalah 305.
Persediaan awal PT A sebesar Rp 200 juta dan persediaan akhir tahun 2013 sebesar Rp 400 juta. Pada
tanggal 1 Januari 2013, PT A menjual peralatan berharga pokok Rp 600 juta seharga Rp 1 Miliar kepada PT
B. peralatan tersebut memiliki umur ekonomis 10 tahun dan digunakan metode penyusutan garis lurus.
Pada tahun 2013, PT B mengumumkan laba bersih sebesar Rp 700 juta dan mengumumkan dividen Rp 200
jta. Jumlah total kekayaan pemegang saham PT B pada tanggal 31 Desember 2013 adalah Rp 3 miliar.
Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT A pada tahun 2013.
b. Hitunglah nilai investasi PT A dalam saham PT B pada tanggal 31 Desember 2013.
c. Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi per 31/12/2013, susunlah jurnal eliminasi yang
berhubungan dengan transaksi antarperusahaan.
6) PT Iktisar mengakuisisi 70% saham biasa PT Akhiran tanggal 1 Juli 2012 pada harga diatas nilai buku yang
diperoleh sebesar Rp 200 juta, yang disebabkkan oleh undervalue bangunan Rp 100 juta (umur 10 tahun),
overvalue tanah Rp 40 juta, dan sisanya oleh goodwill. Goodwill mengalami penurunan nilai sebesar 10%
dan 20% dari nilainya pada tanggal akuisisi masing-masing untuk tahun 2014 dan 2015. Kekayaan
pemegang saham PT Akhiran pada tanggal akuisisi adalah Rp 10 miliar. Pada tanggal 29 Desember 2012,
PT Ikhtisar menjual bangunan kepada PT Akhiran dengan keuntungan Rp 150 juta. Pada tanggal 3 maret
2014, PT Akhiran menjual tanah (bukan tanah yang terdapat pada tanggal akuisisi) kepada PT Ikhtisar.
Setiap penjualan barang dagang dilakukan kepada PT Ikhtisar. Persediaan PT Ikhtisar per 31/12/2014 dan
31/12/2015 yang berasal dari PT Akhiran masing-masing adalah Rp 1 miliar dan Rp 800 juta. Tingkat gross
profit PT akhiran tahun 2014 dan 2015 masing-masing adalah 30% dan 40%. Laba bersih PT Akhiran
untuk periode 2014 dan 2015 masing-masing adalah Rp 900 juta dan Rp 1 miliar.
Diminta :
a.
b.
7) PT Insyaf menguasai 90% saham PT Amar pada harga yang sama dengan nilai buku yang diperoleh. HPP
PT Insyaf selama tahun 2015 terdiri dari persediaan awal Rp 5 miliar ditambah pembelian Rp 47 miliar
dikurangi persediaan akhir sebesar Rp 2 miliar. Seluruh pembelian barang dagang PT Insyaf dilakukan
dari PT Amar. Tingkat gross profit PT Amar selama 2 tahun terakhir adalah 30%. Pada tanggal 1 agustus
2015, PT Insyaf menjual tanah kepada PT Amar dengan keuntungan Rp 500 juta. Hingga akhir tahun tanah
tersebut masih dimiliki PT Amar. Laba bersih PT Amar tahun 2015adalah Rp 8 miliar. Kekayaan pemegang
saham PT Amar per 31/12/2015 sebesar Rp 120 miliar terdiri dari modal saham Rp 100 miliar dan laba
ditahan Rp 20 miliar.
Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT Insyaf atas saham biasa PT Amar.
1.000.000
5.000.000
?
?
PT Anjani
2.500.000
(1.500.000)
(200.000)
(300.000)
500.000
1.000.000
(200.000)
1.300.000
300.000
1.200.000
500.000
1.500.000
(500.000)
1.000.000
(200.000)
3.800.000
500.000
2.000.000
1.300.000
3.800.000
PT Isabela memiliki 90% saham PT Anjani pada tanggal 1 Januari 2012. Selisih harga perolehan dengan
nilai buku yang dimiliki sebesar Rp 200 juta disbabkan oleh goodwill senilai Rp 150 juta dan tanah yang
dinilai undervalue Rp 50 juta. Tanah tersebut masih dimiliki PT Anjani hingga tahun 2014. Goodwill telah
mengalami penurunan nilai sebesar Rp 30 juta pada tahun 2013, sementara pada tahun 2014 terjadi lagi
penurunan nilai sebesar Rp 15 juta. Pada tanggal 1 Januari 2012, PT Isabela menjual bangunan seharga Rp 1
miliar kepada PT Anjani. Harga pokok bangunan tersebut adalah Rp 600 juta dengan masa pemakaian 20
tahun tanpa nilai residu. Pada tanggal 1 Juli tahun berjalan (tahun 2014), PT Isabela menjual peralatan
seharga Rp 500 juta yang harga pokoknya bagi PT Isabela adalah Rp 400 juta. Peralatan tersebut diestimasi
memiliki umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Penjualan barang dagang upstream pada tahun 2014
adalah Rp 800 juta, dimana 50% dari penjualan tersebut merupakan persediaan barang dagang PT Isabela.
Persediaan awal PT Isabela yang berasal dari PT Anjani adalah Rp 200 jut. Tingkat gross profit PT Anjani
tahun 2013 adalah 30% dan tahun 2014 adalah 40%.
Diminta:
a. Susunlah perhitungan pendapatan investasi PT Isabela tahun 2014 dan perhitungan nilai investasi per
31/12/2014.
b. Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Isabela dan perusahaan anaknya per 31/12/2014.
SOAL II
PT Istana memiliki 80% saham PT Arena pada harga yang sama dengan nilai bukunya per 1 Januari 2011.
Laporan keuangan PT Istana dan PT Arena untuk periode yang berakhir 31/12/2014 disajikan berikut ini.
Keterangan:
a. Pada tanggal 1 September tahun berjalan, PT Arena melakukan penjualan tanah kepada PT Istana
dengan keuntungan penjualan Rp 50 juta.
b. Pembelian PT Arena selama tahun berjalan yang berasal dari PT Istana adalah Rp 1 miliar. PT Arena
memiliki persediaan yang berasal dari PT Istana, yakni persediaan awal Rp 150 juta dan persediaan
akhir Rp 250 juta. Tingkat gross profit PT Istana untuk tahun 2013 dan 2014 adalah 40%.
c. Pada tanggal 1 Januari 2014, PT Arena melakukan penjualan peralatan kepada PT Istana dengan
keuntungan Rp 100 juta. Umur ekonomis peralatan tersebut adalah 10 tahun tanpa nilai residu.
Diminta :
1 Susunlah perhitungan pendapatan dan nilai investasi PT Istana tahun 2014.
2 Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Istana dan perusahaan anaknya per 31/12/2014.
Laporan Keuangan
PT Istana dan PT Arena
Per 31/12/2014
Laporan L/R
PT Istana
Penjualan
3.000.000
Keuntungan penjualan tanah
?
Keuntungan penjualan peralatan
?
Pendapatan dari PT Arena
248.000
HPP
(1.800.000)
Beban penyusutan
(200.000)
Beban operasi lainnya
(548.000)
Laba bersih
700.000
Laba ditahan 1/1/2014
1.500.000
Dividen
(200.000)
Laba ditahan 31/12/2014
2.000.000
Kas
592.000
Piutang
700.000
PT Arena
1.500.000
50.000
100.000
(750.000)
(100.000)
(300.000)
500.000
1.000.000
(100.000)
1.400.000
300.000
700.000
Persediaan
Tanah dan bangunan
Akumulasi penyusutan bangunan
Peralatan
Akumulasi penyusutan peralatan
Investasi saham PT Arena
Total Aktiva
Utang usaha
Modal saham
Laba ditahan
Total Pasiva / kewajiban
800.000
1.500.000
(600.000)
3.000.000
(1.000.000)
2.508.000
7.500.000
500.000
5.000.000
2.000.000
7.500.000
400.000
1.500.000
(500.000)
2.000.000
(400.000)
4.000.000
600.000
2.000.000
1.400.000
4.000.000
SOAL III
PT Amira dimiliki 100% oleh PT Injani pada harga yang sama dengan nilai bukunya. Nilai buku pada
tanggal akuisisi telah mencerminkan nilai wajarnya. Keterangan mengenai laporan keuangan kedua
perusahaan pada tanggal 31/12/2014 adalah sebagi berikur:
- Pembelian PT Injani kepada PT Amira selama tahun berjalan berjumlah
Rp. 1 miliar. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 750 juta telah dilunasi.
- Persediaan PT Injani yang berasal dari PT Amira pada awal tahun adalah
Rp 300 juta dan pada akhir tahun Rp 250 juta. Tingkat gross profit PT Amira untuk tahun 2013 dan
tahun berjalan adalah 50%.
-
Tanah PT Amira diperoleh dari PT Injani pada tanggal 1 April 2013 seharga Rp 500 juta. Harga
perolehan tanah tersebut bagi PT Injani adalah Rp 400 juta.
Laporan Keuangan
PT Injani dan PT Amira
Per 31/12/2014
Laporan L/R (dalam ribuan)
PT Injani
Penjualan
4.000.000
Pendapatan dari PT Amira
625.000
HPP
(2.800.000)
Beban penyusutan
(200.000)
Beban operasi lainnya
(600.000)
Laba bersih
1.025.000
Laba ditahan 1/1/2014
2.000.000
Dividen
(500.000)
Laba ditahan 31/12/2014
2.525.000
Kas
500.000
Piutang
600.000
Persediaan
800.000
Tanah dan bangunan
1.500.000
Akumulasi penyusutan bangunan
(700.000)
Peralatan
2.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan
(1.000.000)
Investasi saham PT Amira
3.375.000
PT Amira
2.000.000
(1.000.000)
(100.000)
(300.000)
600.000
1.200.000
(200.000)
1.600.000
400.000
500.000
500.000
1.600.000
(600.000)
2.000.000
(500.000)
-
Total Aktiva
Utang usaha
Modal saham
Laba ditahan
Total Pasiva / kewajiban
7.075.000
550.000
4.000.000
2.525.000
7.075.000
3.900.000
300.000
2.000.000
1.600.000
3.900.000
Diminta:
Susunlah perhitungan pendapatan investasi PT Injani dalam saham PT
SOAL IV
PT Intisari mengakuisisi 75% saham PT Arun pada tanggal 5 januari 2015 dengan harga Rp. 9.562.500.000.
Kekayaan PT Arun pada tanggal tersebut adalah Rp 13 miliar, yang terdiri dari modal saham Rp 10 miliar
dan laba ditahan Rp 3 miliar. Selisih harga perolehan dengan nilai buku disebabkan oleh undervalue
persediaan sebesar Rp 250 juta yang telah dijual pada tahun 2016. Laporan keuangan PT Intisari dan PT
Arun untuk tahun yang berakhir 31/12/2018 disajikan berikut ini. Pada tahun 2016, PT Arun menjual tanah
kepada PT Intisari dengan keuntungan sebesar Rp 150juta, hingga tahun 2018 PT Intisari masih memiliki
tanah tersebut. Pada tanggal 1 Juli 2018, PT Intisari menjual mesin seharga Rp 500 juta dimana harga
pokok mesin tersebut bagi PT Intisari adalah Rp 400 juta. Umur mesin tersebut ditaksir 5 tahun dan
disusutkan dengan metode garis lurus.
PT Intisari
PT Arun
15.000.000
8.000.000
?
(6.000.000)
(4.800.000)
100.000
(7.500.000)
(2.500.000)
?
7.000.000
(1.000.000)
?
?
700.000
4.000.000
(200.000)
4.500.000
400.000
Piutang dividen
Piutang usaha
Persediaan
Investasi saham PT Arun
Bangunan dan peralatan (net)
Tanah
Total Aktiva
Utang dividen
Utang usaha
Modal saham
Laba ditahan
Kepentingan nonpengendali
Total Pasiva / kewajiban
150.000
3.000.000
5.000.000
?
4.000.000
5.000.000
?
6.500.000
6.000.000
16.000.000
1.667.500
20.000.000
?
200.000
1.300.000
10.000.000
4.500.000
16.000.000
1.500.000
1.600.000
Diminta:
1
Susunlah perhitungan pendapatan investasi periode 2018 dan nilai investasi dalam saham biasa PT Arun
per 31/12/2018
Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Intisari dan perusahaan anaknya per 31/12/2018.