hanyalah anak seorang janda pegawai negeri. Sebagai anak sulung satu-satunya
harapan keluarga, ibuku sangat ingin aku sukses. Aku harus membayar banyak uang
agar bisa berteman di sekolahku, bergaya layaknya mereka, agar nanti aku bisa
memiliki koneksi banyak. Agar nanti saat aku besar, dengan koneksi, aku bisa
mendapatkan tempat layak.
(Tertawa menyindir)
Tidak ada lagi keadilan di negeri ini. Tidak ada lagi orang yang bahkan ingin
melirikkan mata ke orang seperti kami. Siapa lagi yang ingin membantu kami? Mana
kata-kata yang dulu disorak-sorakkan bahwa Indonesia menjunjung tinggi keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia? Hanya isapan belaka, hanya formalitas! Orang
seperti kami harus mencari cara sendiri agar kami bisa hidup, bisa bertahan di dunia
kejam ini.
Penyuapan, bukankah itu yang banyak orang lakukan? Semuanya bisa dibeli dengan
uang. Karena uang aku harus kehilangan adikku satu-satunya, infeksi usus. Tidak
segera ditangani karena kami tidak sanggup membayar uang muka. Karena uang aku
harus melihat ibuku bersujut didepan mertuanya agar kami tetap bisa hidup dirumah
yang bagus. Kami dihina, orang miskin mereka anggap seperti debu dimata mereka.
(berperan sebagai ibunya)
Lekaslah selesaikan sekolahmu nak cari kerja dan hasilkan uang yang banyak, biar
ibu bisa istirahat tidak kerja terus. Jadi anak itu harus berbakti sama orang tua
Tunjukan sama keluarga bapakmu kalau setidak-tidaknya masih ada yang bisa
dibanggakan dari kita.
Sejak saat itu aku hidup dituntun untuk sempurna. Ibu tidak tau apa yang aku
rasakan. Karena uang aku harus kehilangan harga diriku bu. Aku harus kehilangan
rasa malu dan apa yang disebut penghormatan. Akhirnya uang juga yang
membantuku membuat topeng ini. Inikah yang akan menjadi kebanggaanmu?
Segalanya dilakukan agar aku terlihat mapan, utang disana-sini, berharap kelak
suamiku cukup kaya dan bodoh untuk dapat membayar semuanya. Bahagia? Itu juga
yang aku inginkan yang orang lain lihat dari hidupku. Tapi sebenarnya semua hanya
omong kosong, seperti kuburan yang di cat putih tapi di dalamnya hanya tulang
belulang yang busuk.
Tapi setidak aku tidak sendirian, diluar sana juga banyak orang memakai topeng,
orang yang tertawa dibalik tangis mereka, orang-orang yang seharusnya patut
dikasihani seperti diriku. Jiwa-jiwa kesepian yang penuh kehampaan. Mustahil dapat
menemukan orang yang menerima apa adanya, gadis yatim miskin yang bodoh dan
menerima masa laluku yang kelam? Kecuali orang yang juga memakai topeng.
HANDPHONE BERDERING GADIS ITU MENGANGKATNYA
Ya, halo? Tantrii, ke salon abis nanti beli dress hari ini? Oke.. oke di tempat biasa
kan, gue kesitu yah, yaya.. gue yang traktir kali ini.
Mau berkomentar? Buka dulu topengmu.
MELANGKAH KELUAR PANGGUNG