Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN III

SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

I.

TUJUAN
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari pembuatan

garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.

II.

DASAR TEORI
Natrium tiosulfat ( Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.

Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa - senyawa kimia yang
dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar.
Natrium (sodium) adalah logam alkali yang terbesar dibutuhkan untuk
keperluan industri. Seperti logam-logam alkali yang lain, natrium tidak ditentukan
dalam keadaan murni di alam karena reaktifitasnya yang sangat tinggi. Logam
putih keperakan ini diproduksi (dalam pabrik) secara elektrometarulgi menurut
proses Downs.
Logam natrium digunakan dalam banyak sintesis senyawa natrium, namun
terdapat dua kegunaan utama. Pertama yaitu untuk ekstraksi logam-logam yang
lebih sedikit kelimpahannya seperti torium, zirconium, tantalum, dan titanium,
yaitu dengan mereduksi senyawanya dengan logam natrium. Sebagai contoh,
logam titanium dapat diperoleh dari reduksi titanium klorida dengan natrium
menurut persamaan reaksi :
TiCl (l) + 4Na(s)

Ti(s)

+ 4NaCl(s)

Pencucian dengan air akan melarutkan natrium klorida sehingga dapat diperoleh
logam titanium (Sugiyarto, K.2003 ).

Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5oC.
natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan
terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras
dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hidrogen :
2Na + 2H2O

2Na+

+ 2OH- + H2

Dalam garam-garamnya, natrium berada sebagai kation monovalen Na +.


garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya
berwarna; hampir semua garam natrium larut dalam air (Svehla,1990).
Belerang terdapat dalam kerak bumi sebagai unsurnya,mineral sulfide dan
sulfat, gas H2S dalam gas alam, dan sebagai senyawa belerang organic dalam batu
bara dan minyak. Belerang dapat ditimbang menurut proses Frasih, yaitu
campuran air super panas dan uap air 160oC dan 16 atm dipompakan ke dalam
tanah daerah mineral belerang melalui pipa besar pertama dan mengakibatkan
belerang mencair.
Alotrop belerang yang terdapat secara alamiah adalah S8. Siklooktasulfur
yang tertata secara zigzag. Alotrop ini mengkristal dalam bentuk jarum diatas
temperature 95oC, tetapi di bawah temperatur ini diperoleh dua macam bentuk
Kristal, monoklin dan rombik. Alotrop lain adalah sikloheksasulfur, bahkan
alotrop siklosulfur dengan anggota 6-20 telah berhasil disentesis, namun yang
paling stabil adalah siklododekasulfur, S12 (Sugiyarto, K. 2004).
Hanya sulfit dari logam alkali dan dari ammonium larut dalam air, sulfit
dari logam alkali larut dalam air ; hydrogen sulfit dari logam alkali tanah hanya
dikenal dalam larutan. Larutan natrium sulfit Na2SO3.7H2O, 0,5 M yang baru saja
dibuat, dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi (Svehla,1990).
Walaupun sesungguhnya asam sulfit sebagaian besar merupakan larutan
belerang dioksida dalam air, garam sulfit maupun hydrogen sulfit benar-benar ada.
Natrium sulfit dapat dipreparisasi dengan mengalirkan gas belerang dioksida ke
dalam larutan natrium hidroksida menurut persamaan reaksi :
2NaOH(aq) + SO2(g)

Na2SO3(aq) + H2O(l)

Ion sulfit merupakan agen reduktor, mengalami oksidasi menjadi ion sulfat
menurut persamaan setengah reaksi :
SO32-(aq)

SO42-(aq)

3H2O(l)

+ 2H3O+(aq) +

2e
(Sugiyarto, K. 2004).
Ion tiosulfat memiliki struktur [S-SO3]2- dengan panjang gelombang ikatan
S-S dan S-O, masing-masing 1,99

0,10 dan 1,48

0,06 .panjang

ikatan S-S yang mendekati panjang S-O menunjukkan bahwa dalam ikatan S-S
juga terlibat ikatan (pi) (Tim Dosen Anorganik, 2013).
Kelarutan, kebanyakan tiosulfat yang pernah dibuat, larut dalam air;
tiosulfat dari timbel, perak, dan barium larut sedikit sekali. Banyak dari tiosulfat
ini larut dalam larutan natrium tiosulfat yang berlebihan, membentuk garam
kompleks (Svehla, 1990).
Tingkat oksidasi bagi atom belerang pusat adalah +5, sedangkan bagi atom
belerang tambahan adalah -1. Natrium tiosulfat pentahidrat dapat dipreparasi
dengan mudah dengan mendidihkan belerang dalam larutan sulfit menurut
persamaan reaksi :
SO32-(aq) + S(s)

S2O32-(aq)

Ion tiosulfat tidak stabil oleh pemanasan, mengalami disproporsionasi


menjadi tiga spesies dengan tingkat oksidasi belerang yang berbeda-beda yaitu
sulfat, sulfide dan belerang menurut persamaan reaksi :
4Na2S2O3(s)

3Na2SO4(s) + Na2S(s)

+ 4S(s)

Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan kuning belerang dan


gas belerang dioksida menurut persamaan reaksi :
S2O32-(aq) + 2H3O+(aq)

H2S2O3(aq) + 2H2O(l)

H2S2O3(aq)

H2O(l) + S(s) + SO2(g)

Natrium tiosulfat dalam laboratorium berguna untuk titrasi redoks,


misalnya pada iodometri, yaitu untuk menentukan kadar iodine dalam suatu

larutan. Dalam proses titrasi, iodine direduksi menjadi tetrationat, S4O62-, menurut
persamaan reaksi :
2S2O32-(aq) + I2(aq)

S4O62-(aq) + 2I-(aq)

(Sugiyarto, K. 2004).
Tiosulfat dengan larutan perak nitrat : endapan putih perak tiosulfat
S2O32- + 2Ag+

Ag2S2O3

Mula-mula tak terjadi endapan, karena terbentuk kompleks ditiosulfatoargentat(I)


yang larut :
S2O32- + Ag+

[Ag(S2O3)2]3-

Endapan ini tidak stabil, berubah menjadi gelap setelah didiamkan, ketika
mana terbentuk perak sulfide :
Ag2S2O3

+ H2O

Ag2S

+ 2H+

+ SO42Penguraian hidrolitik ini dapat dipercepat dengan memanaskan (Svehla, 1990).


Larutan standar digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium tiosulfat. Lazimnya garam ini dibeli sebagai pentahidrat, Na 2S2O3.5H2O.
larutan tak boleh distandarkan berdasarkan penimbangan langsung, melainkan
harus distandarkan terhadap suatu standar primer.
Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang
memakan belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya akan
mengakibatkan pembentukan SO32-, SO42- dan belerang kolodial. Belerang ini akan
menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang
(Underwood, 2002).
Natrium tiosulfat merupakan pereduksi yang cukup kuat, sehingga dengan
konsentrasi kecil sudah mampu mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2004) bahwa pada kondisi pH 4,5
Na2S2O3 11 ppm sudah mampu mereduksi larutan Fe (III) 5 ppm. Ukuran
ketepatan atau kedekatan hasil dari suatu metode analisa dengan harga sebenarnya
dapat ditentukan dengan harga posein recovery (Pitasari, 2009).

Dalam percobaan ini akan dipelajari cara pembuatan garam natrium


tiosulfat dari reaksi antara sulfur dengan natrium sulfit. Struktur molekul sulfur
ada dua jenis yaitu berbentuk rombik dan monoklin. Pada temperature dibawah
96oC stabil dalam bentuk rombik dan diatas temperature tersebut stabil dalam
bentuk monoklin. Dalam dua struktur tersebut molekul sulfur membentuk cincin
yang mengandung 8 atom. Agar sulfur dapat bereaksi maka harus dilakukan
pemutusan cincin yang terlebih dahulu. Oleh karena itu, mekanisme reaksi yang
melibatkan sulfur sangat rumit (Tim Dosen Anorganik, 2013).
Natrium sulfit dalam larutan SO32- dapat teroksidasi menjadi SO42-.
Reduktor natrium tiosulfat (Na2S2O3) yang memiliki potensial elektroda standar
(Eo) +0,08 V yang merupakan reduktor kuat dan baik (Liyana, 2010).

III.

ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Gelas kimia 100 ml
2. Neraca digital
3. Batang pengaduk
4. Labu Erlenmeyer 250 ml
5. Gelas ukur 50 ml
6. Spatula
7. Penangas listrik
8. Cawan penguap
9. Pipet tetes
10. Tabung reaksi
11. Rak tabung reaksi
12. Alat refluks
13. Wadah es batu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
IV.

B. Bahan
Padatan Natrium Sulfit
Padatan Sulfur
Aquades
Es batu
Larutan Iodin 0.01 N
Larutan HCl encer 1 M
Padatan Na2S2O3.5 H2O
PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :


A. Pembuatan natrium tiosulfat
1. Menimbang 20 gram padatan natrium sulfit menggunakan neraca
digital.
2. Melarutkan dalam 40 mL aquades kemudian menambahkan 4 gram
3.
4.
5.
6.

sulfur dan di aduk.


Merefluks selama 1 jam.
Menyaring untuk memindahkan filtrat dan residu.
Melakukan proses penguapan dengan memanaskan larutan.
Mendinginkan filtrat dengan menggunakan es batu, dan menyaring

kristal.
7. Menimbang kristal yang diperoleh.
B. Pengujian dengan pemanasan
1. Untuk natrium tiosulfat murni
- Memasukkan 1 sendok padatan natrium tiosulfat ke dalam cawan
penguap, kemudian memanaskan dan menghitung waktu yang

dibutuhkan padatan untuk mencair.


2. Untuk natrium tiosulfit sintesis
Memasukkan 1 sendok natrium tiosulfat kedalam cawan penguap,
kemudian memanaskan dan menghitung waktu yang dibutuhkan

padatan untuk mencair.


C. Pengujian dengan Iodin
1. Untuk padatan natrium tiosulfat murni
- Memasukkan 1 sendok padatan natrium tiosulfat kedalam gelas

kimia kemudian menambahkan aquades dan 2 mL larutan iodin.


2. Untuk padatan natrium tiosulfat sintesis
Memasukkan 1 sendok padatan natrium sulfat kedalam gelas

kimia, kemudian menambahkan aquades dan 2 mL larutan iodin.


D. Pengujian dengan HCl encer
1. Untuk padatan natrium tiosulfat murni
- Memasukkan 1 sendok padatan natrium tiosulfat kedalam tabung
reaksi, kemudian memasukkan aquades dan menambahkan 2 mL
larutan HCl 1 M.
E. Untuk padatan natrium tiosulfat sintesis
- Memasukkan 1 gram padatan natrium tiosulfat kedalam tabung
reaksi, kemudian memasukkan aquades dan menambahkan 2 mL
HCl 1 M.

V.

HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
A.Pembuatan Natrium Tiosulfat
N

Perlakuan

Hasil Pengamatan

o
1

20 gram Na2SO3 + 40 ml H2O + 4 Larutan heterogen

gram sulfur (S8)


20 gram Na2SO3 + 40 ml H2O + 4 Larutan heterogen

gram sulfur di refluks 1 jam


Penyaringan

Filtrat berwarna bening dan

Proses penguapan

residu berwarna hijau muda


Pelarut berkurang dan larutan

5
6

Proses pendinginan
Massa kristal

mengental
Terdapat endapan kristal putih
14,82 gram

B.Karakteristik Na2SO3 Murni dan sintesis


No
1
2
3

Perlakuan
Uji pemanasan
Pengujian dengan iodin

Hasil pengamatan
Kristal mencair
Larut
(warna

Pengujian dengan HCl encer

menghilang)
Terbentuk

iodin
endapan

kuning,larutan dan terdapat gas


SO2

VI.

PERSAMAAN REAKSI
1. Reaksi pembuatan natrium tiosulfat
8Na 2SO3( s ) + S2( s ) + 40H 2O(l ) 8Na 2SO3 . 5H 2O ( s )
2. Pengujian dengan pemanasan
Na 2S2 O3 . 5H 2 O ( s ) Na 2S2O3( s ) + 5H 2O ( l )
3. Pengujian dengan iodin
Red : I 2( aq ) + 2e 2I ( aq )
Oks :

2 S2O32 ( s ) S4O 6 2 ( s ) + 2e

2S2 O32 ( s ) + I2( aq ) S4 O62 ( s ) 2I ( aq )


jadi, 2Na 2S2 O3( s ) + I2( aq ) 2NaI( aq ) + Na 2S4 O6( aq )
4. Pengujian dengan HCl encer
Na2 SO3( aq ) + 2 HCl( aq ) H 2 S 2O3( aq ) + 2 NaCl ( aq )
H 2 S 2O3( aq ) SO 2( g ) + S( s ) + H 2O(l )

VII.

PERHITUNGAN

1. mol Na2SO3

massa Na 2 SO 3
Mr Na2 SO 3

20 gram
126 gr /mol

= 0,1587 mol

2. mol Sulfur

massa sulfur
Mr sulfur

4 gram
2 5 6 gr /mol

= 0,0156 mol
3. massa air

xV

= 1 gr/mL x 50 mL
= 50 gram

mol air

massa air
Mr air

50 gram
18 gr /mol

= 2,78 mol
8 Na2SO3(s) + S8(s) + 40H2O(l)
Mula-mula:

0,1587 mol

0,056

2,78 mol

8 Na2SO3.5H2O(l)
-

Rx :

0,1248

0,0156

Sisa

0,0339

4.

massa teoritis hasil reaksi

0,624

0,1248

2,156

=
=
=

0,1248

mol x Mr
0,1248 mol x 248 gr/mol
30,9504 gram

VIII. PEMBAHASAN
Natrium tiosulfat ( Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam
terhidrat.Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa - senyawa
kimia yang dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar.
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam
natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.Dalam percobaan ini langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan natrium tiosulfat
Perlakuan ini diawali dengan menimbang 20 gram padatan natrium sulfit
menggunakan neraca digital.Kemudian melarutkan dalam 40 ml aquades
kemudian menambahkan 4 gram sulfur lalu diaduk.
Natrium tiosulfat, senyawa garam yang lazimnya dijumpai dalam bentuk
pentahidrat yaitu natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O). natrium tiosulfat
pentahidrat dapat dibuat dengan mereaksikan polisulfur dan natrium sulfit yang
dilarutkan dalam air.
Menurut Sugiyarto, 2004 natrium tiosulfat pentahidrat dapat dipreparasi
dengan mudah dengan mendidihkan belerang dalam larutan sulfit menurut
persamaan reaksi :
SO32-(aq) + S(s)

S2O32-(aq).

Natrium sulfit yang dilarutkan dalam air dan ditambahkan dengan serbuk
belerang akan membentuk suspensi. Suspensi merupakan suatu campuran yang
mengandung zat padat yang tidak larut dan terdispersi dalam fasa cair. Hal ini
disebabkan karena senyawa sulfur dalam suspensi tersebut dalam bentuk
polisulfur yaitu S8 (siklosulfur), dimana siklookta sulfur tersebut membentuk
cincin yang mengandung 8 atom. Cincin ini terbentuk dari bentuk struktur rombik
di bawah temperature 96oC (stabil) dan di atas temperatur tersebut dalam bentuk
monoklin. Sehingga ketika suspensi ini terbentuk maka dilakukan proses refluks,
yang gunanya untuk memutuskan cincin tersebut agar sulfur dapat bereaksi
dengan baik. Sehingga nantinya diperoleh Kristal yang lebih murni.
Campuran tersebut direfluks kurang lebih selama 1 jam, hal tersebut
dimaksudkan untuk mengubah struktur sulfur dari rombik menjadi monoklin,
sehingga dapat bereaksi dengan Na2SO3 membentuk Na2S2O3.5H2O. untuk
mengubah rombik menjadi monoklin dibutuhkan suhu yang relatif tinggi.
Belerang rombik terdiri atas 16 lingkar S8 dalam satu unit selnya dan
berubah menjadi belerang monoklinik pada 95,5 oC. belerang monoklinik
dipikirkan terdiri dari 6 lingkar S8 dalam satu unit selnya dan meleleh pada 119 oC
menghasilkan belerang cair. Belerang cair terdiri atas molekul-molekul S 8,
berwarna kuning transparan dan pada 160oC lingkar S8 menjadi terbuka dan saling
bergabung membentuk molekul-molekul rantai spiral (Sugiyarto,K, 2004 : 222).
Sehingga proses refluks sangat penting dilakukan, sebelum direfluks
ditambahkan dengan batu didih untuk mengurangi atau mencegah letupan-letupan
akibat pendidihan saat merefluks. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
8 Na2SO3
+
S8
+
40 H2O
Na2S2O3.5H2O
Natrium sulfit

siklooktasulfur

air

8
natrium

tiosulfat pentahidrat
Setelah direfluks, campuran didinginkan dan disaring. Tujuan pendinginan
disini untuk menurunkan suhu, akibat suhu yang sangat tinggi pada saat
merefluks, kemudian proses penyaringan dilakukan sebelum campuran tersebut
terlalu dingin untuk mencegah adanya kristal yang diinginkan ikut tersaring.
Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan filtrat dengan residunya. Filtrat
tersebut merupakan cairan hasil reaksi antara Na 2SO3, belerang dan air yang

membentuk Na2S2O3.5H2O (senyawa yang diinginkan). Sementara residunya


merupakan bahan-bahan yang tidak bereaksi, hal ini dimaksudkan pada belerang,
bahwa belerang sulit larut dalam air, sehingga hanya sebagian yang bereaksi.
Kemudian filtrat tersebut diuapkan agar larutan lebih pekat, penguapan ini akan
terjadi proses penguapan air dalam larutan sehingga yang terdapat dalam larutan
hanya 5 mol air, sebagai bentuk Na2S2O3.5H2O, sesuai dengan reaksinya.
Filtrat yang telah diuapkan hingga mencapai setengahnya dan sudah mulai
terbentuk Kristal kemudian didinginkan. Fungsi pendinginan ini adalah untuk
mempercepat proses pembentukan kristal Na2S2O3.5H2O. Kristal yang telah
terbentuk kemudian disaring, kemudian kristal yang telah disaring dikeringkan
dengan menjepit kristal dengan menggunakan kertas saring baru. Kertas saring ini
dapat menyerap air yang masih terdapat pada Kristal. Sehingga diperoleh Kristal
yang berwarna putih, dan dibawah mikroskop Kristal Na2S2O3.5H2O berbentuk
hablur yang saling menyatu tak berwarna. Dari hasil analisis data diperoleh persen
rendemen hanya 66 % dengan berat praktek 20,56 gram. Hal ini sangat jauh
dengan teori yang seharusnya berat Kristal yaitu 30,9504 gram. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu proses pencampuran sulfur dengan
natrium sulfit tidak bercampur keseluruhan, dan sulfur dalam proses refluks
belum bereaksi seluruhnya dengan Na2SO3. Selain itu, pada saat proses
penyaringan setelah penguapan, banyak Kristal yang lolos dari kertas saring
karena kertas saring tersebut bocr akibat kelalaian praktikan. Sehingga banyak
Kristal yang tidak tersaring. Tetapi Kristal yang diperoleh secara sifat fisik telah
sesuai dengan teori, Na2S2O3 yang berwarna putih, berbentuk hablur dibawah
temperatur 30oC.
2.

Mempelajari sifat-sifat kimia natrium tiosulfat


a. Pengaruh pemanasan
Pada percobaan ini, yang ingin diketahui adalah stabilitas termal natrium

tiosulfat. Dengan membandingkan stabilitas termal Na2S2O3.5H2O dengan Na2S2O3


anhidrat. Natrium tiosulfat pentahidrat adalah garam natrium tiosulfat yang
mengikat 5 mol air, sedangkan Na 2S2O3 anhidrat, yaitu garam natrium tiosulfat
yang tidak mengikat air. Setelah dipanaskan terlihat bahwa Na2S2O3.5H2O lebih
cepat meleleh, dalam waktu 14 detik kristal ini telah berubah menjadi cairan, atau

meleleh seluruhnya. Sedangkan pada kristal Na2S2O3 anhidrat tidak meleh sampai
waktu 1 menit 12 detik. Adapun reaksi yang terjadi :
Na2S2O3.5H2O(s) Na2S2O3(s)

5H2O(l)

Kristal anhidrat tidak dapat meleh akibat garam tersebut dalam bentuk
yang stabil, sehingga memutuskan suhu dan waktu yang lebih tinggi dan lama
untuk memutuskan ikatan-ikatannya. Dalam Na2S2O3.5H2O lebih mudah meleleh
akibat adanya 5 molekul air yang diikatnya sehingga mempermudah proses
pelelehannya, tetapi bukan berarti semakin banyak molekul air yang diikat maka
akan semakin cepat pelelehannya, jusru dalam bentuk seperti itu, Na 2S2O3 dalam
bentuk jenuh, atau garam natrium tiosulfat yang mengikat molekul air lebih
banyak dari kemampuan maksimalnya. Sehingga dalam perlakuan ini diketahui
Na2S2O3.5H2O lebih cepat meleleh.
b. Reaksi dengan Iodin
Natrium tiosulfat dalam laboraterium berguna untuk titrasi redoks,
misalnya pada iodometri, yaitu untuk menentukan kadar iodine dalam suatu
larutan. Dalam proses titrasi, iodin direduksi menjadi iodida dan tiosulfat standar
direduksi menjadi tetrationat, S4O62Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan larutan natrium tiosulfat
dengan larutan iod dan menghasilkan larutan bening. Perubahan warna larutan iod
dari cokelat menjadi bening menunjukkan terjadinya reaksi. Iod mengoksidasi
tiosulfat menjadi tetrationat yang bening, dimana Na2S2O3 dapat mereduksi I2
menjadi I-, adapun reaksi yang terjadi :
Reduksi
: I2 + 2e 2IOksidasi

: 2S2O32-

2I-

2S2O32- + I2 S4O62- + 2IReaksi lengkap :


2Na2S2O3 + I2
2NaI + Na2S4O6
(natrium tiosulfat)
(iod)
(natrium iodida) (natrium
tetrationat)
Dari reaksi menunjukkan sifat natrium tiosulfat sebagai reduktor,
sedangkan iod bersifat oksidator lemah, sehingga dapat terjadi reaksi redoks
dalam kedua larutan tersebut.
c.Reaksi dengan Asam encer

Pada percobaan ini, larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan asam


klorida menghasilkan larutan keruh dan berbau tengik. Adapun penambahan HCl
adalah untuk menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan sulfur, tetapi dalam
percbaan ini tidak terbentuk endapan dari belerang.
Menurut Sugiyarto (2004) bahwa tiosulfat bereaksi dengan asam
membentuk endapan kuning, belerang dan gas belerang dioksida menurut
persamaan reaksi :
S2O32-(aq) +

2H3O+(aq)
H2S2O3(aq)

H2S2O3(aq) + 2H2O(l)

H2O(l) + S(s) + SO2(g)

Adapun reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah :


Na2S2O3

+ 2HCl

(natrium tiosulfat)

2NaCl

(asam klorida)

+ H2S2O3
(natrium klorida)

(asam tiosulfat)
S2O32- + 2H+

+ SO2

+ H2O

IX.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Cara pembuatan Na2SO3.5 H2O yaitu dengan metode refluks dan dilakukan
selama 1 jam.Dari percobaan yang dilakukan diperoleh massa Na 2SO3.5
H2O adalah 30,9504 gram dan hasil rendemen yang diperoleh adalah 47,88
%.
2. Adapun pengujian sifat-sifat kimia dari Na2SO3.5 H2O yaitu :
a.Pengaruh pemanasan pada Na2SO3.5 H2O murni lebih cepat melebur
daripada Na2SO3.5 H2O hasil sintesis.
b.Pengujian dengan iodin.Pada saat dicampurkan dengan larutan iodin
hilang,larutan tetap berwarna bening dan warna dari larutan iodin
hilang.Dalam hal ini I2 bertindak sebagai oksidator dan Na2S2O3
bertindak sebagai reduktor.
c.Pengujian dengan HCl encer baik Na2SO3.5 H2O murni dan hasil
sintesis,ketika ditambahkan HCl encer maka larutan menjadi berwarna
kuning terbentuk endapan sulfur dan ada gas SO2 yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Liyana, D. A. 2010. Optimasi pH Buffer dan Konsentrasi Larutan Pereduksi


Natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan Timah (II) klorida (SnCl2) dalam Penentuan
Kadar Besi Secara Spektofotometri Uv-Vis. Surabaya : ITS.

Pitasari, A. A. 2009. Studi Gangguan Mn Pada Analisa Abesi Menggunakan


Pengompleks

1-10-fenantrolin

pada

pH

4,5

dan

pH

8,0

secara

Spektrofotometri Uv-Vis. Surabaya : ITS.


Sugiyarto, K. 2003. Kimia Anorganik II. Malang : Universitas Negeri Malang.
Sugiyarto, K. 2004. Kimia Anorganik I. Malang : Universitas Negeri Malang.
Svehla, G. 1990. Analisis anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I.
Jakarta : Kalman Media Pusaka.
Svehla, G. 1990. Analisis anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian II.
Jakarta : Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen Anorganik, 2013. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar :
UNM.
Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai