Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
Di buat untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : ”Ilmu Kalam”
Oleh :
M. ADLAN FAHMI
D03209064
Dosen pembimbing:
Drs. AZ. FANANI, M. Ag.
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
1. Paguyuban Sumarah..........................................
.........................................................................5
2. Paguyuban Ngesthi Tunggal............................. 6
3. Saptadarma........................................................
.........................................................................7
4. Susila Buddhi Dharma (Subud)........................ 8
BAB III : KESIMPULAN................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Islam lahir sekitar abad ke-6 M. hingga saat ini, Islam berkembang
sangat pesat. Perluasan- perluasan wilayah terus dilakukan. Hingga akhirya
Islam menjelma sebagai agama terbesar di dunia. Dari banyak perluasan yang
dilakukan, yang menjadi kunci utama dalam perkembangan Islam adalah
fleksibilitas ajaran Islam terhadap kebudayaan daerah setempat. Jadi, pada
waktu itu Islam hanya melakukan ekspansi politik yang tetap memberi
kebebasan terhadap budaya local untuk tetap berkembang.3 Sehingga dalam
1 http://kacahati.wordpress.com/2009/04/08/artikel-tentang-islam-dan-budaya/
2 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.1
3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993) hal. 1-4.
4
setiap perkembangan Islam di suatu daerah, sudah dipastikan Islam akan
berakulturasi dengan kebudayaan daerah tersebut. Salah satunya adalah
budaya Jawa. Hasil akulturasi tersebut menyebabkan adanya istilah Islam
Jawa atau ”Islam kejawen”.
Diskursus ini telah menyebabkan polemic tentang apakah golongan ini
masih layak disebut Islam atau bukan. Terkait dengan hal itu, melalui
mungkin bisa disimpulkan bahwa penulis lebih setuju pada pendapat
Woodward yang mengatakan bahwa Islam Jawa merupakan varian yang wajar
dalam Islam dan berhak Hadir, sebagaimana juga ada Islam India, Islam
Persia, Islam Melayu, dan seterusnya.4 Terlepas dari polemic itu, tulisan ini
mencoba mengupas sejarah Islam Jawa.
Islam Jawa ini tergolong unik, bukan karena ia mempertahankan
aspek-aspek budaya dan agama pra –Islam, tetapi karena konsep-konsep sufi
mengenai kewalian, jalan mistik dan kesempurnaan manusia diterapkan dalam
formulasi suatu kultus keratin (imperial cult). Pada gilirannya, agama Negara
itu merupakan suatu model konsepsi Jawa tradisional mengenai aturan social,
ritual, dan bahkan aspek-aspek kehidupan social.5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Islam masuk ke Jawa?
2. Apa pengaruh masuknya Islam di Jawa?
3. Bagaimana perkembangan Islam Jawa?
4. Bagaimana profil beberapa aliran Islam Jawa?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah masuknya Islam di Jawa.
2. Mengetahui pengaruh masuknya Islam di Jawa.
3. Mengetahui perkembangan Islam Jawa.
4. Mengetahui profil beberapa aliran Islam Jawa.
4 Mark R. Woodward, Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, (Yogyakarta: LKiS,
1999) h.vi
5 Ibid.h 352
5
BAB II
PEMBAHASAN
6 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=risalahislamnusantara,24-
12-09
7 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2006 hal.7-12
6
penyebaran dakwah Islam oleh wali Songo dimulai dari Maulana Malik
Ibrahim.8 Jadi kemungkinan besar Islam datang di Jawa pada abad tersebut. Di
Jawa, penyebaran agama Islam dihadapkan kepada dua jenis lingkungan
budaya kejawen, yaitu lingkungan budaya istana Majapahit yang telah
menyerap budaya Hinduisme dan budaya pedesaan yang masih hidup dalam
baying-bayang animism-dinamisme, dan hanya lapisan luarnya saja yang
terpengaruh budaya Hinduisme.9
Dari perjalanan sejarah proses Islamisasi di Jawa, tampak bahwa Islam
sulit diterima dilingkungan budaya Jawa istana, bahkan dalam cerita Babad
Tanah Jawa dijelaskan bahwa raja Majapahit menolak agama baru itu.
Sehingga, para penyebar Islam lebih menekankan kegiatan dakwahnya
dilingkungan masyarakat pedesaan. Ternyata, didaerah-daerah pesisir ini
Islam diterima dengan penuh kegairahan. Dengan demikian, daerah-daerah
pedesaan telah berubah menjadi tradisi besar baru, yaitu kebudayaan pesantren
yang kemudian menjadi pesaing kebudayaan istana. Pesantren yang dipimpin
oleh para kiai yang sangat dihormati oleh masyarakat dan murid-muridnya,
bahkan para guru tarekat ini mereka pandang sebagai wali. Lambat laun,
mereka menjadi raja-raja local. Malah ada diantaranya menjelma menjadi
kesultanan, yakni Demak, Surabaya, dan lain sebagainya.10
Pada saat itulah terjadi interaksi antara budaya pesantren dan kejawen.
Ketertarikan para cendekiawan jawa terhadap perbendaharaan pesantren ini
menimbulkan penyerapan terhadap budaya Islam pesantren yang
menghasilkan naskah-naskah Jawa bertuturkan Islam. Selain itu, interaksi ini
juga menghasilkan budaya Islam kejawen.11 Budaya ini kemudian
menghasilkan berbagai macam aliran yang berorientasi pada kebatinan.
Faham kebatinan ini dalam telah ada sejak Islam bersentuhan dengan
budaya Jawa Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan Hindu Budha
itulah yang menghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi ciri khas aliran
8http://macheda.blog.uns.ac.id/2009/06/11/resensi-sejarah-wali-songo-misi-pengislaman-di-tanah-
jawa/
9 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta: TERAJU, 2003)h.66
10 Ibid.h 66-68
11 Ibid. 80-95.
7
kepercayaan atau aliran kebatinan.12
8
Dari beberapa ajarannya, paguyuban ini masih kental dengan unsure-
unsur Islamnya dan khususnya istilah-istilah tasawuf. Misalnya, dikatakan
bahwa badan wadhak manusia tersusun dari empat anasir, yakni tanah, api,
air, dan udara. Manusia memiliki empat macam nafsu: amarah, lawwamah,
sufiyah, dan muthma’innah.taraf sujud Sumarah ada tiga, yaitu: sujud Jinem,
sujud Junun (berasal dari kata majnun:gila, yang berarti penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah), dan sujud Syuhul (berasal dari kata syughul:
sibuk atau bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah.17
17 Ibid.h. 175-176
18 Ibid.h.176-178
19 Ibid.h. 177
9
mengajarkan untuk kembali kepada Allah.20
Pangestu resmi didirikan di Surakarta pada bulan mei 1949, dan
anggota-anggotanya yang kini sudah berjumlah 50.000 orang tersebar di
banyak kota di Jawa, terutama berasal dari kalangan priyayi. Namun anggota
yang berasal dari daerah pedesaan juga banyak yaitu yang tinggal di
pemukiman transmigrasi di sumatera dan kalimantan. Majalah yang
dikeluarkan organisasi itu dwijawara merupakan tali pengikat bagi para
anggotanya yang tersebar itu.21
3. Saptadarma
Sapta darma adalah yang termuda dari kelima gerakan kebatinan
yang terbesar di jawa yang didirikan tahun 1955 oleh guru agama bernama
Hardjosaputro yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri
Gutomo. Beliau berasal dari desa Keplakan, Pare, Kediri. Berbeda dengan
keempat organisasi yang lain, sapta darma beranggotakan orang-orang dari
daerah pedesaan dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota.
Walaupun demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang
berisi ajarannya adalah kitab pewarah sapta darma.22
Hardjosapuro dilahirkan di Pare, Kediri pada tahun 1910 M dan
lulusan Sekolah Rakyat kelas V tahun 1925 M. pada 1947 ia pernah aktif
dalam PESINDO (Pemuda Sosial Indonesia). Pada 1952 ia menyatakan
menerima wahyu. Dia merasa dirinya digerakkan oleh getaran tulang
tungging (silit kodok) dan disujudkan. Dia menganggap gerakan tersebut
diperintahkan oleh Tuhan atau wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa.
Saptadharma, yang berarti tujuh kewajiban, memiliki ajaran yang
cukup sederhana, sebagai berikut:
1. Mempercayai adanya
Tuhan Yang Maha Esa
dengan lima sifat
20 Ibid.h.180-184
21http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24-12-09
22 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24-12-09
10
keagungan yang dikenal
dengan Pancasila Allah.
2. Setia melaksanakan
undang-undang Negara
dengan hati yang jujur
dan suci.
3. Ikut serta berjuang
menegakkan nusa dan
bangsa.
4. Menolong siapa pun
yang membutuhkan
pertolongan atas dasar
kasih sayang, tanpa
pamrih.
5. Hidup bermasyarakat,
dan berbudi luhur,
berlaku jujur, dan
memelihara
ketenteraman.
6. Berani hidup atas
kekuatan sendiri, tidak
selalu mengharapkan
bantuan orang lain.
7. Yakin bahwa dunia
tidaklah kekal, tetapi
bersifat cakra
manggilingan, selalu
berubah-ubah, karena
itu warga Saptadarma
hendaknya tidak
terpikat oleh gebyar
11
keduniaan.23
12
BAB III
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi
alam semesta. Maka dari itu, dalam perkembangannya, Islam berinteraksi dengan
berbagai macam budaya. Salah satunya adalah budaya Jawa yang kental dengan
aroma animism-dinamisme serta mistiknya. Sehingga beberapa aliran yang
dihasilkan, mayoritas bercorak kebatinan. Diantara beberapa aliran tersebut
adalah:
1. Paguyuban Sumarah
2. Paguyuban Ngesthi Tunggal
3. Saptadarma
4. Susila Buddhi Dharma (Subud)
Beberapa aliran diatas, menurut keputusan Sidang Umum MPR 1978
13
memutuskan bahwa mereka adalah aliran kepercayaan dan bukan agama, dan
hanya merupakan aspek spiritual budaya Jawa. Maka dari itu mengambil istilah
Woodward, mereka adalah varian Islam yang sinkretik bila dipandang dari segi
agama dan sintesis bila dipandang dari segi budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Sofwan, Ridin. 1999. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan. Semarang: CV.
Aneka Ilmu.
Yogyakarta: LKiS.
http://kacahati.wordpress.com/2009/04/08/artikel-tentang-islam-dan-budaya/
14
http://www.swaramuslim.net/galery/islamindonesia/index.php?page=falsafah
jawa,12-12-09.
http://macheda.blog.uns.ac.id/2009/06/11/resensi-sejarah-wali-songo-misi-
pengislaman-di-tanah-jawa/
15