LTM MPKTA Anindya

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Kelompok yang Efektif

Oleh Anindya F
DATA PUBLIKASI
Judul
: Manusia sebagai Individu, Kelompok, dan Masyarakat
Buku Ajar II MPKTA Halaman 68 - 71
Pengarang
: Evira E. Singgih, Miranda D.Z, Ade Solihat, Jossy P. Moeis
Penerbit
: Universitas Indonesia, Depok 2013
Tebal buku
: 118 Halaman
Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif
Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin besar, bahkan
banyak yang posisi kepemimpinan ya telah mempengaruhi banyak orang bahkan
bangsa. Menurut Kouzes dan Posner (1993), pemimpin yang efektif ditandai oleh
kemampuan mereka untuk membuat kelompoknya mengikuti apa yang diarahkannya.
Organisasi dan kelompok adalah tempat terjadinya konfill yang teak terhindarkan dan
jyga konflik eksternal. Jika anggota tidak bekerja untuk meningkatkan keahlian, maka
mereka akan kehilangan keahlian mereka. Kerahlian adalah proses, bukan produk akhir.
Jika seseorang percaya bahya ia adalah seorang ahli dan berhenti mencoba untuk belajar
lebih banyak, maka ia akan kehilangan keahlian mereka.
Kepemimpinan yang efektif bertanggung jawab dalam menciptakan visi
bersama, semua anggota berkomitmen untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk sampai
kesana, seorang pemimpin harus:
1) Mimiliki visi yang dapat dicapai organisasi,
2) Mengominikasikan visi itu dengan komitmen dan antusiasme,
3) Membuat visi bersama dapat di adopsi oleh anggota sebagai milik mereka,
dan
4) Membuat visi yang rasional dan prosedural yang disusun berdasarkan
kesepakatan bersama.
Pemimpin yang efektif akan mengakui nilai-nilai, keyakinan, dan emosi anggota
kelompok, serta memotivasi mereka untuk menyelaraskan diri dengan mencerminkan
kebaikan yang lebih besar. Seseorang tanpa pengikut bukanlah pemimpin. Orang tidak
akan menjadi pengikut sampai mereka menerima visi sebagai milik mereka. Pemimpin
yang efektif memungkinkan orang lain untuk bertindak, dengan berbagi informasi dan
kekuasaaan dengan cara berkolaborasi dan memberdayakan mereka untuk menetapkan
dan mencapai tujuan bersama. Dengan mendengarkan dan mendukung semua anggota
kelompok akan tercipta suasana saling percaya untuk mengembangkan potensi mereka.
Seorang pemimpin yang efektif juga merupakan bagian yang tidak terlepas dari

kelompok. Dengan kata lain, kekuatan seorang pemimpin tidak begitu banyak karena
peran mereka diberikan oleh para pengikutnya. Pemimpin harus menunjukkan perilaku
yang konsisten antara kata dan perbuatan. Pemimpin yang mengharapkan ketekunan
dan dedikasi tidak boleh menyerah, bahkan di tegah-tengah kesulitan. Pemimpin yang
efektif hendaknya mampu menemukan cara untuk menghargai anggota dan kelompok
untuk mencapai kemajuan dan suskses menuju tujuan bersama. Oleh karena itu
kepemimpinan dapat dipelajari, misalnya melalui suatu pelatihan atau memanfaatkan
peluang untuk menjadi seorang pemimpin.
Membangun Kelompok yang Efektif
Alasan dari efektivitas kelompok diperlukan yaitu untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan oleh kelompok dimaksudkan agar kelompok memiliki fokus yang terarah
dan untuk mempertahankan hubungan yang baik antar anggota kelompok. Johnson dan
Johnson (2008) mengajukan tujuh pedoman untuk membangun kelompok yang efektif,
yaitu:
1) Menetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional dan relevan sehingga
menciptakan saling ketergantungan yang positif dan membangkitkan komitment
yang tinggi dari setiap anggotanya.
2) Membangun komunikasi-dua-arah yang efektif dalam kelompok yang mana
setiap anggota dapat mengkomunikasikan gagasan dan perasaannya secara tepat
dan jelas. Komunikasi merupakan dasar dari interaksi manusia serta
berfungsinya kelompok. Ini sangat penting saat sekelompok orang
mengusahakan pencapaian sebuah tujuan bersama.
3) Memastikan bahwa setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan
berpartisipasi. Partisipasi setara dan kepemimpinan memastikan bahwa semua
anggota berinvestasi dalam kerja kelpompok, komit untuk menerapkan
keputusan kelompok, dan puas dengan keanggotaannya.
4) Memastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa
pola pengaruh bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok, bukan pada
otoritas ataupun karakter kepribadian.
5) Menyesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya, yaitu
keseimbangan antara waktu dan sumberdaya yang dimiliki kelompok dengan
metode pengambilan keputusan yang dipilih.

6) Melibatkan
kontroversi
yang
konstruktif
melalui
ketidaksetujuan
dan tantangan terhadap kesimpulan dan penalaran satu sama lain, sehingga akan
meningkatkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif.
7) Menghadapi dan memecahkan konflik secara konstrutktif. Konflik kepentingan
bisa terjadi akibat kebutuhan dan tujuan yang tidak selaras, langkanya
sumberdaya maupun adanya persaingan. Dalam menangani konfilk, ada dua
kepentingan yang menjadi pertimbangan, yaitu tujuan atau sasaran kelompok
atau hubungan antaranggota kelompok. Lima strategi dasar bisa digunakan
untuk mengangani konflik kepentingan adalah:
a) Berkolaborasi, Strategi kolaborasi sangat menghargai tujuan maupun
hubungan. Bila baik tujuan maupun hubungan dianggap sama-sama
pentingnya, untuk menyelesaikan konflik individu akan memilih pemecahan
masalah negosiasi.
b) Akomodasi, dalam strategi akomodasi, hubungan dianggap sangat penting,
sedangkan tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang
cenderung menggunakan strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan
orang lain, cenderung lebih mempertahankan kualitas hubungan dan
cenderung akan mengorbankan tujuannya sendiri. Cara ini dapat saja
dilakukan apabila tujuan tidak begitu penting dan apabila kualitas hubungan
tidak dijaga akan lebih berdampak buruk.
c) Konfrontasi, strategi konfrontasi menganggap hubungan tidak penting
sedangkan tujuannya sangat penting, oleh karena itu individu ini akan
mencoba untuk mengalahkan lawan dengan memaksa mereka untuk
menyerah sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Mengakibatkan terganggu
atau bahkan terputusnya hubungannya dengan anggota kelompok lain yang
terlibat konflik dengannya itu.
d) Kompromi, strategi ini menganggap tujuan dan hubungan dengan anggota
kelompok lainnya sama-sama cukup penting. Strategi kompromi sering
digunakan ketika terjadi konflik, ingin terlibat dalam pemecahan masalah
negosiasi tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya.
e) Menghindar, apabila terlibat konflik dengan orang lain, seseorang dengan
strategi menghindar cenderung menarik diri menghindari konflik. Ketika
tujuan tersebut adalah tidak penting dan kelompok tidak perlu menjaga
hubungan dengan orang lain, strategi ini dapat dipilih.

DAFTAR PUSTAKA

http://manajemenppm.wordpress.com/2013/06/12/membentuk-tim-yang-efektif/

Anda mungkin juga menyukai