Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung pengertian
memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata Jabara
yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Sedangkan
secara istilah, Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan
semau perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan
dalam keadaan terpaksa (majbur) (Asmuni, 1996).
Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak ada penjelasan yang
jelas. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa bani
Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan
manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan (Maghfur, 2002).
Pendapat lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak sebelum agama
Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir
sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang
disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata tidak
dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang
tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya
musim serta keringnya udara (Maghfur,2002)
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam al-Quran
sendiri banyak terdapat ayat-ayat yang menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham
Jabariyah di antaranya (Hadariansyah, 2008) :
Q.S ash-Shaffat: 96
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.
Q.S al-Insan: 30
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian uJntuk membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
SeJsungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat. Di
antara doktrin Jabariyah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatannya yang
dipaksakan atas dirinya. Misalnya: kalau seorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah
terjadi atas kehendak sendiri, tetapi timbul karena Qadha dan Qadar Tuhan yang
menghendaki demikian (Nasution, 1986).
Konsep yang umum yang dipakai oleh Jabariyah ekstrime ketika itu, yaitu paham
yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya,
manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya.
Dengan demikian takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta
beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hokum yang dalam istilah Alquran adalah
sunnatullah (Asmuni, 1996).
Berbeda dengan Jabariyah Moderat, Jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan
memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik.
Tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia
mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab.
Menurut faham kasab, manusia tidaklah Majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang
yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia
memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan (Nasution, 1986).
Selanjutnya aliran jabariyah berpendapat bahwa pembalasan surga dan neraka itu bukan
sebagai ganjaran atas kebaikan yang diperbuat manusia sewaktu hidupnya, dan balasan
kejahatan yang dilarangnya. Tetapi surga dan neraka itu semata-mata bukti kebesaran Allah
dalam qudrat dan iradatnya.Sehingga dalam segi-segi tertentu, jabariyah dan muktazilah
mempunyai kesamaan pendapat misalnya tentang sifat Allah, surga dan neraka tidak kekal,
Allah tidak bisa dilihat diakhirat kelak, al-Quran itu makhluk dan lain-lain (Nasution, 1986).
Mengenai sifat Allah, ia mengatakan bahwa Allah tidak mempunyai sifat-sifat, karena
Allah hanyalah mempunyai zat saja. Walaupun terdapat ayat-ayat yang menyebutkan sifatsifat tuhan seperti sama , bashar, kalam dan sebagainya semuanya harus ditakwilkan.
Mengartikan secara yang lahir saja, tentulah mengakibatkan pengertian serupanya Allah
dengan makhluknya. Keadaan demikian, mustahil disisi Allah Taala. Oleh karena itu wajib
ditakwilkan dalam memahaminya (Nasution,1986)
Terhadap al-Quran jabariyah berpendapat bahwa Quran itu adalah makhluk Allah
yang dibuat (baharu). terhadap Allah bahwa Allah tidak mungkin dapat terlihat oleh manusia,
walaupun diakhirat kelak, mengenai surga dan neraka, kelak sesudah manusia semuanya
masuk kedalamnya, dan sesudah merasakan pembalasan bagaimana nikmatnya surga dan
bagaimana azabnya neraka, maka lenyaplah surga dan neraka itu (Nasution, 1986)
Gerakan dan dan golongan ini mendapatkan tantangan yang hebat dari dan ulama-ulama
diluar jahamiah yang menolak dan memberantas aliran tersebut, penolakan ini didasarkan
karena aliran jabariyah dapat menjadikan manusia malas dan selalu berputus asa, tidak mau
bekerja dan bahkan akan berserah diri kepada qadar saja, keadaan semacam ini pasti akan
membawa kemunduran bagi umat Islam (Maghfur, 2002).
KESIMPULAN
Dari konsep ajaran teologi menurut ajaran Jabariyah ini, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ajaran ini, merupakan ajaran yang terlalu berlebihan dalam memandang
segala konsepanya tentang Ketuhannan yang terlalu monoton, dimana di jelaskan pada
konsep aliran jabariyah ini, baik yang ekstrime ataupun yang moderat pada akhirnya hanya
menggambarkan semua kehidupan baik atau buruk yang terjadi hanyalah adegan cerita yang
di susun oleh
Allah SWT. Sehingga tidak ada satupun hal yang bisa merubah dan ikut
mengaturnya, padahal dengan aturan dari konsep yang dapat tergolong mulai menyesatkan ini,
dapat berakibat pada keadaan manusia yang bisa hanya akan terlalu pasrah, malas, dan
menggap dirinya hanyalah boneka dimana pada akhirnya akan berpotensi membuat orang
tersebut lebih liar dengan hanya akan menikmati hidupnya untuk kenikmatan sementara di
surga dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, Yusran, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan
Pemikiran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)
Hadariansyah, AB, Pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam,
(Banjarmasin: Antasari Press, 2008)
Maghfur, Muhammad, Koreksi atas Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bangil: al-Izzah,
2002)
Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UIPress, 1986), cet ke-5