Anda di halaman 1dari 8

Dasar-dasar Fotografi Makro

Fotografi adalah dua kata yang berarti Photos dan Graphos, dimana arti secara harfiahnya
adalah Melukis dengan Cahaya.
Didalam kategori dunia fotografi kita akan menemui salah satunya adalah fotografi
makro.Yang mana pada saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan
dan sangat menarik untuk di pelajari serta di dalami.
Mengapa Makro? Jawabannya mungkin banyak sekali, dan bahkan tidak akan mencukupi
bila disebutkan semuanya disini.
Secara garis besarnya fotografi makro diperlukan antara lain:

Untuk bahan Scientific/identifikasi species (satwa/tumbuh-tumbuhan).


Untuk Engineering, metallurgy, manufacture.
Untuk tujuan promosi/marketing suatu benda/hewan/tumbuh-tumbuhan.
Untuk keindahan, bahwa di dunia ini ada makhluk lain ciptaan Tuhan yang tidak bisa
kita melihat keindahannya dengan mata biasa.
Dan masih banyak lainnya.

Detail suatu benda/object, komposisi dan bentuk suatu benda yang kecil, pastilah kita
akan selalu luput memperhatikannya, maka dengan makro fotografi kita akan bisa melihat
dengan jelas secara detail, baik warna maupun bentuknya.
Jadi melalui fotografi makro kita dapat melihat dengan jelas detail mata/facet sebuah
lalat (yang mungkin kita akan jijik ketika melihat lalatnya) akan menjadi indah bentuk dan
warnanya, proses penyerbukan putik pada bunga oleh lebah, kupu2 yang sedang menghisap
madu, lekuk detail ukiran sebuah koin, bahkan membekukan sebuah lebah yang sedang
terbang.
Seiring dengan bertambah majunya era digitalisasi saat ini, mempelajari fotografi
makro adalah hal yang tidak sulit, tidak seperti di era fotografi saat masih menggunakan
kamera analog plus negative film.
Oleh sebab itu pada saat era digital saa ini, fotografi makro dapat dilakukan oleh siapa
saja, tua maupun muda, lelaki atau perempuan, bahkan untuk fotogafer pemula dan kamera
yang bukan pro, asal saja dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Fotografi Makro
Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran
terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil kedalam
dunia Micro.
Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan obect dengan kamera, atau
pun dari jarak terentu dengan menggunakan lensa tele. dan harus tetap mengusung
konsep Foto yang berbicara dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan keseimbangan.

Benda-benda yang dapat di makro adalah:

Benda mati/diam
Seperti: sendok/garpu,perhiasan, uang koin, perangko,bunga,miniature mobil2an, souvenir dll.

Makhluk Hidup
Seperti : serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba2, dll

Alat bantu untuk fotografi makro:

Kamera Saku/Prosumer
Dengan kamera saku/prosumer pun kita bisa mengabadikan keindahan sebuah
bunga mawar, sebuah kupu2 yang hinggap di bunga untuk menghisap madunya.
Karena saat ini tekhnologi digital telah memungkinkan kita untuk melakukan fotografi
makro dengan hasil yang tidak kalah bagusnya dengan kamera professional. Hampir
semua kamera saku/prosumer yang sudah menyediakan fasilitas macro (biasanya
ditandai dengan lambing gambar bunga tulip). Dan memungkinkan kita memotret
dengan jarak focus kamera dan bendanya hingga beberapa sentimeter saja.
Saat ini sudah tersedia filter/alat tambahan yang dapat di pasang di kamera saku
didepan lensanya untuk fotografi makro seperti Raynox dan filter lainnya untuk
mendapatkan pembesaran yang lebih.

Kamera SLR (Single Lens Reflex) baik analog maupun digital


Semua kamera SLRDSLR kini sudah memiliki fasilitas untuk fotografi makro dengan
menggunakan lensa yang berbeda-beda , dan biasanya jarak antara focus lensa ke
objectnya akan berbeda tergantung jenis lensa yang kita gunakan.
Untuk lensa khusus makro biasanya jarak object ke lensa bisa sampai 20 cm, tapi
apabila kita menggunakan lensa tele maka jarak terdekat yang bisa kita dapatkan titik
focus biasanya lebih dari 1 meter dari object.
Sekarang telah banyak tersedia alat tambahan berupa filter close up,filter
Lup/Raynox dan reverse lens (sebuah lensa yang dimodifikasi) yang di tempelkan
didepan lensa, maka jarak antara object dan lensa akan semakin dekat untuk
mendapatkan pembesaran lebih dari 1:1. Dan ada juga tele converter dan extension
tube yang dipasang diantara lensa dan odi kamera.

Pembagian fotografi makro menggunakan kamera SLR/DSLR

Umum:

Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda bunga
tulip(bisa untuk foto makro )
Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter..

Untuk lebih jelasnya maka lensa-lensa dibawah ini adalah yang biasa dipergunakan untuk
fotografi makro:

Lensa Makro Normal : 50mm


Lensa Makro Mid tele : 90-105mm
Lensa Makro Tele : 150-180mm

Ekstrem:

Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan
tambahan sebuah adapter khusus.
Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa.
Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox,
Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan
didepan lensa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah:

1. Lighting (sumber cahaya)


Dibagi dalam 2 :
Natural lighting/cahaya alam/Matahari/available light.
Artifisial lighting (Flash dan lampu studio).

2. Depth Of Field (DoF)


DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto akan indah
bisa dilihat jikalau sesuai dengan object yang akan kita abadikan.
Karena semakin dekat jarak antara titik focus kamera dengan object maka akan semakin
tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita control dengan mengatur bukaan diafraga dari lensa
nya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto kupu2 yang hanya tajam dibagian mata
saja sementara keindahan dari warna sayapnya menjadi blur.
Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara lensa
dengan objectnya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di set semakin kecil
nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16).
Faktor yang mempengaruhi DoF adalah :

Panjang Lensa :makin panjang lensa makin tipis DOF yang akan dihasilkan
Jarak focus : Makin dekat jarak focus suatu object dari lensa, makin tipis DoF yang
akan dihasilkan.
Diafragma: Makin besar bukaan lensa (f/2.8) makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb.
Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relatif sangatlah tipis (kebalikan
dari pemotretan landscape).

3.

Fokus

Auto fokus
Manual fokus

Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam.
Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti
serangga yang selalu beterbangan.
Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah
semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang
bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini.
Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokuc yang baik, barulah mencoba mengatur
komposisi yang bagus.

4. Komposisi
Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah Rule Of Third sangatlah sulit, karena
object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh
object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya.
Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus
dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan
komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of
Interest) dengan DOF yang pas.

5. Lokasi
- Indoor
Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash,
atau bahkan lampu studio.
- Outdoor
Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available
lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari
sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore.

6. Tripod atau handheld


Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto
akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan
diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter
speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod
sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur.
Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal
length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod.
Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat
di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar /object moment yang akan
kita abadikan tidak menjadi blur.
Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat
cuaca/matahari tidak sedang terik.
Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga.

7. Mood dan kesabaran


Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis
dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas
elektronik tersebut saat mengabadikannya.
Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret
sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu2/lebah yang sedang sibuk menghisap madu
di bunga.
Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera
apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya.

8. Moment dan keberuntungan


Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu,
kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat
yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar.
Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan
objectnya.
Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak
mau berusaha mengulanginya esok harinya.

Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha
semaksimal mungkin.
Beberapa tips & trik makro fotografi serangga dan bunga:
-

Pelajari /baca wajah daripada object:

Pada saat memotret makro serangga, buatlah foto saat dia sedang berpose, tunggulah
momen saat mata serangga tsb terpaku ke lensa.
Bila memotret bunga, perhatikan dan carilah sisi terbaik dari penampilan bunga tsb.
Apakah harus mengambil angle secara keseluruhan, atau hanya diperlukan bagian kecil
seperti putik atau benang sarinya.
Bereksperimenlah dengan berbagai arah dan anglenya.
-

Background yang bersih

Usahakan semaksimalnya BG/background itu bersih/simple yang mendukung POInya.


Kalaupun ingin mendapatkan BG hitam (warna lain) bisa disiasati dengan menggunakan
kain berwarna sebagai BGnya.
-

Hindari Angin

Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia2, karena kita akan
mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang
cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup
sehingga akan membuat goyangan pada objectnya.
-

Sabar Menunggu Momen Yang Tepat

Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga
segala tidak menarik perhatian serangga tsb.
Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat
serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita.
Dan apabila memotret serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat
pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah
moment yang sangat bagus untuk diabadikan.
-

Tahan Napas Saat Menekan Shutter Kamera

Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan
memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu
menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa
menghindari hasil foto yang blur/shake.

Tambahan Cahaya

Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan
menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil
fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya.
Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau gunakan tekhnik
bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object .
Tulisan ini adalah sharing saya dari berbagai pengalaman yang saya dapatkan sejak 10 Juni
2006 , saat dimana saya bergabung dengan situs fotografi tercinta www.fotografer.net ini.
Intinya saya dapatkan dari berbagai workshop, buku, dan juga pengalaman dari rekan-rekan
lain yang sudah lebih dahulu menguasai ilmu fotografi makro.
Tiada maksud ingin menggurui rekan-rekan semua, karena masih banyak kekurangan yang
saya miliki dibandingkan dengan para senior yang sudah lama berkecimpung di dunia
fotografi makro.
Semua contoh-contoh foto yang ada di artikel ini adalah hasil dari sejak saya bergabung di
situs ini.

Anda mungkin juga menyukai