Lapsus Baca Kardio Fix
Lapsus Baca Kardio Fix
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. NHR
Umur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tgl MRS
: 07 November 2014
Ruangan
: 00-68-80-84
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
: Nyeri Dada
:
Dialami sejak kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengeluhkan nyeri di dada sebelah kanan menjalar ke sebelah kiri. Nyeri
dirasakan seperti tertindih, tembus kebelakang dan menjalar ke tangan. Nyeri
dada dirasakan selama kurang lebih 30 menit dan tidak menghilang dengan
istirahat. Ketika nyeri dada os minum obat yang ditaruh d bawah lidah namun
tidak ada perbaikan. Sesak napas (+). Riwayat sesak saat tidur terlentang (+).
Riwayat terbangun tengah malam karena sesak (+). Riwayat sesak saat
beraktivitas (-). Riwayat batuk (-), mual (-), muntah (-), NUH (-).
BAB : biasa, kesan cukup.
BAK : kesan lancer, warna kekuningan, nyeri (-).
OBJEKTIF
a) Keadaan Umum
Berat badan
b. Tinggi badan
: 56 kg
: 160 cm
b) Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu ( axilla)
c) Pemeriksaan Fisis
: 160/90 mmHg
: 56 x/ menit
: 22 x/menit
: 36,8 C
: ICS VI dekstra
: CV Th. IX sinistra
: Vesikuler
Bunyi Tambahan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa tumor (-), Hepar dan Lien tidak
teraba
Perkusi
Ekstremitas
Ekstremitas superior kanan dan kiri :
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
d) Pemeriksaan Elektrokardiografi
e) Interpretasi EKG
Rhythm
: Irama sinus
Regularitas
P wave
Heart Rate
: Bradikardi
PR interval
: 0,2 s
Axis
QRS complex
: 0,08 s
ST Segment
: Regular
: 0,08 s
: Normoaxis
Gel T
: T inverted I, AVL
Kesimpulan :
- Disfungsi sistolik dan diastolic Ventrikel Kiri
- Ejeksi Fraksi 49%
- Hipertropi Ventrikel Kiri
- Hipokinetik inferior, septal, posterolateral
g) Pemeriksaan Laboratorium (21/09/2014)
HEMATOLOGI
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
Ureum
Kreatinin
GDS
Natrium
Kalium
Klorida
SGOT
SGPT
CK
CK-MB
HASIL
12,1
4,66
15,2
42,6%
165
23
1,00
116
142
4,7
109
24
22
206
24,5
NILAI RUJUKAN
4,00-10,0
4,00-6,00
12,0-16,0
37,0-48,0
150-400
10-50
<1,3
140
136-145
3,5-5,1
97-111
<41
<38
L<190,P<167
<25
UNIT
(10/UI)
(106/UI)
(gr/dL)
(%)
(103/uL)
mg/dl
mg/dL
mg/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
u/L
u/L
U/L
U/L
Troponin T
PT
APTT
INR
Kolesterol Total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Trigliserida
GDP
G2PP
<2,0
11,0 c 10,7
24,1 c 26,4
0,91
175
36
126
133
74
115
<0,05
10-14
22,0-30,0
---Detik
Detik
200
L (>55); P (>65)
<130
<200
110
< 200
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
h) Diagnosis Kerja
ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI) Inferior onset < 12 Jam
KILLIP I
Hipertensi on treatment
i) Penatalaksanaan
Tirah baring
Oksigen 2-4 lpm via nasal kanul
IVFD NaCl 0.9% 500 cc/24 jam
Streptase 1.500.000 IU/dalam Dextrose 5% habis dalam 1 jam
Isosorbid dinitrat 5 mg sublingual/bila nyeri dada
Aspilet 80 mg/24 jam/oral
Clopidogrel 75 mg/24 jam/oral
Atorvastatin 40 mg/24 jam/oral
Fondaparinux (Arixtra) 2,5 mg/24 jam/subkutan
Furosemid 40 mg/12 jam/intravena
Captopril 12,5 mg/8jam/ oral
Laxadyne syr 10ml/24 jam/oral (Laxative)
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 (anti anxietas)
Ranitidine 1 amp/12 jam/ intravena
k) Rencana Pemeriksaan
Coronary angiography
Foto thorax
I. PENDAHULUAN
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah
ke otot jantung terganggu sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan sehingga berakibat adanya
gangguan pada organ-organ tubuh. Hal ini bisa disebabkan trombus arteri
koroner oleh ruptur plak yang dipermudah terjadinya oleh faktor-faktor seperti
hipertensi,merokok
dan
elevasi
ST
(STEMI) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut yang terdiri
dari angina pektoris tak stabil, AMI tanpa elevasi ST dan AMI dengan elevasi
ST. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskular, di mana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala
kardinal pasien AMI. (Kosowsky, 2009).
Ada dua tipe dasar infark miokard akut:
Transmural:
Terkait dengan aterosklerosis arteri koroner utama yang melibatkan hal pada
anterior,
posterior,
inferior,
lateral
atau
septum. Infark
transmural
II. ETIOLOGI
Infark miokard disebabkan oleh penyebab yang heterogen, antara lain:
IMT > 25-30 kg/m2 dan obesitas dengan IMT > 30 kg/m2. Obesitas
STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang
dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon terhadap terapi
trombolitik.
Pada lokasi rupture plak berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin,
serotonin) memicu aktivitas trombosit dan selanjutnya memproduksi dan
melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten).
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel
yang rusak. Factor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi prothrombin
menjadi thrombin, yang kemudian menkonversi fibrinogen menjadi fibrin.
Arteri coroner kemudian akan mengalami oklusi oleh thrombus yang terdiri
agregat trombosit dan fibrin.
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja yang ditegakkan dari kasus adalah STEMI (ST
Elevation Myocardial Infarction). Dengan dasar anamnesis nyeri dada yang
khas dan gambaran EKG yang menunjukkan adanya Elevasi ST 2mm,
minimal pada 2 sadapan prekordial yang berdampingan atau 1mm pada 2
sadapan ekstremitas. Jika dilakukan pemeriksaan enzim jantung dan hasil
troponin T yang meningkat, maka semakin memperkuat diagnosis, namun
keputusan untuk memberikan terapi revaskularisasi tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan enzim, mengingat dalam tatalaksana Infark Miokard Akut
(IMA), prinsip utama pelaksanaan adalah time is muscle dengan mengejar
waktu agar prognosa lebih baik jika diberi terapi trombolitik pada jangka
waktu yang sesuai selepas serangan jantung.
Anamnesis
Nyeri dada :
Sifat nyeri dada (angina) merupakan gejala cardinal pasien MI :
Lokasi
Sifat nyeri
: substernal,retrosternal,dan perikordial
: rasa sakit ditekan, terbakar, ditindih benda berat,
10
makan.
Gejala yang menyertai: mual,muntah,sulit bernafas, keringat
dingin,cemas,lemas.
11
sebelumnya. DOE pada gagal jantung kiri merupakan akibat dari desaturasi
arteri, hipertensi vena pulmonalis, dan stiff lung.
Pemeriksaan Fisis
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bias istirahat,seringkali ekstremitas
pucat dan keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan
banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI.
EKG
Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada semua pasien dengan
nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus
dilakukan segera dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan ini
merupakan landasan dalam menentukan keputusan terapi karena bukti kuat
menunjukkan gambaran elevasi segmen ST dapat mengidentifikasi pasien
yang bermanfaat untuk dilakukan terapi reperfusi.
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST
mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya
didiagnosis Infark Miokard Gelombang Q. Sebagian kecil tetap menetap
menjadi Infark Miokard Non Gelombang Q. Jika obstruksi trombus tidak total,
obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak
ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami angina
pektoris tidak stabil atau non STEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi ST
berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut infark non Q.
12
13
Lokasi
Anterior
Anteroseptal
Anterolateral
Lateral
Inferolateral
Inferior
Inferoseptal
True posterior
RV Infraction
Gambaran EKG
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1V4/V5
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6
dan I dan aVL
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6
dan inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di I
dan aVL
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
dan aVF
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, V1-V3
Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST
depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam
pertama infark.
CKMB :
14
Meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung,
V. PENATALAKSANAAN
Tujuan
pengobatan
Infark
Miokard
Akut
adalah
mengurangi/
15
3. Terapi Reperfusi
Reperfusi
dini
akan
memperpendek
lama
oklusi
koroner,
17
door-baloon> 90 menit
(door-baloon) minus (door-
< 1 jam
Kontraindikasi fibrinolisis,
fibrinolisis
perdarahan intraserebral.
STEMI resiko tinggi (CHF, Killip
3)
Diagnosis STEMI diragukan.
VI. KOMPLIKASI
a. Aritmia
Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada AMI. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat infark
atau pada daerah perbatasan yang mengelilingi, kerusakan sistem konduksi,
lemah jantung kongestif atau keseimbangan elektrolit yang terganggu.
Aritmia ventrikel : ekstra sistol ventrikel (VES) sering terjadi pada AMI.
Takikardia ventrikel (VT) atau fibrilasi ventrikel (VF) penyebab utama
kematian mendadak sebelum mencapai coronary care unit.VES dapat
merupakan pencetus timbulnya VT atau VF.
VES yang merupakan peringatan akan terjadinya VT atau VF adalah :
18
VES
VES yang sering > 4/menit
Repetitif VES : couple, triple, quatriple
Bentuk multiple dari VES pada 1 sadapan
VT atau VF tanpa ada VES sebelumnya dapat pula terjadi. Aritmia atrial :
atrial takikardia, atrial fibrilasi, atrial flutter jarang terjadi, tetapi bila ada
menyebabkan
gangguan/kemudian
hemodinamik.
Bradiaritmia
akibat
d. Emboli/Tromboemboli
Merupakan komplikasi klinis nyata pada infark miokardium akut dalam
10% kasus (terutama dengan infark yang luas pada dinding anterior). EKG 2
dimensi memperlihatkan sekitar sepertiga penderita infark anterior memiliki
trombi dalam ventrikel kiri, tetapi jarang terjadi pada penderita infark inferior
dan posterior.Tromboembolisme dianggap merupakan faktor penting yang
berperan dalam kematian sekitar 25% pasien infark yang meninggal setelah
dirawat inap. Emboli arteri berasal dari trombi mural dalam ventrikel kiri dan
dapat menyebabkan stroke bila terdapat dalam sirkulasi serebral. Sebagian
besar emboli paru terjadi di vena tungkai dan terbatasnya aliran darah ke
jaringan menyebabkan meningkatnya risiko.
e. Defek Septum Ventrikel (VSD)
Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan ruptur dinding
septum sehingga terjadi defek septum ventrikel.Septum mendapatkan aliran
darah ganda (yaitu dari arteria yang berjalan turun pada permukaan anterior
dan posterior sulkus interventrikularis) sehingga ruptura septum menunjukkan
adanya penyakit arteria koronaria yang cukup berat, yang mengenai lebih dari
satu arteri.Pada hakekatnya, ruptur membentuk saluran keluar kedua dari
ventrikel kiri. Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua, yaitu
melalui aorta dan defek septum ventrikel.Tekanan jantung kiri jauh lebih besar
dari jantung kanan sehingga darah dipirau melalui defek dari kiri ke kanan
(dari tekanan lebih besar ke tekanan lebih rendah). Darah yang dipindahkan ke
kanan jantung cukup besar jumlahnya sehingga darah yang menuju sistemik
(curah jantung) menjadi sangat berkurang, disertai dengan peningkatan kerja
ventrikel kanan dan kongesti paru-paru
VII.
PROGNOSIS
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis pasca IMA :
a. Klasifikasi Killip, berdasarkan pemeriksaan fisik bedside sederhana ; S3
gallop, kongesti paru dan syok kardiogenik.
20
paling
akhir
yang
Defenisi
Tak ada tanda gagal jantung kongestif
+ S3 dan atau ronki basah
Edema paru
Syok kardiogenik
Mortalitas %
6
17
30-40
60-80
Indeks kardiak
(L/min/m2)
>2,2
>2,2
<2,2
<2,2
21
PCWP (mmHg)
Mortalitas %
<18
>18
<18
>18
3
9
23
51