Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Diskusi hasil praktikum


1. Keadaan normal

Dalam percobaan menghitung kontraksi jantung kura dalam keadaan


normal, didapatkan frekuensi sebesar 1 Hz dan amplitudo sebesar 0,4 cm.
terlihat pada ketas kimograf kontraksi atrium dan kontraksi ventrikel, dimana
kontraksi atrium yang tergambar dengan gelombang rendah, sedangkan
kontraksi ventrikel yang tergambar dengan gelombang tinggi. Kedua macam
kontraksi menunjukkan bahwa siklus jantung terdiri dari systole dan diastole.
Kontraksi atrium terjadi hampir bersamaan dengan relaksasi ventrikel, dan
pada percobaan ini kontraksi atrium tidak dapat diamati secara terpisah karena
ujung benang pencatat dikaitkan pada apex cordis pada ventrikel jantung kura,
sehingga yang tercatat pada mesin pencatat adalah fase-fase gerakan ventrikel.
Lama kontraksi ventrikel 0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5
detik. Kontraksi kedua atrium pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama
dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus
mendorong darah keseluruh tubuh.
Proses kontraksi dan relaksasi (systole dan diastole) dari atrium maupun
ventrikel pada keadaan normal akan terjadi terus-menerus.
2. Pengaruh suhu
2.1 Larutan Ringer 37 oC (Suhu Hangat)

Dalam percobaan ini, untuk menguji kontraksi jantung kura pada suhu
hangat digunakan larutan ringer 37 oC sehingga diperoleh frekuensi denyut
jantung 1,15 Hz dan amplitudonya 0,7 cm. sedangkan dalam keadaan
control, frekuensi denyut jantung bernilai 0,8 Hz dan amplitudonya 0,4 cm.
Hal ini menunjukan bahwa jantung bersifat termolabil dimana jantung dapat
berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan.
Peningkatan frekuensi dan amplitude tersebut didapatkan karena
kenaikan suhu mengakibatkan permeabilitas membran sel otot jantung
terhadap ion meningkat, sehigga mempercepat self excitation process dari
SA node. Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot terhadap ion
meningkat sehingga ion inflow meningkat, terjadilah depolarisasi. Saat
potensial membran mencapai nilai ambang, maka akan terjadi potensial aksi
yang kemudian dikonduksikan ke AV node, lalu ke bundle of his, kemudian
ke saraf purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel berkontraksi secara
cepat. Akibatnya frekuensi denyut jantung dan amplitudonya meningkat.

2.2 Larutan Ringer 5 OC (Suhu Dingin)

Dalam percobaan ini, untuk menguji kontraksi jantung kura pada suhu
dingin digunakan larutan ringer 5 oC sehingga diperoleh frekuensi denyut
jantung 0,65 Hz dan amplitudonya 0,2 cm. sedangkan dalam keadaan
control, frekuensi denyut jantung bernilai 1,05 Hz dan amplitudonya 0,4 cm.
Hal ini menunjukan bahwa jantung bersifat termolabil dimana Jantung dapat
berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan.
Penurunan frekuensi dan amplitude didapat karena adanya penurunan
suhu yang menyebabkan penurunan permeabilitas membran sel otot jantung
terhadap ion, sehingga diperlukan waktu lama untuk mencapai nilai ambang,
jadi self excitation juga akan menurun . Akibatnya kontraksi otot jantung juga
mengalami penurunan.

Anda mungkin juga menyukai