Dalam percobaan ini, untuk menguji kontraksi jantung kura pada suhu
hangat digunakan larutan ringer 37 oC sehingga diperoleh frekuensi denyut
jantung 1,15 Hz dan amplitudonya 0,7 cm. sedangkan dalam keadaan
control, frekuensi denyut jantung bernilai 0,8 Hz dan amplitudonya 0,4 cm.
Hal ini menunjukan bahwa jantung bersifat termolabil dimana jantung dapat
berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan.
Peningkatan frekuensi dan amplitude tersebut didapatkan karena
kenaikan suhu mengakibatkan permeabilitas membran sel otot jantung
terhadap ion meningkat, sehigga mempercepat self excitation process dari
SA node. Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot terhadap ion
meningkat sehingga ion inflow meningkat, terjadilah depolarisasi. Saat
potensial membran mencapai nilai ambang, maka akan terjadi potensial aksi
yang kemudian dikonduksikan ke AV node, lalu ke bundle of his, kemudian
ke saraf purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel berkontraksi secara
cepat. Akibatnya frekuensi denyut jantung dan amplitudonya meningkat.
Dalam percobaan ini, untuk menguji kontraksi jantung kura pada suhu
dingin digunakan larutan ringer 5 oC sehingga diperoleh frekuensi denyut
jantung 0,65 Hz dan amplitudonya 0,2 cm. sedangkan dalam keadaan
control, frekuensi denyut jantung bernilai 1,05 Hz dan amplitudonya 0,4 cm.
Hal ini menunjukan bahwa jantung bersifat termolabil dimana Jantung dapat
berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan.
Penurunan frekuensi dan amplitude didapat karena adanya penurunan
suhu yang menyebabkan penurunan permeabilitas membran sel otot jantung
terhadap ion, sehingga diperlukan waktu lama untuk mencapai nilai ambang,
jadi self excitation juga akan menurun . Akibatnya kontraksi otot jantung juga
mengalami penurunan.