PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan anak sekarang ini sangat memprihatinkan. Banyak
sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak
tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak anak-anak di pelosok desa
yang orangtuanya hanya sekedar memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja
pada anak mereka. Terutama mitos mengenai kesehatan anak, orang zaman
dahulu mempercayai bahwa jika melakukan sesuatu yang telah lama
dilakukan oleh pendahulunya maka mereka juga akan melakukan itu pada
anak-anak mereka. Padahal ini malah akan menjadi penghambat kesehatan
anak. Sehingga anak mudah sekali terserang penyakit.
Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development
Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan
untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan
tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam
Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani
oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000
tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak
Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium
itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas
internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam
Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk
pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini
merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi
lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,
menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
1
untuk meminum air bekas mencuci kemaluan suaminya. Selain itu, belian
juga menasehatkan agar perempuan diinjak ubun-ubunnya oleh suaminya.
Beberapa contoh yang telah disebutkan jelas dapat berdampak negatif
terhadap ibu dan janin dalam kandungannya.
BAB II
ISI
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Kebudayaan
mempunyai
struktur-struktur
yang
luas
sesuai
dengan
terdapat
tujuh
unsure,
diantaranya
Ekonomi,
Unsur Ekonomi
Di samping itu, penduduk Indonesia juga dililit oleh
permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan dan masalahmasalah sosial yang lain. Jumlah penduduk yang besar,
pertumbuhan yang tinggi, dan persebaran yang timpang dan
tingginya angka kemiskinan yang semua ini merupakan beban
6
mempengaruhi
perilaku
tiap
masyarakat
dalam
Tingginya
AKB
erat
kaitannya
dengan
kurangnya
keterlambatan
dalam
mengambil
keputusan,
adalah
penyebab
yang
sangat kompleks,
yang
bayi
disebabkan
oleh
kurangnya
masyarakat
social,bahasa,dan
seni.
hal
AKB,kurangnya
mareka
memilih
yang
paling
perekonomian
untuk
utama
suatu
melahirkan
dalam
warga
dengan
menangani
mengakibatkan
paraji
(dukun
rumah
sakit.puskesmas,atau
poliklinik
dianggap
mengetahui
bagaimana
cara
ynag
benar
dalam
sebuah
masyarakat
persalinnan
hanya
bukan
melihat
melihat
dari
dapat
segi
10
karena
adanya
kepercayaan-kepercayaan
dan
13
dan
kendala
ekonomi,
keterlambatan
mencari
14
pun
dalam
perkembangannya
selamatan
direnungkan,
agar
kelahiran
manjadi
lebih
bermakna.empat.
Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak
manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang sangat
besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu,
15
16
dilakukan
seperlunya,
tidak
digundul,
hanya
untuk
simbolisasi.
Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku
bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa
untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya.
Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah
waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat,
dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa.Acara selapanan
dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore
harinya,
sebelum
pemotongan
rambut,
masyarakat
bersifat
searah.
Seharusnya
program
yang
dilakukan
18
dan
mengadakan
peranannya
program
dalam
pelayanan
masyarakat,
gratis
dengan
bukan
malah
menggunakan
Jamkesmas, ini akan sia-sia karena bukan fasilitas itu yang dibutuhkan,
bagaimana akan sukses program tersebut jika masyarakatnya saja tidak
tahu apa pelayanan kesehatan itu sendiri.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola
hidup bersih dan sehat dengan cara memeriksakan kehamilan mereka
secara rutin, mengkonsumsi makanan bergizi, melakukan kunjungan
neonatus, ASI eksklusif, imunisasi, dan memantau status gizi balita di
Posyandu.Kemudian
pemerintah
dapat
memberikan
wawasan
19
adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial
ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung.
Kegunaan
Angka
Kematian
Bayi
untuk
pengembangan
kelahiran hidup).
21
4) K = 1000
c. Penyebab
Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian
bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi
perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil
bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi
ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena
sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan
penyakit saraf.Pola penyebab utama kematian balita juga hampir
sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf
termasuk meningitis dan encephalitis dan tifus.
1) Faktor Ibu
a) Masa Kehamilan
ANC
b) Persalinan
2) Faktor Janin
a) Umur 0 7 hari : BBLR, Asfiksia
b) Umur 8 28 hari : pneumonia, diare, tetanus, sepsis,
kelainan kogenital
d. Pencegahan
Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan
intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan
22
Puskesmas
dan
jajarannya
mempunyai
pengetahuan
dan
keterampilan,
monitoring
dan
evaluasi
terhadap
Namun, BKKBN tentu tidak akan puas sampai sini saja. Kami juga
akan terus berusaha menekan angka ini dengan program yang kita sudah
canangkan pada tahun 2013-2014, sehingga akhir tahun 2015 tahun
menurun jauh angka kematian bayi yang meninggal, kebanyakan terjadi di
daerah pedesaan ketimbang di perkotaan. Menurut angka kematian bayi
berdasarkan daerah tempat tinggal. SDKI 2012 menemukan bahwa ada 40
kematian bayi di pedesaan per 1.000 kelahiran hidup, yang bila kita
bandingkan dengan angka kematian kota merupakan jumlah yang tinggi,
yakni hanya 26 kematian per 1.000 kelahiran anak.
Angka Kematian bayi di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 35
per 1.000 kelahiran hidup lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 33 per
1000 kelahiran hidup, Ini berarti menunjukkan angka tertinggi kedua di
Indonesia setelah Provinsi Gorontalo yang merupakan salah satu provinsi
termuda. Masih tingginya Angka Kematian Bayi tersebut disebabkan
banyak hal antara lain pendidikan masyarakat masih rendah, persalinan
masih banyak ditolong dukun beranak dan terlambat mambawa ke Rumah
Sakit dan kebudayaan setempt. Akumulasi dari gambaran kondisi
kesehatan yang belum mengebirakan itu, akhir-akhir ini NTB dihentakkan
dengan terjadinya kasus busung lapar atau gizi buruk. Hal ini disebabkan
oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap kesehatan, daya
25
beli dan pendidikan yang rendah pula. NTB merupakan salah satu daerah
yang mengalami KLB gizi buruk dan ini sangat memprihatinkan. Hingga
kini kasusnya tercatat sebanyak 2.271 kasus diantaranya 28 orang
meninggal dunia.
Program-program pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan
pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Baik
masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya
tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak
baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan,
misalnya, pada dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap
daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil
dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan
anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
26
kemasukan
roh
halus,
dan
hanya
dukun
yang
dapat
pengetahuan
dan
pentingnya
perawatan
kehamilan.
dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik
dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan social termasuk dalam
bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang
berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh
masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh social
budaya dalam masyarakat memberikan peran penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan social budaya
dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan social dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun
negative.
Hubungan
antara
budaya
dan
kesehatan
sangatlah
erat
Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun
ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang
menguntungkan bagi ibu dan anaknya.
Dari permasalahan yang terjadi dibutuhkan pemecahan masalah
yang sesuai sehingga dapat menekan angka kematian anak di Indonesia
pada umumnya dan di NTB pada khususnya serta di wilayah sekitar
tempat tinggal yaitu di desa Korleko kecamatan Labuhan Haji. Untuk
mengatasi masalah angka kematian anak di Indonesia hendaknya
pemerintah melalui program KB dapat menekan angka kelahiran yang
banyak sehingga pemerintah dapat mengontrol kesehatan anak di
negaranya dengan mengeluarkan dana untuk kesehatan terutama kesehatan
anak yang cukup dan tidak dicampuri dengan korupsi oleh pihak-pihak
yang dilibatkan sehingga keguanaan uang yang dicairkan pemerintah dapat
digunakan sebagaimana mestinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan di
Indonesia terutama kesehatan anak. Disini peran menteri kesehatan sangat
dibutuhkan baik itu dalam mengadakan seminar-seminar, iklan, promosi
kepada tenaga kesehatan dan lebih cermat dalam memilih tenaga
kesehatan yang kompeten sehingga mampu menampung keluhan
masyarakat dan selanjutnya dapat memberikan solusi yang tepat.
Untuk mengatasi masalah angka kamatian anak di NTB hendaknya
pemerintah daerah lebih memperhatikan pembangunan sarana dan
prasarana kesehatan terutama di daerah-daerah terpencil yang sulit
menjangkau kota untuk ke Rumah Sakit dan dengan dilengkapi sarana dan
prasarana yang cukup. Lingkungan tempat tinggal masyarakat sebagai
tempat interaksi anak juga senantiasa diperhatikan. Pelatihan-pelatihan
tenaga kesehatan terutama bidan juga lebih diperbanyak dengan
mendatangkan ahli dalam bidangkesehatan anak.
34
35