TINJAUAN TEORI
A. Definisi Pekerja Seks Komersial
Sebelum istilah PSK diperkenalkan, dahulu istilah yang kita kenal
adalah pelacuran. Namun oleh kalangan feminis diubah untuk mencoba
mengangkat posisi sosial pelacur menjadi setara dengan orang pencari
nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan saja tetapi juga
seseorang yang secara anatomis laki-laki, akan tetapi secara psikologis
merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan.
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan
menggunakan
atau
mengeksploitasi
tubuhya
dengan
orang
yang
kaya
semakin
menumpuk
harta
komunikasi
lainnya
yang
sengaja
dibuat
untuk
melacurkan
diri.
Dalam
kenyataan,ini
terjadi
karena
keadaan
sebelumnya
yang
hal
itu
menyebabkan
perempuan
memasuki
dunia
perdagangan seks.
C. Persoalan-persoalan Psikologis
1. Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh
dan barang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa
mereka yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan
keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan
menjadi PSK untuk perumusan dirinya.
2. Broken home
infeksi
Human
immune
deficiency
virus
dengan
berpengaruh
untuk
menekan
temannya
yang
belum
mengalami
kesulitan
untuk
mendeteksi
perilaku
seksual
pendidikan
anak-anak
terutama
dan perilaku. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan
menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan
rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).
I. Jenis-Jenis Narkotika/Narkoba
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin
(putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan
kokain. Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah
amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol,
dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom. Zat adiktif
lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti
alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia)
maupun zat pelarut (solven).
Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok
remaja (usia 14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya
pemakaian
kedua zat
pintu
masuk
bulan kemudian.
k. Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat
badan.
6. KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan
bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit
pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak
berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke,
happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan
lainnya
Terjadinya
kekurangan
gizi
berbagai
penyakit
seperti
bronchitis,
TBC
dan
sebagainya.
2. Kerusakan mental
Pecandu narkotika dan obat berbahaya akan mengalami kemunduran
mental, daya tahan tubuhnya dalam menghadapi problema dan
tantangan hidup akan menurun. Mereka ingin segera melarikan diri
dari problema, ingin yang mudah, yang menyenangkan dirinya,
kepercayaan dirinya hilang.
3. Kehancuran masa depan
Hilangnya kepercayaan pada diri sendiri, tidak tahan menghadapi
kesulitan hidup, menyebabkan gagalnya sekolah, karier pekerjaannya
yang berarti kehancuran masa depan.
K. Tanda-tanda Umum Penyalahgunaan Narkotika dan atau Obatobatan Berbahaya
Perubahan sikap, peringai dan kepribadian, misalnya :
pada
lengan
dan
memakai
kacamata
hitam
untuk
AIDS
disebabkan
oleh
melemah/menghilangnya
sistem
kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih yang banyak dirusak oleh virus HIV. Ketika kita terkena virus HIV
kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu
yang lama yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang
mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari virus HIV
penyebab penyakit AIDS.
M. CARA PENULARAN
1. Lewat Cairan Darah
a. Melalui tranfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV,
b. Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang
dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum
suntik dikalangan pengguna narkotika suntikan,
c. Melalui pemakaian jarum suntik yang berulang kali dalam kegiatan
lain : misalnya penyuntikan obat, imunisasi,
d. Pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya : tindik, tato
dan alat facial wajah.
2. Lewat Cairan Sperma dan Cairan Vagina
a. Melalui hubungan seks. Penetratif (penis masuk kedalam
vagina/anus)
tanpa
menggunakan
kondom.
Sehingga
kasus penularan HIV (misalnya : air mata, keringat, ait liur/ludah, air
kencing). Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang
terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik
kemungkinan ini antara 0,1% (jauh dibawah resiko penularan HIV melalui
tranfusi darah). Tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi
melalui hubungan seks yang tidak aman. Hubungan seksual secara anal
(lewat dubur) paling beresiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus
relatif tipis dan lebih mudah terluka didandingkan epitel dinding vagina,
sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam hubungan seks
vagina perempuan lebih besar resikonya dari pada pria karena selaput
lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan
menetap cukup lama di dalam vagina. Kesempatan HIV masuk ke aliran
darah menjadi lebih tinggi. HIV dicairan vagina/darah tersebut juga dapat
makanan
pada
sistem
pencernaan
yang
adalah
mengalami
infeksi
jaringan
rambut
pada
kulit
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
P. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS
Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan
hanya
SITUASI TERKINI
Masalah kesehatan di Indonesia semakin kompleks dan berat dengan
suburnya jumlah penderita HIV/AIDS sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987,
angka kejangkitan terhadap penyakit ini terus meningkat. Seperti yang kita
ketahui selain masalah HIV/AIDS ada juga permasalahan yang selalu menghantui
kita semua yaitu mengenai penyalahgunaan narkoba, yang tidak hanya terjadi di
Indonesia saja, melainkan juga di berbagai belahan dunia lainnya. Narkoba masih
menjadi momok menakutkan dan yang paling sulit untuk di berantas, pasalnya
kesadaran akan kesehatan kini kian terus menipis, dan pemerintah kesulitan untuk
mencegah hal tersebut di karenakan Bandar serta pengedarnya menjamur dimanamana serta di dukung dengan tehnik-tehnik mereka yang mulai lebih kreatif dalam
menyebar luaskan barang dagangan mereka. Tak heran di seluruh dunia narkoba
masih berada di posisi atas yang menyebabkan rendahnya moral bangsa.
Data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), pada bulan
Agustus 2013, menyebutkan jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah
mencapai angka lebih dari 4,9 juta orang pengguna. pada rentang tahun 2004
sampai 2008 ada sekitar 100 ribu pengguna per tahunnya. Sedangkan pada 2008
sampai 2012 sekitar 75 ribu pengguna per tahunnya. Sebanyak 147.106, Kasus
HIV/AIDS yang Tercatat di Indonesia Sampai Maret 2013 Pada triwulan I Tahun
2013 dilaporkan kasus HIV baru yang terdeteksi pada priode Januari-Maret 2013
mencapai 5.369. Kasus baru terdeteksi pada kelompok umur 25-49 tahun (74,2%),
20-24 tahun (14,0%), dan 50 tahun (4,8%). Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 1:1. Faktor risiko atau cara penularan HIV melalui hubungan
seksual tidak aman (tidak memakai kondom) pada heteroseksual (50,5%),
penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada penyalahguna narkoba (8,4%), dan
LSL/Lelaki Seks Lelaki (7,6%).
Pada priode bulan Januari-Maret 2013 jumlah kasus AIDS yang baru
terdeteksi sebanyak 460. Terdeteksi pada kelompok umur 30-39 tahun (39,1%),
20-29 tahun (26,1%) dan 40-49 tahun (16,5%). Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 2:1. Kasus AIDS yang dilaporkan pada Januari-Maret 2013
terdeteksi pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 35 persen dan pada umur
30-39 tahun sebesar 28,2 persen.
Data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), pada bulan
Agustus 2013, menyebutkan jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah
mencapai angka lebih dari 4,9 juta orang pengguna. pada rentang tahun 2004
sampai 2008 ada sekitar 100 ribu pengguna per tahunnya. Sedangkan pada 2008
sampai 2012 sekitar 75 ribu pengguna per tahunnya.
Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun
pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini berkembang
pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal ini sebagai dampak
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin
berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak saat ini adalah
Masalah Narkotika dan Psikotropika.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan
melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat
secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan
konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi
medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal,
akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas
khususnya generasi muda.
tinggi. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan data estimasi Depkes dan Biro Pusat
Statistik Nasional tahun 2002, bahwa sekitar 7-9 juta laki-laki di Indonesia
menggunakan jasa seks dan 50 persennya telah menikah sehingga sekitar 4 juta
ibu rumah tangga terancam tertular HIV. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
fenomena gunung es: jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah sebenarnya.
Permasalahan HIV-AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi
sudah menjadi masalah global, lebih dari 60 juta jiwa manusia di dunia hidup
telah terinfeksi HIV. Di Provinsi Kalimantan Selatan penyebaran cukup cepat,
tidak ada kabupaten/kota yang dinyatakan bebas dari HIV-AIDS, Kota
Banjarmasin merupakan penyumbang terbanyak HIV-AIDS, secara kumulatif
jumlah kasus HIV-AIDS sampai dengan bulan Juli 2012 sebanyak 132 orang
(HIV = 42 orang, AIDS = 90 orang), secara keseluruhan penyebaran HIV-AIDS
diduminasi kelompok umur 20-24 tahun. Sedangkan faktor penyebab utama HIV
melalui transmisi heteroseksual
Permasalahan HIV/AIDS dan juga penyalahgunaan narkoba sangat
berkaitan erat dengan masalah PSK dinegara tercinta ini khususnya didaerahdaerah kota metropolitan seperti kota Jakarta, bandung, Surabaya, Medan dan lain
sebagainya sudah menjadi rahasia umum yang tidak bisa dielakkan dan sudah
menjadi lahan yang subur bagi sebahagian orang. Masalah Pekerja Sek Komersial
dinegara kita tercinta khususnya didaerah kota-kota tidak hanya dijadikan sebagai
tempat dan tidak hanya untuk mencari hiburan semata melainkan untuk sebuah
tuntutan hidup dan kebutuhan fisiologis serta kebutuhan ekonomi dan lamakelamaan akan terus terkekang dan terjerumus dalam limbah yang nista, sangat
disayangkan yang banyak menjadi korban adalah anak usia remaja dan kita tidak
bisa menutup mata jika disemua tempat-tempat hiburan malam sangat identik
dengan hal-hal yang berbau sek, narkoba serta mabuk-mabukan dan kebanyakan
korbannya adalah usia remaja. Pada mulanya usia ini tadinya hanya sekadar hurahura ingin tahu dan ingin coba-coba lama kelamaan menjadi terbiasa
menginjakkan kaki ketempat hiburan malam, maka hal-hal yang berbau narkoba,
miras dan sebagainya, sangatlah mudah timbul akibat dari kebiasaan tersebut.
Hal tersebut dapat terlihat dari sejumlah kelompok yang terkena
HIV/AIDS di kota Bogor sebanyak 5.530 orang yang terdiri dari 1.460 pengguna
narkoba dan jarum suntik, 320 wanita pekerja seks komersil, 100 waria, 210 gay,
dan sisanya masyarakat umum dan pekerja sosial lainnya. Berdasarkan data yang
ada pada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) kota Banjarbaru,
terdapat 70% penderita HIV adalah pengguna narkoba. Beberapa pengguna
narkoba diantaranya seperti pekerja seks komersil, gay, dan masyarakat umum.
Penyebaran virus HIV/AIDS ini ternyata sangat membuat khawatir, karena
pada usia 13 hingga 20 tahun pun sudah terjangkit penyakit tersebut. Bahkan,
terdapat kasus bayi yang terjangkit HIV/AIDS dari sang ibu yang tertular dari
suaminya. Namun, dengan semakin merebak dan banyaknya pengidap HIV/AIDS
ini
membuat
pihak
KPAD
terus
melakukan
upaya
pencegahan
dan
penanggulangannya. Hal ini disebabkan juga karena pola hidup yang salah, maka
semakin banyak pula jumlah penderita HIV/AIDS karena pola hidupnya tidak
teratur.
PSK merupakan kelompok yang beresiko tinggi, karena desakan ekonomi
dan rendahnya pendidikan mereka sangat mudah dimanfaatkan oleh para Bandar
narkoba terutama sebagai kurir dan juga PSK yang sangat rawan dengan
penyalahgunaan narkoba, juga mudah tertularnya penyakit HIV/AIDS, serta
hepatitis B dan C akibat hubungan sex bebas. Kematian yang disebabkan
HIV/AIDS sudah menjadi penyebab utama kematian di banyak negara. Kondisi
Ini memperparah kesakitan dan kematian karena infeksi yang masih menjadi
problem besar di sebagaian besar negara di dunia. Penularan HIV/AIDS sangat
rawan terhadap pasangan hidup dan juga anak. Selain memunculkan problem
sosial keluarga baru, kondisi ini juga menyebabkan penurunan produktivitas
bangsa secara umum.Faktor risiko tersebut adalah dua hal yang menjadi penyebab
Teras rumah yang dijadikan warung itu menjual minuman serta makanan
ringan, dan semakin banyaklah tampak wanita wanita dengan dandanan tebal,
lipstick merah, bedak tebal, celak mata hitam serta eyeliner tebal melingkari
matanya, dilengkapi dengan pakaian sexy, yang manampakan bagian sensual
tubuhnya, celana pendek dan rok mini untuk memamerkan paha mereka, ditambah
baju-baju minim yang menampakkan belahan dada mereka Di Kampung kecil ini
dulunya hanyalah perkampungan biasa ujar seorang pria yang berumah di situ
sejak tahun 70-an, hingga ada tiga buah rumah yang dihuni PSK, yang merupakan
warga pendatang. PSK terus bertambah Hingga sekarang terdapat sekitar 300
wanita pekerja seks komersial, dengan kisaran Usia yang beragam, dari remaja
belasan tahun sampai wanita lanjut usia. Kebanyakan dari PSK di pembatuan
merupakan pendatang dari luar pulau kalimantan (identik dengan perkampungan
orang-orang Jawa), namun sebagian kecil ada juga yang bersal dari daerah
setempat hingga dari berbagai daerah dikalimantan selatan.
PSK dipelihara oleh germo, jadi pelanggan yang datang harus terlebih
dahulu menyetor uang servis dan biaya kamar pada germo. Tarif para PSK itu
dibedakan berdasarkan usia mereka, semakin muda usia PSK itu, maka semakin
tinggilah harga yang harus dibayar. Para PSK yang sudah mulai berumur,
sebagian beralih profesi menjadi germo, walau masih ada yang tetap menjajakan
tubuh mereka. Seorang PSK berusia 17 tahun mengaku memilih profesi itu karena
patah hati, remaja malang itu korban pemerkosaan yang dilakukan temannya
sendiri. Namun kebanyakan Motif para wanita itu memilih berprofesi sebagi PSK
Setiap hari ada mobil patroli polisi dikampung ini, konon minuman keras
menyebabkan seringnya terjadi perkelahian. Interaksi masyarakat cukup erat,
ditandai dengan adanya pengajian tiap hari jumat yang diadakan RT setempat,
serta adanya senam pagi tiap hari sabtu. dikampung ini juga dilakukan
pemeriksaan oleh petugas kesehatan yang rutin dilakukan tiap bulan. Beberapa
telah dinyatakan positif sifilis, bahkan ada yang mengidap HIV, namun nama
penderita tetap dirahasiakan. Resiko tertular penyakit tak membuat kampung
pembatuan sepi pengunjung. Seorang pengunjung lokasi ini,remaja 18 tahun,
mengaku telah mendatangi tempat ini sejak ia masih duduk di bangku SMA.
Walau telah menggunakan kondom,Remaja itu mengaku masih ada kekhawatiran
akan tertular penyakit kelamin. Kenyataanya nafsu dan hasrat mengalahkan akal
mereka. Mengenaskan, saat mendengar pengakuan seoarng PSK bahwa ia tak
jarang melayani para remaja ingusan yang umurnya masih belasan tahun.
PEMBAHASAN
Kemajuan zaman sangatlah pesat disemua sektor kehidupan dan ini akan
mengalami kemajuan dan tiada hentinya penemuan dan inovasi kehidupan akan
bertambah maju. Dan ini menjadikan manusia serba bisa melakukan apa saja yang
dikehendaki baik secara hati nurani maupun tidak sehingga kehidupan akan terasa
bebas tanpa adanya factor pertimbangan moral yang biasa dipakai. Semakin kita
lengah maka akan semakin ketinggalan dan apabila kita tidak bisa memfilter
semua aktifitas baik yang positif maupun yang negatif alamat akan menjadi
korban dari kemajuan tersebut, apabila kita tidak bisa mengimbangi kehidupan
yang modern ini secara berkeseimbangan maka alamat kita akan hancur, mungkin
ketertinggalan baik dari segi perekonomian, pendidikan dan sosial budaya lainnya.
Oleh karena terlalu bebas sehingga orang tidak mau memakai prinsip dan
menempuh jalur pendidikan secara formal dan informal sehingga akhlak dan
moral dari masyarakat jatuh dan bobrok ke hal yang negative sebagai pelarian dan
kesenangan yang membawa sengsara seperti pemakaian psikotropika, psk dan lain
lain. Penggunaan narkoba yang tidak sesuai dengan ketentuan disebut
penyalahgunaan narkoba. Sungguh memprihatinkan penyalahgunaan narkoba ini
mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba akan terjadi disorientasi emosi,
kemauan, maupun disorientasi kordinasi psiko motoriknya. Penyalahgunaan
narkoba umumnya terjadi di daerah perkotaan dan sangat rentan terjadi pada
kalangan para pekerja seks komersial atau penjaja kepuasaan sesaat, para PSK
seringkali terjerumus dan menjadi pecandu barang haram ini.
Masalah klasik trio Maut, yaitu terlibat narkoba, seks bebas dan menderita
HIV/AIDS. Ketiga hal ini saling berkaitan dan saling melengkapi. Biasanya orang
yang terlibat narkoba adalah sangat lumrah dan terbiasa melakukan seks bebas,
serta terjangkit HIV/AIDS. Demikian juga orang yang menjalani seks bebas, akan
dengan mudah kita temui menggunakan narkoba dan akhirnya menderita
HIV/AIDS.
Kemudian mencari sensasi lain dengan mencoba dan mengikuti jejak teman yang
menggunakan narkoba.
Narkoba banyak digunakan orang iseng untuk mempengaruhi dan
menjerumuskan remaja agar mau diajak berhubungan seks. Ada beberapa jenis
narkoba yang memiliki efek meningkatkan mood dan gairah sehingga banyak
remaja putri yang terpengaruh dan mau saja saat diajak berhubungan seks. Jadi
menghindari berpacaran dengan orang iseng merupakan tindakan tepat kalau kita
tidak mau dijerumuskan olehnya.
Pengenalan akan bahaya seks bebas sangat penting untuk anak muda agar
senantiasa berhati-hati. Seks bebas membawa dampak luar biasa buruk untuk
kesehatan, psikologis dan masa depan pelakunya. Padahal bila kita memegang
prinsip seks adalah sakral dan hanya bisa dilakukan orang yang telah terikat
pernikahan. Kita dapat menemukan kebahagiaan dan orang yang tepat untuk
mendampingi kita seumur hidup.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama
yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan
penggunaan narkoba melalui suntikan. Di banyak negara maju, terdapat
penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang
berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikapsikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan
antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan
terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.
HIV
dan
AIDS
memperlambat
pertumbuhan
ekonomi
dengan
Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara
berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak
hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang
memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan
hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah
meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya
yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan
menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan.
Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan
pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan
berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit
atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang
meningkat juga akan melemahkan mekanisme menghasilkan human capital dan
investasi pada masyarakat, yaitu karena hilangnya pendapatan dan meninggalnya
para orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa
muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik seperti
pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan AIDS. Ini
memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan
ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin
terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit,
pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta
perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika
peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya
tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk
menangani para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan
meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya
pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek
untuk menghindari PMS dan HIV-AIDS. Selain itu, Alasan utama bagi PSK dalam
melakukan hubungan seks tanpa menggunakan kondom adalah keyakinan bahwa orang
Indonesia asli dan pelanggan yang kelihatan sehat dan tidak akan menularkan PMS.
Untuk itu perlu dipahami latar belakang dan motivasi mereka menjadi PSK.
Disinilah peran tenaga kesehatan khususnya kita sebagai bidan sangat dibutuhkan.
Dimana kita sebagai seorang bidan dapat memberikan penyuluhan tentang perlunya
penggunaan kondom agar dapat menghindar dari penyakit menular seksual, kemudian
juga memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS
dan obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang. Selain itu, belajar
mendalami agama dan untuk pemerintah agar berusaha menyediakan lapangan
pekerjaan buat PSK agar mereka bisa berganti profesi.
Di awal-awal epidemi penanggulangan HIV dan AIDS hanya bertumpu
pada penyuluhan secara umum. Celakanya, materi penyuluhan dibalut dengan
norma, moral dan agama sehingga yang muncul hanya mitos (anggapan yang
salah) tentang HIV dan AIDS. Perkembangan epidemi HIV kemudian mendorong
perubahan paradigma dalam penanggulangan HIV dan AIDS secara global. Di
tingkat nasional dan lokal pun penanggulangan HIV dan AIDS mulai bergeser dari
sekedar penyuluhan ke pendampingan sampai akhirnya kepada perlindungan
hukum dan meningkatkan kehidupan Odha (Orang dengan HIV/AIDS).
Program harm reduction merupakan salah satu bentuk yang revolusioner,
tapi tetap saja ditentang segelintir orang yang tidak melihat program ini dengan
perspektif kesehatan masyarakat. Yang kontra menyebut bahwa subsitusi
methadon hanya memindahkan bentuk ketergantungan. Padahal, dengan subsitusi
ini mereka tidak lagi memakai jarum suntik sehingga risiko penyebaran HIV bisa
ditekan. Jika pengguna narkoba tetap memakai jarum suntik secara bergantian
maka risiko penyebaran HIV di kalangan mereka tetap tinggi. Pada gilirannya
pengguna narkoba yang tertular HIV akan menjadi mata rantai penyebaran HIV
ke masyarakat. Inilah yang tidak dilihat kalangan yang kontra terhadap harm
reduction karena mereka melihatnya dengan sudut pandang moral.
Hal yang gawat sekarang adalah penularan HIV melalui jalur hubungan
seksual. Tapi, penanggulangan pada jalur ini banyak sekali tantangannya, seperti
aspek teknologi, lingkungan dan sosial. Tantangan aspek teknologi yaitu
pencegahan penularan HIV melalui hubungan seks dengan memakai kondom.
Padahal, kondom ditentang habis-habisan oleh berbagai kalangan. Berbeda
dengan penanggulangan di kalangan pengguna narkoba yang tidak mendapat
penolakan dari masyarakat luas. Sedangkan dari aspek lingkungan sosial
penanggulangan epidemi HIV justru mendapat tantangan yang kuat, terutama
terkait dengan lokalisasi pelacuran dan sosialisasi kondom.
Karena jalur seksual merupakan faktor risiko penularan yang akan
mendorong penyebaran HIV secara horizontal maka diperlukan upaya yang
konkret untuk memutus mata rantai penyebaran HIV melalui jalur seksual.
Pencegahan melalui jalur seksual adalah penggunaan kondom pada setiap
hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, yang dilakukan dengan pasangan yang
berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan. Ini
yang disebut sebagai perilaku berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV.
Secara rutin pekerja seks komersial di lokalisasi dan rumah bordir
menjalani tes IMS (infeksi menular seksual, seperti GO, sifilis, dll.). Jika ada
pekerja seks komersial (PSK) yang terdeteksi mengidap IMS maka pengelola
(germo) akan diberikan peringatan secara bertahap sampai pada penutupan usaha.
Beberapa daerah menelurkan peraturan daerah (Perda) yang mengharuskan
pemakaian kondom. Celakanya, ada Perda lain yang justru melarang pelacuran.
Ini ambiguitas yang menunjukkan kemunafikan. Karena tidak ada lokalisasi atau
rumah bordir tentulah tidak bisa dilakukan tes rutin terhadap PSK. Maka, langkah
yang ditempuh dalam Perda-perda itu pun bagaikan menggantang asap
(pekerjaan yang sia-sia). Jangankan program kondom 100 persen, kegiatan
membawa PSK ke klinik setiap minggu pun dikatakan ebagai pelindung PSK
padahal ini merupakan upaya memutus mata rantai penyebaran IMS, termasuk
HIV, ke populasi melalui laki-laki yang menjadi palanggan PSK. Soalnya, lakilaki hidung belang itu bisa saja sebagai suami sehingga menjadi jembatan
penyebaran IMS dan HIV atau dua-duanya sekaligus dari PSK ke masyarakat.
Tapi, berbagai kalangan mulai dari organisasi masyarakat, agama, dan adat
serta jajaran pemerintah justru tidak mengakui ada (praktek) pelacuran di
daerahnya dengan alasan sudah tidak ada lokasi dan lokalisasi pelacuran. Biar pun
tidak ada lokasi atau lokalisasi pelacuran tetap saja ada praktek pelacuran
sehingga cara-cara yang dilakukan Prof Wirawan merupakan salah satu cara yang
efektif untuk memutus mata rantai penyebaran IMS dan HIV.
Penanggulangan HIV dan AIDS di kalangan pengguna narkoba suntikan
dan PSK sering terbentur dengan masalah hukum yang pada gilirannya juga
tersandung pada masalah hak asasi manusia (HAM). Perlakuan yang tidak adil
(diskriminasi) dan cap buruk (stigmatisasi) sering dialami Odha. Kondisi ini
memperburuk upaya penanggulangan epidemi HIV karena banyak orang yang
takut menjalani tes HIV sukarela. Selain itu ada pula yang sudah terdeteksi tapi
tidak melanjutkan pengobatan. PSK selalu menjadi kambing hitam penyebaran
HIV tanpa memperhitungkan laki-laki yang sudah menularkan HIV kepada PSK
dan laki-laki yang kemudian tertular HIV dari PSK. Ini menyuburkan stigma
terhadap PSK yang pada gilirannya mengaburkan fakta empiris tentang
penyebaran HIV karena laki-laki penular luput dari stigma. Pekerjaan PSK yang
ilegal juga membuat posisi mereka terpojok karena bisa menjadi objek hukum
dalam bentuk kriminalisasi dan pemerasan.
Untuk itulah dalam penanggulangan epidemi HIV diperlukan cara-cara
yang lebih komprehensif. Antara lain dengan intervensi struktural seperti yang
dilakukan di Thailand dan Kamboja. Namun, hal ini tidak mudah karena
menyangkut norma, moral dan agama yang selama ini dibenturkan ke sosialisasi
kondom. Tentu saja ini mengharapkan komitmen pemimpin di pusat dan daerah.
Yang terjadi selama ini komitmen muncul kalau kasus sudah banyak yang
terdeteksi. Itu pun hanya sebentar karena akan muncul lagi isu lain yang
menenggelamkan isu seputar HIV dan AIDS. Program-program penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesai diharapkan bisa mengerem laju epidemi HIV, seperti
halnya pada pengguna narkoba dengan suntikan. Prevalensi HIV melalui
hubungan seksual akan terus naik sehingga diperlukan intervensi penanggulangan
yang komprehensif. Ini tentu saja akan berhadapan dengan isu moral sehingga
memerlukan komitmen yang tinggi di semua kalangan. Tapi, inilah tantangan
yang harus kita hadapi.
BAB III
KESIMPULAN
HIV/AIDS. Narkotika, dan Wanita Tuna Susila (WTS) atau PSK merupakan
contoh diantara sekian banyak masalah sosial yang dapat menganggu terciptanya
kesejahteraaan sosial. Ketiga contoh masalah sosial tersebut merupakan perbuatan
yang dianggap melanggar norma-norma masyarakat maupun agama. Dampak dari
ketiga contoh masalah sosial tersebut pun sangat besar bagi masyarakat maka
perlu dilakukan upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut.
Upaya penanggulangan yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial
tersebut terdapat pula peran pekerjaan sosial dalam mengatasinya. Pekerja sosial
ikut serta dalam menangani masalah-masalah sosial namun perlu juga dukungan
BAB IV
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya