Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi Pekerja Seks Komersial
Sebelum istilah PSK diperkenalkan, dahulu istilah yang kita kenal
adalah pelacuran. Namun oleh kalangan feminis diubah untuk mencoba
mengangkat posisi sosial pelacur menjadi setara dengan orang pencari
nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan saja tetapi juga
seseorang yang secara anatomis laki-laki, akan tetapi secara psikologis
merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan.
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan

menggunakan

atau

mengeksploitasi

tubuhya

dengan

melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan uang. Saat ini tingkat


kemoralan bangsa Indonesia semakin terpuruk, hal ini terbukti dengan
tingginya jumlah pekerja seks komersial. Akibatnya, semakin banyak
ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks
komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran
setan. Biasanya penyakit menular seksual ini sebagian besar diidap oleh
PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan yang
berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman seperti kondom.
B. Faktor-faktor penyebab adanya PSK
1. Kemiskinan
Di antara alasan penting yang melatar belakangi adalah kemiskinan
yang sering bersifat struktual. Struktur kebijakan tidak memihak
kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin,
sedangkan

orang

yang

kaya

semakin

menumpuk

harta

kekayaannya. Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang


perempuan memaksa dia untuk dapat mencari sebuah pekerjaan
dengan penghasilan yang

memuaskan namun kadang dari

beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan


kebutuhan tersebut.
2. Kekerasan seksual

Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan


menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti pekosaan oleh
bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
3. Penipuan
Penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja.
Kasus penjualan anak perempuan oleh orang tua sendiripun juga
kerap ditemui.
4. Pornogarafi
Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi, pornografi
adalah bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto,
film atau yang di persamakan dengan film, video, tayangan atau
media

komunikasi

lainnya

yang

sengaja

dibuat

untuk

memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada


publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan
erotis yang menonjolkan sensualitan dan/atau seksualitas, serta
segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang
patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang
lain.
Selain itu, menurut para ahli faktor-faktor penyebab adanya PSK,yaitu:
1. Menurut H.Ali Akbar, mengemukakan 6 faktor yakni:
a. Tekanan ekonomi, Karena tidak ada pekerjaan, terpaksa
mereka hidup menjual diri sendiri dengan jalan dan cara
yang paling mudah.
b. Karena tidak puas dengan posisi yang ada, Walaupun sudah
mempunyai pekerjaan tetap belum puas juga karena tidak
bisa membeli barang-barang perhiasan yang bagus dan
mahal.
c. Karena kebodohan, tidak mempunyai pendidikan atau
intelegensi yang baik.
d. Cacat kejiwaan
e. Karena sakit hati, ditinggalkan suami atau setelah dinodai
kekasihnya ditinggalkan begitu saja.
f. Karena tidak puas dengan kehidupan seksualnya atau
hiperseksual.

2. Menurut C.H Rolpholn dalam bukunya Women of the streets


mengemukakan hasil tentang keadaan individu dan sosial yang
dapat menyebabkan adanya PSK yakni:
a. Rasa terasing dari pergaulan atau rasa diasingkan dari
pergaulan hidup pada suatu masa tertentu dalam hidupnya.
b. Faktor-faktor yang aktif dalam keadaan sebelumya
diputuskan

melacurkan

diri.

Dalam

kenyataan,ini

merupakan sebab langsung, tetapi hampir selalu dan hanya


mungkin

terjadi

karena

keadaan

sebelumnya

yang

memungkinkan hal tersebut terjadi.


c. Tergantung pada kepribadiaan wanita itu sendiri yang
berhubungan erat dengan pengalaman masa lalu dan situasi
masa kininya.
Sekian banyak pandangan teoritis perihal penyebab seseorang
perempuan menjadi PSK atau pelacur. Berdasarkan pandangan teoritis dan
pendapat-pendapat para ahli tersebut, maka faktor yang dipahami paling
mempengaruhi dalam menuntut perempuan untuk menjadi pelacur yaitu
faktor ekonomi. Selain itu, Mereka juga menyatakan bahwa pengaguran
atau tidak memiliki pekerjaan dan keterampilan didukung rendahnya
pendidikan,

hal

itu

menyebabkan

perempuan

memasuki

dunia

perdagangan seks.

C. Persoalan-persoalan Psikologis
1. Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh
dan barang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa
mereka yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan
keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan
menjadi PSK untuk perumusan dirinya.
2. Broken home

Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang


remaja untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah
dan itu di manfaatkan oleh seorang yang tidak bertanggung jawab
dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
3. Kenangan Masa Kecil yang Buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang
perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa
menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.
D. Dampak yang Ditimbulkan Bila Berprofesi Sebagai PSK
1. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya
sebagai seorang perempuan
2. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat
hanya akan selalu mencemooh dirinya.
3. Memberikan dua buruk bagi keluarga.
4. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti :
a. HIV/AID
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah
sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau
kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh
oleh

infeksi

Human

immune

deficiency

virus

(HIV).sebagian besar (75 %) penularan terjadi melalui


hubungan seksual.
b. Gonore
Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan
paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam
penyakit kelamin ini adalah kencing nanah. Masa
inkubasi 3-5 hari.
1) Kuman penyebab : Neisseria gonorrhea
2) Perantara : Manusia
3) Tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
4) Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
5) Cara penularan : kontak seksual langsung
c. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan
menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun,
tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena

dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem


peredaran darah, syaraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil
kepada bayi yang dikandungnya, sehingga menyebabkan
kelainan bawaan kepada bayi tersebut. Sifilis sering dikenal
sebagai raja singa.
1) Kuman penyebab : Treponema pallidum
2) Perantara : Manusia
3) Tempat kuman keluar : Penis, vagina, mulut, dan
ibu hamil kepada bayinya.
4) Cara penularan : Kontak seksual, ibu kepada
bayinya
5) Tempat kuman masuk : Penis, vagina, anus, mulut,
tranfusi
d. Herpes Genetalis
Herpes genitalis (HG) merupakan IMS virus yang
menempati urutan ke dua tersering didunia dan merupakan
penyebab ulkus genital tersering di Negara maju.
1) Nama lain : Jengger ayam (genital warts)
2) Penyebab : Papilioma virus
3) Perantara : Manusia
4) Tempat kuman keluar : Penis, vagina, anus
5) Cara penularan : hubungan seksual

dengan

pasangan yang telah terinfeksi dan bisa juga secara


vertical dari ibu kepada janin yang di kandungnya.
6) Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus
E. Faktor-Faktor Pendukung Perilaku Seks
Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang
diawali dengan terjadinya pergaulan kearah seks bebas. Dimana menurut
para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks adalah sebagai berikut :
1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat
juga

berpengaruh

untuk

menekan

temannya

yang

belum

melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari


teman-temannya itu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat
dari pacarnya sendiri
2. Adanya tekanan dari pacar

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai,


seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya,
tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. Dalam hal ini
yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap
memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan
suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya
orang dewasa.
3. Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi wajar jika semua
orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini.
Sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan
resiko yang akan dihadapinya.
4. Rasa penasaran
Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks,
apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat,
ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas masuknya,
maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk
lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
5. Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena
terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat
sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka
dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari
pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
6. Lingkungan keluarga
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga, bagi seorang
remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya
tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua
dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga
ingin

membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai

pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks.

F. Aspek Kesehatan Reproduksi


Tidak dapat disangkal bahwa masalah PSK sangat erat kaitannya
dengan kesehatan reproduksi dan masalah ketimpangan status sosial kaum
perempuan. Perilaku seksual yang selalu berganti pasangan membuat para
PSK mempunyai resiko yang tinggi untuk tertulari dan menularkan
penyakit seksual. Disebagian besar lokalisasi, pemeliharaan kesehatan bagi
pekerjanya dilakukan oleh para medis atas inisiatif sendiri. Mengingat
kualitas paramedik diindonesia pada umumnya, sangat sulit diharapkan
bahwa mereka akan melakukan penyuluhan dan konseling tentang
penyakit menular seksual kelokasi-lokasi PSK. Pengabaian terhadap
masalah ini hanya karena PSK secara resmi dianggap tidak ada. Padahal
pengabaian ini akan memperbesar resiko mereka dan para pelanggan
mereka untuk tertular penyakit seksual. Pada gilirannya para pelanggan itu
mereka untuk tertular penyakit pada keluarganya sendiri. Pemerintah
sendiri

mengalami

kesulitan

untuk

mendeteksi

perilaku

seksual

masyarakat, terutama kaum remaja yanga mencari pemuasan seksual


dengan PSK.
G. Penanganan Masalah PSK
1. Agama
Disinilah peran orang tua menanamkan prinsip islam untuk tidak
mempergunakan hidupnya untuk melakukan perbuatan yang
negative dan menamakan prinsip hidup yang beriman dan
bertaqwa.
2. Keluarga
a. Meningkatkan

pendidikan

anak-anak

terutama

mengenalkan pendidikan seks secara dini agar terhindar


dari perilaku seks bebas.
b. Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar
terhindar dari perbuatan dosa.
3. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap
kehidupan PSK.
4. Pemerintah
a. Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.

b. Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.


c. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan rajia
lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
Secara garis besar tidak ada pasal khusus yang mengatur tindak
pidana pelacuran. Hukuman buat PSK biasanya hanya datang dari para
masyarakat disekitarnya yang merasa terganggu dengan adanya PSK
misalnya dengan mengusir paksa para PSK, dan hukuman dari sang
Pencipta
H. Pengertian Narkoba
Narkotika/ Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan
Obat/Bahan berbahaya yang telah populer beredar dimasyarakat perkotaan
maupun di pedesaan, termasuk bagi aparat hukum. Sebenarnya dahulu
kala masyarakat juga mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk candu
atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup
bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar
dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Departemen Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika,
Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang
umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya
yaitu kecanduan (adiksi). Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat
yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama
susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan
menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu
Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan
narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22
tahun 1997 tentang Narkotika. Golongan Psikotropika adalah zat atau obat
baik alami maupun sintetis namun bukan Narkotika yang berkhasiat aktif
terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui pengaruhnya pada susunan syaraf
pusat sehingga menimbulkan perubahaan tertentu pada aktivitas mental

dan perilaku. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan
menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan
rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).
I. Jenis-Jenis Narkotika/Narkoba
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin
(putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan
kokain. Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah
amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol,
dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom. Zat adiktif
lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti
alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia)
maupun zat pelarut (solven).
Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok
remaja (usia 14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya
pemakaian

kedua zat

tersebut cenderung menjadi

pintu

masuk

penyalahgunaan Narkoba lain yang lebih berbahaya (Putauw).


1. OPIAT atau Opium (candu)
Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan
cara dihisap (inhalasi).
a. Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)
b. Menimbulkan semangat
c. Merasa waktu berjalan lambat
d. Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk
e. Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang)
f. Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
2. MORFIN
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui
pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin.
Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau
pembuluh darah (intravena)
a. Menimbulkan euforia.
b. Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi)
c. Kebingungan (konfusi)
d. Berkeringat
e. Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar
f. Gelisah dan perubahan suasana hati.

g. Mulut kering dan warna muka berubah


3. HEROIN atau Putaw
Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas
pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga
diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin
murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna
putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak
sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya
digunakan dengan cara disuntik atau dihisap. Timbul rasa kesibukan
yang sangat cepat/rushing sensastion ( 30-60 detik) diikuti rasa
menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan
atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk
menikmatinya.
a. Denyut nadi melambat.
b. Tekanan darah menurun.
c. Otot-otot menjadi lemas/relaks.
d. Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).
e. Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
f. Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.
g. Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.
h. Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari
i. Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan
membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan
gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur.Jika sudah
toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek
euforia semakin ringan atau singkat
4. GANJA atau Kanabis
Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman
ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan
kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
a. Denyut jantung atau nadi lebih cepat.
b. Mulut dan tenggorokan kering.
c. Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.
d. Sulit mengingat sesuatu kejadian.
e. Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang
cepat dan koordinasi.

f. Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.


g. Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala,
mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek.
h. Gangguan kebiasaan tidur.
i. Sensitif dan gelisah.
j. Berkeringat.
k. Berfantasi
l. Selera makan bertambah
5. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs
Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang
biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar
perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk
pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada
permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan
berakhir setelah 8-12 jam.
a. Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat,
warna dan waktu.
b. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul
obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.
c. Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).


Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
Diafragma mata melebar dan demam.
Disorientasi.
Depresi.
Pusing
Panik dan rasa takut berlebihan.
Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau

bulan kemudian.
k. Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat
badan.
6. KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan
bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit
pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak
berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke,
happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan

cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa


bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda.
J.

Dampak Penggunaan Narkotika dan Obat Berbahaya lainnya


1. Kemerosotan Fisik
a. Kurang Gizi : Hidup seseorang pecandu hanya berkisar pada
bagaimana caranya memperoleh dan menikmati narkotika dan
obat-obat berbahaya, sampai lupa makan. Mereka akan kehilangan
nafsu makan sehingga berakibat kurus dan lemah badan karena
kurang gizi.
b. Infeksi Kulit dan eksim kulit : Pecandu obat narkotika dan obat
berbahaya biasanya tidak memperdulikan kebersihan diri, mereka
menggunakan alat dan jarum suntik yang tidak steril akibatnya
terjadi infeksi.
c. Penyakit infeksi

lainnya

Terjadinya

kekurangan

gizi

mengakibatkan lemahnya daya tahan tubuh sehingga mudah


terserang

berbagai

penyakit

seperti

bronchitis,

TBC

dan

sebagainya.
2. Kerusakan mental
Pecandu narkotika dan obat berbahaya akan mengalami kemunduran
mental, daya tahan tubuhnya dalam menghadapi problema dan
tantangan hidup akan menurun. Mereka ingin segera melarikan diri
dari problema, ingin yang mudah, yang menyenangkan dirinya,
kepercayaan dirinya hilang.
3. Kehancuran masa depan
Hilangnya kepercayaan pada diri sendiri, tidak tahan menghadapi
kesulitan hidup, menyebabkan gagalnya sekolah, karier pekerjaannya
yang berarti kehancuran masa depan.
K. Tanda-tanda Umum Penyalahgunaan Narkotika dan atau Obatobatan Berbahaya
Perubahan sikap, peringai dan kepribadian, misalnya :

1. Mudah tersinggung, mudah marah, sering menguap, dan mengantuk,


malas, tidak memperdulikan masalah kebersihan diri.
2. uka mencuri dimulai dari barang kecil untuk membiayai kebutuhannya
membeli narkotika dan obat-obat berbahaya.
3. Sering menggunakan baju lengan panjang untuk menyembunyikan luk
suntik

pada

lengan

dan

memakai

kacamata

hitam

untuk

menyembunyikan perubahan warna, dan ekspresi matanya akibat


penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya.

Langkah-langkah untuk menanggulanginya


1. Upaya penyuluhan yang lebih intensif dan profesional untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya narkotika dan
obat-obatan berbahaya.
2. Pembinaan remaja dengan pendekatan persuasif dan dari remaja ke
remaja.
3. Kehidupan beragama di keluarga, di sekolah dan masyarakat perlu
ditingkatkan.
4. Menemu kenali penyalahguna narkotika dan obat berbahaya secara
dini.
L. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yang
dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4, sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4
dan merubahnya menjadi tempat berkembangbiak virus HIV. Baru

kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah


putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan
tubuh, maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki
pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek
biasa.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yang merupakan dampak/efek dari perkembangbiakkan virus
HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang melemahkan dan sangat berbahaya.
Penyakit

AIDS

disebabkan

oleh

melemah/menghilangnya

sistem

kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih yang banyak dirusak oleh virus HIV. Ketika kita terkena virus HIV
kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu
yang lama yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang
mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari virus HIV
penyebab penyakit AIDS.
M. CARA PENULARAN
1. Lewat Cairan Darah
a. Melalui tranfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV,
b. Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang
dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum
suntik dikalangan pengguna narkotika suntikan,
c. Melalui pemakaian jarum suntik yang berulang kali dalam kegiatan
lain : misalnya penyuntikan obat, imunisasi,
d. Pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya : tindik, tato
dan alat facial wajah.
2. Lewat Cairan Sperma dan Cairan Vagina
a. Melalui hubungan seks. Penetratif (penis masuk kedalam
vagina/anus)

tanpa

menggunakan

kondom.

Sehingga

memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina


(untuk hubungan seks lewat vagina).

b. Tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi


dalam hubungan seks lewat anus.
3.

Lewat Air Susu Ibu


a. Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV
positif, dan melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya
dengan ASI
b. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (mother to child
transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10
kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir
dengan HIV positif.
c. Secara langsung (tranfusi darah, dari produk darah/tranplantasi
organ tubuh yang tercemar HIV.
d. Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik
dan lain-lain). Yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh
orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu.
e. Karena HIV dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang
lain ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina otha.
Melalui cairan-cairan tubuh yang lain tidak pernah dilaporkan

kasus penularan HIV (misalnya : air mata, keringat, ait liur/ludah, air
kencing). Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang
terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik
kemungkinan ini antara 0,1% (jauh dibawah resiko penularan HIV melalui
tranfusi darah). Tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi
melalui hubungan seks yang tidak aman. Hubungan seksual secara anal
(lewat dubur) paling beresiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus
relatif tipis dan lebih mudah terluka didandingkan epitel dinding vagina,
sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam hubungan seks
vagina perempuan lebih besar resikonya dari pada pria karena selaput
lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan
menetap cukup lama di dalam vagina. Kesempatan HIV masuk ke aliran
darah menjadi lebih tinggi. HIV dicairan vagina/darah tersebut juga dapat

masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya. AIDS tidak


ditularkan melalui :
1. Makan dan minum bersama/pemakaian alat makan minum
bersama.
2. Pemakaian fasilitas umum bersama. Seperti telepon umum, wc
umum dan kolam renang.
3. Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
4. Lewat keringat/gigitan nyamuk.
N. CARA PENCEGAHAN
1. Gunakan jarum suntik yang steril/baru setiap kali akan melakukan
penyuntikan/proses yang lain yang dapat mengakibatkan terjadinya
luka.
2. Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman. Artinya
hubungan seks yang tidak memungkinkan tidak tercampurnya
cairan kelamin. Karena hal ini memungkinkan penularan HIV.
3. Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu
tentang semua resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya. Sehingga keputusan untuk
menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan.
O. Penyebaran Dan Tanda-tanda Terserang HIV/AIDS.
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang
biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan,
penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang,
penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal
serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu
pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV
atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman
pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap
HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat
menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan

menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita


AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
1.
2.
3.
4.

Batuk menetap lebih dari 1 bulan


Dermatitis generalisata yang gatal
Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok

rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :


1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara
bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV
pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa
tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit
karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian
adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa
telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV. Adapun tanda dan
gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti
dibawah ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas


sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit
HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan

makanan

pada

sistem

pencernaan

yang

mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.


4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya

adalah

mengalami

infeksi

jaringan

rambut

pada

kulit

(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta


Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah

'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
P. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS
Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan

hanya

berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan


dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )
harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam
usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan
penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang
segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminarseminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa
baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa menimbulkan virus AIDS.
Q. Pengobatan Penyakit AIDS
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya
dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak
ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan
manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan
pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu
memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka

yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka


kelahiran dan kematian. Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan
dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan
dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang
ke rahmatullah dengan ikhlas.

SITUASI TERKINI
Masalah kesehatan di Indonesia semakin kompleks dan berat dengan
suburnya jumlah penderita HIV/AIDS sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987,
angka kejangkitan terhadap penyakit ini terus meningkat. Seperti yang kita
ketahui selain masalah HIV/AIDS ada juga permasalahan yang selalu menghantui
kita semua yaitu mengenai penyalahgunaan narkoba, yang tidak hanya terjadi di
Indonesia saja, melainkan juga di berbagai belahan dunia lainnya. Narkoba masih
menjadi momok menakutkan dan yang paling sulit untuk di berantas, pasalnya
kesadaran akan kesehatan kini kian terus menipis, dan pemerintah kesulitan untuk
mencegah hal tersebut di karenakan Bandar serta pengedarnya menjamur dimanamana serta di dukung dengan tehnik-tehnik mereka yang mulai lebih kreatif dalam

menyebar luaskan barang dagangan mereka. Tak heran di seluruh dunia narkoba
masih berada di posisi atas yang menyebabkan rendahnya moral bangsa.

Data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), pada bulan
Agustus 2013, menyebutkan jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah
mencapai angka lebih dari 4,9 juta orang pengguna. pada rentang tahun 2004
sampai 2008 ada sekitar 100 ribu pengguna per tahunnya. Sedangkan pada 2008
sampai 2012 sekitar 75 ribu pengguna per tahunnya. Sebanyak 147.106, Kasus
HIV/AIDS yang Tercatat di Indonesia Sampai Maret 2013 Pada triwulan I Tahun
2013 dilaporkan kasus HIV baru yang terdeteksi pada priode Januari-Maret 2013
mencapai 5.369. Kasus baru terdeteksi pada kelompok umur 25-49 tahun (74,2%),
20-24 tahun (14,0%), dan 50 tahun (4,8%). Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 1:1. Faktor risiko atau cara penularan HIV melalui hubungan
seksual tidak aman (tidak memakai kondom) pada heteroseksual (50,5%),
penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada penyalahguna narkoba (8,4%), dan
LSL/Lelaki Seks Lelaki (7,6%).
Pada priode bulan Januari-Maret 2013 jumlah kasus AIDS yang baru
terdeteksi sebanyak 460. Terdeteksi pada kelompok umur 30-39 tahun (39,1%),
20-29 tahun (26,1%) dan 40-49 tahun (16,5%). Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 2:1. Kasus AIDS yang dilaporkan pada Januari-Maret 2013

terdeteksi pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 35 persen dan pada umur
30-39 tahun sebesar 28,2 persen.

Data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), pada bulan
Agustus 2013, menyebutkan jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah
mencapai angka lebih dari 4,9 juta orang pengguna. pada rentang tahun 2004
sampai 2008 ada sekitar 100 ribu pengguna per tahunnya. Sedangkan pada 2008
sampai 2012 sekitar 75 ribu pengguna per tahunnya.
Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun
pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini berkembang
pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal ini sebagai dampak
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin
berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak saat ini adalah
Masalah Narkotika dan Psikotropika.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan
melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat
secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan
konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi
medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal,
akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas
khususnya generasi muda.

Peredaran Narkotika dan Psikotropika secara tidak bertanggung jawab


sudah semakin meluas di kalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin
mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang banyak menggunakan Narkotika
dan Psikotropika adalah kalangan generasi muda yang merupakan harapan dan
tumpuan bangsa di masa yang akan datang. Maraknya penyalahgunaan NAPZA
tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh
wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah
sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA
Pengguna narkoba memang tidak pandang bulu, siapa saja bisa terkena
dan memakai barang yang menyakitkan tersebut. Banyak dari para penggunanya,
saat ini yang terkena dampak dari pemakaian obat terlarang tersebut. Kini,
pengguna narkoba pun semakin bertambah banyak dan tak hanya itu penderita
dari pengguna narkoba yang terkena HIV/AIDS pun terus bertambah.
Faktor penyebab terjadinya epidemi yang begitu cepat, antara lain faktor
globalisasi, dimana arus informasi dan mobilisasi penduduk begitu cepat
menembus batas antar Kota/Kabupaten bahkan Provinsi. Berbagai upaya
penanggulangan dan pencegahan penyebaran HIV-AIDS telah dilakukan, namun
demikian upaya-upaya tersebut terus ditingkatkan baik kualitas, keterpaduan
maupun kebersamaan.Trend temuan HIV-AIDS menunjukkan grafik meningkat,
dengan ditemukannya angka ini berarti kasus HIV yang tersembunyi saat ini yang
digambarkan seperti gunung es permukaannya kecil tetapi didalamnya sangat
besar, sedikit demi sedikit permukaan gunung es ini mulai mencair.
Di Indonesia sampai 30 Juni 2010, dari 32 provinsi yang melaporkan data
terkait estimasi populasi rawan tertular HIV pada tahun 2009, terdapat total
105.784 pengguna NAPZA suntik dengan pasangan pengguna NAPZA suntik
sebanyak 28.085 orang. Pelanggan WPS dan pelanggan warian dilaporkan
sejumlah 3.241.244 orang, dengan pasangan pelanggan sejumlah 1.938.650 orang.
Berdasarkan data tersebut diperkirakan 2 juta orang di Indonesia memiliki risiko
tinggi tertular HIV/AIDS karena merupakan pasangan tetap dari kelompok risiko

tinggi. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan data estimasi Depkes dan Biro Pusat
Statistik Nasional tahun 2002, bahwa sekitar 7-9 juta laki-laki di Indonesia
menggunakan jasa seks dan 50 persennya telah menikah sehingga sekitar 4 juta
ibu rumah tangga terancam tertular HIV. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
fenomena gunung es: jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah sebenarnya.
Permasalahan HIV-AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi
sudah menjadi masalah global, lebih dari 60 juta jiwa manusia di dunia hidup
telah terinfeksi HIV. Di Provinsi Kalimantan Selatan penyebaran cukup cepat,
tidak ada kabupaten/kota yang dinyatakan bebas dari HIV-AIDS, Kota
Banjarmasin merupakan penyumbang terbanyak HIV-AIDS, secara kumulatif
jumlah kasus HIV-AIDS sampai dengan bulan Juli 2012 sebanyak 132 orang
(HIV = 42 orang, AIDS = 90 orang), secara keseluruhan penyebaran HIV-AIDS
diduminasi kelompok umur 20-24 tahun. Sedangkan faktor penyebab utama HIV
melalui transmisi heteroseksual
Permasalahan HIV/AIDS dan juga penyalahgunaan narkoba sangat
berkaitan erat dengan masalah PSK dinegara tercinta ini khususnya didaerahdaerah kota metropolitan seperti kota Jakarta, bandung, Surabaya, Medan dan lain
sebagainya sudah menjadi rahasia umum yang tidak bisa dielakkan dan sudah
menjadi lahan yang subur bagi sebahagian orang. Masalah Pekerja Sek Komersial
dinegara kita tercinta khususnya didaerah kota-kota tidak hanya dijadikan sebagai
tempat dan tidak hanya untuk mencari hiburan semata melainkan untuk sebuah
tuntutan hidup dan kebutuhan fisiologis serta kebutuhan ekonomi dan lamakelamaan akan terus terkekang dan terjerumus dalam limbah yang nista, sangat
disayangkan yang banyak menjadi korban adalah anak usia remaja dan kita tidak
bisa menutup mata jika disemua tempat-tempat hiburan malam sangat identik
dengan hal-hal yang berbau sek, narkoba serta mabuk-mabukan dan kebanyakan
korbannya adalah usia remaja. Pada mulanya usia ini tadinya hanya sekadar hurahura ingin tahu dan ingin coba-coba lama kelamaan menjadi terbiasa

menginjakkan kaki ketempat hiburan malam, maka hal-hal yang berbau narkoba,
miras dan sebagainya, sangatlah mudah timbul akibat dari kebiasaan tersebut.
Hal tersebut dapat terlihat dari sejumlah kelompok yang terkena
HIV/AIDS di kota Bogor sebanyak 5.530 orang yang terdiri dari 1.460 pengguna
narkoba dan jarum suntik, 320 wanita pekerja seks komersil, 100 waria, 210 gay,
dan sisanya masyarakat umum dan pekerja sosial lainnya. Berdasarkan data yang
ada pada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) kota Banjarbaru,
terdapat 70% penderita HIV adalah pengguna narkoba. Beberapa pengguna
narkoba diantaranya seperti pekerja seks komersil, gay, dan masyarakat umum.
Penyebaran virus HIV/AIDS ini ternyata sangat membuat khawatir, karena
pada usia 13 hingga 20 tahun pun sudah terjangkit penyakit tersebut. Bahkan,
terdapat kasus bayi yang terjangkit HIV/AIDS dari sang ibu yang tertular dari
suaminya. Namun, dengan semakin merebak dan banyaknya pengidap HIV/AIDS
ini

membuat

pihak

KPAD

terus

melakukan

upaya

pencegahan

dan

penanggulangannya. Hal ini disebabkan juga karena pola hidup yang salah, maka
semakin banyak pula jumlah penderita HIV/AIDS karena pola hidupnya tidak
teratur.
PSK merupakan kelompok yang beresiko tinggi, karena desakan ekonomi
dan rendahnya pendidikan mereka sangat mudah dimanfaatkan oleh para Bandar
narkoba terutama sebagai kurir dan juga PSK yang sangat rawan dengan
penyalahgunaan narkoba, juga mudah tertularnya penyakit HIV/AIDS, serta
hepatitis B dan C akibat hubungan sex bebas. Kematian yang disebabkan
HIV/AIDS sudah menjadi penyebab utama kematian di banyak negara. Kondisi
Ini memperparah kesakitan dan kematian karena infeksi yang masih menjadi
problem besar di sebagaian besar negara di dunia. Penularan HIV/AIDS sangat
rawan terhadap pasangan hidup dan juga anak. Selain memunculkan problem
sosial keluarga baru, kondisi ini juga menyebabkan penurunan produktivitas
bangsa secara umum.Faktor risiko tersebut adalah dua hal yang menjadi penyebab

tingginya penularan HIV/AIDS yaitu hubungan seksual yang tidak sehat


danpenggunaan jarum suntik bersama oleh para pengguna narkoba.

Pembatuan, sebuah istilah yang tak asing di telinga masyarakat kotaku,


Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sebuah istilah yang terkenal hingga pelosok
daerah Kalimantan selatan. Bahkan pada anak-anak sekolah dasar, yang masih
berseragam putih merah. Kata pembatuan sering di jadikan bahan olokan anakanak itu, entah benar atau salah mereka mengartikan kata itu, entah darimana
mereka mengenal istilah itu, entah dari mulut siapa. Sebuah kata yang dianggap
tabu, yang berusaha di sembunyikan oleh orang dewasa dari telinga anak-anak,
namun pada kenyataannya anak-anak polos itu tetap mengetahuinya.

Pembatuan dalam bahasa kami bearti sebuah daerah lokalisasi PSK,


tepatnya di daerah landasan ulin banjarbaru, kampung Pembatuan Jalan Kenanga
simpang empat Kelurahan Landasan Ulin Timur , Kalimantan selatan. Letaknya
berseberangan dengan bandara Syamsudin Noor, sangat dekat dari jalan raya
utama yaitu jalan A.Yani , hanya sekitar 500 meter. Seperti kampung pada
umumnya, memasuki jalan itu, anda akan disambut oleh sebuah pangkalan ojek.
pangkalan ojek biasa, tapi khusus, karena kebanyakan para tukang ojek disitu
bertugas mengantarkan para pelanggan memasuki kampung itu untuk memuaskan
hasrat birahi sebagai lelaki hidung belang. Tentunya dengan tarif diatas rata-rata
tukang ojek biasa. Sekitar dua kali lipat, yaitu sepuluh ribu rupiah, untuk masuk
kekampung yang jika ditempuh dengan berjalan kaki hanya sekitar sepuluh menit.
Tak jauh dari pangkalan ojek itu terdapat beberapa warung minuman, yang
ditunggui oleh wanita berdandanan tebal, dengan pakaian minim. Sudah tampak
sedikit pemandangan yang tak biasa, seorang pria berbaring diatas paha wanita
yang duduk di kursi panjang diwarung itu. Pelanggan warung lain, yang
kebanyakan adalah pria setengah baya, dengan perut yang sudah mulai

membuncit, sedang mengobrol sambil menghisap rokoknya. Setelah beberapa


deretan warung,anda akan melihat sebuah peternakan dan padang rumput yang
tak terlalu luas. Memasuki lebih jauh, maka anda akan menemukan wajah
kampung itu sebenarnya. Deretan rumah sederhana, dengan jumlah warung yang
terhitung cukup banyak.

Teras rumah yang dijadikan warung itu menjual minuman serta makanan
ringan, dan semakin banyaklah tampak wanita wanita dengan dandanan tebal,
lipstick merah, bedak tebal, celak mata hitam serta eyeliner tebal melingkari
matanya, dilengkapi dengan pakaian sexy, yang manampakan bagian sensual
tubuhnya, celana pendek dan rok mini untuk memamerkan paha mereka, ditambah
baju-baju minim yang menampakkan belahan dada mereka Di Kampung kecil ini
dulunya hanyalah perkampungan biasa ujar seorang pria yang berumah di situ
sejak tahun 70-an, hingga ada tiga buah rumah yang dihuni PSK, yang merupakan
warga pendatang. PSK terus bertambah Hingga sekarang terdapat sekitar 300
wanita pekerja seks komersial, dengan kisaran Usia yang beragam, dari remaja
belasan tahun sampai wanita lanjut usia. Kebanyakan dari PSK di pembatuan
merupakan pendatang dari luar pulau kalimantan (identik dengan perkampungan
orang-orang Jawa), namun sebagian kecil ada juga yang bersal dari daerah
setempat hingga dari berbagai daerah dikalimantan selatan.

PSK dipelihara oleh germo, jadi pelanggan yang datang harus terlebih
dahulu menyetor uang servis dan biaya kamar pada germo. Tarif para PSK itu
dibedakan berdasarkan usia mereka, semakin muda usia PSK itu, maka semakin
tinggilah harga yang harus dibayar. Para PSK yang sudah mulai berumur,
sebagian beralih profesi menjadi germo, walau masih ada yang tetap menjajakan
tubuh mereka. Seorang PSK berusia 17 tahun mengaku memilih profesi itu karena
patah hati, remaja malang itu korban pemerkosaan yang dilakukan temannya
sendiri. Namun kebanyakan Motif para wanita itu memilih berprofesi sebagi PSK

diesebabkan oleh tuntutan ekonomi. Seorang janda beursia 23 tahun, mengaku


harus menghidupi anaknya sebagai single parent, ada juga yang tidak punya
alternative pekerjaan lain untuk menyambung hidup mereka
Dikampung ini terdapat sebuah mesjid dan sekolah dasar. Kampung
pembatuan tak hanya di huni oleh para PSK. Tetapi banyak juga warga kampung
biasa yang berumah dikampung ini. Tak sulit membedakan rumah yang dihuni
oleh PSK dengan rumah yang dihuni warga biasa. Cukup dengan melihat kode
yang terpasang di depan rumah warga, jika ada tulisan rumah tangga maka itu
merupakan rumah warga biasa. Ironis, Anak-anak tak berdosa itupun harus
terbiasa dengan pemandangan tak mengenakkan ini. Seorang pria paruh baya
mengaku telah berumah dikampung itu sejak tahun 70-an, sebelum kampung itu
bernama pembatuan. Pria yang telah mempunyai cucu itu berprofesi sebagai
tukang ojek. Mencari rejeki ujarnya, bahkan ia telah sukses menguliahkan
anaknya di perguruan tinggi dari hasil ngojek di pembatuan.

Setiap hari ada mobil patroli polisi dikampung ini, konon minuman keras
menyebabkan seringnya terjadi perkelahian. Interaksi masyarakat cukup erat,
ditandai dengan adanya pengajian tiap hari jumat yang diadakan RT setempat,
serta adanya senam pagi tiap hari sabtu. dikampung ini juga dilakukan
pemeriksaan oleh petugas kesehatan yang rutin dilakukan tiap bulan. Beberapa
telah dinyatakan positif sifilis, bahkan ada yang mengidap HIV, namun nama
penderita tetap dirahasiakan. Resiko tertular penyakit tak membuat kampung
pembatuan sepi pengunjung. Seorang pengunjung lokasi ini,remaja 18 tahun,
mengaku telah mendatangi tempat ini sejak ia masih duduk di bangku SMA.
Walau telah menggunakan kondom,Remaja itu mengaku masih ada kekhawatiran
akan tertular penyakit kelamin. Kenyataanya nafsu dan hasrat mengalahkan akal
mereka. Mengenaskan, saat mendengar pengakuan seoarng PSK bahwa ia tak
jarang melayani para remaja ingusan yang umurnya masih belasan tahun.

Ladang perselingkuhan, ladang kemaksiatan, begitu orang mengutuk


tempat ini. walau ada yang mengatakan pembatuan lebih baik ada, agar para PSK
terkumpul pada satu lokasi, tidak menyebar di semua kawasan. Tapi toh,
keberadaannya seperti setengah legal. Berita razia selalu bocor terlebih dahulu.
Pemerintah seakan tutup mata dari permasalahan sosial ini. Belum mampu
memberikan solusi akan lapangan pekerjaan bagi mereka. Kini pembatuan
tetaplah menjadi dirinya, sebuah kampung kecil, dengan wanita nakalnya, dengan
warganya, dengan masyarakatnya. Dan dengan anak-anaknya, yang mungkin
kelak akan menjadi seperti kampungnya, atau akan menyelamatkan kampungnya.

PEMBAHASAN
Kemajuan zaman sangatlah pesat disemua sektor kehidupan dan ini akan
mengalami kemajuan dan tiada hentinya penemuan dan inovasi kehidupan akan
bertambah maju. Dan ini menjadikan manusia serba bisa melakukan apa saja yang
dikehendaki baik secara hati nurani maupun tidak sehingga kehidupan akan terasa
bebas tanpa adanya factor pertimbangan moral yang biasa dipakai. Semakin kita
lengah maka akan semakin ketinggalan dan apabila kita tidak bisa memfilter
semua aktifitas baik yang positif maupun yang negatif alamat akan menjadi
korban dari kemajuan tersebut, apabila kita tidak bisa mengimbangi kehidupan
yang modern ini secara berkeseimbangan maka alamat kita akan hancur, mungkin
ketertinggalan baik dari segi perekonomian, pendidikan dan sosial budaya lainnya.
Oleh karena terlalu bebas sehingga orang tidak mau memakai prinsip dan
menempuh jalur pendidikan secara formal dan informal sehingga akhlak dan
moral dari masyarakat jatuh dan bobrok ke hal yang negative sebagai pelarian dan

kesenangan yang membawa sengsara seperti pemakaian psikotropika, psk dan lain
lain. Penggunaan narkoba yang tidak sesuai dengan ketentuan disebut
penyalahgunaan narkoba. Sungguh memprihatinkan penyalahgunaan narkoba ini
mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba akan terjadi disorientasi emosi,
kemauan, maupun disorientasi kordinasi psiko motoriknya. Penyalahgunaan
narkoba umumnya terjadi di daerah perkotaan dan sangat rentan terjadi pada
kalangan para pekerja seks komersial atau penjaja kepuasaan sesaat, para PSK
seringkali terjerumus dan menjadi pecandu barang haram ini.
Masalah klasik trio Maut, yaitu terlibat narkoba, seks bebas dan menderita
HIV/AIDS. Ketiga hal ini saling berkaitan dan saling melengkapi. Biasanya orang
yang terlibat narkoba adalah sangat lumrah dan terbiasa melakukan seks bebas,
serta terjangkit HIV/AIDS. Demikian juga orang yang menjalani seks bebas, akan
dengan mudah kita temui menggunakan narkoba dan akhirnya menderita
HIV/AIDS.

Para pemakai narkoba kebanyakan bermula dari merokok.

Kemudian mencari sensasi lain dengan mencoba dan mengikuti jejak teman yang
menggunakan narkoba.
Narkoba banyak digunakan orang iseng untuk mempengaruhi dan
menjerumuskan remaja agar mau diajak berhubungan seks. Ada beberapa jenis
narkoba yang memiliki efek meningkatkan mood dan gairah sehingga banyak
remaja putri yang terpengaruh dan mau saja saat diajak berhubungan seks. Jadi
menghindari berpacaran dengan orang iseng merupakan tindakan tepat kalau kita
tidak mau dijerumuskan olehnya.
Pengenalan akan bahaya seks bebas sangat penting untuk anak muda agar
senantiasa berhati-hati. Seks bebas membawa dampak luar biasa buruk untuk
kesehatan, psikologis dan masa depan pelakunya. Padahal bila kita memegang
prinsip seks adalah sakral dan hanya bisa dilakukan orang yang telah terikat
pernikahan. Kita dapat menemukan kebahagiaan dan orang yang tepat untuk
mendampingi kita seumur hidup.

Perilaku ini sangat beresiko menggiring pelakunya untuk hamil diluar


nikah dan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, sifilis, kencing nanah,
bahkan berakhir kepada kemandulan. Jadi sudah siapkah kita untuk menanggung
semua resiko itu? Siapkah kita untuk mandul akibat komplikasi penyakit menular
seksual? Kemandulan yang menghilangkan kesempatan memiliki anak? Anak
yang nantinya akan menjaga kita saat kita tua? Ataukah kita siap untuk menikah
dini dengan segala resikonya?Resiko untuk memiliki keluarga yang tidak bahagia,
karena kehamilan terjadinya tidak diinginkan dan keduanya belum memiliki
kemampuan untuk membina rumah tangga.

Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama
yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan
penggunaan narkoba melalui suntikan. Di banyak negara maju, terdapat
penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang
berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikapsikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan
antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan
terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.
HIV

dan

AIDS

memperlambat

pertumbuhan

ekonomi

dengan

menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital).[5]

Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara
berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak
hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang
memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan
hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah
meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya
yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan
menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan.
Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan
pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan
berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit
atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang
meningkat juga akan melemahkan mekanisme menghasilkan human capital dan
investasi pada masyarakat, yaitu karena hilangnya pendapatan dan meninggalnya
para orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa
muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik seperti
pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan AIDS. Ini
memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan
ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin
terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit,
pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta
perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika
peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya
tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk
menangani para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan
meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya
pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek

pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan


penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan bahwa rumah tanggal
dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk
perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba
untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk
mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola,
sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan
jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang
membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan
dan program penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat
gratis di sejumlah kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman.
Banyak negara telah melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian
perlengkapan penyuntikan dari apotek tanpa perlu resep dokter.

Menurut penulis, pekerja seks komersial (PSK) merupakan profesi yang


menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual para pelanggan dengan
mengandalkan tubuhnya untuk laki-laki, baik itu tua maupum muda demi
mendapatkan uang. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang
negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap
sebagai sampah masyarakat. Krisis ekonomi yang berdampak dinegara kita

Indonesia, secara jelas berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.


Krisis ini sudah tentu mengakibatkan turunnya pendapatan nyata masyarakat yang
diakibatkan antara lain oleh hilangnya kesempatan kerja dan kurangnya lapangan
pekerjaan. Dengan adanya krisis ekonomi ini maka dapat meningkatkan jumlah
pekerja seks komersial (PSK). Terlebih lagi di era penuh kemajuan seperti sekarang
ini, tentunya sangat beragam macam jenis pekerjaan yang kita kenal. Dan hampir
semua jenis pekerjaan mempunyai semangat mendapatkan imbalan, baik imbalan
materi maupun immateri dan ada yang mengharapkan imbalan dari keduanya.
Pekerja seks komersial adalah bagian dari penyakit sosial yaitu kemiskinan
dan juga merupakan masalah moralitas. Dimana solusi bagi PSK adalah memang
dengan menyadarkan untuk tidak lagi bekerja sebagai PSK akan tetapi bekerja di
bidang pekerjaan lain. Bahkan masalah lokalisasi bagi para pekerja seks inipun
sesungguhnya bukan solusi satu-satunya. Meskipun ide lokalisasi bukan ide yang
berdiri sendiri, namun ia sangat terkait dengan bisnis yang tentunya akan melibatkan
banyak orang selain pekerja seks itu sendiri. Karena bagaimanapun juga sebagai
sebuah pekerjaan yang jelas menghasilkan upah, pekerja seks jelas masuk sebagai
pekerjaan. Namun di sisi lain, pekerjaan ini memang sangat dilarang oleh agama,
khususnya agama islam. dan dengan masalah yang juga membahayakan si pekerjanya
seperti kekerasan, penindasan, pelecehan bahkan penyakit menular yang
mengundang maut.
Menghapuskan sama sekali kegiatan para PSK seperti misalnya rencana
penutupan lokalisasi atau operasi penertiban tampaknya tidak mungkin. Justru ini
akan menimbulkan dampak lain dan tidak menyelesaikan masalah. Barangkali yang
paling mungkin adalah tindakan agar dampak negatif yang ditimbulkannya tidak
meluas ke masyarakat, misalnya dampak kesehatan yaitu munculnya Penyakit M
enular Seksualitas (PMS) termasuk HIV- AIDS dicegah melalui penggunaan kondom
walaupun agak sulit, karena umumnya para PSK tidak mau menggunakan kondom
alasannya yang diutarakan mereka karena akan mengurangi kenikmatan dan keyakinan
bahwa pelanggan yang sudah kenal dengan PSK tidak perlu menggunakan kondom

untuk menghindari PMS dan HIV-AIDS. Selain itu, Alasan utama bagi PSK dalam
melakukan hubungan seks tanpa menggunakan kondom adalah keyakinan bahwa orang
Indonesia asli dan pelanggan yang kelihatan sehat dan tidak akan menularkan PMS.
Untuk itu perlu dipahami latar belakang dan motivasi mereka menjadi PSK.
Disinilah peran tenaga kesehatan khususnya kita sebagai bidan sangat dibutuhkan.
Dimana kita sebagai seorang bidan dapat memberikan penyuluhan tentang perlunya
penggunaan kondom agar dapat menghindar dari penyakit menular seksual, kemudian
juga memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS
dan obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang. Selain itu, belajar
mendalami agama dan untuk pemerintah agar berusaha menyediakan lapangan
pekerjaan buat PSK agar mereka bisa berganti profesi.
Di awal-awal epidemi penanggulangan HIV dan AIDS hanya bertumpu
pada penyuluhan secara umum. Celakanya, materi penyuluhan dibalut dengan
norma, moral dan agama sehingga yang muncul hanya mitos (anggapan yang
salah) tentang HIV dan AIDS. Perkembangan epidemi HIV kemudian mendorong
perubahan paradigma dalam penanggulangan HIV dan AIDS secara global. Di
tingkat nasional dan lokal pun penanggulangan HIV dan AIDS mulai bergeser dari
sekedar penyuluhan ke pendampingan sampai akhirnya kepada perlindungan
hukum dan meningkatkan kehidupan Odha (Orang dengan HIV/AIDS).
Program harm reduction merupakan salah satu bentuk yang revolusioner,
tapi tetap saja ditentang segelintir orang yang tidak melihat program ini dengan
perspektif kesehatan masyarakat. Yang kontra menyebut bahwa subsitusi
methadon hanya memindahkan bentuk ketergantungan. Padahal, dengan subsitusi
ini mereka tidak lagi memakai jarum suntik sehingga risiko penyebaran HIV bisa
ditekan. Jika pengguna narkoba tetap memakai jarum suntik secara bergantian
maka risiko penyebaran HIV di kalangan mereka tetap tinggi. Pada gilirannya
pengguna narkoba yang tertular HIV akan menjadi mata rantai penyebaran HIV
ke masyarakat. Inilah yang tidak dilihat kalangan yang kontra terhadap harm
reduction karena mereka melihatnya dengan sudut pandang moral.

Hal yang gawat sekarang adalah penularan HIV melalui jalur hubungan
seksual. Tapi, penanggulangan pada jalur ini banyak sekali tantangannya, seperti
aspek teknologi, lingkungan dan sosial. Tantangan aspek teknologi yaitu
pencegahan penularan HIV melalui hubungan seks dengan memakai kondom.
Padahal, kondom ditentang habis-habisan oleh berbagai kalangan. Berbeda
dengan penanggulangan di kalangan pengguna narkoba yang tidak mendapat
penolakan dari masyarakat luas. Sedangkan dari aspek lingkungan sosial
penanggulangan epidemi HIV justru mendapat tantangan yang kuat, terutama
terkait dengan lokalisasi pelacuran dan sosialisasi kondom.
Karena jalur seksual merupakan faktor risiko penularan yang akan
mendorong penyebaran HIV secara horizontal maka diperlukan upaya yang
konkret untuk memutus mata rantai penyebaran HIV melalui jalur seksual.
Pencegahan melalui jalur seksual adalah penggunaan kondom pada setiap
hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, yang dilakukan dengan pasangan yang
berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan. Ini
yang disebut sebagai perilaku berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV.
Secara rutin pekerja seks komersial di lokalisasi dan rumah bordir
menjalani tes IMS (infeksi menular seksual, seperti GO, sifilis, dll.). Jika ada
pekerja seks komersial (PSK) yang terdeteksi mengidap IMS maka pengelola
(germo) akan diberikan peringatan secara bertahap sampai pada penutupan usaha.
Beberapa daerah menelurkan peraturan daerah (Perda) yang mengharuskan
pemakaian kondom. Celakanya, ada Perda lain yang justru melarang pelacuran.
Ini ambiguitas yang menunjukkan kemunafikan. Karena tidak ada lokalisasi atau
rumah bordir tentulah tidak bisa dilakukan tes rutin terhadap PSK. Maka, langkah
yang ditempuh dalam Perda-perda itu pun bagaikan menggantang asap
(pekerjaan yang sia-sia). Jangankan program kondom 100 persen, kegiatan
membawa PSK ke klinik setiap minggu pun dikatakan ebagai pelindung PSK
padahal ini merupakan upaya memutus mata rantai penyebaran IMS, termasuk
HIV, ke populasi melalui laki-laki yang menjadi palanggan PSK. Soalnya, lakilaki hidung belang itu bisa saja sebagai suami sehingga menjadi jembatan
penyebaran IMS dan HIV atau dua-duanya sekaligus dari PSK ke masyarakat.

Tapi, berbagai kalangan mulai dari organisasi masyarakat, agama, dan adat
serta jajaran pemerintah justru tidak mengakui ada (praktek) pelacuran di
daerahnya dengan alasan sudah tidak ada lokasi dan lokalisasi pelacuran. Biar pun
tidak ada lokasi atau lokalisasi pelacuran tetap saja ada praktek pelacuran
sehingga cara-cara yang dilakukan Prof Wirawan merupakan salah satu cara yang
efektif untuk memutus mata rantai penyebaran IMS dan HIV.
Penanggulangan HIV dan AIDS di kalangan pengguna narkoba suntikan
dan PSK sering terbentur dengan masalah hukum yang pada gilirannya juga
tersandung pada masalah hak asasi manusia (HAM). Perlakuan yang tidak adil
(diskriminasi) dan cap buruk (stigmatisasi) sering dialami Odha. Kondisi ini
memperburuk upaya penanggulangan epidemi HIV karena banyak orang yang
takut menjalani tes HIV sukarela. Selain itu ada pula yang sudah terdeteksi tapi
tidak melanjutkan pengobatan. PSK selalu menjadi kambing hitam penyebaran
HIV tanpa memperhitungkan laki-laki yang sudah menularkan HIV kepada PSK
dan laki-laki yang kemudian tertular HIV dari PSK. Ini menyuburkan stigma
terhadap PSK yang pada gilirannya mengaburkan fakta empiris tentang
penyebaran HIV karena laki-laki penular luput dari stigma. Pekerjaan PSK yang
ilegal juga membuat posisi mereka terpojok karena bisa menjadi objek hukum
dalam bentuk kriminalisasi dan pemerasan.
Untuk itulah dalam penanggulangan epidemi HIV diperlukan cara-cara
yang lebih komprehensif. Antara lain dengan intervensi struktural seperti yang
dilakukan di Thailand dan Kamboja. Namun, hal ini tidak mudah karena
menyangkut norma, moral dan agama yang selama ini dibenturkan ke sosialisasi
kondom. Tentu saja ini mengharapkan komitmen pemimpin di pusat dan daerah.
Yang terjadi selama ini komitmen muncul kalau kasus sudah banyak yang
terdeteksi. Itu pun hanya sebentar karena akan muncul lagi isu lain yang
menenggelamkan isu seputar HIV dan AIDS. Program-program penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesai diharapkan bisa mengerem laju epidemi HIV, seperti
halnya pada pengguna narkoba dengan suntikan. Prevalensi HIV melalui
hubungan seksual akan terus naik sehingga diperlukan intervensi penanggulangan

yang komprehensif. Ini tentu saja akan berhadapan dengan isu moral sehingga
memerlukan komitmen yang tinggi di semua kalangan. Tapi, inilah tantangan
yang harus kita hadapi.

BAB III
KESIMPULAN
HIV/AIDS. Narkotika, dan Wanita Tuna Susila (WTS) atau PSK merupakan
contoh diantara sekian banyak masalah sosial yang dapat menganggu terciptanya
kesejahteraaan sosial. Ketiga contoh masalah sosial tersebut merupakan perbuatan
yang dianggap melanggar norma-norma masyarakat maupun agama. Dampak dari
ketiga contoh masalah sosial tersebut pun sangat besar bagi masyarakat maka
perlu dilakukan upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut.
Upaya penanggulangan yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial
tersebut terdapat pula peran pekerjaan sosial dalam mengatasinya. Pekerja sosial
ikut serta dalam menangani masalah-masalah sosial namun perlu juga dukungan

dari pihak-pihak lain sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi secara


menyeluruh .

BAB IV
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya

masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau


referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
khususnya bagi pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai