Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LANDASAN TEORI

A. MEDIS
1. Pengertian
Human Immune Deficiency virus adalah virus penyebab Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLVIII (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy
Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan
bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA)
dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA) (Price & Wilson, 1995).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala
penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi HIV (Samsuridjal Djauzi, 2004).
Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS
ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang
tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah
200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain
yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, wasting
syndrome, atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun),
kanker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi
dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi (misalnya, TB)
(Doengoes, 2000).

2. Anatomi Fisiologi
a. Kelenjar Timus
Timus adalah sebuah organ berlobus dua
yang terletak di mediastinum anterior dan di
Gambar I
Sistem Kekebalan Tubuh

atas jantung. Saat lahir, berat timus adalah 10


sampai 15 gram dan meningkat ukurannya
sampai maksimum pada saat pubertas, saat
beratnya sampai sebesar 40 gram. Selama

masa dewasa dan usia lanjut, timus mengalami involusi sampai beratnya kurang
dari 15% ukuran saat pubertas. Timus adalah organ yang memiliki banyak
pembuluh darah dan pembuluh limfatik yang mengalirkan isinya ke kelenjarkelenjar gatah bening mediastinum. Timus memiliki korteks di sebelah luar dan
medula di sebelah dalam. Korteks mengandung banyak timosit (limfosit T yang
ditemukan di timus), sedangkan medula lebih jarang terisi oleh sel. Badan Hassall,
yaitu kelompok-kelompok sel epitel yang
tersusun rapat yang mungkin merupakan
tempat degenerasi sel, ditemukan di medula.
Timosit adalah limfosit T yang datang dari
sumsum tulang melalui aliran darah dan
berada
Gambar II Limfosit T

dalam

berbagai

stadium

perkembangan.

b. Limpa
Unsur menakjubkan lain-nya dari sistem pertahanan kita adalah limpa.
Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang
baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu
mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang dilaksanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menyingkapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah
yang membuatnya sangat menakjubkan.
Tugas limpa, seperti berkontribusi pada produksi sel, fagositosis,
perlindungan sel darah merah, dan pembangunan kekebalan, sangat pen2

ting sekaligus sulit. Tentu saja, limpa juga hanya segumpal daging, sama
seperti organ-organ lainnya. Namun ia menunjukkan kinerja dan tingkat
kecerdasan tak terduga dari sekadar segumpal daging. Ia mengorganisasikan segalanya, tidak membiarkan terjadinya masalah, dan juga beker-ja
tanpa istirahat. Sesungguhnya limpa bekerja untuk manusia dengan sangat
giat sejak manusia lahir, dan akan terus-menerus seperti itu selama masih
dikehendaki demikian oleh Allah.
c. Sumsum Tulang

Gambar III Sumsum Tulang (Syaifuddin. 2009)


Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea) adalah
jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Ada dua jenis
sumsum tulang: sumsum merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid)
dan sumsum kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar
sel darah putih dihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning
menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak
yang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang tersebut
mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.
Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring
dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum
kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang
3

sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan


terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak,
tulang rusuk, tulang punggung, tulang belikat, dan pada bagian lunak di
ujung tulang panjang femur dan humerus. Sumsum kuning ditemukan pada
rongga interior bagian tengah tulang panjang.
Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak,
sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk
meningkatkan produksi sel darah.
d. Sel yang Bertugas dalam Sistem
1) Makrofag
Makrofag adalah sel kecil yang tak terlihat oleh mata telanjang.
Mereka tidak memiliki kapasitas untuk berpikir. Mereka adalah
makhluk hidup yang hanya menuruti perintah yang lebih tinggi;
mereka hanya melaksanakan tugas
Transfer Informasi
Fungsi menakjubkan lainnya dari makrofag adalah dalam hal
menyuplai limfosit yaitu sel B dan sel T dengan informasi mengenai
musuh. Sel B dan sel T inilah pahlawan sejati di dalam sistem
pertahanan. Setelah fagositosis antigen, sel yang membawa antigen
berjalan ke nodus limfa (jaringan limfatik) melalui saluran limfatik.
a) Limfosit
(1) Limfosit B
Fungsi utama dari sel-sel B yaitu sebagai imunitas atau
antibody humoral. Setiap sel B dapat mengenali target antigen
spesifik dan mampu mensekresikan antibodi spesifik. Saat
terjadi respon imun, limfosit B akan melalui 2 proses yaitu
respon imun primer dan respon imun sekunder.
Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka
limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan
beberapa sel limfosit B. Semua limfosit B segera melepaskan
4

antibodi dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan


antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup
untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang
terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori.
Inilah proses respon imun primer.
Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali,
Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel
Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan
antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin
untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B
dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari
sebelumnya. Hal ini menyebabkan respon imun sekunder jauh
lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang
sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia
akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena
limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati.
Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak
memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika
tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu
yang sangat lama, maka limfosit B bisa saja mati, dan individu
yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa
sakit lagi jika patogen itu menyerang, maka seluruh proses
respon imun harus diulang dari awal.
(2) Limfosit T
Limfosit T atau sel T memiliki dua fungsi utama : regulasi
system imun dan membunuh sel-sel yang membawa target
antigen spesifik. Setiap sel T memiliki penanda permukaan,
seperti CD4+, CD8+, dan CD3+, yang membedakan antar sel.
Sel CD4+ merupakan sel pembantu yang mengaktivasi sel B,
5

killer cells, dan makrofag saat ada antigen spesifik. Sel CD8+
membunuh sel yang terinfeksi virus atau bakteri, juga sel-sel
kanker. Sel T mampu menghasilkan sitokin (zat kimia yang
dapat membunuh sel) seperti interferon. Sitokin dapat
berikatan dengan sel-sel target dan mengaktifkan proses
inflamasi. Sitokin juga meningkatkan pertumbuhan sel,
mengaktivasi

fagosit

dan

menghancurkan

sel

target.

Interleukin merupakan jenis sitokin yang berperan sebagai


pembawa pesan antar sel darah putih. Interleukin rekombinan
(sintetis) saat ini sedang dipelajari dalam uji klinis untuk
pasien terinfeksi HIV. Selain itu, limfosit T berperan penting
sebagai respon selular.
Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh
kemudian dimakan oleh suatu sel, biasanya neutrofil, maka
patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada permukaan
sel tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon
imun akan dimulai jika sel ini bertemu dengan limfosit T yang
sedang berpatroli dengan mengeluarkan IL-1 sehingga limfosit
T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya.
Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya cocok
pada salah satu antigen saja. Jika antibodi dan antigennya
cocok, maka limfosit T-Helper yang mengetahui bahwa sel ini
sudah

terkena

antigen

mempunyai

pilihan

untuk

menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama,


Limfosit T pembantu akan lepas dari sel yang diserang dan
menghasilkan senyawa baru disebut IL-2, yang berfungsi
untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik.
Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun
yang akan membunuh sel yang terkena penyakit tersebut.
Kedua, Limfosit T-Helper bisa saja mengeluarkan senyawa
bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga
isinya keluar dan mati.

b) Antibodi
Dasar-dasar Antibodi
Sistem kekebalan tubuh sendiri diartikan

sebagai semua

mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk menangkal pengaruh


faktor atau zat yang berasal dari lingkungan, yang asing bagi
tubuh kita. Secara garis besar, sistem kekebalan tubuh kita dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sistem kekebalan alami (innate
immunity) dan sistem kekebalan dapatan (acquired immunity)
yang keduanya saling bekerja sama menangkal zat asing dari luar
tubuh yang tentu apabila dibiarkan akan berbahaya bagi tubuh. Di
dalam sistem ini, peranan senyawa kimia tidak bisa dipandang
sebelah mata, bahkan cukup luas dan beragam dengan mekanisme
kerja yang unik.
Salah satu senyawa kimia yang berperan penting dalam kekebalan
tubuh dapatan adalah antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang
dihasilkan oleh suatu sel dalam tubuh kita (dinamakan sel limfosit
B dan termasuk ke dalam kelompok sel darah putih) sebagai
respon terhadap adanya antigen (antigen adalah senyawa kimia
atau zat asing atau mikroba yang tidak dikehendaki tubuh karena
berbahaya yang mampu membangkitkan respon kekebalan pada
tubuh kita) yang masuk dalam tubuh. Antibodi mempunyai ciri
khas, yaitu spesifik terhadap jenis tertentu dari antigen. Ribuan
atau jutaan jenis antigen yang masuk akan merangsang
dibentuknya ribuan atau jutaan jenis antibodi pula. Setiap detik
sekitar 2000 molekul antibodi diproduksi oleh sel limfosit B. Salah
satu contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit
kita terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah
ini merupakan sel darah putih penghasil antibodi yang mati setelah
berperang melawan antigen.
Antibodi diproduksi sesudah host diinjeksi dengan antigen.
Respon antibodi merupakan puncak dari serangkaian interaksi

antara makrofag, sel T, sel B terhadap hadirnya antigen asing.


Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis
antigen

oleh

makrofag

atau

sel

lain

dalam

system

retikuloendotelial yang meliputi sel-sel Langerhans di kulit, sel


dendritik pada spleen dan lymph node, serta monosit dalam darah.
Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya digolongkan
sebagai antigen-presenting cells (APC). Produksi antibodi diawali
dengan melakukan injeksi atau imunisasi pada host atau hewan
coba. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu
penanganan dan pemilihan hewan coba, cara injeksi, sifat dan
dosis antigen.
Pengelompokan Antibodi
Sebelumnya telah kita sebutkan bahwa antibodi adalah sejenis
protein. Protein-protein yang berfungsi untuk melindungi tubuh
lewat proses kekebalan ini dinamakan "imuno globulin", disingkat
"ig". Protein paling khas pada sistem pertahanan, molekul imuno
globulin mengikatkan diri pada antigen untuk menginformasikan
kepada sel-sel kekebalan lainnya tentang keberadaan antigen
tersebut atau untuk memulai reaksi berantai perang penghancuran.
(1) IgG
IgG (Imuno globulin G): IgG merupakan antibodi yang paling
umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia
memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat
pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka mengikuti
aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya
begitu terdeteksi. Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri
dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap
bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung
dalam racun.

Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan


menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk
ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta
ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta
ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi.
(2) IgA
IgA (Imuno globulin A): Antibodi ini terdapat pada daerah
peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air liur,
ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan
sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung
dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai
media lembap seperti itu.
Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami
bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka
menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara
andal yang ditempatkan untuk melindungi daerah kritis.
Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat
dalam kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak akan
meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya.
Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya,
karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru
lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan
melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba.

(3) IgM
IgM (Imuno globulin M): Antibodi ini terdapat pada darah,
getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat organisme
tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan
antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh.

Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur


kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin
terinfeksi

kuman

penyakit,

produksi

IgM

janin

akan

meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi


atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
(4) IgD
IgD (Imuno globulin D): IgD juga terdapat dalam darah, getah
bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk
bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap
antigen.
(5) IgE
IgE (Imuno globulin E): IgE merupakan antibodi yang
beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung jawab
untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya
untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi
alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh
orang yang sedang mengalami alergi.
c. Mekanisme Kerja Antibodi
Antibodi

bekerja

terutama

melalui

dua

cara

untuk

mempertahankan tubuh terhadap agen penyebab penyakit : (1)


dengan langsung menyerang penyebab penyakit tersebut dan (2)
dengan mengaktifkan sistem komplemen yang kemudian dengan
berbagai cara yang dimilikinya akan merusak penyebab penyakit
tersebut.
Kerja Langsung Antibodi Terhadap Agen Penyebab Penyakit.
Akibat sifat bivalen dari antibodi dan banyaknya tempat antigen
pada sebagian besar agen penyabab penyakitr, maka antibodi
dapat mematikan aktivitas agen penyebab penyakit tersebut
dengan salah satu cara berikut :

10

1) Aglutinasi, di mana berbagai partikel besar dengan antigen


pada permukaannya, seperti bakteri atau sel darah merah,
terikat bersama-sama menjadi satu kelompok
2) Presipitasi, dimana kompleks molekular dariantigen yang
larut (misalnya racun tetanus) dan antibodimenjadi begitu
besar sehingga berubah menjaditak larut dan membentuk
presipitat.
3) Netralisasi, di mana antibodimenutupi tempat-tempat yang
toksik dari agen yang bersifat antigenik.
4) Lisis di mana beberapa antibodi yang sangat kuat kadang
kadang mampu langsung menyerang membran sel agen
penyebab penyakit sehingga menyebabkan sel tersebut sobek.
Dalam keadaan normal, kerja antibodi yang langsung
menyerang penyebab penyakit yang bersifat antigenik
mungkin

tak

cukup

kuat

untuk

berperan

dalam

mempertahankan tubuh terhadap penyebab penyakit tersebut.


Lebanyakan sifat pertahanan diddapat melalui efek penguatan
dari sistem komplemen.
(Syaifuddin. 2009)
3. Epidemologi
Di Indonesia, jumlah pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan 1
Januari s.d. 30 September 2007 adalah 674 HIV dan 2190 AIDS. Kasus
HIV/AIDS di Malang tercatat 412 penderita. Jumlah penderita HIV di Kota
Malang selama dua bulan terakhir bertambah 14 orang lagi, sehingga total
dalam lima tahun terakhir mencapai 360 orang. Sedangkan penderita se
Malang Raya yang meliputi Kab Malang ( 46 orang), Kota Malang (360 orang)
dan kota Batu (12). Semuanya mencapai 412 orang (Hr. Suara Pembaruan
21/3/06).
(Wikipedia. 2013)
4. Klasifikasi
a. Stadium 1 : Periode Jendela
11

1) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap


HIV dalam darah
2) Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat
3) Test HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus ini
4) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 1-6 bulan.
b. Stadium 2 : HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
1) HIV berkembang biak dalam tubuh
2) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan
merasa sehat
3) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibodi terhadap HIV
4) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya
tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih
pendek).
c. Stadium 3 : HIV Positif (muncul gejala)
1) Sistem kekebalan tubuh semakin turun
2) Mulai muncul gejala infeksi opportunistik, misalnya: pembengkakan
kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
3) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya
tahan tubuhnya
d. Stadium 4 : AIDS
1) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
2) Berbagai penyakit lain (infeksi opportunistik) semakin parah
3) Wasting (kehilangan berat badan secara drastis)
4) Diare kronis.
(Price & Wilson. 1995)
5. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus
dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru
yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen

12

dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut


HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
f. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena.
c. Partner seks dari penderita AIDS.
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
(Price & Wilson. 1995)

6. Patofisiologi
Kontak langsung (membran/aliran darah) dengan cairan tubuh yang mengandung HIV
HIV berikatan dengan CD4+
Sel T4 terinfeksi dan ikut dalam cairan tubuh

13

Banyak CD4+ yang terinfeksi

infeks
i

Fungsi sel T4
Mengaktifasi respon imun

Sel T4 terinfeksi diaktifkan

Sel killer penjamu


mengeliminas virus dan
sel yang terinfeksi

Jumlah sel T4
Sistem imun seluler melemah (imunosupresi)
Patogen mudah masuk ke dalam tubuh
Virus berpoliferasi

Respirasi

Infeksi yang parah pada neurologik, sistem respirasi,


sistem GI, hepar, dan sistem integumen

menginfeksi
sel-sel otak
Mengaktivasi responHIV
imun
SISTEM RESPIRASI
Neurologik
Memicu
ISPA toksin dan limfokin
++HIV
Fungsi
neurotransmitter
tergangggu
Flu
bertambah
berat
Bersihan Jalan Nafas
Penurunan progresif
fungsi
dan
motorik
Produksipada
mukus
>> kognitif, perilaku,
Tak
Efektif
Ketidakefektifan
Jalan
nafas terhambatkoping individu
Fungsi
02 supply
sel T4

RR HR
Pemakaian energi >>
Malaise

14
Intolerant Activity

Gastrointestinal
Masuknya mikroorganisme

Infeksi di intestinum

Tidak optimalnya absorpsi air dan sari makanan

diare

Saraf simpatis aktif

Diare bertambah berat

Pengeluaran cairan

merangsang baroreseptor

Saraf parasimpatis

tidak optimalnya peristaltic

Tidak terkontrol

penyerapan sari makanan

Defisit cairan

tidak seimbangnya kebutuhan


dan suplai nutrisi

Kekurangan
volume cairan

peristaltic

makanan tertahan
di usus dan lambung

mual dan muntah


Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan

dehidrasi

Gangguan membrane
mukosa mulut
sekresi keringat

Gangguan intake
nutrisi

15
mengaktivasi kelenjar keringat

Hepar

Hati terinfeksi

++ HIV

Kerja hepar tidak optimal

Fagositosis SDM

Kemampuan memproduksi Fibrin

Banyak SDM yang tidak produktif

Pengangkutan 02

Pengangkutan nutrisi
Risiko
Cedera

02 supply
RR

Proses penyembuhan melambat

HR

Pemakaian energi >>

malaise

Intoleran
activity

16

GI

Integumen
Integumen terinfeksi
++ HIV
Rentan terinfeksi

Diare

gangguan kulit

Penurunan
berat badan

Perubahan citra tubuh

Harga diri rendah

Isolasi sosial

(id.shvoong.com)

17

7. Tanda dan Gejala


Manifetasi klinis yang muncul sesuai dengan tahap-tahap perkembangan virus
HIV. Gejala ini, sesuai dengan menurunnya tingkat CD4 di peredaran darah
perifer dan Makin melemahnya tingkat imunitas tubuh. Penyakit di timbulkan
akan lebih sulit diatasi jika sebelumnya penderita tersebut dan diperparah oleh
HIV.
Stadium perkembangan virus ada 5 fase yaitu:
a. Periode jendela
Berlangsung selama 4 minggu-6 bulan setelah infeksi, tidak terdapat
gejala, hasil rapid test (-).
b. Fase infeksi primer akut
Berlangsung selama 1-2 minggu dengan gejala seperti flu. Hasil rapod test
(-).
c. Infeksi Asimptomatik
Berlangsung selama 1-15 tahun/ lebih dengan tidak ada gejala. Hasil rapid
test (+).
d. Supresi Imun simptomatik
Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB turun,
diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
e. Periode AIDS
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
ditegakkan.Sedangkan dari kriteria mayor dan minor, manifestasi HIV
adalah sebagai berikut:
Gejala mayor :
a.

Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.

b.

Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

c.

Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.

d.

Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.

e.

Demensia/ensefalopati HIV.

18

Gejala minor:
a.

Batuk menetap lebih dari 1 bulan.

b.

Dermatitis generalisata yang gatal.

c.

Herpes Zoster multisegmental dan atau berulang.

d.

Kandidiasis orofaringeal.

e.

Herpes simpleks kronis progresif.

f.

Limfadenopati generalisata.

g.

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.


(Price & Wilson. 1995)

Tanda dan Gejala menurut WHO :


a. Stadium Klinis I :
1) Asimtomatik (tanpa gejala)
2) Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe
seluruh tubuh)
3) Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.
b. Stadium Klinis II :
1) Berat badan berkurang < 10%
2) Manifestasi mukokutaneus ringan (kelainan selaput lendir dan kulit) :
gatal-gatal, jamur, sariawan pada sudut mulut
3) Herpes zoster
4) Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang
5) Skala Penampilan 2 : simtomatik, aktivitas normal.
c. Stadium Klinis III :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Berat badan turun > 10%


Diare berkepanjangan > 1 bulan
Jamur pada mulut
TB Paru
Infeksi bakterial berat
Skala Penampilan 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring

d. Stadium Klinis IV :
1)
2)
3)
4)
5)

Kelemahan
Jamur pada mulut dan kerongkongan
Radang paru-paru (PCP), TB Ekstra Paru
Radang saluran pencernaan (Diare kriptosporidiosis > 1 bulan)
Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
19

6) Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)


7) Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1
bulan terakhir.
(Wikipedia. 2013)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Serologis
1) Rapid test dengan menggunakan reagen SD HIV, Determent, dan
Oncoprobe. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan pengamatan
visual. Klien dinyatakan positif HIV apabila hasil dari ketiga tes
tersebut reaktif. Tes ini paling sering digunakan karena paling efektif
dan efisien waktu.
2) ELISA
The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) mengidentifikasi
antibodi yang secara spesifik ditunjukkan kepada virus HIV. Tes ELISA
tidak menegakkan diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan
seseorang pernah terinfeksi oleh HIV. Orang yang darahnya
mengandung antibodi untuk HIV disebut dengan orang yang
seropositif.
3) Western blot
Digunakan untuk

memastikan

seropositivitas

seperti

yang

teridentifikasi lewat ELISA.


4) PCR (Polymerase Chain Reaction)
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
5) P24 ( Protein Pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi.
b. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun:
1) Limfosit
Penurunan limfosit plasma <1200.
2) Leukosit
Hasil yang didapatkan bisa normal atau menurun.
3) CD4 menurun <200
4) Rasio CD4/CD8

20

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel
helper

( CD8 ke CD4 ) mengindikasikan supresi imun.

5) Albumin
(Price & Wilson. 1995)
9. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.


b. Neurologik
1) Kompleks

dimensia

AIDS

karena

serangan

langsung

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan


kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).

c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.

21

3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi


perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
1) Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi opportunistik pada AIDS merupakan
infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit
bernafas dalam dan demam.
2) Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru
tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab
kematian pada 30% penderita AIDS.
3) Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
4) Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat
menyebar ke organ lain diluar paru.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies, dan dekubitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
(Carpenito.2000)
10. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari
dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS
dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan
dengan standar medis, tetapi dengan pengobatan alternatif atau pengobatan

22

lainnya. Obat-obat yang digunakan adalah untuk menahan penyebaran HIV


dalam tubuh tetapi tidak menghilangkan HIV dari dalam tubuh.
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik.
a. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti
HIV guna menghambat perkembang-biakan virus. Obat-obat antiretrovirus
yang diunakan adalah:
1) Golongan obat anti-HIV

pertama

adalah

nucleoside

reverse

transcriptase inhibitor atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat


golongan ini menghambat bahan genetik HIV dipakai untuk membuat
DNA dari RNA. Obat dalam golongan ini yang disetujui di AS dan
masih dibuat adalah:
a) 3TC (lamivudine)

e)

ddI (didanosine)

b) Abacavir (ABC)

f)

Emtricitabine (FTC)

c) AZT(ZDV)

g)

Tenofovir (TDF; analog nukleotida)

d) d4T (stavudine)
2) Golongan obat lain menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup HIV,
tetapi dengan cara lain. Obat ini disebut non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor atau NNRTI. Empat NNRTI disetujui di AS:
a)
b)
c)
d)

Delavirdine (DLV)
Efavirenz (EFV)
Etravirine (ETV)
Nevirapine (NVP)

23

3) Golongan ketiga ARV adalah protease inhibitor (PI). Obat golongan ini menghambat
langkah kesepuluh, yaitu virus baru dipotong menjadi potongan khusus. Sembilan PI
disetujui dan masih dibuat di AS:
a) Atazanavir (ATV)
b) Darunavir (DRV)
c) Fosamprenavir (FPV)
d) Indinavir (IDV)
e) Lopinavir (LPV)
f) Nelfinavir (NFV)
g) Ritonavir (RTV)
h) Saquinavir (SQV)
4) Golongan ARV keempat adalah entry inhibitor. Obat golongan ini mencegah
pemasukan HIV ke dalam sel dengan menghambat langkah kedua dari siklus
hidupnya. Dua obat golongan ini sudah disetujui di AS:
a) Enfuvirtide (T-20)
b) Maraviroc (MVC)
5) Golongan ARV terbaru adalah integrase inhibitor (INI). Obat golongan ini mencegah
pemaduan kode genetik HIV dengan kode genetik sel dengan menghambat langkah
kelima dari siklus hidupnya. Obat INI pertama adalah:
a) Raltegravir (RGV)
(Price & Wilson. 1995)
11. Pencegahan
Untuk mencegah penularan HIV/AIDS, dapat diingat menggunakan ABCDE, yang

terdiri

dari:
a. Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan (abstinansia).
b. Be faithful, yaitu tetap setia pada pasangannya, untuk yang sudah menikah.
c. Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual (melindungi diri).
d. Don't do drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali.
e. Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang beresiko membuat luka dan digunakan
secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur, dll.
(Wikipedia. 2013)

Anda mungkin juga menyukai