PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetic, perilaku, pelayanan kesehatan.
Bila keempat factor tersebut terjadi suatu ketidakseimbangan, maka individu
berada dalam keadaan yang disebut dengan sakit. Anak anak merupakan golongan
yang mudah terserang penyakit, karena masih kurangnya kekebalan tubuh. Salah
satu penyakit anak yang banyak diderita dan masih termasuk masalah kesehatan
masyarakat umum adalah gastroenteritis.
Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan, diperkirakan pada setiap
tahunnya sebanyak 99.000.000 kasus di dunia (Simadibrata, 2009). Menurut hasil
survey kesehatan rumah tangga (SKRT) angka kematian akibat diare 23/100.000
penduduk dan pada balita 75/100.000 balita (Mujiyanto, 2009). Kejadian diare di
RS.Anna pada bulan januari sebanyak 36 pasien (6%) dari total 606 pasien, pada
bulan februari sebanyak 34 pasien (6%) dari total 611 pasien, pada bulan maret
sebanyak 44 pasien (7%) dari total 637 pasien. Kejadian diare di Ruang Perawatan
Lt.2B pada Januari Maret 2014 sebanyak 42 pasien (30%) dari total 142 pasien
anak. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar (Suharyono, 2009).
Gastroenteritis merupakan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.
Gastroenteritis sering terjadi pada anak-anak usia balita dimana angka kejadian
gastroenteritis merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu retrovirus.
Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah. Akibatnya klien
banyak kehilangan cairan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya
menimbulkan asidosis metabolic. Disamping itu juga
mengakibatkan klien
kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini apabila tidak
gastroenteritis di RS.Anna
Tujuan Khusus
a. Dapat
melakukan
pengkajian,
analisa
data,
merumuskan
masalah
menyusun
perencanaan
tindakan
keperawatan
anak
dengan
gastroenteritis di RS.Anna
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
D. Manfaat
1.
pelayanan
keperawatan dan
Bagi Keluarga
G. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,
2.
3.
4.
5.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1.
Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
2.
3.
laring.
Kerongkongan (Eesofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga
disebut esofagus (dari bahasa Yunani: oeso membawa, dan phagus
memakan). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
4.
Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting.
5.
6.
9.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
7
yaitu:
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat.
12. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan
dalam
pembuangan
limbah
tertentu
dari
tubuh,
terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol
B. Tumbuh Kembang Anak
1. Definisi
Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar,
jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm, inchi), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Supriasa 2001)
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
a.4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda.
a.5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
c.
3.
yang
dipengaruhi
oleh
faktor
bawaan dan
b.
lingkungan.
Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan
c.
d.
e.
f.
g.
sebagainya.
C. Gastroenteritis
1. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah (Hidayat, 2010).
Gastroenteritis merupakan pengeluaran feses yang sering, berupa cairan
abnormal, encer dan digolongkan menjadi ringan, sedang atau berat akut atau
kronis, meradang atau tidak meradang (Muscari, 2010).
Gastroenteritis diddefinisikan sebagai adanya inflamasi pada membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan pengeluaran feses yang sering yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sowden, 2009).
2. Etiologi
11
Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksius, diare
disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; Infeksi bakteri
seperti
Vibrio,
Aeromonas
dan
E.Coli,
Salmonella,
sebagainya;
Infeksi
Shigella,
parasit
Campylobacter,
Yersinia,
seperti
(Ascaris,
cacing
timbul
diare
sebaliknya
bila
peristaltik
usus
menurun
akan
PATOFLOW GASTROENTERITIS
13
4. Manifestasi Klinis
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi
e. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun
f. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
g. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul).
h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
5. Derajat Dehidrasi
Menurut Hidayat (2010), salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah
dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi adalah:
a. Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum ada
tanda-tanda syok.
b. Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, terdapat tanda-tanda
syok (nadi cepat dan dalam)
c. Dehidrasi Berat
Apabila kehilangan cairan 8- 10% dari berat badan atau rata rata 125 ml/kg
BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil,
tekanan darah menurun, pasien sangat lelah bahkan kesadaran menurun.
14
Penilaian
Lihat :
keadaan umum
Baik, sadar
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Normal
Ada
Basah
Minum
tidak haus
Gelisah, rewel*
Lesu, lunglai,
atau
tidak
sadar*
Cekung
Sangat cekung
dan kering
Tidak ada
Tidak ada
Kering
Sangat kering
biasa Haus,
ingin Malas minum
minum banyak*
atau tidak bisa
minum*
Periksa :
Turgor kulit
Kembali cepat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Kembali
lambat*
Kembali
sangat
lambat*
Dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
berat
Bila ada 1 tanda* Bila ada 1
ditambah 1 atau tanda*
lebih tanda lain
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
anak
15
Umur
Berat Badan
Total/24 jam
Kebutuhan
Cairan/Kg BB/24
3 hari
3.0
250-300
jam
80-100
10 hari
3.2
400-500
125-150
3 bulan
5.4
750-850
140-160
6bulan
7.3
950-1100
130-155
9 bulan
8.6
1100-1250
125-165
1 tahun
9.5
1150-1300
120-135
2 tahun
11.8
1350-1500
115-125
4 tahun
16.2
1600-1800
100-1100
6 tahun
20.0
1800-2000
90-100
10 tahun
28.7
2000-2500
70-85
14 tahun
45.0
2000-2700
50-60
18 tahun
54.0
2200-2700
40-50
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dikarjakan menurut Mansjoer (2009) adalah:
a.
Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut feses berwarna
pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat
seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses
berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan
produk susu. Feses berwama orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus.
Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah
bakteri. Feses seperti tepung berwama putih disebabkan karena diare yang
penyebabnya adalah virus.
Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit.
16
Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena
bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses
jika disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus (Suprianto, 2008).
b.
c.
d.
8. Komplikasi
Komplikasi utama akibat penyakit gastroenteritis ini adalah dehidrasi dan masalah
kardiovaskular akibat hipovolemia dengan derajat berat. Apabila diare itu
disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa timbul. Abses pada
saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan salmonella terutama pada
demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada saluran usus. Hal ini sangat
berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan aspirasi
dan robekan pada esofagus (Kliegman, 2009).
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Cairan
a.1. Tanpa dehidrasi
Cairan, ASI, oralit diberikan tiap BAB atau muntah dengan dosis : < 1
tahun : 50 - 100 cc, 1 5 tahun : 100 - 200 cc, 5 tahun : > 200 cc
a.2. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap bab, Bisa peroral,
NGT, parenteral.
a.3. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat
100 cc/kgBB : < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5
jam, > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam I, 70 cc/kgBB dalam 2 jam.
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
b.1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak \
jenuh)
b.2. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
17
b.3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur
lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu
makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat:
c.1. Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (Aterm, prematur, post
matur), kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang
dimakan serta imunisasi.
c.2. Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang
menolong persalinan, penyulit persalinan.
c.3. Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm,
kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan
kongenital.
c.4. Feeding
Air susu ibu
atau
formula,
umur
disapih
(2
tahun),
jadwal
penyembuhan,
19
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
f.5. Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,
peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi
encer
f.6. Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g. Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h. Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i. Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
j. Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k. Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l. Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
m. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
m.1. Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan,
mulai bisa bersepeda roda tiga.
m.2. Motorik Halus
Menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
m.3. Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah (output berlebihan).
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat.
20
b.
c.
Intervensi
a.
b.
c.
d.
Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret)
21
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang
e.
f.
b.
c.
d.
Intervensi
a.
b.
c.
d.
e.
Kolaborasi :
e.1. Dietetik
Umur 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan.
e.2. Rehidrasi parenteral (IV line)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan
sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu
pemberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan
yang telah hilang.
e.3. Supporatif (pemberian vitamin A)
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang
diperlukan
tubuh
terutama
pada
bayi
untuk
proses
pertumbuhan.
Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi
usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil
a.
b.
bibir lembab
23
c.
nadi normal
d.
e.
f.
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian longgar/ tipis
Rasional : Memberikan respirasi pada
c. Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan selimut tebal
Rasional : Sirkulasi udara
d. Ganti pakaian pasien jika basah
Rasional : Memberikan kenyamanan
e. Lakukan kompres hangat
Rasional: Membuka pori pori untuk melancarkan sekresi keringat.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik
Rasional: Menurunkan panas
Dx 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal)
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam Gangguan integritas kulit
teratasi
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
d.
e.
Intervensi :
a.
24
Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare
atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta
alasnya.
Rasional : Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan
pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang
tidak diharapkan.
c.
d.
e.
Dx 5 :
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam pengetahuan keluarga
meningkat
Kriteria Hasil:
a. Keluarga menjelaskan
tentang
memahami perawatan
b. Keluarga kooperatif
Intervensi:
25
penyakit,
perlunya
pengobatan
dan
a.
b.
Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien, tanda gejala dan komplikasi
penyakit sesuai dengan tingkat kemampuan.
Rasional : memberikan pengetahuan dan informasi dasar
c.
d.
Batasi pengunjung.
Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang
dapat menimbulkan infeksi
b.
c.
d.
e.
f.
Intervensi:
a.
b.
c.
d.
e.
27
BAB III
STUDI KASUS
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan adanya kesenjangan antara proses keperawatan pada teori dan
proses keperawatan pada kasus. Hambatan yang ada pada teori dan pemecahan masalah
yang ada disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
A. Pengkajian
Pada kasus diatas di jelaskan bahwa An.R dengan gastroenteritis, dimana didapatkan
tanda dan gejala secara teoritis adalah suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, anus dan
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, pasien sangat lemas, terdapat tanda dan
gejala dehidrasi, turgor kulit kurang jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. Pada
kasus diatas An. R didapatkan keluhan antara lain : diare >5x/ hari dengan konsistensi
cair disertai muntah > 2x /hari, panas 2 hari, makan minum sedikit, os terlihat lemas,
mata cekung, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering, menurut orang tua sudah 2
hari OS BAK sedikit dan menangis tidak ada air matanya, BB sebelum sakit 8,4 kg
saat ini 7,2 kg.
Kesenjangan data yang di dapat yaitu tidak terdapatnya ubun- ubun cekung dan iritasi
pada anus, serta untuk pemeriksaaan penunjang yang dilakukan hanya pemeriksaan
darah rutin 1 dan pemeriksaan feses, untuk pemeriksaan asam basa, ureum creatinin
dan elektrolit tidak dilakukan karena tidak ada tanda - tanda penurunan kesadaran dan
tidak ada indikasi penurunan kadar O2, TTV dalam batas normal.
Dalam melakukan pengkajian pada An.R penulis tidak menemukan hambatan karena
keluarga klien kooperatif dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
serta tersedianya fasilitas sehingga memudahkan memperoleh data.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien dengan gastroenteritis
adalah tujuh diagnosa keperawatan. Sedangkan pada kasus An.R dengan
29
(area perianal).
Hal tersebut dikarenakan saat melakukan pengakajian tidak didapatkan data, tanda
dan gejala yang mendukung untuk ditegakan.
C. Intervensi keperawatan
Kegiatan pada tahap ini adalah memprioritaskan masalah keperawatan, adapun alasan
dari masing-masing penetapan masalah keperawatan yang terjadi pada klien sebagai
berikut :
Dx 1 : Gangguan volume cairan dan elektrolit
30
Diagnosa ini menjadi diagnosa utama dikarenakan An. R mengalami diare >5x/ hari
dengan konsistensi cair disertai muntah > 2x /hari. mengakibatkan terjadinya
Gangguan volume cairan dan elektrolit. Adapun tindakan keperawatan yang akan
dilakukan adalah observasi TTV, monitor balance cairan, jelaskan npentingnya cairan
yang adekuat, kaji turgor kulit, anjurkan OS untuk banyak minum, awasi tanda-tanda
syok, kolaborasi pemberian cairan parenteral, kolaborasi pemeriksaan lab.
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak
adekuat
Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan An. R terlihat lemas, makan minum sedikit, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering, BB sebelum sakit 8,4 kg
saat ini 7,2 kg. Adapun tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah jelaskan
pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat, kaji keadaan rongga mulut, beri makan
porsi kecil tapi sering, timbang berat badan klien, anjurkan orang tua untuk
memotivasi anak dalam pemberian nutrisi, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral dan
diit.
Dx 3 : Resiko Hipertermi b/d proses penyakit
Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga dikarenakan An. R mengalami panas 2 hari, OS
terlihat lemas. Adapun tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi
TTV 3x selama 24 jam, berikan kompres hangat, motivasi keluarga klien untuk
mengajak anaknya untuk banyak minum air putih, monitor intake-output cairan dan
anjurkan OS istirahat.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada An.R disesuaikan dengan intervensi yang
ditetapkan :
Pada diagnosa pertama Gangguan volume cairan dan elektrolit tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan, baik tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang
dilakukan pada diagnosa ini adalah mengobservasi TTV (S: 37,1 N: 90 R: 28x/mnt),
memonitor balance cairan, menjelaskan pentingnya cairan yang adekuat, mengkaji
turgor kulit ( turgor kulit kurang elastis), menganjurkan pada OT untuk memberikan
OS banyak minum (OS mau minum sedikit tapi sering), mengawasi tanda-tanda syok,
tindakan kolaborasi yang dilakukan adalah pemberian cairan parenteral (T.27B
700cc/24Jam = 10 tpm), dan pemeriksaan lab (FL: warna kuning, konsistensi cair,
lendir positif, epitel positif, amilum positif, hypae positif, bakteri positif 2)
31
Adapun tindakan yang tidak dilakukan adalah kolaborasi pemeriksaan elektrolit Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya tanda-tanda penurunan kesadaran.
Pada diagnosa kedua Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
makanan yang tidak adekuat, tindakan keperawatan dapat dilaksanakan baik mandiri
maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang dilakukan pada diagnosa ini adalah
menjelaskan pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat (OT OS mengerti), mengkaji
keadaan rongga mulut (rongga mulut bersih), memberikan makan porsi kecil tapi
sering (OS makan 2-3 sendok), menganjurkan orang tua untuk memotivasi anak
dalam pemberian nutrisi (OT OS kooperatif). Tindakan kolaborasi yang dilakukan
adalah pemberian nutrisi parenteral (Benutrion 250cc/24Jam), dan dengan ahli gizi
dalam pemberian diit saring tidak serat.
Adapun tindakan yang tidak dilakukan menimbang BB setiap hari, Hal tersebut
dikarenakan penimbangan BB dilakukan pada saat OS masuk dan pulang.
Pada diagnosa ketiga hipertermi, tindakan keperawatan dapat dilaksanakan baik
tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri
diagnosa ini adalah mengobservasi tanda-tanda vital klien, mengkaji kesadaran klien
(composmentis), memotivasi keluarga untuk memberikan OS banyak minum air
putih, memonitor intake-output cairan dan menganjurkan OS istirahat. Adapun
tindakan mandiri yang tidak dilakukan adalah memberikan kompres hangat karena
suhu anak dalam batas normal. Sedangkan tindakan kolaborasi dalam diagnose ini
tidak ada.
E. Evaluasi keperawatan
Dari ketiga diagnose yang diangkat, ada dua diagnose keperawatan yang teratasi
sebagian, yaitu gangguan volume cairan elektrolit dan gangguan nutrisi adapun dalam
diagnose hipertermi masalah tidak terjadi.
32
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih
dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan pada setiap tahun, dan
kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Insiden yang
tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,
kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Gastroenteritis ini mempunyai gambaran penting, yaitu diare dan muntah y a n g d a p a t
mengakibatkan klien kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini
apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik bahkan kematian.
.
B. Saran
Saran yang kami anjurkan untuk perbaikan mutu dalam pelayanan dalam rangka
meningkatkan asuhan keperawatan yang optimal, sebagai berikut :
1.
Untuk Perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di harapkan lebih mengetahui
secara baik tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penentuan prioritas diagnosa keperawatan (Aktual dan Resiko),
Intervensi, Implementasi hingga Evaluasi, sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan yang optimal kepada pasien dalam praktek keperawatan selanjutnya.
Khusus untuk kasus gastroenteritis perawat di haruskan bisa mendeteksi dini tanda
dan gejala dehidrasi sehingga tidak terjadi komplikasi.
yang sudah ada di tingkatkan lagi guna memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
pasien.
35
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul, Aziz. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kliegman, Behrman. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Muscari, Mary. 2010. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Sowden, Linda A. 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Simadibrata K. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Suharyono. 2009. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta
Suprianto. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Eliminasi Alvi. Jakarta: ______
36