Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetic, perilaku, pelayanan kesehatan.
Bila keempat factor tersebut terjadi suatu ketidakseimbangan, maka individu
berada dalam keadaan yang disebut dengan sakit. Anak anak merupakan golongan
yang mudah terserang penyakit, karena masih kurangnya kekebalan tubuh. Salah
satu penyakit anak yang banyak diderita dan masih termasuk masalah kesehatan
masyarakat umum adalah gastroenteritis.
Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan, diperkirakan pada setiap
tahunnya sebanyak 99.000.000 kasus di dunia (Simadibrata, 2009). Menurut hasil
survey kesehatan rumah tangga (SKRT) angka kematian akibat diare 23/100.000
penduduk dan pada balita 75/100.000 balita (Mujiyanto, 2009). Kejadian diare di
RS.Anna pada bulan januari sebanyak 36 pasien (6%) dari total 606 pasien, pada
bulan februari sebanyak 34 pasien (6%) dari total 611 pasien, pada bulan maret
sebanyak 44 pasien (7%) dari total 637 pasien. Kejadian diare di Ruang Perawatan
Lt.2B pada Januari Maret 2014 sebanyak 42 pasien (30%) dari total 142 pasien
anak. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar (Suharyono, 2009).
Gastroenteritis merupakan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.
Gastroenteritis sering terjadi pada anak-anak usia balita dimana angka kejadian
gastroenteritis merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu retrovirus.
Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah. Akibatnya klien
banyak kehilangan cairan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya
menimbulkan asidosis metabolic. Disamping itu juga

mengakibatkan klien

kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini apabila tidak

segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik, terlabih kasus kekurangan


cairan atau dehidrasi terjadi pada anak-anak dimana 80% bagian tubuhnya terdiri
dari cairan (Sowden, 2009).
Atas dasar keadaan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An.R dengan Gastroenteritis di Ruang
Perawatan Umum Lantai 2B RS Anna .
B. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi
asuhan keperawatan anak dengan gastroenteritis di RS.Anna khususnya di PU lantai
2B.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan anak dengan
2.

gastroenteritis di RS.Anna
Tujuan Khusus
a. Dapat

melakukan

pengkajian,

analisa

data,

merumuskan

masalah

keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan anak dengan gastroenteritis


di RS.Anna
b. Dapat

menyusun

perencanaan

tindakan

keperawatan

anak

dengan

gastroenteritis di RS.Anna
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.

D. Manfaat
1.

Bagi Ilmu Keperawatan


Diharapkan

berguna dalam pengembangan

pelayanan

keperawatan dan

meningkatkan derajat kesehatan terutama pada pasien dengan gastroenteritis.


2.

Bagi Keluarga

Laporan ini sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam


menjalankan tugas keluarga dalam bidang kesehatan kepada anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan khususnya yang mengalami gastroenteritis.
E. Ruang Lingkup
Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian, analisa data, masalah
keperawatan, diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien dengan gastroenteritis.
F. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini:
1. Metode deskriptif
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari klien sedangkan data sekunder yaitu data yang penulis peroleh dari
2.

tenaga kesehatan, dokumentasi catatan keperawatan dan medical record klien.


Kepustakaan
Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan gastroenteritis.

G. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,
2.

ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.


BAB II TINJAUAN TEORI yang terdiri dari: pengertian, etiologi, anatomi
fisiologi, potofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang, asuhan keperawatan yang meliputi

3.

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.


BAB III TINJAUAN KASUS yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa

4.

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


BAB IV PEMBAHASAN yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan,

5.

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


BAB V PENUTUP yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1.

Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
2.

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.


Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak
terdiri dari; Bagian superior (bagian yang sangat tinggi dengan hidung), bagian
media (bagian yang sama tinggi dengan mulut) dan bagian inferior (bagian yang
sama tinggi dengan laring). Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan

3.

laring.
Kerongkongan (Eesofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga
disebut esofagus (dari bahasa Yunani: oeso membawa, dan phagus
memakan). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

4.

Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting.

5.

Usus Halus (Usus Kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

6.

Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
6

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya


terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8.

Umbai Cacing (Appendix)


Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum.

9.

Rektum dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
7

yaitu:
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat.
12. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan

dalam

pembuangan

limbah

tertentu

dari

tubuh,

terutama

haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol
B. Tumbuh Kembang Anak
1. Definisi
Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar,
jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm, inchi), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Supriasa 2001)
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah


laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,
walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang
dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,
pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas
untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang.
2.

Konsep Tumbuh Kembang Anak


Menurut A. Azis Alimul Hidayat (2005) yaitu:
a.

Perkembangan Kognitif (Piaget)


Periode Sensorimotor ( 0 - 2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari
empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan
kemampuan dalam enam sub-tahapan:
a.1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
a.2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
a.3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.

a.4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda.
a.5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.

a.6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan


tahapan
awal kreativitas
b.

Perkembangan Psikosexual Anak Menuut Freud


Tahapan Oral (0 1 tahun)
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya,
seperti makan atau minum susu. Ketidakpuasan pada masa oral akan
menimbulkan gejala regresi (kemunduran), gejala perasaan iri hati. Reaksi dari
kedua gejala itu dapat dinyatakan dalam beberapa tingkah laku seperti: mengisap
jempol, mengompol, membandel, dll. Selain itu juga berdampak kepada
perkembangan kepribadian anak seperti: merasa kurang aman, selalu bergantung
kepada orang lain, egosentris , selalu meminta perhatian dari orang lain. Bagi anak
yang mengalami kepuasan yang berlebihan, anak akan menampilkan pribadi yang
kurang mandiri, bersikap rakus, haus perhatian dari orang lain.

c.

Perkembangan Psikososial Anak Menurut Erikson


Trust VS Mistrust (0 - 18 bulan)
Usia 0-18 bulan merupakan masa awal pertumbuhan seseorang dimulai. Pada
tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi dengan sekitarnya.
Hal pertama yang akan dipelajari oleh seorang anak adalah rasa percaya. Percaya
pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Seorang ibu atau pengasuh biasanya
adalah orang penting pertama yang ada dalam dunia anak. Jika ibu memperhatikan
kebutuhan si anak seperti makan maupun kasih sayang, maka anak akan merasa
aman dan percaya untuk menyerahkan atau menggantungkan kebutuhannya
kepada ibunya. Namun, bila ibu tidak memberikan apa yang harusnya diberikan
kepada si anak, maka secara tidak langsung dapat membentuk anak menjadi
seorang yang penuh kecurigaan, sebab ia merasa tidak aman untuk hidup di dunia.
Pengasuh yang konsisten dalam merespon kebutuhan anak akan menumbuhkan
rasa percaya anak kepada orang lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsif
atau tidak konsisten akan membentuk anak menjadi seorang yang penuh
kecurigaan. Anak-anak yang telah belajar untuk tidak mempercayai pengasuh
selama masa bayinya mungkin akan menghindari atau tetap skeptis untuk
membangun hubungan berdasarkan rasa saling percaya sepanjang hidupnya.

3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


10

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai


dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor
lingkungan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan/herediter
b. Faktor lingkungan
c. Pelayanan Kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
4.

Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak


a.

Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi


sampaimaturitas/dewasa

yang

dipengaruhi

oleh

faktor

bawaan dan

b.

lingkungan.
Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan

c.

serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ.


Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan

d.
e.
f.

berbeda antara anak yang satu dengan yang lain.


Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.
Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang

g.

sebelum gerakan volunter tercapai.


Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya ada yang badannya
lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan

sebagainya.
C. Gastroenteritis
1. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah (Hidayat, 2010).
Gastroenteritis merupakan pengeluaran feses yang sering, berupa cairan
abnormal, encer dan digolongkan menjadi ringan, sedang atau berat akut atau
kronis, meradang atau tidak meradang (Muscari, 2010).
Gastroenteritis diddefinisikan sebagai adanya inflamasi pada membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan pengeluaran feses yang sering yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sowden, 2009).
2. Etiologi
11

Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksius, diare
disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; Infeksi bakteri
seperti

Vibrio,

Aeromonas

dan

E.Coli,

Salmonella,

sebagainya;

Infeksi

Shigella,
parasit

Campylobacter,

Yersinia,

seperti

(Ascaris,

cacing

Trichiuris,Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,


Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2009).
Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi
namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab
utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba
histolytica (Depkes RI, 2010).
Sedangkan menurut (Mansjoer, 2008) ada beberapa faktor penyebab diare, yaitu :
a. Infeksi : virus (Rotavirus, Adenovirus, Noorwalk), bakteri (Shigella, salmonella,
E.coli, Vibrio), parasit (protozoa, E. Histolytica, G.lamblia, Balantidium coli,
cacing perut: askaris, trikuris, strongiloideus, dan jamur: kandida.
b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein
c. Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Imunodefisiensi
e. Psikologis: rasa takut dan cemas
3. Patofisiologi
Penyebab diare akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus
sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, yang
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, biasanya terjadi pada anak.
Intoleransi laktosa adalah keadaan dimana jumlah laktosa yang dicerna tidak
seimbang dengan jumlah enzim lactase yang tersedia untuk menghidrolisis laktosa.
Jika tidak dicerna, maka laktosa tidak dapat diserap oleh usus halus dan kemudian
timbul diare osmotic, flatulensi (perut kembung) dank ram perut.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus,
akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
12

Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik


akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga

timbul

diare

sebaliknya

bila

peristaltik

usus

menurun

akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan


diare.

PATOFLOW GASTROENTERITIS

13

4. Manifestasi Klinis
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi
e. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun
f. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
g. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul).
h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
5. Derajat Dehidrasi
Menurut Hidayat (2010), salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah
dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi adalah:
a. Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum ada
tanda-tanda syok.
b. Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, terdapat tanda-tanda
syok (nadi cepat dan dalam)
c. Dehidrasi Berat
Apabila kehilangan cairan 8- 10% dari berat badan atau rata rata 125 ml/kg
BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil,
tekanan darah menurun, pasien sangat lelah bahkan kesadaran menurun.

Tabel Penilaian derajat dehidrasi

14

Penilaian

Lihat :
keadaan umum

Baik, sadar

Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus

Normal
Ada
Basah
Minum
tidak haus

Gelisah, rewel*

Lesu, lunglai,
atau
tidak
sadar*
Cekung
Sangat cekung
dan kering
Tidak ada
Tidak ada
Kering
Sangat kering
biasa Haus,
ingin Malas minum
minum banyak*
atau tidak bisa
minum*

Periksa :
Turgor kulit

Kembali cepat

Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Kembali
lambat*

Kembali
sangat
lambat*
Dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
berat
Bila ada 1 tanda* Bila ada 1
ditambah 1 atau tanda*
lebih tanda lain
ditambah 1 atau
lebih tanda lain

6. Kebutuhan Cairan Anak


Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti
protein, lemak dan mineral. Pada
seimbang, bila terganmggu

anak

pemasukan dan pengeluaran harus

harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan

parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan


sebagai berikut :

Tabel Kebutuhan cairan anak

15

Umur

Berat Badan

Total/24 jam

Kebutuhan
Cairan/Kg BB/24

3 hari

3.0

250-300

jam
80-100

10 hari

3.2

400-500

125-150

3 bulan

5.4

750-850

140-160

6bulan

7.3

950-1100

130-155

9 bulan

8.6

1100-1250

125-165

1 tahun

9.5

1150-1300

120-135

2 tahun

11.8

1350-1500

115-125

4 tahun

16.2

1600-1800

100-1100

6 tahun

20.0

1800-2000

90-100

10 tahun

28.7

2000-2500

70-85

14 tahun

45.0

2000-2700

50-60

18 tahun

54.0

2200-2700

40-50

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dikarjakan menurut Mansjoer (2009) adalah:
a.

Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut feses berwarna
pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat
seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses
berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan
produk susu. Feses berwama orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus.
Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah
bakteri. Feses seperti tepung berwama putih disebabkan karena diare yang
penyebabnya adalah virus.
Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit.
16

Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena
bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses
jika disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus (Suprianto, 2008).
b.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,


dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

c.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal


ginjal.

d.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan


Posfat.

8. Komplikasi
Komplikasi utama akibat penyakit gastroenteritis ini adalah dehidrasi dan masalah
kardiovaskular akibat hipovolemia dengan derajat berat. Apabila diare itu
disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa timbul. Abses pada
saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan salmonella terutama pada
demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada saluran usus. Hal ini sangat
berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan aspirasi
dan robekan pada esofagus (Kliegman, 2009).
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Cairan
a.1. Tanpa dehidrasi
Cairan, ASI, oralit diberikan tiap BAB atau muntah dengan dosis : < 1
tahun : 50 - 100 cc, 1 5 tahun : 100 - 200 cc, 5 tahun : > 200 cc
a.2. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap bab, Bisa peroral,
NGT, parenteral.
a.3. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat
100 cc/kgBB : < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5
jam, > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam I, 70 cc/kgBB dalam 2 jam.
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
b.1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak \
jenuh)
b.2. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

17

b.3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur
lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu
makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat:
c.1. Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (Aterm, prematur, post
matur), kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang
dimakan serta imunisasi.
c.2. Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang
menolong persalinan, penyulit persalinan.
c.3. Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm,
kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan
kongenital.
c.4. Feeding
Air susu ibu

atau

formula,

umur

disapih

(2

tahun),

jadwal

makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan,


peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare),
dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
c.5. Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit,

penyembuhan,

kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi


terhadap rawat inap sebelumnya.
c.6. Alergi
18

Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang,


tumbuh-tumbuhan, debu rumah
c.7. Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, dan alasan pemberian.
c.8. Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun,
reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain,
gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
c.9. Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg 4 Kg. Berat badan bertambah 150 200
gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6
bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada
usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
d. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang
tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun
(toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
e. Reaksi Hospitalisasi
e.1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan
lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih.
e.2. Perubahan pola kegiatan rutin.
e.3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi.
e.4. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan
terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya.
f. Pemeriksaan Fisik
f.1. Tanda-tanda vital: Suhu badan: mengalami peningkatan, Nadi: cepat dan
lemah, Pernafasan: frekuensi nafas meningkat, Tekanan darah: menurun.
f.2. Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran
kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare
mengalami penurunan berat badan.
f.3. Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan
bunyi nafas tambahan.
f.4. Cardiovasculer

19

Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
f.5. Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,
peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi
encer
f.6. Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g. Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h. Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i. Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
j. Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k. Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l. Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
m. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
m.1. Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan,
mulai bisa bersepeda roda tiga.
m.2. Motorik Halus
Menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
m.3. Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah (output berlebihan).
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat.

20

c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi


usus.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal).
e. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan
keterbatasan kognitif keluarga.
f. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh, prosedur
invasive
g. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah (output berlebihan)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi
Kriteria Hasil:
a.

Tanda-tanda vital dalam batas normal

b.

Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, turgor kulit elastis, membran mukosa


basah, haluaran urine terkontrol, mata dan ubun-ubun besar tidak cekung

c.

Konsistensi BAB lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

Intervensi
a.

Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)


Rasional : Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan
jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

b.

Pantau intake dan output


Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran
tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

c.

Timbang berat badan setiap hari.


Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.

d.

Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret)
21

Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang
e.

Kolaborasi Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur.


Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan
cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.

f.

Kolaborasi pemberian obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan


antibiotik)
Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi
untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri
berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin

Dx 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


makanan yang tidak adekuat
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi
Kriteria Hasil:
a.

Nafsu makan meningkat.

b.

Pasien menghabiskan 1 porsi makan rumah sakit.

c.

BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

d.

Mual dan muntah tidak ada

Intervensi
a.

Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat


tinggi, berlemak dan air panas atau dingin) pada keluarga
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

b.

Timbang BB setiap hari


Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan
kebutuhan kalori, protein dan vitamin.

c.

Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu


sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan
menyenangkan.
22

d.

Diskusikan dan jelaskan pada keluarga tentang pentingnya makanan yang


sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh
terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat
membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa
yang diketahuinya.

e.

Kolaborasi :
e.1. Dietetik
Umur 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan.
e.2. Rehidrasi parenteral (IV line)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan
sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu
pemberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan
yang telah hilang.
e.3. Supporatif (pemberian vitamin A)
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang
diperlukan

tubuh

terutama

pada

bayi

untuk

proses

pertumbuhan.
Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi
usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil
a.

suhu tubuh 36,6-37,4 C

b.

bibir lembab
23

c.

nadi normal

d.

kulit tidak terasa panas

e.

tidak ada gangguan neurologis (kejang)

f.

aktivitas sesuai kemampuan

Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian longgar/ tipis
Rasional : Memberikan respirasi pada
c. Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan selimut tebal
Rasional : Sirkulasi udara
d. Ganti pakaian pasien jika basah
Rasional : Memberikan kenyamanan
e. Lakukan kompres hangat
Rasional: Membuka pori pori untuk melancarkan sekresi keringat.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik
Rasional: Menurunkan panas
Dx 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal)
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam Gangguan integritas kulit
teratasi
Kriteria Hasil:
a.

Integritas kulit utuh

b.

Iritasi tidak terjadi

c.

Kulit tidak hiperemia,atau iscemia

d.

Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih

e.

Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal


dengan baik dan benar

Intervensi :
a.

Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur.


Rasional : Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat
melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang

24

pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan


kesehatan.
b.

Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare
atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta
alasnya.
Rasional : Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan
pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang
tidak diharapkan.

c.

Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.


Rasional : Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus
timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga
untuk mengatasi masalah tersebut.

d.

Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemberian lotion.


Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan
menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.

e.

Atur posisi klien selang 2-3 jam.


Rasional : Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi
lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga
mencegah ischemia dan iritasi.

Dx 5 :

Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan


keterbatasan kognitif keluarga

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam pengetahuan keluarga
meningkat
Kriteria Hasil:
a. Keluarga menjelaskan

tentang

memahami perawatan
b. Keluarga kooperatif
Intervensi:
25

penyakit,

perlunya

pengobatan

dan

a.

Kaji pengetahuan keluarga tentang proses penyakit


Rasional : Mengetahui tingkat awal pengetahuan keluarga, mengidentifikasi
area kekurangan pengetahuan.

b.

Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien, tanda gejala dan komplikasi
penyakit sesuai dengan tingkat kemampuan.
Rasional : memberikan pengetahuan dan informasi dasar

c.

Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.


Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang
kondisi anaknya

d.

Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan


Rasional : mengurangi kecemasan

Dx 6 : Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh,


prosedur invasive
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil
bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal
Intervensi:
a.

Batasi pengunjung.
Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang
dapat menimbulkan infeksi

b.

Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien.


Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang
dapat menimbulkan infeksi

c.

Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat


Rasional : Mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman

d.

Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.


Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.

e.

Tingkatkan masukkan gizi dan cairan yang cukup


Rasional : Membantu meningkatkan sistem imunitas tubuh

f.

Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan


kulit tetap kering.
26

Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan


pemahaman tentang perawatan klien
g.

Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.


Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar dan mencegah
infeksi.

Dx 7 : Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak


Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam kecemasan terkontrol
Kriteria Hasil:
a. Ekspresi wajah tenang
b. anak tidak menangis ketika tindakan asuhan keperawatan
c. keluarga mau bekerjasama dalam tindakan asuhan keperawatan

Intervensi:
a.

Jelaskan semua prosedur pada keluarga


Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam
membantu proses perawatan klien.

b.

Ciptakan lingkungan yang tenang nyaman


Rasional : memberikan kenyamanan

c.

Alihkan perhatian anak ketika memberikan tindakan asuhan keperawatan


Rasional : pengalihan perhatian dapat untuk mengurangi kecemasan pada anak

d.

Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien


Rasional : Meningkatkan peran keluarga dalam tindakan keperawatan dan
memberikan rasa aman pada anak

e.

Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan


Rasional : memberikan kenyamanan dan rasa percaya

27

BAB III
STUDI KASUS

28

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan adanya kesenjangan antara proses keperawatan pada teori dan
proses keperawatan pada kasus. Hambatan yang ada pada teori dan pemecahan masalah
yang ada disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
A. Pengkajian
Pada kasus diatas di jelaskan bahwa An.R dengan gastroenteritis, dimana didapatkan
tanda dan gejala secara teoritis adalah suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, anus dan
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, pasien sangat lemas, terdapat tanda dan
gejala dehidrasi, turgor kulit kurang jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. Pada
kasus diatas An. R didapatkan keluhan antara lain : diare >5x/ hari dengan konsistensi
cair disertai muntah > 2x /hari, panas 2 hari, makan minum sedikit, os terlihat lemas,
mata cekung, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering, menurut orang tua sudah 2
hari OS BAK sedikit dan menangis tidak ada air matanya, BB sebelum sakit 8,4 kg
saat ini 7,2 kg.
Kesenjangan data yang di dapat yaitu tidak terdapatnya ubun- ubun cekung dan iritasi
pada anus, serta untuk pemeriksaaan penunjang yang dilakukan hanya pemeriksaan
darah rutin 1 dan pemeriksaan feses, untuk pemeriksaan asam basa, ureum creatinin
dan elektrolit tidak dilakukan karena tidak ada tanda - tanda penurunan kesadaran dan
tidak ada indikasi penurunan kadar O2, TTV dalam batas normal.
Dalam melakukan pengkajian pada An.R penulis tidak menemukan hambatan karena
keluarga klien kooperatif dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
serta tersedianya fasilitas sehingga memudahkan memperoleh data.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien dengan gastroenteritis
adalah tujuh diagnosa keperawatan. Sedangkan pada kasus An.R dengan

29

gastroenteritis dirumuskan tiga diagnosa keperawatan, dimana ketiga diagnosa yang


muncul sesuai dengan teori yaitu :
Dx 1 : Gangguan volume cairan dan elektrolit
Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada An. R di dapat tanda dan gejala
antara lain : diare >5x/ hari dengan konsistensi cair disertai muntah > 2x /hari, turgor
kulit kurang elastis, mukosa kering, mata cekung, BB sebelum sakit 8,4 kg saat ini 7,2
kg.
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak
adekuat
Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada An. R di dapat tanda dan gejala
antara lain : makan minum sedikit, OS terlihat lemas, turgor kulit kurang elastis,
mukosa kering, muntah pada saat diberikan makan, BB sebelum sakit 8,4 kg saat ini
7,2 kg.
Dx 3 : Resiko Hipertermi b/d proses penyakit
Diagnosa tersebut resiko, hal tersebut karena pada An. R di dapat tanda dan gejala
antara lain : OT mengatakan OS panas 2 hari dirumah, OS terlihat lemas, TTV: S:
37,1 N: 92x/mnt, R: 28x/mnt, mukosa kering, turgor kurang elastic, mata cekung.
Ketiga diagnosa yang ditemukan pada kasus An. R telah sesuai dengan teori.
Adapun kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada An.R adalah :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak
2. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan
keterbatasan kognitif keluarga.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh, prosedur
invasive
4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal

(area perianal).
Hal tersebut dikarenakan saat melakukan pengakajian tidak didapatkan data, tanda
dan gejala yang mendukung untuk ditegakan.
C. Intervensi keperawatan
Kegiatan pada tahap ini adalah memprioritaskan masalah keperawatan, adapun alasan
dari masing-masing penetapan masalah keperawatan yang terjadi pada klien sebagai
berikut :
Dx 1 : Gangguan volume cairan dan elektrolit

30

Diagnosa ini menjadi diagnosa utama dikarenakan An. R mengalami diare >5x/ hari
dengan konsistensi cair disertai muntah > 2x /hari. mengakibatkan terjadinya
Gangguan volume cairan dan elektrolit. Adapun tindakan keperawatan yang akan
dilakukan adalah observasi TTV, monitor balance cairan, jelaskan npentingnya cairan
yang adekuat, kaji turgor kulit, anjurkan OS untuk banyak minum, awasi tanda-tanda
syok, kolaborasi pemberian cairan parenteral, kolaborasi pemeriksaan lab.
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak
adekuat
Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan An. R terlihat lemas, makan minum sedikit, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering, BB sebelum sakit 8,4 kg
saat ini 7,2 kg. Adapun tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah jelaskan
pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat, kaji keadaan rongga mulut, beri makan
porsi kecil tapi sering, timbang berat badan klien, anjurkan orang tua untuk
memotivasi anak dalam pemberian nutrisi, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral dan
diit.
Dx 3 : Resiko Hipertermi b/d proses penyakit
Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga dikarenakan An. R mengalami panas 2 hari, OS
terlihat lemas. Adapun tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi
TTV 3x selama 24 jam, berikan kompres hangat, motivasi keluarga klien untuk
mengajak anaknya untuk banyak minum air putih, monitor intake-output cairan dan
anjurkan OS istirahat.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada An.R disesuaikan dengan intervensi yang
ditetapkan :
Pada diagnosa pertama Gangguan volume cairan dan elektrolit tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan, baik tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang
dilakukan pada diagnosa ini adalah mengobservasi TTV (S: 37,1 N: 90 R: 28x/mnt),
memonitor balance cairan, menjelaskan pentingnya cairan yang adekuat, mengkaji
turgor kulit ( turgor kulit kurang elastis), menganjurkan pada OT untuk memberikan
OS banyak minum (OS mau minum sedikit tapi sering), mengawasi tanda-tanda syok,
tindakan kolaborasi yang dilakukan adalah pemberian cairan parenteral (T.27B
700cc/24Jam = 10 tpm), dan pemeriksaan lab (FL: warna kuning, konsistensi cair,
lendir positif, epitel positif, amilum positif, hypae positif, bakteri positif 2)

31

Adapun tindakan yang tidak dilakukan adalah kolaborasi pemeriksaan elektrolit Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya tanda-tanda penurunan kesadaran.
Pada diagnosa kedua Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
makanan yang tidak adekuat, tindakan keperawatan dapat dilaksanakan baik mandiri
maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang dilakukan pada diagnosa ini adalah
menjelaskan pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat (OT OS mengerti), mengkaji
keadaan rongga mulut (rongga mulut bersih), memberikan makan porsi kecil tapi
sering (OS makan 2-3 sendok), menganjurkan orang tua untuk memotivasi anak
dalam pemberian nutrisi (OT OS kooperatif). Tindakan kolaborasi yang dilakukan
adalah pemberian nutrisi parenteral (Benutrion 250cc/24Jam), dan dengan ahli gizi
dalam pemberian diit saring tidak serat.
Adapun tindakan yang tidak dilakukan menimbang BB setiap hari, Hal tersebut
dikarenakan penimbangan BB dilakukan pada saat OS masuk dan pulang.
Pada diagnosa ketiga hipertermi, tindakan keperawatan dapat dilaksanakan baik
tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri

yang dilakukan pada

diagnosa ini adalah mengobservasi tanda-tanda vital klien, mengkaji kesadaran klien
(composmentis), memotivasi keluarga untuk memberikan OS banyak minum air
putih, memonitor intake-output cairan dan menganjurkan OS istirahat. Adapun
tindakan mandiri yang tidak dilakukan adalah memberikan kompres hangat karena
suhu anak dalam batas normal. Sedangkan tindakan kolaborasi dalam diagnose ini
tidak ada.
E. Evaluasi keperawatan
Dari ketiga diagnose yang diangkat, ada dua diagnose keperawatan yang teratasi
sebagian, yaitu gangguan volume cairan elektrolit dan gangguan nutrisi adapun dalam
diagnose hipertermi masalah tidak terjadi.

32

33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih
dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan pada setiap tahun, dan
kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Insiden yang
tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,
kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Gastroenteritis ini mempunyai gambaran penting, yaitu diare dan muntah y a n g d a p a t
mengakibatkan klien kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini
apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik bahkan kematian.
.
B. Saran
Saran yang kami anjurkan untuk perbaikan mutu dalam pelayanan dalam rangka
meningkatkan asuhan keperawatan yang optimal, sebagai berikut :
1.

Untuk Perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di harapkan lebih mengetahui
secara baik tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penentuan prioritas diagnosa keperawatan (Aktual dan Resiko),
Intervensi, Implementasi hingga Evaluasi, sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan yang optimal kepada pasien dalam praktek keperawatan selanjutnya.
Khusus untuk kasus gastroenteritis perawat di haruskan bisa mendeteksi dini tanda
dan gejala dehidrasi sehingga tidak terjadi komplikasi.

2. Untuk Rumah Sakit


Dalam hal ini mengenai saran untuk rumah sakit yaitu : lantai 2B khususnya kelas tiga
untuk perawatan anak perlu ruangan untuk perawatan pasien dengan infeksi dan non
infeksi terpisah dikarenakan agar tidak terjadi penularan infeksi nosokomial, diadakan
tempat sampah khusus pembuangan diapers, oleh sebab itu kami mohon agar fasilitas
34

yang sudah ada di tingkatkan lagi guna memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
pasien.

35

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul, Aziz. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kliegman, Behrman. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Muscari, Mary. 2010. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Sowden, Linda A. 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Simadibrata K. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Suharyono. 2009. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta
Suprianto. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Eliminasi Alvi. Jakarta: ______

36

Anda mungkin juga menyukai