Anda di halaman 1dari 44

1

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN


KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menentukan
perkembangan dan perwujudan diri individu. Pendidikan bertanggung jawab
untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak
dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi
dan masyarakat (Munandar, 1999:4).
Inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar sedangkan
inti dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu proses belajar
mengajar pada intinya terpusat pada satu persoalan yaitu bagaimana guru
melaksankan proses belajar mengajar yang efektif guna tercapainya suatu
tujuan (M. Ali, 1987:1).
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun
kelompok, di sekolah maupun di luar sekolah. Karena profesinya sebagai guru
berdasarkan panggilan jiwa, maka tugas guru sebagai pendidik berarti
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
serta mengajarkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan anak
didik (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:40).
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan
salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat
diartikan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk
membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau pada taraf kematangan

tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang
transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of values,
dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan
menentukan siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, seorang guru memiliki
peranan yang kompleks dalam proses belajar mengajar dalam usahanya untuk
mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan (Sardiman, 2001: 123).
Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa
faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas
motivasi, kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal lebih ditekankan pada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan.
Setiap kemajuan yang diraih manusia selalu melibatkan kreativitas. Ketika
manusia mendambakan produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan
kebahagiaan yang lebih baik dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di
capai, maka kreativitas dijadikan dasar untuk menggapainya (Munandar,
1999:10).
Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan Allah
kepada setiap manusia, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta)
dan berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorangpun tidak sama,
bergantung pada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan
daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya (Nashori, 2002: 21).
Setiap orang memiliki potensi kreatif yang dibawa sejak lahir
meskipun dalam derajat dan bidang yang berbeda-beda, sehingga potensi itu
perlu ditumbuh kembangkan sejak dini agar dapat difungsikan sebagaimana
mestinya. Untuk itu diperlukan kekuatan pendorong, baik dari dalam individu
maupun dari luar individu yaitu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini
mencakup lingkungan dalam arti kata sempit (keluarga, sekolah) maupun
dalam arti kata yang luas (masyarakat, kebudayaan) yang mampu menciptakan
kondisi lingkungan yang dapat menanamkan daya kreatif individu (Munandar,
1988:83).
Dengan demikian, baik di dalam individu maupun di luar individu
(lingkungan) dapat menunjang atau menghambat potensi kreativitas,

implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui


pendidikan mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat secara potensial
yang dimiliki setiap orang sejak lahir yang dapat diidentifikasi dan dibekali
melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 1999:12).
Pendidikan hendaknya tidak hanya memperhatikan pengembangan
keterampilan-keterampilan berfikir semata, tetapi pembentukan sikap,
perasaan, dan ciri-ciri kepribadian yang mencerminkan kreativitas yang perlu
dikembangkan. Dalam hal ini banyak bergantung pada inisiatif dan kreativitas
guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat memupuk dan menunjang
kreativitas siswa, sehingga siswa dapat merasa bebas mengungkapkan pikiran
dan perasaannya, mempunyai daya kreasi dalam bekerja. Hal ini
mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi dalam pendidikan, yang berarti
terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas kinerja para guru dalam
menjalankan tugas (Munandar, 1992:48).
Salah satu hal yang menentukan sejauh mana seseorang itu kreatif
adalah kemampuannya untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal
yang ada. Demikian pula seorang guru dalam proses belajar mengajar, guru
harus menggunakan variasi metode dalam mengajar, memilih metode yang
tepat untuk setiap bahan pelajaran agar siswa tidak mudah bosan (Roestiyah,
1989:4). Guru harus terampil dalam mengolah cara pembelajaran, cara
membaca kurikulum, cara membuat, memilih dan menggunakan media
pembelajaran, dan cara evaluasi baik dengan tes maupun melalui observasi
(Djohar, 2006:137). Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan, dan sebagai feed back bagi seorang guru. Guru yang baik
dapat mengaktifkan murid dalam hal belajar (Nasution, 1995:9).
Seorang

guru

harus

mampu

mengoptimalkan

kreativitasnya.

Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para
siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar,
berkarya dan berkreasi. Guru berperan aktif dalam pengambangan kreativitas
siswa, yaitu dengan memiliki karakteristik pribadi guru yang meliputi
motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat dan keluwesan

(fleksibel). Guru yang kreatif mempunyai semangat dan motivasi tinggi


sehingga bisa menjadi motivator bagi siswanya untuk meningkatkan dan
mengembangkan kreativitas siswa, khususnya yang tertuang dalam sebuah
bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya selain menjadi seorang pendidik,
guru juga harus menjadi seorang kreator yang mampu menciptakan kondisi
belajar yang nyaman dan kondusif bagi anak didik. (Sardiman, 2001: 127).
Proses pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik apabila
terdapat suasana atau kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan
tenang dan mempunyai kesiapan penuh untuk mengikuti jalannya proses
pembelajaran. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan
efektif apabila: pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat
menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar
mengajar, kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya
timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar, ketiga, dikuasainya berbagai
pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan (Rohani, 2004:123-124).
Kedudukan guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar, salah satunya sebagai pengelola kelas.
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah
tempat berkumpulnya semua anak didik dalam rangka menerima bahan
pelajaran dari guru. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus
direncanakan dan diusahakan oleh guru agar dapat terhindar dari kondisi yang
merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak, yang disebabkan oleh tingkah laku
peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif) (Djamarah, 2005:144).
Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi
edukatif, sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat
kegiatan pengajaran. Untuk dapat mewujudkan kelas yang kondusif, maka
guru harus mempunyai strategi atau kemampuan keterampilan yang
diperlukan dalam pengajaran, menciptakan situasi belajar yang optimal dan

dapat mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar


(Arikunto, 1988:68).
Kemampuan dalam mengelola kelas merupakan kegiatan penting bagi
guru sebelum melaksanakan pembelajaran, terutama penciptaan suasana
kondusif di dalam kelas sehingga memungkinkan para siswa merasa senang
dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa dalam keadaan antusias
mengikuti penjelasan guru, maka siswa akan bersikap disiplin dan mempunyai
minat untuk belajar lebih tekun lagi. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Oleh karena itu pengelolaan kelas harus ditingkatkan supaya
siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal (Djamarah, 2005:145).
Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari
berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi
kemudian dianalisis, maka guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar
secara lebih baik. Kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan
prasyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (Wragg,
1995:12).
Pembelajaran yang efektif dapat meningkatkan prestasi anak didik.
Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi
yang berarti hasil usaha (Zaenal Arifin, 1990:3). Sedangkan Winkel
mengemukakan belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahanperubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan nilai dan dapat pula berupa
sesuatu yang baru dan nampak dalam perilaku yang nyata (Winkel, 1986:161).
M. Bukhori menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah
dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar, baik berupa
angka maupun huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang
dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu yang di dalamnya terdapat
nilai-nilai positif atau keagamaan (Bukhori, 1983: 8).

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam


menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-quran dan Hadits melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman (DepDikNas,
2003:7). Menurut al-Ghazaly sebagaimana diungkapkan oleh Fatiyah Hasan
Sulaiman bahwa pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan
keutamaan, sebagai media untuk mendekatkan umat manusia kepada Allah
dan sarana kemaslahatan untuk membina umat (Fatiyah, 1993:11).
Dengan demikian prestasi Pendidikan Agama Islam adalah hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa yang merupakan tolok ukur keberhasilan
siswa dalam bidang PAI. Diharapkan dengan prestasi ini siswa tidak hanya
mampu memahami dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam tetapi juga
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan hasil belajar
oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intrinsik)
individu antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan
kognitif, sedangkan faktor dari luar diri (faktor ekstrinsik) individu antara lain
faktor lingkungan yaitu alam, sosial budaya dan keluarga dan faktor
instrumental

yaitu kurikulum, program, sarana dan fasilitas dan guru

(Djamarah, 2002:144). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi


prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid untuk
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya (Hakim, 2000:11).
Tolak ukur kemampuan anak didik dalam memahami materi ajar di
bagi menjadi 3 aspek pokok yang di kemukakan oleh Blooms sebagaimana
dikutip Mudjiono (2002; 35) yaitu kemampuan pemahaman kognitif yaitu
menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah
sampai yang tinggi. Pemahaman secara kognitif ini meliputi pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek kemampuan

pemahaman yang kedua adalah afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan
karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat.. Dimensi
ketiga dari aspek pemahaman ini adalah pemahaman secara psikomotorik
yaitu pemahaman yang menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan
kontrol fisik. Kecakapan-kecakapan fisik ini dapat berupa pola-pola gerakan
atau keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar.
Dalam penelitian ini, penulis memilih SMP Negeri 3 Demak. Siswa
SMP Negeri 3 Demak telah mengenal ajaran Islam sebelum memasuki SMP
Negeri 3 Demak, baik melalui pendidikan formal seperti belajar di madrasah
ibtidaiyyah, maupun non formal seperti belajar ilmu agama di pondok
pesantren terdekat. Para siswa SMP Negeri 3 Demak juga sudah bisa
membaca dzikir Asma al-Husna sebelum pelajaran dimulai, melaksanakan
kegiatan Baca Tulis Al-Quran (BTA) pada jam pelajaran terakhir, dan shalat
zhuhur berjamaah sebelum pulang serta kegiatan ekstra kurikuler keagamaan,
Siswa lulusan SMP Negeri 3 Demak juga berhasil menempuh ujian masuk di
SMA Negeri sekitar 60% setiap tahunnya. (Observasi dan wawancara dengan
Nur Rohman, S.Ag., 13 Juli 2009). Di sisi lain, karena keterbatasan jumlah
jam pelajaran PAI di kelas, maka tidak mungkin guru memberikan materi
pendidikan keagamaan secara detail kepada siswa, maka guru PAI diharapkan
mampu mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran yang inovatif
serta mampu menciptakan dan mengendalikan kelas agar tetap kondusif ketika
proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan argumen-argumen di atas, bahwa kreativitas guru dengan
dibekali kemampuan mengelola kelas yang baik merupakan salah satu upaya
yang dilakukan guru, khususnya guru PAI dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sehingga nantinya guru
diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan guru lain untuk mengembangkan
kreativitas

mengajar dan kemampuan mengelola kelas agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin
mengetahui apakah benar kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola
kelas mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar PAI siswa,

maka penelitian ini akan penulis susun dalam sebuah penelitian tesis dengan
judul Studi Korelasi Antara Kreativitas Guru PAI dan Kemampuan
Mengelola Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 3 Demak.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, yang menjadi fokus permasalahan adalah :
1. Adakah korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa
bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak
2. Adakah korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi
belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak
3. Adakah korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola
kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3
Demak
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi
belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak
2. Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan
prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak
3. Untuk mengetahui korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan
mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP
Negeri 3 Demak

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pentingnya kreativitas guru
PAI

dan kemampuan mengelola kelas dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa bidang studi PAI.


2. Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi guru PAI, khususnya di SMP
Negeri 3 Demak agar selalu meningkatkan kreativitas mengajarnya dalam
proses pembelajaran di kelas dan mampu mengelola kelas dengan baik dan
benar agar tercipta suasana yang kondusif sehingga pada akhirnya siswa
memperoleh prestasi belajar PAI yang tinggi.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris
(Suryabrata, 1983:75). Hipotesis dalam hal ini berfungsi sebagai penunjuk
jalan yang memungkinkan kita untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya.
Hipotesis dalam statistik, terdapat hipotesis kerja atau alternatif (Ha)
dan hipotesis nol (Ho). Hal ini mempunyai makna bahwa Ha adalah adanya
korelasi positif yang signifikan antara variabel X 1 (kreativitas guru PAI) dan
variabel X2 (pengelolaan kelas) dengan

variabel Y (prestasi belajar PAI

siswa). Korelasi positif yang dimaksud di sini adalah jika kreativitas guru PAI
dan kemampuan mengelola kelas baik maka prestasi belajar PAI siswa
meningkat dan sebaliknya. Sedangkan Ho adalah tidak adanya korelasi positif
yang signifikan antara variabel X1 (kreativitas guru PAI) dan variabel X2
(pengelolaan kelas) dengan variabel Y (prestasi belajar PAI siswa). Dengan
kata lain jika kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas baik maka
prestasi belajar PAI siswa rendah dan sebaliknya.
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut: Ada korelasi positif dan signifikan antara kreativitas guru

10

PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar Pendidikan


Agama Islam (PAI ) Siswa.
F. Kajian Pustaka
1. Kajian Penelitian yang relevan
Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian
ini telah dilakukan oleh Pertama, Ahmad Sudjai (2006) dengan judul
Pengaruh

Kreativitas

dan

Disiplin

Kerja

Terhadap

Kemampuan

Melaksanakan Supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang.


Hasil penelitian ini adalah: 1) Kreativitas berpengaruh positif terhadap
kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota
Semarang, 2) Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kemampuan
melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang,
3) Kreativitas dan disiplin kerja mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Se-Kota Semarang.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan
penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori supervisi
pendidikan, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada kemampuan
seseorang dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan Kepala
Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang dan keberhasilannya akan
dipengaruhi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek kreativitas dan
aspek kedisiplinan kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis
berhubungan dengan teori prestasi belajar, teori kreativitas dan teori
pengelolaan kelas, yaitu prestasi belajar siswa yang akan dipengaruhi dari
faktor luar (ekstrinsik), yaitu kemampuan guru dalam mengajar, khususnya
kreativitas guru PAI dalam mengajar dengan disertai kemampuan
mengelola kelas yang baik dan benar.
Kedua, Fahrurrozi (2007) dengan judul Hubungan Sikap Profesi
Guru dan Kreativitas dengan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam
Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan. Hasil penelitian ini adalah: 1)

11

Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap profesi guru dengan


kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab.
Grobogan, 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan
kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab.
Grobogan, 3) Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara sikap
profesi guru dan kreativitas dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam
Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan
penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori etos kerja,
yaitu dengan adanya sikap profesi guru dan kreativitas mempunyai
kedudukan yang secara bersamaan, yang sama-sama mempunyai
keterkaitan dengan kinerja guru PAI khususnya di Madrasah Tsanawiyah
Se-Kab. Grobogan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis
berhubungan dengan kegiatan proses belajar mengajar di kelas, yaitu lebih
menekankan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) salah satunya adalah
seorang guru mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas agar supaya
kondisi kelas tetap kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.
Ketiga, Nur Asyiah (2008) dengan judul Hubungan Antara
Motivasi Belajar dan Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa
Arab di Madrasah Tsanawiyah Nu Sunan Katong Kaliwungu. Hasil
penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara
motivasi belajar dan kreativitas belajar terhadap hasil belajar bahasa arab
di Madrasah Tsanawiyah NU Sunan Katong Kaliwungu.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan
penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori belajar, yaitu
hasil belajar siswa akan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya unsur
dari dalam siswa itu sendiri yaitu motivasi belajar dan kreativitas belajar
siswa, khususnya pada pelajaran bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah NU
Sunan Katong Kaliwungu. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis
berhubungan dengan kompetensi guru dalam bidang profesionalitas, yaitu

12

ketika guru mengajar siswa di kelas dengan menerapkan kegiatan


ketrampilan mengajar yang disertai dengan tindakan pengelolaan kelas.
Dari kajian pustaka tersebut di atas, meskipun terdapat beberapa
penelitian dengan variabel yang sama, namun belum ada penelitian yang
bertema sama dengan penelitian yang penulis teliti.
2. Kerangka Teoritik
a. Kreativitas Guru dan Prestasi Belajar Siswa
Guru adalah tokoh yang bermakna dalam kehidupan siswanya.
Guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai pendidik dalam
arti yang sebenarnya. Peluang untuk memunculkan siswa yang kreatif
akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif
mengandung pengertian ganda, yakni guru yang secara kreatif mempu
menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar dan
juga guru yang senang melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam
hidupnya. Guru senantiasa memegang posisi kunci dalam dalam proses
pembelajaran. Sebagai pengajar guru berperan menciptakan suasana
yang kondusif, sehingga mendorong berfungsinya proses mental pra
kesadaran yang merupakan dasar bagi lahirnya kreasi siswanya
(Hasan, 2001: 200).
Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau
menciptakan

sesuatu yang

kemampuan

untuk

membuat

baru. Kreativitas

juga merupakan

kombinasi-kombinasi

baru

yang

mempunyai makna sosial (Munandar, 1999: 28).


Peran guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah
guru berperan sebagai fasilitator. Guru harus memahami dan terbuka
pada anak. Bakat anak tidak datang secara simultan atau tiba-tiba,
melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum alam yang
ada, bahwa manusia tumbuh dan berkembang setahap demi setahap.
Anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, jika anak memiliki
kesulitan-kesulitan dalam kegiatan belajar di sekolah, guru berusaha
mengatasi atau mencari alternatif pemecahannya dengan memilih atau

13

memberikan kegiatan-kegiatan yang disukai atau diminati anak


(Hasan, 2001: 205).
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak
mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan,
guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat
merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa aman dan kerasan
berada di dalam kelas, dengan begitu kreativitas anak dapat
berkembang dengan baik (Sardiman, 2001: 120).
Kegiatan belajar mengajar di sekolah berorientasi pada
pencapaian prestasi belajar akademik yang tinggi oleh semua siswa.
Kreativitas siswa apabila memperoleh peluang untuk berkembang di
dalam iklim belajar mengajar yang kondusif, maka prestasi belajar
yang tinggi dapat dicapai. Karena kreativitas guru dalam mengajar,
dijadikan sebagai asumsi yang dinilai mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa (Munandar, 1992: 42).
Guru yang mempunyai kreativitas yang tinggi akan mampu
memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya. Motivasi
berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajar, sehingga prestasi belajar pendidikan
agama Islam akan tercapai dengan hasil yang baik (Muhaimin, 2002:
38).
b. Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru sering kali
mengalami hambatan terutama kegaduhan di dalam kelas yang
dilakukan oleh siswa. Keributan dan kegaduhan yang terjadi di kelas
apabila tidak segera diatasi akan mengganggu pelaksanaan program
pembelajaran dan dapat menghambat pencapaian target kurikulum.
Oleh karena itu suasana kelas harus dijaga supaya tetap kondusif untuk

14

pelaksanaan program pengajaran. Dengan demikian untuk mencapai


tujuan pengajaran di sekolah diperlukan guru yang mampu mengelola
kelas dengan baik (Purnomo, 2003:10).
Pengelolaan kelas merupakan usaha guru untuk menciptakan
dan

mempertahankan

kondisi

yang

memungkinkan

kegiatan

pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan lancar sehingga


tujuan pengajaran dapat dicapai (Toenlioe, 1992: 16). Kondisi belajar
yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Kemampuan dalam
mengelola kelas merupakan salah satu syarat profesionalisme guru,
oleh karena itu keberhasilan dalam mengelola kelas dapat dijadikan
indikator penting atas tercapainya tujuan pengajaran (Hasibuan dan
Moedjiono, 1995:82).
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur
jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan oleh seseorang,
khususnya siswa tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam
maupun dari luar, yang keduanya memiliki peranan penting dalam
menentukan tujuan belajar. Faktor yang mempengaruhi aktivitas
belajar siswa salah satunya adalah motifasi. Motivasi merupakan
gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu (Djamarah, 2002: 114).
Secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa (instrinsik)
dan faktor dari luar diri siswa (ekstrinsik). Kegiatan pengelolan kelas
termasuk salah satu bagian dari motivasi ekstrinsik. Adapun motivasi
ekstrinsik merupakan sekumpulan motif yang aktif dan berfungsi
karena

adanya

perangsang

dari

luar.

Guru

harus

pandai

mempergunakan motivasi ekstrinsik dengan benar agar supaya proses


interaksi edukatif di kelas dapat tercapai.

Berbagai macam cara

15

dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar anak didiknya,


salah satunya adalah dengan cara mengelola kelas dengan segala
komponennya (Hakim, 2000:15).
Secara teoritik dapat diketahui bahwa kegiatan pengelolaan
kelas merupakan kemampuan atau ketrampilan guru, dalam mengelola
siswa

di

kelas

yang

dilakukan

untuk

menciptakan

dan

mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program


pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga
dalam pendidikan agama Islam bahwa kegiatan pengelolaan kelas oleh
guru PAI memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan
demikian untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah diperlukan
guru yang mampu mengelola kelas dengan baik.
c. Kreativitas Guru PAI, Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa
Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah suatu proses pemberian bimbingan terhadap
anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi
anak agar mencapai kedewasaan (Syafaruddin, 2005: 24).
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya
mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan,
guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat
merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa nyaman berada di
dalam kelas, sehingga dengan begitu kreativitas anak dapat
meningkatkan hasil prestasi belajarnya (Sardiman, 2001: 127).
Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh
beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
terdiri atas motivasi, kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal lebih ditekankan pada sarana serta iklim
sekolah yang bersangkutan. Setiap kemajuan yang diraih manusia
selalu

melibatkan

kreativitas.

Ketika

manusia

mendambakan

produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan kebahagiaan yang lebih

16

baik dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di capai, maka
kreativitas dijadikan dasar untuk menggapainya (Munandar, 1999:10).
Guilford

menyatakan

sebagaimana

dikutip

Munandar,

kreativitas diartikan sebagai kemampuan berpikir divergen untuk


menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu
persoalan yang sama Kreativitas juga merupakan produksi suatu
respon atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi.
Utami Munandar menyusun rumusan operasional dari kreativitas
sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi

(mengembangkan,

memperkaya,

merinci)

suatu

gagasan. Menurut Munandar, kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan


elaborasi merupakan indikator kemampuan berpikir kreatif. Lebih
lanjut, Munandar menyatakan bahwa ciri-ciri kreatif yang penting
dalam menentukan kemampuan kreatif seorang individu adalah rasa
ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan
sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan
atau untuk dikritik orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai
keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalamanpengalaman baru dan dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang
lain (Munandar, 1992:30).
Keterampilan mengelola kelas ialah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan,
baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan
remedial (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:83).
Tindakan

pengelolaan

kelas

merupakan

tindakan

yang

dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal


agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru
tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan
menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional

17

sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan


keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan lain adalah tindakan
korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan
merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung (Rohani, 2004:127).
Berdasarkan penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson
sebagaimana dikutip oleh Sri Esti Wuryani (2006:264), bahwa
pengelolaan kelas didefinisikan sebagai berikut :
1) Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang
tinggi karena keterlibatan siswa di kelas.
2) Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru
dan siswa lain.
3) Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata prestasi berasal
dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Zaenal Arifin, 1990:3).
Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan (Slameto, 2003:2). Jadi prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil
belajar, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam
periode tertentu (Bukhori, 1983: 8).
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil
interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri (faktor intrinsik) individu antara lain minat, kecerdasan, bakat,
motivasi dan kemampuan kognitif, sedangkan faktor dari luar diri
(faktor ekstrinsik) individu antara lain faktor lingkungan yaitu alam,
sosial budaya dan keluarga dan faktor instrumental yaitu kurikulum,
program, sarana dan fasilitas dan guru (Djamarah, 2002:144).

18

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan


siswa dalam meyakini, menghayati, memahami dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan
dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:30).
Dari teori-teori di atas dapat diketahui bahwa guru merupakan
salah satu dari faktor ekstrinsik yang dapat memberikan pengaruh pada
prestasi belajar siswa. Seorang guru yang mempunyai kreativitas tinggi
serta mampu mengelola kelas dengan baik dan benar yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas berfungsi
menunjang program pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar
siswa. Begitu juga dalam pendidikan agama Islam bahwa seorang guru
PAI yang kreatif dan mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas
dengan baik maka akan menentukan hasil prestasi belajar siswa di
bidang PAI.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research).
Sifat penelitihan ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang penyajian datanya berupa angka-angka dan menggunakan
analisa statistik biasanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara
variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai
prediksi (Sugiyono, 2006a:8).
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti
(Suryabrata, 1995:72). Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua
variabel bebas atau independent variabel (X1,X2) , yaitu variabel yang

19

mempengaruhi variabel lain disebut juga variabel prediktor, dan variabel


terikat atau dependent variabel (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi. Sesuai
dengan masalah, penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu prestasi
belajar PAI siswa, sebagai kriteria atau variabel terikat (Y), kemudian
kreativitas guru PAI sebagai prediktor pertama atau variabel bebas pertama
(X1) dan kemampuan mengelola kelas, sebagai prediktor kedua atau
variabel bebas kedua (X2).
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
1) Kreativitas guru PAI (Munandar, 1992:50), dengan indikatorindikator sebagai berikut :
a) Ketrampilan mengajar
b) Motivasi tinggi
c) Demokratis
d) Percaya diri
e) Berpikir divergen
2) Kemampuan

mengelola

kelas

(Rohani,

2004:127),

dengan

indikator-indikator sebagai berikut :


a) Pengaturan tempat duduk siswa
b) Pengaturan alokasi waktu belajar
c) Perhatian guru pada siswa
d) Pemberian tanggung jawab kepada siswa
e) Memberi arahan kepada siswa
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam (Muhaimin, 2002:72), dengan indikator :
1) Nilai hasil belajar, pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
baik hasil tes formatif, sub sumatif maupun sumatif yang dapat
dilihat dari hasil raport.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

20

kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55). Populasi merupakan jumlah yang


ada pada obyek atau subyek yang dipelajari yang meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
yang berjumlah 240 siswa. Adapun alasan penulis memilih kelas VIII
adalah karena usia siswa tersebut menurut Peaget1 (dalam Hurlock,
2004:206) bahwa mereka berada pada masa adolescence. Awal masa
remaja bermula dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir
masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Dalam
usia ini terjadi proses kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Sumadi Suryabrata yang mengutip pendapatnya Montessori,
memasuki periode III (13 18 tahun), adalah periode penemuan diri dan
kepekaan rasa sosial. Dalam kondisi seperti ini psikologis anak relatif
kecil

untuk

berbohong,

karena

anak

mulai

mengembangkan

kepribadiannya serta sadar akan hak dan kewajibannya yang harus


dipatuhi (Suryabrata, 2002 :189).
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:58). Dalam ketentuan
pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto yaitu jika subyeknya
kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya disebut
penelitian populasi, namun jika jumlah subyeknya besar dapat diambil
antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002:71). Sampel
yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 15% dari seluruh populasi
yang berjumlah 240 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 36
responden.
Tehnik pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel yang sesuai dengan sumber data sebenarnya
atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan
1

Jean Peaget (1896-1980) adalah tokoh psikologi perkembangan yang berasal dari Swiss.
Ia adalah pencetus teori perkembangan kognitif. Masa remaja menunurut piaget merupakan masa
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, menyangkut apek afektif, termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok yang terlihat dari berbagai cara berpikir remaja yang
memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan social dengan orang dewasa.

21

istilah lain, sampel harus representatif (Margono, 2004:125). Dalam


penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik
Proportional Sistematic Random Sampling

dan berkelompok

(Arikunto, 1991:128). Tehnik pengambilan sampel ini proporsional dengan


mempertimbangkan jumlah murid di setiap kelas, yaitu penulis mengambil
murid dalam jumlah yang sama dari tiap-tiap kelas dan dipilih seara acak.
Teknik pengambilan sampel berkelompok karena keseluruhan populasi
dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yaitu kelas VIII A, kelas VIII B ,
kelas VIII C, Kelas VIII D, kelas VIII E dan kelas VIII F. Untuk
memperoleh 36 responden dari 240 siswa, penulis mengambil 6 siswa dari
tiap-tiap kelas yang masing-masing berjumlah 40 siswa, dan mereka
dipilih secara acak.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Angket atau kuesioner
Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataaan
tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara
individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu,
prefensi, keyakinan, minat dan perilaku (Hadjar, 1999: 181). Metode
ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang kreativitas guru
PAI dan kemampuan guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Negeri
3 Demak.
Pengukuran skala ini mengikuti skala likert yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan pesrsepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti yang disebut sebagai variabel penelitian
(Sugiyono,2007:133-134). Dalam penelitian ini menggunakan empat
alternatif jawaban: "selalu", "sering", "kadang-kadang", "tidak
pernah". Skor jawaban mempunyai nilai antara 1 sampai 4.
b. Observasi

22

Observasi adalah kegiatan pencatatan dan pengamatan yang


disengaja dan sistematik tentang keadaan/fenomena sosial dan gejalagejala yang muncul pada objek penelitian (Mardalis, 2003:63).
Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi
sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam
observasi

sampai

cara-cara

pencatatannya

(Hadi,

1992:147),

dilengkapi dengan format/blangko pengamatan sebagai instrumen yang


berisi item-item tentang kejadian yang digambarkan akan terjadi
(Arikunto, 2002:185), sehingga penulis tinggal memberikan tanda
terhadap kejadian yang muncul.
Observasi digunakan penulis untuk memperoleh data tentang
kreativitas guru PAI dan pelaksanaan pengelolaan kelas guru PAI di
SMP Negeri 3 Demak dengan cara mengamati dan mencatat seluruh
indikator yang akan diteliti.
c. Wawancara atau Interview
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan
penulis untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui proses
tanya jawab antara Information Hunter dengan Information Supplyer
(Hadi, 1992:192), Dalam wawancara ini penulis akan menggunakan
bentuk semi structured. Tekniknya mula-mula penulis menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam untuk mengetahui keterangan lebih lanjut (Arikunto,
2002:201).
Dari wawancara ini diharapkan akan mendapatkan informasiinformasi yang lebih jelas, lengkap dan sedalam-dalamnya tentang
kreativitas guru PAI dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kelas guru
PAI. Metode ini penulis tujukan kepada guru bidang studi PAI di SMP
Negeri 3 Demak yang secara langsung berkaitan dengan kreativitas
guru dalam mengajar dan pelaksanaan pengelolaan kelas, para siswa,
dan kepala sekolah selaku supervisor di sekolah tersebut.
d. Dokumentasi

23

Metode dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal


atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasati, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2002:206).
Metode dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung
untuk mengumpulkan data, karena dalam metode ini dapat diperoleh
data nilai prestasi PAI yang terdapat dalam raport siswa, data-data
histories, seperti sejarah berdirinya SMP Negeri 3 Demak, visi dan
misi sekolah, daftar guru PAI, daftar siswa, dokumen seperti jurnal,
agenda, serta data lain yang mendukung penelitian ini.
5. Metode Analisis Data
a. Pengujian Persyaratan Analisis
Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka sebelum teknik
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diterapkan, terlebih
dahulu data dideskripsikan dengan mengungkapkan mean, median,
modus, dan standar deviasi, juga disajikan daftar distribusi frekuensi
dan histogram. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan
program SPSS 11.5 for Windows.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik Analisys of
Variance Test ANOVA Test atau Pengujian Analisis Varian. ANOVA
tes dibentuk atas dasar cuplikan-cuplikan acak sederhana yang ditarik
secara bebas dari setiap populasi. Pengujian itu beranggapan bahwa
pupulasi-populasi disebarkan secara normal dan memiliki varianvarian yang sama (Soegiarto M, 2004: 309). ANOVA biasa digunakan
untuk membandingkan mean dari dua kelompok atau lebih dari
kelompok sampel yang telah dipilih secara acak. Secara simultan
perbedaan mean antar pasangan kelompok diuji untuk mengetahui
apakah ada satu atau lebih mean yang berbeda dari satu atau lebih

24

mean yang lain. Uji ANOVA ini juga biasa disebut sebagai One Way
Analisys of Variance (Ibnu Hadjar,1999: 256).
Dasar pemikiran yang mendasari analisis varian lebih baik
ditunjukkan dengan suatu pembahasan simbolis. Analisis varian yang
nyata dengan jumlah responden 36 yang dibagi dalam 3 kelompok
belajar, dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
X1.2
1

Y
88

82

81

83

81

82

80

79

85

90

87

1
2

89
84

80

81

83

80

83

85

82

86

81

88

2
3

90
80

78

79

78

25

82

79

81

77

78

80

80

79

Keterangan :
X1.2

: Variabel kreativitas guru PAI dan kemampuan


mengelola kelas

: Variabel prestasi belajar PAI

(1,2,3,4) : Variabel kategori yang dibedakan dalam kelompok


belajar
(77,78,79 dst) : nilai PAI siswa yang dibedakan dalam kelompok
belajar

Adapun langkah analisisnya adalah sebagai berikut:


Asumsi yang digunakan adalah subjek diambil secara acak menjadi
satu kelompok n. Distribusi mean berdasarkan kelompok normal
dengan keragaman yang sama. Statistik uji-F yang digunakan dalam
One Way ANOVA dihitung dengan rumus (k-1), uji F dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung (hasil output) dengan nilai Ftabel.
Sedangkan derajat bebas yang digunakan dihitung dengan rumus (n-k),
dimana k adalah jumlah kelompok sampel, dan n adalah jumlah
sampel. p-value rendah untuk uji ini mengindikasikan penolakan
terhadap hipotesis nol, dengan kata lain terdapat bukti bahwa
setidaknya satu pasangan mean tidak sama (Soegiarto M, 2004: 311).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan
nilai F dari perhitungan dengan nilai F yang ada dalam tabel untuk
tingkat kebebasan dan taraf signifikansi tertentu. Bila nilai F yang
diperoleh lebih kecil dari nilai F tabel, maka hipotesis nol diterima,

26

berarti tidak ada perbedaan nilai rata-rata yang cukup signifikan antar
masing-masing kelompok. Sebaliknya bila nilai F lebih besar, maka
hipotesis nol ditolak, berarti ada perbedaan nilai rata-rata yang
signifikan, setidaknya ada satu kelompok di antara seluruh pasangan
kelompok subyek.
H. Sistematika Penulisan
Tujuan sistematika penulisan tesis adalah untuk lebih memudahkan
memahami dan mempelajari isi tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini
akan penulis rinci sebagai berikut :
Bab satu, berisi pendahuluan; menjelaskan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
penulisan.
Bab dua, berisi landasan teori, kerangka berpikir dan hipotesis
penelitian. Adapun landasan teori berisi kreativitas guru meliputi: pengertian
kreativitas, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, ciri-ciri kreativitas,
karakteristik guru kreatif dan peranan guru. Pengelolaan kelas meliputi
pengertian pengelolan kelas, tujuan pengelolaan kelas, pendekatan dalam
pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas, komponen keterampilan
pengelolaan kelas, usaha preventif masalah pengelolaan kelas. Pendidikan
Agama Islam yang terdiri dari pengertian Pendidikan Agama Islam, landasan
Pendidikan Agama Islam, tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam,
pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pengorganisasian materi
Pendidikan Agama Islam. Pembahasan berikutnya adalah prestasi belajar yang
terdiri dari pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dan faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar; Kajian
penelitian relevan; Kerangka berpikir meliputi korelasi antara kreativitas guru
PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam,
korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa
bidang studi pendidikan agama Islam, korelasi antara kreativitas guru PAI dan
kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi
pendidikan agama Islam; dan Pengajuan hipotesis penelitian.

27

Bab tiga, berisi metodologi penelitian meliputi jenis dan sifat


penelitian, definisi operasinal, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis data.
Bab empat, berisi hasil penelitian meliputi deskripsi data, pengujian
persyaratan analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian meliputi
hasil uji korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa
bidang studi pendidikan agama Islam, hasil uji korelasi antara kemampuan
mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama
Islam, hasil uji korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola
kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam;
interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
Bab lima, berisi penutup menjelaskan tentang kesimpulan dan saransaran dalam penelitian. Dan di akhir tesis ini penulis sertakan daftar pustaka,
lampiran-lampiran, data kuantitatif dan sebagainya. Selain itu penulis juga
sertakan curriculum vitae/biografi penulis sebagai pelengkap.

DAFTAR PUSTAKA

28

Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 1 revisi, Bandung,
CV Sinar Baru , 1987
Arifin, Zaenal, Evaluasi Instruksional Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung,
Remaja Rosda Karya, 1990
Arikunto, Suharsimi, 1991, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
, Pengelolaan Kelas dan Siswa sebuah pendekatan evaluatif, Cet. II
Jakarta, Rajawali Press, 1988
, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta,
2002
Asrori, Mohammad dan Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2004
Bukhori, M. Teknik Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Bandung, Jemmars,
1983
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet.III,
Jakarta, Rineka Cipta, 2005
, Psikologi Belajar, cet. ke-1, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II,
Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Campbell, David, Mengembangkan Kreativitas, (disadur Dian Paramesti Bahar
dari Take the road to creativity and get off dead and), Yogyakarta,
Kanisius, 1995
Djohar. MS, Guru, Pendidikan & Pembinaannya, Penerapannya dalam
Pendidikan dan UU Guru, Yogyakarta, Grafika Indah, 2006
Ensiklopedi Indonesia, 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve
E. Ayan, Jordan, Bengkel Kreativitas (10 ways to free your creative spirit and find
your generation), Bandung, Sinar Baru, 1995

29

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan), Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004
Esti Wuryani, Sri, Psikologi Pendidikan, Cet.III, Jakarta, PT. Gramedia, 2006

G. Aleinikov, Andrei, Mega Kreativitas: 5 Langkah menuju cara berpikir seorang


jenius, Yogyakarta, Niagara, 2002
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogjakarta, Yayasan Fakultas Psikilogi
UGM, 1992
_______, Metodologi Research II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995
_______, Statistik II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995
Hasan, Maimunah, Membangun kreativitas Anak secara Islami, Yogyakarta,
Bintang Cemerlang, 2001
Hasan Sulaiman, Fatiyah, Sistem Pendidikan Versi Al Ghazaly, Cet. 2, terj. Fathur
Rahman, Syamsuddin Asyrafi, Bandung, PT. Al Maarif, 1993
Hakim, Thursan, Belajar Secara efektif, Jakarta, Puspa Swara, 2000

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan,


Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 1999
Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga, 2004
James, Jenifer, Thinking in the future tense (Berpikir ke depan menyongsong millennium baru),
Jakarta, Gramedia, 1998
Jawad, M. Abdul, Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas berfikir pada diri dan organisasi
anda, Bandung, PT. Syamil Cipta Media, 2002

J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Cet. VI, Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 1995
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, cet. ke-3, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995

30

L. Good, Thomas dan Jere E. Brophy, Educational Psychology, New York,


Longinan, 1990
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004
Malik Fajar, A, Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-Maarif,
1971
M. Echols, John Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, Cet XXIII, Jakarta,
Gramedia, 1996
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet.VI, Jakarta, Bumi
Aksara, 2003
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002
Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1999
, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta, PT
Gramedia Widia Sarna Indonesia, 1992
, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999
Nashori, Fuad & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta, Menara Kudus, 2002
Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 1995

Oemar, Hamalik, Holistika Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:


Raja Grafindo, 2005

31

_______, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT.


Bumi Aksara, 2002
Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam SMP & MTs, Jakarta, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003
P. Purnomo, Strategi Pengajaran, Surakarta, INTHEOS, 2003

Priyadarma, Triguna, Kreativitas dan Strategi, Jakarta, PT. Golden, 2001


Roestiyah N.K, Didaktik Metodik, Jakarta, PT Bina Aksara, 1989
Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Cet. II, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2004

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi


Pendidikan Di Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara, 1991
Rose, Colin dan Malcolm J. Nichol, Accelerated Learning for the 21 Century:
(Cara Belajar Cepat di Abad XXI), Bandung, Nuansa, 1997
Salam, Burhanudin, Pengantar Paedagogik, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Santoso, Singgih, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta, PT. Elek
Media Komputindo, 2002
Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2001
Semiawan, Conny dan Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa
Menengah, Jakarta, Gramedia, 1990
Semiawan, Conny A.F. Tangyong, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Cet.V,
Jakarta, Gramedia, 1989
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, cet. ke-4., Jakarta,
Rineka Cipta, 2003
Soegiarto M, Statistik Lanjutan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Bandung, Alfa Beta, 2007

32

, Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta, 2005


Sumiyatiningsih, Dien, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta, Andi
Offset, 2006
Supriyadi, Dedi, Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, Jakarta, Alfa
Beta, 1996
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995
, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2002
Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Ciputat, Quantum
Learning, 2005
Syaudih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Toenlioe, Teori dan Praktek pengelolaan kelas, Surabaya; Usaha Nasional, 1992

Wahib, Abdul, Mengajar dan Menilai Secara Kreatif, Seminar, Semarang, 25


April 2007
Warsito, Pengembangan Instrumen Kreativitas, Jakarta, Rineka Cipta, 2000
Winkel,W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986
Zuhairi, dan Abdul Ghofir, Metodik Khusus Pendidikan Agama, cet. ke-8, Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN


KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK

33

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Perumusan Masalah.....................................................................8
C. Tujuan Penelitian.........................................................................9
D. Manfaat Penelitian.......................................................................9
E. Kajian Penelitian Relevan.........................................................10
F. Sistematika Penulisan................................................................12

BAB II.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. LANDASAN TEORI
1. Kreativitas Guru..................................................................15
a. Pengertian Kreativitas...................................................15
b. Ciri-Ciri Kreativitas.......................................................19
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas............22
d. Tujuan Guru Kreatif......................................................28
e. Karakteristik Guru Kreatif.............................................30
f. Peranan Guru PAI..........................................................39
2. Pengelolaan Kelas...............................................................42
a. Pengertian Pengelolaan Kelas.......................................42
b. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas................................45
c. Tujuan Pengelolaan Kelas.............................................47
d. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas..........................49
e. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas................51
f. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas................58
3. Prestasi Belajar....................................................................64
a. Pengertian Prestasi Belajar............................................64
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.....66
4. Pendidikan Agama Islam.....................................................76
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam.............................76
b. Landasan Pendidikan Agama Islam...............................77

34

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................79


d. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.....79
e. Pengorganisasian Materi Pendidikan Agama Islam......81
B. PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN..............................83
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian

85

B. Populasi dan Sampel Penelitian

85

C. Variabel dan Instrumen Penelitian

87

D. Uji Coba Penelitian


E. Teknik Analisis Data
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data...............................................................................
B. Pengujian Persyaratan Analisis......................................................
C. Pengujian Hipotesis.......................................................................
D. Interpretasi Hasil Penelitian..........................................................
E. Pembahasan...................................................................................
F. Keterbatasan Penelitian.................................................................

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KISI-KISI INSTRUMEN PENGUMPUL DATA
Variabel (Xl) : Kreativitas Guru PAI
Kisi-Kisi Penyusunan Angket Kreativitas Guru PAI

35

NO

INDIKATOR

JUMLAH SOAL
POSITIF

JUMLAH SOAL
NEGATIF

JUMLAH
ITEM SOAL

1
2
3
4
5

Ketrampilan mengajar
Motivasi tinggi
Demokratis
Percaya diri
Berpikir divergen

5
4
3
2
3

1
2
3
4
3

6
6
6
6
6
30

JUMLAH

Variabel (X2) : Kemampuan Mengelola Kelas


Kisi-Kisi Penyusunan Angket Kemampuan Mengelola Kelas
NO

1
2
3
4
5

INDIKATOR

JUMLAH SOAL
POSITIF

JUMLAH SOAL
NEGATIF

JUMLAH
ITEM SOAL

4
3

2
3

6
6

Tempat duduk siswa


Alokasi waktu belajar
Perhatian guru kepada
siswa
Pemberian tanggung
jawab kepada siswa
Memberi arahan
kepada siswa

30

JUMLAH

Kisi-Kisi Penilaian / Penskoran Angket


SOAL POSITIF
JAWABAN
SKOR / NILAI

A
B
C
D

SOAL NEGATIF
JAWABAN
SKOR / NILAI

4
3
2
1

A
B
C
D

1
2
3
4

A. INSTRUMEN ANGKET: KREATIVITAS GURU PAI


1. Apakah guru PAI ketika membuka pelajaran mengajak siswa berdoa terlebih
dahulu ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

36

2. Apakah guru PAI ketika mengawali materi melakukan appersepsi terlebih


dahulu ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

3. Apakah guru PAI menjelaskan materi menggunakan alat bantu peraga ?


a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

4. Apakah guru PAI memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran ?


a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

5. Apakah guru PAI memberikan tugas kepada siswa setelah materi selesai ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

6. Apakah guru PAI menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi
yang lain ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

7. Apakah guru PAI menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi kepada


siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

8. Apakah guru PAI memotivasi siswa agar supaya giat belajar ?


a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

9. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan suara yang jelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

10. Apakah guru PAI setiap bulan memeriksa buku catatan siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

11. Apakah guru PAI ketika mengajar lupa membawa buku absensi siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

12. Apakah guru PAI setiap mengajar meninggalkan ruang kelas ?


a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

13. Apakah guru PAI bersikap demokratis kepada setiap siswa ?


a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

14. Apakah guru PAI menghargai tugas-tugas siswa tanpa membedakan antara
siswa satu dengan yang lain ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

15. Apakah guru PAI dalam memberikan nilai kepada siswa dengan objektif ?

37

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

16. Apakah guru PAI menolak pendapat siswa sebagai masukan materi pelajaran ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

17. Apakah guru PAI menjauhkan siswa yang memiliki nilai rendah dari temantemannya ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

18. Apakah guru PAI marah apabila dikritik oleh siswa berkaitan dengan
penyampaian materi ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

19. Apakah guru PAI menunjukkan sikap yang meyakinkan dalam mengajar ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

20. Apakah guru PAI menjelaskan materi di kelas dengan tenang dan penuh
percaya diri ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

21. Apakah guru PAI pernah menyampaikan materi tanpa ada persiapan sama
sekali ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

22. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan melihat buku pegangan ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

23. Apakah guru PAI pernah menjawab pertanyaan siswa dengan sikap ragu ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

24. Apakah guru PAI menunda jawaban atas pertanyaan yang diajukan siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

25. Apakah guru PAI memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

26. Apakah guru PAI mencari tambahan referensi sebagai upaya untuk menambah
materi PAI ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

27. Apakah guru PAI memanggil orang tua siswa yang mempunyai masalah
berkaitan dengan pembelajaran PAI di kelas ?

38

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

28. Apakah guru PAI hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah
laku siswa di kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

29. Apakah guru PAI membiarkan siswa yang mempunyai masalah berkaitan
dengan tugas-tugas kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

30. Apakah guru PAI menyita buku catatan apabila ada salah satu siswa yang
melakukan kesalahan karena tidak menyelesaikan tugasnya ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

INSTRUMEN ANGKET : KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS


1. Apakah guru PAI sebelum memulai materi terlebih dahulu mengatur tempat
duduk siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

39

2. Apakah guru PAI mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan metode
mengajar ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

3. Apakah tempat duduk yang ditentukan guru PAI bisa membantu pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

4. Apakah bentuk tempat duduk siswa berubah ketika guru PAI menjelaskan
materi baru ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

5. Apakah guru PAI ketika mengajar lupa mengatur tempat duduk siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

6. Apakah guru PAI membiarkan ketika tempat duduk siswa ada yang rusak ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

7. Apakah guru PAI masuk di kelas tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

8. Apakah guru PAI ketika mengajar memanfaatkan waktu pelajaran dengan


sebaik-baiknya ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

9. Apakah guru PAI memberikan jam tambahan ketika materi belum tuntas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

10. Apakah guru PAI terlambat masuk kelas pada saat jam pelajaran dimulai ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

11. Apakah jam pelajaran PAI sering kosong karena guru PAI sibuk dengan
pekerjaan sekolah ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

12. Apakah guru PAI mengakhiri materi sebelum jam pelajaran selesai ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

13. Apakah guru PAI ketika mengajar memandang siswa secara seksama ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

14. Apakah guru PAI memberikan perhatian kepada siswa yang tertinggal materi ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

40

15. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan mengawasi tingkah laku
siswa di kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

16. Apakah sikap guru PAI bersahabat dengan semua siswa tanpa membedabedakan siswa satu dengan yang lain ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

17. Apakah guru PAI sebelum memulai materi terlebih dahulu menanyakan siswa
yang tidak masuk ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

18. Apakah guru PAI membiarkan siswa yang gaduh ketika pelajaran sedang
berlangsung ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

19. Apakah guru PAI ketika mengajar bertanggung jawab menjelaskan materi
yang diajarkan di kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

20. Apakah guru PAI sebelum memulai pelajaran menanyakan tugas-tugas sebagai
salah satu tanggung jawab belajar siswa ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

21. Apakah guru PAI bertanggung jawab pada ketuntasan materi yang diajarkan
dalam satu semester ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

22. Apakah guru PAI menyuruh mengawasi siswa yang malas menyelesaikan
tugas-tugas pekerjaan rumah ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

23. Apakah guru PAI memberikan sangsi kepada siswa yang tidak mengerjakan
tugas-tugas belajar ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

24. Apakah dalam memberikan hukuman guru PAI membedakan antara siswa satu
dengan siswa yang lain ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

41

25. Apakah guru PAI memberikan arahan kepada siswa agar berperilaku sopan di
kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

26. Apakah teguran guru PAI berisi pengarahan dan petunjuk yang jelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

27. Apakah guru PAI ketika mengajar membiarkan saja apabila ada siswa yang
tiduran di kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

28. Apakah guru PAI memberikan ancaman apabila ada siswa yang bertengkar di
kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

29. Apakah guru PAI memarahi siswa yang selalu terlambat masuk kelas ?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

30. Apakah guru PAI memukul siswa apabila ada siswa yang selalu gaduh di kelas
?
a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

B. INSTRUMEN OBSERVASI

NO
1.

KOMPONEN KETERAMPILAN
Membuka pelajaran
Menarik perhatian siswa
Gaya mengajar siswa

BS

KATEGORI
B
C
K

42

2.

3.

4.
5.
6.
7.

8.
9.

10.

11.

Penggunaan alat-alat bantu peraga


Pola interaksi yang bervariasi
Merencanakan kegiatan belajar mengajar
Menetapkan rencana pembelajaran
Memilih dan menentukan materi pelajaran
Melakukan appersepsi
Keterampilan menjelaskan
Penggunaan kalimat yang sesuai dengan
pemahaman anak didik
Penggunaan contoh yang sesuai dengan
penjelasan materi
Memberikan ikhtisar butir yang penting
Menyimpulkan materi
Memberikan penekanan terhadap materi yang
penting
Penyampaian materi secara sistematis
Pengembangan materi pelajaran
Penentuan metode pengajaran yang sesuai dengan
materi
Variasi dalam gaya mengajar
Suara: nada suara, volume suara, kecepatan
bicara
Mimik dan gerak: gerak tangan dan badan
untuk memperjelas pelajaran
Kontak pandang: melayangkan pandangan pada
seluruh siswa
Perubahan posisi: bergerak
Memusatkan: tekanan pada butir yang penting
Pemberian motivasi
Memberikan pesan / nasehat supaya belajar
lebih tekun
Pemberian contoh
Pemberian contoh yang cukup untuk
menanamkan pengertian dalam menjelaskan
Menggunakan contoh yang relevan dengan sifat
dari penjelasan itu
Pemberian contoh disesuaikan dengan usia,
pengetahuan, latar belakang peserta didik
Menutup pelajaran
Meninjau kembali
Memberikan kesimpulan
Pemahaman terhadap peserta didik
Mengenali tingkah laku dan karakteristik siswa

43

12.

13.

14.

15.

Memperhatikan kemampuan siswa


Memperhatikan minat siswa
Melakukan evaluasi
Pemberian butir evaluasi dan pengayaan pada
siswa
Melakukan penskoran dan pengukuran
Melakukan penilaian
Melakukan perbaikan pengajaran
Mengatur tempat duduk siswa
Posisi setengah lingkaran, berhadapan, berbaris
ke belakang.
Sesuai materi pelajaran
Alokasi waktu belajar
Mulai pelajaran tepat waktu
Tidak pernah kosong
Pemberian tanggung jawab kepada siswa
Menyelesaikan tugas
Mentaati peraturan kelas
Menegur siswa bagi yang melanggar

Keterangan :
Kategori BS : Baik Sekali
Kategori B : Baik
Kategori C : Cukup
Kategori K : Kurang

INSTRUMEN WAWANCARA
1. Apakah yang Anda persiapkan sebelum proses belajar mengajar di kelas
dimulai.

44

2. Apakah Anda menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada


setiap materi yang diajarkan.
3. Apakah Anda membuat aturan dan kesepakatan dalam pembelajaran PAI
4. Hal-hal apa yang Anda lakukan sebagai guru PAI dalam proses belajar
mengajar supaya materi dapat dan mudah diterima oleh siswa.
5. Apakah Anda menguasai setiap materi yang akan disampaikan.
6. Bagaimana Anda mengembangkan dan menyampaikan materi pelajaran
secara sistematis.
7. Apakah dalam penggunaan media dan metode pengajaran sesuai dengan
materi yang disampaikan.
8. Bagaimanakah Anda menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam
pembelajaran PAI
9. Bagaimana cara Anda mengatur tempat duduk siswa dalam pembelajaran
PAI
10. Apakah Anda sebagai seorang guru, paham akan kepribadian serta
kemampuan anak didik berkaitan dengan materi yang disampaikan
11. Apakah Anda selalu melakukan evaluasi setelah materi berakhir.
12. Apakah Anda selalu menanyakan buku catatan PAI siswa
13. Sebagai wujud kreativitas guru, apakah yang dapat Anda lakukan dalam
memunculkan ide-ide baru atau inovasi dalam pendidikan.
14. Apa yang dapat Anda lakukan untuk dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
15. Bagaimana cara Anda mengatasi masalah tingkah laku siswa yang
melanggar peraturan dalam pembelajaran PAI

Anda mungkin juga menyukai