Proses penjalaran atau perambatan gelombang pada perlapisan batuan disebabkan oleh adanya
sifat akustik khas yang dimiliki oleh batuan yaitu Impedansi Akustik. Impedansi akustik
merupakan kemampuan batuan untuk melewatkan gelombang seismic yang melalui nya.
Pantulan suatu sinyal akustik terhadap suatu bidang batas udara-air, air-sedimen, atau sedimensedimen, disebabkan karena adanya perbedaan impedansi akustik pada bidang batas antar
medium tersebut.
Secara fisis, Impedansi Akustik merupakan produk perkalian antara kecepatan gelombang
kompresi dengan densitas batuan (Abdullah, 2008).
z = .V
dimana: z = impedansi akustik (gr/cm2/det)
= Berat jenis dari medium
v = Kecepatan rambat gelombang akustik pada medium (cm/det)
Dalam mengontrol harga Impedansi Akustik kecepatan memiliki arti yang lebih penting
dibanndingkan dengan densitas. Hal ini dikarenakan densitas suatu batuan memiliki range
dimana pada nilai tertentu densitas batuan yang satu akan mengalami suati overlap dengan
densitas batuan lainnya. Batuan yang lebih keras dan kompak (porositas kecil) memiliki nilai Z
yang lebih tinggi dibandingkan batuan yang tidak kompak (porositas besar) karena gelombang
seismic akan lebih mudah merambat melewati batuan dengan porositas kecil.
Impedansi akustik suatu sedimen atau batuan diperlihatkan sebagai fungsi dari kecepatan rambat
gelombang akustik dan berat jenis sedimen, sehingga Hamilton (1963) menunjukkan kecepatan
rambat gelombang akustik dengan persamaan berikut:
4G
3
)0,5
V =
k+
(km/det)
k = kompresibilitas dari sedimen (dyne/cm2)-1
G = rigiditas dari sedimen (dyne/cm2)
= berat jenis sedimen (gr/cm3)
Berat jenis (bulk density) dari sedimen yang tidak kompak (unconsolidated) berubah, sehingga
kecepatan rambat gelombang akustiknya akan berubah pula. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan kompresibilitas dari butiran-butiran mineral serta adanya faktor-faktor yang merubah
rigiditas dari sistem seperti ikatan-ikatan antar partikel yang lebih kuat pada butiran-butiran
mineral (Prawirasastra et al., 1999).
Pada sedimen yang kompak (consolidated) atau setengah kompak (semi consolidated), berat
jenis menjadi faktor penting yang mempengaruhi perubahan impedansi akustik kekompakan
(consolidation) ini. Litifikasi (litification) dari sedimen yang kompak adalah sebagai hasil
pembebanan yang berlebihan yang disebabkan oleh air, es, atau sedimen-sedimen lain,
pengeringan (dissication) dari sedimen selama air surut, sedimentasi oleh silika atau kalsium
karbonat yang terdapat di dalam lautan, serta proses diagenetik karena ketidaksamaan kimia dari
butiran-butiran memproduksi mineral-mineral baru yang menambah koherensi sedimen
(Prawirasastra et al., 1999).
Perbedaan (kontras) impedansi akustik batuan satu dengan batuan lainnya disebut sebagai
Koefisien Refleksi yang dirumuskan sebagai berikut :
R=
Z 2Z1
Z 2 +Z 1
dimana: Z1 = Impedansi akustik dari sedimen yang berada di atas bidang batas
Z2 = Impedansi akustik dari sedimen yang berada di bawah bidang batas
Koefisien refleksi mempunyai nilai antara -1 sampai 1. Jika impedansi akustik pada Z2 lebih
besar dari impedansi akustik Z1 dan gelombang merambat dari batuan dengan nilai densitas
rendah ke batuan dengan densits lebih tinggi maka koefisien reflekai akan bernilai positif.