TENTIR+IMUN+2 New
TENTIR+IMUN+2 New
K-10,11
K-12
K-13
K-14
K-15
B. Imunitas spesifik
1. Respons imun yang berbeda
Berbagai parasit berbeda dalam besar, struktur, sifat
biokimiawi, siklus hidup, dan patogenisitasnya respons
imun spesifik berbeda pula. Infeksi cacing biasanya
kronik dan kematian sel host akan merugikan parasit
sendiri rangsangan antigen persisten meningkatkan
kadar imunoglobulin dan pembentukan kompleks imun
dalam sirkulasi.
2. Infeksi cacing (dengan Th2)
- Respons terhadapnya lebih kompleks karena lebih besar dan
tidak terfagosit.
- Pertahanan terhadap cacing diperankan oleh aktivasi sel Th2.
Cacing merangsang subset Th2 sel CD4+ yang melepas IL-4
dan IL-5.
- IL-4 merangsang produksi IgE, kemudian IgE berikatan
dengan cacing.
- IL-5 merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil
eosinofil mengikat IgE yang tadi sudah ada cacingnya.
- Eosinofil mensekresi granul enzim yang menghancurkan
parasit. Granulnya lebih toksik dibanding neutrofil dan
makrofag.
- Reaksi inflamasi yang timbul mencegah menempelnya
cacing pada mukosa saluran cerna.
- Jika masuk ke saluran cerna dirusak IgG, IgE, dan mungkin
dibantu ADCC (antibody dependent cell (mediated)
cytotoxicity)
1
4. Resistensi
Larva skistosoma bergerak dari paru dan selama migrasi
tersebut mengembangkan tegumen yan resisten
terhadap kerusakan oleh komplemen dan CTL (Cytotoxic
T Lymphocyte).
5. Hidup dalam sel pejamu
Protozoa intrasel atau mengembangkan kista
resisten terhadap respon imun.
Cacing lumen usus halus terlindung dari CMI (cell
mediated immunity).
Parasit juga kadang melepaskan tutup antigennya,
spontan atau setelah berikatan dengan antibodi sehingga
resisten.
D. Malaria
Parasit malaria termasuk genus plasmodium. Pada manusia,
terdapat 4 spesies, yaitu:
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
Plasmodium dibawa oleh vektornya yaitu nyamuk Anopheles. Jadi
manusia terinfeksi karena gigitan nyamuk ini
Plasmodium tersebut memiliki fase spesifik, yang terdiri atas:
1. Trofozoit, skizon (terdiri atas banyak merozoit), gametosit
terdapat dalam tubuh manusia
2. Sporozoit, ookinet, ookista (dalam tubuh nyamuk)
Gm
Gh2
G
b
1
Keterangan:
Garis hitam (Gh) menunjukkan fase parasitemia setelah sporozoit
masuk ke dalam tubuh (sp)
Terdapat periode prepaten (p) antara inokulasi sporozoit dan
terdeteksinya parasit dalam darah
Garis biru (Gb) menunjukkan ambang batas mikroskopik (batas
jumlah bisa terdeteksi)
Area berwarna kuning (1) merupakan periode subpatent
Area berwarna orange (2) adalah area parasitemia asimtomatik
Garis merah (Gm) menunjukkan ambang batas klinis
Area pink (3) menunjukkan area timbulnya gejala klinis
Karena imunitas berkembang, maka ambang batas klinis juga
meningkat
Periode inkubasi (i) adalah waktu antara inkubasi dengan
munculnya gejala klinis
Pada area ini, malaria berat dapat diderita setiap orang di segala
usia, namun lebih rentan pada dewasa yang memilki gagal ginjal,
edema paru, atau kegagalan multiorgan
Dengan demikian, imunitas klinis pada malaria tergantung pada
kemampuan untuk menurunkan respons reaksi silang sel T, sehingga
dapat mengurangi jumlah IFN- non-spesifik. Adanya sel penghasil IFN-
penting untuk membedakan respons spesifik dan non-spesifik malaria.
E. Skistosomiasis
- Gambaran khas: kadar IgE dan eosinofil tinggi.
- Secara in vitro : Respons IgE dapat protektif bila
dikombinasikan dengan eosinofil yang membunuh larva
skistosoma melalui ADCC (antibody dependent cell
(mediated) cytotoxicity).
- Secara in vivo, proses belum jelas, apakah sama dengan in
vitro.
- IL-4 (sitokin Th2) meningkatkan sistesis IgE, sedangkan Th1
menurunkan produksinya.
- IL-5 untuk produksi eosinofil, IL-5 dikeluarkan dalam jumlah
besar pada antigen yang resisten.
- Infeksi skistosoma menimbulkan respons inflamasi terhadap
telor parasit yang terdiri dari granuloma yang Th1 dependen.
- Granuloma terdiri atas sel T, B, makrofag, fibroblas, dan
sejumlah besar eosinofil yang dapat mengucilkan telur.
- Percobaan pada tikus, intensitas sistem imun memacu
terjadinya granuloma pada minggu ke 7-8.
- Respons dini terhadap antigen telur adalah tipe Th1 dan Th2
dan pengalihan ke Th2 (pengalihan ini berlangsung lama).
F.
I.
mempengaruhinya:
Hasil
degradasi
mikroba
Komponen
imun
&
sitokin
Obatobatan
Tumor
Etiocholanolone,
bleomycin,
penicillin
(melalui produk-produk limfosit pada
individu yang tersensitisasi) drug
induced fever
Melalui produksi sitokin pirogenik
Untuk grafik demam yang khusus pada penyakit2 ttt, bisa liat di slide
ya! insyaAllah bisa dimengerti kok.. oia, mohon maaf kalau ga sesuai
urutan slide, semata-mata agar bisa dimengerti ..^_^.. selamat belajar
semua!!
Deskripsi
Intermit
en
Penyakit
turunTBC,
endokarditis,
tidak demam tifoid
nilai
Relaps
Demam
muncul
kembaliRelapsing
fever,
setelah beberapa hari ataubruselosis, tertiana atau
minggu
malaria
quartana,
limfoma
Bifasik
Demam
sekali
Kontinu
berulang
hanyaLeptospirosis,
dengue,
colorado
tick
fever,
koriomeningitis limfositik
demam
obat,
11
Obat ini diserap cukup baik oleh tubuh, lalu mengalami hidrolasi
Efek samping:
Kortikosteroid (glukokortikoid)
13