PENDAHULUAN
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang
menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral
symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive)
demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan
kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas
bila mengalami demensia.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Definisi demensia
Demensia ialah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya
kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun
bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak
atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.1
2. Definisi demensia menurut WHO
Demensia adalah sindrom neurodegenerative yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur
multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya
disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.2
B. Epidemiologi
Demensia dianggap penyakit yang timbul pada akhir hidup karena cenderung
berkembang terutama pada orang tua. Sekitar 5% sampai 8% dari semua orang di
atas usia 65 tahun memiliki beberapa bentuk demensia, dan jumlah ini meningkat
dua kali lipat setiap lima tahun di atas usia itu. Diperkirakan bahwa sebanyak
setengah daripada orang berusia 80-an menderita demensiaPenyebab tersering
demensia di AS dan Eropa adalah penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia
diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering demensia.
Penyebab tersering demensia di AS dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,
sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering
demensia. Tipe demensia yang lebih jarang adalah demensia tipe Lewy body,
Demensia Fronto-temporal dan demensia pada penyakit Parkinson.4
C.
Klasifikasi
Demensia
Demensia
dapat
dibagi
dalam
demensia
yang
reversible
dan
yang
tak
reversible.
Pada
demensia
yang
reversible,
daya
kognitif global dan fungsi luhur lainnya terganggu oleh karena metabolisme neuronneuron kedua belah hemisferium tertekan atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab.
Apabila sebab ini dapat dihilangkan, maka metabolisme kortikal akan berjalan
sempurna kembali. Dengan demikian fungsi luhur dalam keseluruhannya akan pulih
Demensia
(marijuana/methamphetamines,cocain heroin/alcohol).
Tumor yang dapat dioperasi
Subdural hematoma
Normal-pressure hydrocephalus
Kelainan metabolic, seperti kekurangan vitamin B12
Hypothyroidisn
Hypoglycemia
akibat
penyalahgunaan
bahan
kimia
Dementia irreversible 3
Alzheimers disease
Multi-infark dementia (stroke)
Dementia akibat penyakit Parkinson
AIDS dementia complex
Creutzfeldt-jakob disease
D. Demensia Alzheimer
Saat ini, penyakit Alzheimer merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada
populasi lansia dan menduduki peringkat ke 4 sebagai penyebab kamatian. Lima puluh
sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer
adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak
tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.2
1. Etiologi
Faktor-faktor risiko penyakit Alzheimer antara lain :2
a. Usia : Kebanyakan penderita berusia 65 tahun ke atas.
b. Faktor genetic : Mutasi gen protein precursor amiloid, gen presenilin 1 dan 2,
serta apolipoprotein E 4.
c. Faktor lingkungan seperti riwayat cedera kepala berat
d. Penyakit metabolic : obesitas, hiperlipedemi, dan diabetes mellitus.
2. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis penyakit Alzheimer terdiri atas manifestasi gangguan kognitif
dan gangguan psikiatrik serta perilaku. Gangguan kognitif awal yang terjadi adalah
gangguan memori jangka pendek. Gangguan ini akan diikuti dengan kesulitan
berbahasa, disorientasi visuospasial dan waktu, serta inatensi. Penderita mengalami
ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya seiring perjalanan
penyakit, akan muncul gangguan psikiatrik dan perilaku seperti depresi, kecemasan,
halusinasi, waham, dan perilaku agitasi.2
Gambaran klinis Alzheimer berdasarkan stadiumnya :
a. Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan
memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori yang
terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami.
b. Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebut stadium demensia. Gejalanya :
Disorientasi
Gangguan bahasa (afasia)
Penderita mudah bingung
Penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan
kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan
visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi
berat prevalensinya 15-20 %.
c. Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun. Gejala klinisnya
antara lain :
Penderita menjadi vegetative
Tidak bergerak dan membisu
Daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal
keluarganya sendiri
Tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain
Kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
dalam
pemroses
informasi
dan
memori.
Meskipun
sistem
Diagnosis
Kriteria diagnostik penyakit Alzheimer menurut DSM-IV( Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, Fourth revision.2
A. Perkembangan difisit kognitif multiple terdiri dari
1. Gangguan memori (gangguan kemampuan dalam mempelajari informasi
baru atau mengingat informasi yang sudah dipelajari)
2. Salah satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut ini :
Afasia (gangguan berbahasa).
Pemeriksaan fisik
Kriteria Diagnostik
DSM-IV
perlu
ditunjang
dengan
pemeriksaan
fisik
Refleks menetek adalah positif, apabila bibir penderita dicucur secara reflektorik
seolah-olah mau menetek, jika bibirnya tersentuh oleh sesuatu, misalnya
sebatang pensil.
c. Snout reflex
Pada penderita dengan demensia tiap kali bibir atas atau bawah diketuk
m.orbikularis oris berkontraksi.
d. Refleks glabela
Orang dengan demensia akan memejamkan matanya setiap kali glabelanya
diketuk. Pada orang sehat, pemejaman mata pada ketukan berkali-kali pada
glabela timbul dua tiga kali saja, dan selanjutnya mata tidak akan memejam lagi.
e. Refleks palmomental
Pada penderita dengan demensia, goresan pada kulit tenar membangkitkan
kontraksi otot mentalis ipsilateral.
6.
NO
TES
NILAI
MAKSIMAL
ORIENTASI
1
Sekarang (tahun), (musim), (Bulan), (tanggal), Hari apa ?
2
Kita berada dimana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit),
5
5
(lantai/kamar)
REGISTRASI
3
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1
3
2
1
3
10
anda
Pasien disuruh menulis dengan spontan
11
Total
30
Skor
Nilai 24-30
Niali 17-23
Nilai 0-16
: Normal
: Gangguan kognitif Probable
: Gangguan kognitif definitif
VERSI
pada
tempat
yang
Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar:
Gambar harus tiga dimensi
Semua garis tergambar
Tidak terdapat garis tambahan
Garis-garis tersebut relatif sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk
prisma segi empat dapat diterima)
Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas
tidak dipenuhi
3. Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding)
Instruksi:
Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka-angkanya dan
buat waktunya menjadi pukul 11 liwat 10 menit
Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut:
Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus berupa lingkaran dengan hanya
sedikit distorsi (mis: ketidak sempurnaan dalam menutup
lingkaran)
Angka (nilai 1): semua angka yang terlihat dalam jam harus
lengkap tanpa tambahan angka; angka harus diletakkan dalam
urutan yang tepat dan dalam kuadran yang sesuai dengan bentuk
jam; angka-angaka Romawi dapat diterima; angka dapat
diletakkan di luar lingkaran
Jarum jam (nilai 1): harus terdapat dua jarum jam yang secara
bersamaan menunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang
menunjukkan jam harus secara jelas lebih pendek dari jarum yang
menunjukkan menit; jarum jam harus berpusat di dalam lingkaran
dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan pusat
lingkaran
Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas
tidak dipenuhi
4. Penamaan
Instruksi:
Katakan kepada saya nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)
Penilaian:
Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1) Gajah, (2)
Badak, (3) Unta
5. Daya Ingat
Instruksi:
Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan membacakan sederet
kata yang harus anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan baik-baik,
setelah saya selesai katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang
dapat anda ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan
(kemudian pemeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata
setiap detik).
Tandai dengan tanda centang () di tempat yang disediakan, untuk tiap
kata yang dapat diingat secara benar oleh subjek pada pemeriksaan
pertama. Ketika subjek menunjukkan bahwa ia telah selesai (telah
mengingat semua kata) atau sudah tidak dapat lagi mengingat kata
lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya disertai instruksi
berikut:
Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk keduaklinya.
Cobalah untuk mengingat dan katakana kepada saya sebanyak mungkin
kata yang dapat anda ingat, termasuk kata-kata yang sudah anda
sebutkan di kesempatan pertama.
Di akhir pemeriksaan kedua, jelaskan kepada subjek bahwa dia akan
diminta lagi untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan
mengatakan Saya akan meminta anda untuk mengingat kembali katakata tersebut pada akhir pemeriksaan.
Penilaian:
Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama dan kedua
6. Perhatian
Rentang Angka Maju (Forward Digit Span)
Instruksi:
Saya akan mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai,
ulangi
apa
yang
saya
ucapkan
tepat
sebagaimana
saya
mengucapkannya
(Bacakan kelima urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap
detik)
Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar
Rentang Angka mundur (Backward Digit Span)
Instruksi:
Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi
jika saya sudah selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan
dalam urutan terbalik
(Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap
detik)
Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar. (N.B.:
jawaban yang benar untuk pemeriksaan angka mundur adalah 2-4-7)
Kewaspadaan
Instruksi:
warna
ganda:
jenis bangunan
jenis bunga
pilihan
pilihan
pilihan
pilihan
ganda:
ganda:
ganda:
mawar,
merah,
biru,
Penilaian:
Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang dapat diingat
dengan bantuan petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk memperoleh
informasi klinis dan dapat memberikan informasi tambahan yang
diperlukan mengenai jenis kelainan daya ingat. Untuk penurunan daya
ingat yang disebebkan oleh kegagalan proses mengingat kembali
(retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan pemberian
petunjuk. Untuk penurunan daya ingat yang disebaban oleh kegagalan
menerjemahkan sandi ingatan (encoding failures), kinerja tidak dapat
ditingkatkan dengan pemberian petunjuk.
11.
Kemampuan Orientasi
Instruksi:
Katakan kepada saya tanggal hari ini
Jika subyek tidak dapat memberikan jawaban yang lengkap, berikan
tanggapan dengan mengatakan Katakan kepada saya tahun, bulan,
tanggal dan hari pada saat ini kemudian katakan: Sekarang, katakan
kepada saya nama tempat ini dan berada di kota apa?
Penilaian:
Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subyek harus
menjawab secara tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah
sakit, klinik, kantor). Tidak ada nilai yang diberijkan jika subyek
membuat kesalahan walau satu hari dalam penyebutan tanggal.
NILAI TOTAL:
Nilai maksimal sebesar 30
Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal
Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal
selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat Sekolah Menengah
Atas), jika total nilai kurang dari 30.
Riwayat Penyakit
Kolesterol
Ya
Tidak
Jantung
Apakah
Apakah
Apakah
Apakah
Apakah
Faktor Risiko
Merokok
Dalam 12 Bulan terakhir minum minuman
beralkohol
Dalam 1 Bulan terakhir minum minuman
beralkohol
Makan-makanan asin
Makan/minum yang manis-manis
Makan sayur (1 x 1 porsi)
Makan buah (1 x 1 porsi)
Melakukan olah raga
(2) tidak
17
(1) <
1x/hari
(2) 1x/hari
(3) Jarang/tidak
pernah
(3) 2x/har (4) 3x/har
i
i
8. Pemeriksaan SLUM10
yang difus.
SPECT scan. Pemeriksaan ini akan menunjukkan penurunan perfusi jaringan di
daerah Temporoparietalis bilateral yang biasanya terjadi pada penderita
Alzheimer.
PET Scan .Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas metabolic di daerah
temporoparietalis bilateral.
Indikasi MRI/CT Scan pada penderita demensia
Awitan terjadi pada usia < 65 tahun.
Manifestasi Klinis timbul < 2 tahun
Tanda atau gejala neurologi asimetris.
Gambaran klinis Hidrosefalus tekanan normal {NPH (Normal pressure
hydrocephalus)}2
c. EEG
Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas alfa dan peningkatan aktivitas teta
yang menyeluruh.2
d. Pungsi lumbal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kelainan cairan cerebrospinal,
seperti meningitis kronis, meningoensefalitis, atau vaskulitis serebral.2
14. Prognosis
19
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai survival rate 5-10 tahun setelah diagnosis
ditegakkan dan seringkali meninggal karena infeksi. Penurunan kognitif serta sifat
ketergantungan yang dialami pasien Alzheimer memberikan beban mental, fisik, dan
ekonomi yang berat terutama kepada keluarga dan kerabat dekat yang mengurus pasien.2
E. Demensia Vaskular
Demensia vascular ialah sindrom demensia yang disebabkan disfungsi otak akibat penyakit
serebrovaskular atau stroke. Demensia vascular merupakan penyebab demensia kedua
tersering setelah demensia Alzheimer.2
1. Epidemiologi
Sepertiga penderita pascastroke yang masih hidup didiagnosis demensia vascular.2
2. Etiologi
Stroke, penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis, dan HIV), penggunaan alcohol
kronis, pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenic, dan aluminium),
trauma kepala berulang pada petinju professional, penggunaan obat-obatan jangka
panjang, obat-obatan sedative, dan analgetik.2
3. Patofisiologi
Mekanisme demensia vaskular :
a. Degenerasi yang disebabkan faktor genetic, peradangan, atau perubahan biokimia.
b. Aterosklerosis, infark thalamus, ganglia basalis, jaras serebral, dan area di sekitarnya.
c. Trauma, lesi di serebral terutama di lobus frontalis dan temporalis, korpus kalosum,
dan mesensefalon.
d. Kompresi, TIK meningkat, dan hidrosefalus kronis (NPH
Sebagai fungsi diensefalon dan lobus temporalis lebih dominan untuk memori jangka
panjang dibandingkan dengan korteks lainnya. Kegagalan dalam tes fungsi verbal (afasia)
berhubungan dengan gangguan di hemisfer serebral dominan, khususnya di bagian
perisilvian dari lobus frontalis, temporalis, dan parientalis. Kehilangan kemampuan
membaca dan berhintung berhubungan dengan lesi di hemisfer serebri dominan bagian
posterior. Gangguan menggambar dan membangun bentuk sederhana dan kompleks
dengan balok, tongkat, serta mengatur gambar, biasanya terjadi bila terdapat lesi di lobus
parientalis hemisfer serebri nondominan.2
4. Fisiologi Demensia vaskuler
a. Lokasi Infark. Infark di lobus temporalis menyebabkan gangguan memori, lesi di
lobus parientalis dapat mengakibatkan gangguan orientasi spasial, apraksi, agnosia
serta gangguan fungsi luhur lain. Depresi lebih sering terjadi pada lesi di hemisfer kiri
daripada di hemisfer kanan.2
20
b. Jumlah lesi. Bila seseorang telah mempunyai lesi di otak dan kemudian lesinya
bertambah karena ia mengalami stroke berulang, maka deficit yang timbul bukan
aditif melainkan berlipat ganda.2
c. Ukuran lesi. Gangguan mental cenderung terjadi bila volume infark melebihi 50ml.
Pada demensia dengan infark yang letaknya strategis, lesi kecil dapat mengakibatkan
gangguan kognitif yang berat.2
5. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang mengganggu kegiatan
harian seseorang seperti: mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar, dan
kecil.2 Pada demensia jenis ini tidak didapatkan gangguan kesadaran. Gejala dan
disabilitas telah timbul paling sedikit 6 bulan pasca stroke.2
6. Diagnosis
Untuk menentukan demensia diperlukan kriteria yang mencakup :
a. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
dan lingkungan.2
b. Defisit kognitif selalu melibatkan memori, biasanya didapatkan gangguan berpikir
abstrak, menganalisis masalah, gangguan pertimbangan, afasia, apraksia, kesulitan
konstruksional, dan perubahan kepribadian.
c. Kesadaran masih baik.2
Pedoman diagnostik untuk menentukan demensia vaskular antara lain :
a. Terdapat gejala demensia seperti di atas.
b. Hendaklah fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya
ingat, gangguan daya berpikir, gejala neurologis daya ingat, gangguan daya berpikir,
gejala neurologis fokal). Titik (insight) dan daya nilai (judgment) secara relative tetap
baik.
c. Awitan yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai gejala neurologis
fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskule.
d. Pedoman diagnostic untuk demensia vaskuler awitan akut : Biasanya terjadi secara
cepat sesudah serangkaian stroke akibat thrombosis serebrovaskuler, embolisme, atau
perdarahan. Pada kasus yang jarang, satu infark yang besar dapat menjadi penyebab.
Skor
2
1
21
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
Skor iskemik Hachinski berguna untuk membedakan demensia Alzheimer dengan demensia
vaskuler
F. Diagnosis banding7
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
a. Demensia Tipe Alzheimer lawan Demensia vaskuler
Secara klasik, demensia vaskuler dibedakan dengan demensia tipe Alzheimer dengan
adanya perburukan penurunan status mental yang menyertai penyakit serebrovaskuler
seiring berjalannya waktu. Meskipun hal tersebut adalah khas, kemerosotan yang
bertahap tersebut tidak secara nyata ditemui pada seluruh kasus. Gejala neurologis fokal
lebih sering ditemui pada demensia vaskuler daripada demensia tipe Alzheimer, dimana
hal tersebut merupakan patokan adanya faktor risiko penyakit serebrovaskuler.
b. Demensia Vaskuler lawan Transient Ishemic Attacks
Transient ischemic attacks (TIA) adalah suatu episode singkat dari disfungsi neurologis
fokal yang terjadi selama kurang dari 24 jam (biasanya 5 hingga 15 menit). Meskipun
berbagai mekanisme dapat mungkin terjadi, episode TIA biasanya disebabkan oleh
mikroemboli dari lesi arteri intrakranial yang mengakibatkan terjadinya iskemia otak
sementara, dan gejala tersebut biasanya menghilang tanpa perubahan patologis jaringan
parenkim. Sekitar sepertiga pasien dengan TIA yang tidak mendapatkan terapi mengalami
infark serebri di kemudian hari, dengan demikian pengenalan adanya TIA merupakan
strategi klinis penting untuk mencegah infark serebri. Dokter harus membedakan antara
22
episode TIA yang mengenai sistem vertebrobasiler dan sistem karotis. Secara umum,
gejala penyakit sistem vertebrobasiler mencerminkan adanya gangguan fungsional baik
pada batang otak maupun lobus oksipital, sedangkan distribusi sistem karotis
mencerminkan gejala-gejala gangguan penglihatan unilateral atau kelainan hemisferik.
Terapi antikoagulan, dengan obat-obat antipletelet agregasi seperti aspirin dan bedah
reksonstruksi vaskuler ekstra dan intrakranial efektif untuk menurunkan risiko infark
serebri pada pasien dengan TIA.
c. Delirium
Membedakan antara delirium dan demensia dapat lebih sulit daripada yang ditunjukkan
oleh klasifikasi berdasarkan DSM IV. Secara umum, delirium dibedakan dengan
demensia oleh awitan yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif dalam
perjalanannya, eksaserbasi gejala yang bersifat nokturnal, gangguan siklus tidur yang
bermakna, dan gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol.
Tabel . Perbedaan Klinis Delirium dan Demensia.
Gambaran
Riwayat
Awal
Sebab
Delirium
Demensia
Penyakit akut
Penyakit Kronik
Cepat
Lambat laun
Terdapat penyakit lain (infeksi, Biasanya penyakit otak kronik
dehidrasi, guna/putus obat)
Lamanya
Perjalanan sakit
Taraf Kesadaran Orientasi
Afek
Alam pikiran
Bahasa daya ingat
(sptAlzheimer,
demensia
vaskular)
Ber-hari/-minggu
Ber-bulan/-tahun
Naik turun
Kronik Progresif
Naik turun, terganggu periodik
Normal intak pada awalnya
Cemas dan iritabel
Labil tapi tak cemas
Sering terganggu
Turun jumlahnya
Lamban.
Inkoheren, Sulit menemukan istilah tepat
inadekuat, angka pendek terganggu Jangka pendek dan panjang
Persepsi
Psikomotor
Tidur
nyata
Halusinasi (visual)
Retardasi,
agitasi,
terganggu
Halusinasi
jarang
terjadi
kecuali sundowning
campuran Normal
Sedikit
terganggu
siklus
tidurnya
23
Golongan
Penghambat
Indikasi
Dosis
Efek Samping
DA ringan Dosis awal 5 mg/hr bila perlu, Mual, muntah,
Kolinesteras
sedang
e
Galantamine Penghambat
10mg/hr.
DA ringan Dosis awal 8 mg/hr; setiap Mual,
kolinesterase sedang
muntah,
Rivastigmin
Penghambat
kolinesterase sedang
muntah,
diare,
Penghambat
DA
mg/hr.
Dosis awal 5mg/hr; setelah 1 Pusing,
reseptor
sedang
minggu
NMDA
berat
menjadi
dosis
2x5
seterusnya
nyeri
dinaikkan kepala,
mg/hr
hingga
dan konstipasi
dosis
Tabel : Jenis, dosis dan efek samping pengobatan untuk gangguan Psikiatrik dan perilaku
pada demensia.2
Depresi
Nama Obat
Dosis
Efek Samping
Sitalopram
10-40mg/hr
Mual, mengatuk, nyeri kepala, tremor, dan disfungsi seksual
Esitalopram 5-20 mg/hr
Insomnia, diare, mual, mulut kering, dan mengantuk
Sertralin
25-100mg/hr
Mual, diare, mengantuk, mulut kering, dan disfungsi seksual
Fluoksetin
10-40mg/hr
Mual, diare, mengantuk, insomnia, tremor, dan ansietas
Venlaflaksin 37,5-225mg/hr Nyeri kepala, mual, anoreksia, insomnia, dan mulut kering
Duloksetin
30-60mg/hr
Penurunan nafsu makan, mual, mengantuk, dan insomnia
Agitasi, ansietas dan perilaku obsesif
Quetiapin
25-300mg/hr
Mengantuk, pusing, mulut kering, konstipasi, dyspepsia, dan
Olanzapin
Risperidon
2,5-10mg/hr
0,5-1mg 3x/hr
Ziprasidon
20-80 mg/hr
Divalproex
125-500
gejala ekstrapiramidal.
mg Mengantuk, kelemahan, diare, konstipasi, dyspepsia, depresi,
Gabapentin
2x/hr
100-300
Alprazolam
Lorazepam
3x/hr
0,25-1mg 3x/hr
0,5-2mg 3x/hr
Insomnia
Zolpidem
Trezodon
hari
25-100
malam hari
Terapi dengan menggunakan pendekatan lain
Obat-obatan lain telah diuji untuk meningkatkan aktivitas
kognitif termasuk
penguat metabolisme serebral umum, penghambat kanal kalsium, dan agen serotonergik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa slegilin (suatu penghambat monoamine oksidase tipe
B), dapat memperlambat perkembangan penyakit ini.
Terapi pengganti Estrogen dapat menginduksi risiko penurunan fungsi kognitif
pada wanita pasca menopause, walau demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai hal tersebut. Terapi komplemen dan alternatif menggunakan ginkgo biloba dan
fitoterapi lainnya bertujuan untuk melihat efek positif terhadap fungsi kognisi. Laporan
mengenai penggunaan obatantiinflamasi nonsteroid (OAINS) memiliki efek lebih rendah
terhadap perkembangan penyakit Alzheimer. Vitamin E tidak menunjukkan manfaat dalam
pencegahan penyakit.7
H. Terapi psikososial
Kemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan
demensia. Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori jangka
pendek hilang sebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan kasus demensia,
dan banyak pasien biasanya mengalami distres akibat memikirkan bagaimana mereka
menggunakan lagi fungsi memorinya disamping memikirkan penyakit yang sedang
dialaminya. Identitas pasien menjadi pudar seiring perjalanan penyakitnya, dan mereka hanya
dapat sedikit dan semakin sedikit menggunakan daya ingatnya. Reaksi emosional bervariasi
26
mulai dari depresi hingga kecemasan yang berat dan teror katastrofik yang berakar dari
kesadaran bahwa pemahaman akan dirinya (sense of self) menghilang.
Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan
edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit yang
dideritanya. Mereka juga bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan penerimaan
akan perburukan disabilitas serta perhatian akan masalah-masalah harga dirinya. Banyak
fungsi yang masih utuh dapat dimaksimalkan dengan membantu pasien mengidentifikasi
aktivitas yang masih dapat dikerjakannya. Suatu pendekatan psikodinamik terhadap defek
fungsi ego dan keterbatasan fungsi kognitif juga dapat bermanfaat. Dokter dapat membantu
pasien untuk menemukan cara berdamai dengan defek fungsi ego, seperti menyimpan
kalender untuk pasien dengan masalah orientasi, membuat jadwal untuk membantu menata
struktur aktivitasnya, serta membuat catatan untuk masalah-masalah daya ingat.
Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat membantu.
Hal tersebut membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah, kesedihan, kemarahan,
dan keputusasaan karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi oleh keluarganya.7
27
BAB III
KESIMPULAN
Demensia adalah sindrom neurodegenerative yang timbul karena adanya kelainan yang
bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi,
kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan
motivasi.
Demensia Alzheimer merupakan demensia yang paling sering terjadi dan belum ada
penyembuhannya. Demensia vascular merupakan merupakan penyakit kedua setelah demensia
Alzaimer yang dapat menyebabkan demensia. Sebagai dokter kita perlu memberikan edukasi
terhadap pasien dan keluarga pasien. Menasihati keluarga pasien supaya sentiasa mendukung dan
bersabar.
28
Daftar Pustaka
1. Prof. DR, Mahar Mardjono; Prof.DR, Priguna Sidharta; Dementia; neurolgi klinis dasar;
Dian rakyat; 2009 Bab VI halaman 211-213.
2. Dr George Dewanto,Sp.S; Dr wita J. Suwono, Sp.S; Dr Budi Riyanto, Sp.S; Dr Yuda
Turana, Sp.S Demensia Alzheimer, demensia Vaskular, Farmako terapi demensia;
Diagnosis & tatalaksana penyakit saraf; Departemen Ilmu penyakit saraf fakultas
kedokteran UNIKA ATMAJAYA; penerbit buku kedokteran 2009 Bab 12 hal 174-183.
3. Dementia ; A.D.A.M Medical Encyclopedia.;Pub Med Health; Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001748/ pada 17/12/2014.
4. Alzheimers
Disease
Health
Center;
Web
MD;
Diunduh
dari
diunduh
dari
dari:
dari:
https://www.scribd.com/doc/97522386/MOCA-InA-Instruksi-Dan-Penilaian#download
pada 17/12/2014
10. SLUMS
Examination,
diunduh
http://medschool.slu.edu/agingsuccessfully/pdfsurveys/slumsexam_05.pdf
dari:
pada
17/12/2014
29