WAKTU PEMBELAJARAN
Jangka waktu yang diperlukan untuk memberikan materi ini adalah 120 menit.
METODE PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
Paparan
Diskusi
Latihan Bersama (diskusi kelompok dan kelas)
2.
3.
MODUL II
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA
PERANGKAT DAERAH (DPA-SKD) & ANGGARAN KAS
A. PENDAHULUAN
dan
ditetapkan
oleh Kepala
Daerah
sesuai
dengan
B.
Pemberitahuan
ditindaklanjuti.
b.
Kepala SKPD menyiapkan dokumen rancangan DPASKPD dan disampaikan kepada PPKD paling lama 6 hari kerja
terhitung sejak tanggal surat edaran yang disampaikan oleh PPKD.
Dokumen yang disampaikan terdiri dari :
1. DPA-SKPD (Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah)
2. DPA-SKPD 1 (Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah)
3. DPA-SKPD 2.1 (Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung
2.2
(Rekapitulasi
Rincian
Anggaran
Belanja
Cara Pengisian Formulir DPA SKPD Ringkasan Dokumen Pelaksanaan AnggaranSatuan Kerja Perangkat
Daerah:
Sumber data formulir DPA SKPD diperoleh dari peringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan
jenis pendapatan yang diisi dalam formulir DPA SKPD 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok
dan jenis belanja yang diisi dalam formulir DPA SKPD 2.1, dan penggabungan dari seluruh jumlah
kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir DPA SKPD 2.2.1.
Khusus Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah pada formulir DPA SKPD setelah surplus dan defisit
anggaran diuraikan kembali ringkasan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana tercantum
dalam formulir DPA SKPD 6.
1.
2.
3. Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama
urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah
5.
Kolom 1 (kode rekening), diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode rekening
belanja/nomor kode rekening pembiayaan.
Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekening anggaran
pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok
pendapatan/belanja/pembiayaan
dan
diakhiri
dengan
kode
rekening
jenis
pendapatan/belanja/pembiayaan.
6.
a.
Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti dengan uraian
kelompok dan setiap uraian kelompok diikuti dengan uraian jenis pendapatan yang dipungut atau
diterima oleh satuan kerja perangkat daerah.
b.
Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja, selanjutnya uraian belanja dikelompokkan
ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Dalam kelompok belanja tidak langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam
formulir DPA SKPD 2.1.
Dalam kelompok belanja langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam
formulir DPA SKPD 2.2.1.
c.
Untuk pembiayaan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan, selanjutnya uraian pembiayaan
dikelompokkan ke dalam penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.
Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis penerimaan sesuai dengan yang tercantum
dalam formulir DPA SKPD 3.1.
Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai dengan yang tercantum
dalam formulir DPA SKPD 3.2.
7.
Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan dan belanja.
8.
Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran
belanja.
9.
Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah anggaran
belanja, dan ditulis dalam tanda kurung.
10.
Khusus satuan kerja pengelola keuangan daerah pada formulir DPA SKPD, setelah surplus/defisit
anggaran diuraikan mengenai pembiayaan.
11.
Kode rekening, uraian dan jumlah penerimaan atau pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada angka 10 diisi menurut kelompok, jenis penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.
12.
Selanjutnya pada baris uraian pembiayaan neto menerangkan selisih antara jumlah penerimaan
pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam kolom 3.
13.
Rencana pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah per triwulan diisi sebagai berikut :
a.
Baris pendapatan diisi dengan jumlah pendapatan yang dapat dipungut atau diterima setiap triwulan
selama satu tahun anggaran yang direncanakan.
b.
Baris belanja tidak langsung diisi dengan jumlah belanja tidak langsung yang dibutuhkan setiap
triwulan selama satu tahun anggaran yang direncanakan.
c.
Baris belanja langsung diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai
program dan kegiatan setiap triwulan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
d.
Baris penerimaan pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang direncanakan dapat diterima
setiap triwulan selama satu tahun anggaran.
e.
Baris pengeluaran pembiayaan diisi dengan jumlah pembiayaan yang akan dikeluarkan setiap triwulan
selama satu tahun anggaran.
Kolom 7 (jumlah) diisi dengan penjumlahan dari jumlah pada kolom 3, kolom 4, kolom 5 dan kolom 6.
Pengisian setiap kolom triwulan I sampai dengan triwulan IV harus disesuaikan dengan rencana
kegiatan berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah
setiap triwulan dengan cara membagi 4 dari jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran.
Keakurasian data pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran
kas dan mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan SPD.
Formulir DPA - SKPD ditandatangani oleh sekretaris daerah dengan mencantumkan nama lengkap
dan nomor induk pegawai.
14.
15.
Apabila formulir DPA - SKPD lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut halaman.
Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah :
1.
Nomor DPA SKPD diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan, nomor kode organisasi SKPD,
nomor kode program diisi dengan kode 00 dan nomor kode kegiatan diisi dengan kode 00 serta
nomor kode anggaran pendapatan diisi dengan kode 1
2.
3.
4.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
5.
Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah
6.
Kolom 1 kode rekening diisi dengan kode rekening kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan
satuan kerja perangkat daerah.
7.
Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek Pendapatan.
8.
Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan yang direncanakan,
seperti jumlah kendaraan bermotor, jumlah liter bahan bakar kendaraan bermotor, jumlah tingkat
hunian hotel, jumlah pengunjung restoran, jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah
pengunjung, jumlah kendaraan yang memanfaatkan lahan parkir, jumlah bibit
perikanan/pertanian/peternakan/ kehutanan/perkebunan, jumlah limbah yang diuji, jumlah
kios/los/kakilima, jumlah pemakaian/penggunaan sarana olahraga/gedung/gudang/lahan milik
pemda, jumlah unit barang bekas milik pemerintah daerah yang dijual, jumlah uang yang
ditempatkan pada bank tertentu dalam bentuk tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan
atau diinvestasikan.
9.
Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan seperti
unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.
10.
Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan lainnya dapat berupa
besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas penjualan barang milik daerah
yang tidak dipisahkan.
11.
Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan menurut kelompok, jenis,
objek, rincian objek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan
merupakan hasil perkalian kolom 3 dengan kolom 5.
6.
Rencana Pendapatan per triwulan diisi dengan jumlah pendapatan yang dapat dipungut atau
diterima setiap triwulan selama tahun anggaran yang direncanakan.
Pengisian setiap triwulan harus disesuaikan dengan rencana yang dapat dipungut atau diterima.
Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4 dari
jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data pelaksanaan anggaran
pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas dan mengendalikan likuiditas Kas
Umum Daerah serta penerbitan SPD.
12.
Formulir DPA SKPD 1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPA SKPD.
13.
Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir DPA SKPD 1, dengan
mencantumkan nama jabatan kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah.
14.
Formulir DPA SKPD 1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.
15.
16.
Apabila formulir DPA SKPD 1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut halaman.
1.
Nomor DPA SKPD diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan, nomor kode organisasi SKPD,
nomor kode program diisi dengan kode 00 dan nomor kode kegiatan diisi dengan kode 00, nomor
kode anggaran belanja diisi dengan kode 5 serta nomor kode kelompok belanja tidak langsung diisi
dengan kode 1.
2.
3.
4.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
5.
Organisasi diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah
6.
Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan dengan nomor kode rekening kelompok/jenis/ objek/rincian
objek belanja tidak langsung .
7.
Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja tidak langsung.
8.
Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang
9.
Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan seperti
unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.
10. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga, nilai
kurs.
11. Kolom 6 (ket. jumlah/volume) diisi dengan keterangan jumlah/volume seperti orang per hari (org/hr),
orang per bulan (org/bln), orang per tahun (org/th), buah per hari (bh/hr), unit per tahun (unit/th)
dan sebagainya.
12. Kolom 7 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara volume dengan harga satuan. Setiap jumlah
uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek
pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap
obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja.
13. Baris Jumlah diisi dengan penjumlahan dari seluruh jenis belanja kolom 7 yang merupakan jumlah
kelompok belanja tidak langsung yang dituangkan dalam formulir RKA - SKPD 2.1
7.
Rencana penarikan dana belanja tidak langsung setiap triwulan selama tahun anggaran yang
direncanakan, diisi dengan jumlah yang disesuaikan dengan rencana kebutuhan. Oleh karena itu tidak
dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4 dari jumlah yang direncanakan
dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat dibutuhkan
untuk penyusunan anggaran kas dan mengendalikan likuiditas Kas Umum Daerah serta penerbitan
SPD.
14. Formulir DPA - SKPD 2.1 merupakan input data untuk menyusun Formulir DPA SKPD.
15. Formulir DPA - SKPD 2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
16. Apabila Formulir DPA - SKPD 2.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut halaman.
17. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPA - SKPD 2.1.
18. Formulir DPA - SKPD 2.1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan.
10
Cara Pengisian Formulir DPA SKPD 2.2 Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah
1.
2.
3.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
4.
Organisasi SKPD diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah
5.
6.
11
7.
Kolom 3 (uraian) diisi dengan nama program yang diikuti selanjutnya dengan nama masing-masing
kegiatan untuk mendukung terlaksananya program dimaksud.
8.
Kolom 4 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama tempat atau lokasi dari setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Tempat atau lokasi dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan atau kecamatan.
9.
Kolom 5 (target kinerja) diisi dengan target kinerja program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
10. Kolom 6 (sumber dana) diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK, lain-lain
pendapatan yang sah) untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan.
Catatan untuk kolom ini diisi oleh tim anggaran pemerintah daerah, kecuali apabila pendanaan untuk
program kegiatan tersebut sumber dananya sudah pasti, seperti DAK, pinjaman daerah, dana darurat,
bantuan khusus yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
11. Jumlah per triwulan diisi sebagai berikut :
a.
Kolom 7 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai program dan
kegiatan triwulan I dalam tahun anggaran yang direncanakan.
b.
Kolom 8 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai program dan
kegiatan triwulan II dalam tahun anggaran yang direncanakan.
c.
Kolom 9 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai program dan
kegiatan triwulan III dalam tahun anggaran yang direncanakan.
d.
Kolom 10 diisi dengan jumlah belanja langsung yang dibutuhkan untuk mendanai program dan
kegiatan triwulan IV dalam tahun anggaran yang direncanakan.
12. Pengisian setiap kolom triwulan I sampai dengan triwulan IV harus disesuaikan dengan rencana
kegiatan yang senyatanya berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu tidak dibenarkan
pengisian kolom triwulan dengan cara membagi 4 dari setiap jumlah yang direncanakan dalam satu
tahun anggaran. Hal tersebut mengingat keakurasian data pelaksanaan anggaran pertriwulan sangat
dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas sebagai dasar pengendalian likuiditas Kas Umum Daerah
dan penerbitan SPD.
13. Kolom 11 (jumlah) diisi dengan hasil penjumlahan kolom 7, kolom 8, kolom 9 dan kolom 10.
14. Formulir DPA - SKPD 2.2. ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan.
15. Formulir DPA - SKPD 2.2. dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
16. Apabila Formulir DPA - SKPD 2.2. lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut
halaman.
12
Cara Pengisian Formulir DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung
Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
1.
Nomor DPA - SKPD diisi dengan nomor kode Urusan Pemerintahan, nomor kode Organisasi, nomor
kode program diisi dengan kode program dan nomor kode kegiatan diisi dengan kode kegiatan,
nomor kode anggaran belanja diisi dengan kode 5 serta nomor kode kelompok belanja langsung diisi
dengan kode 2.
2.
3.
4.
Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan daerah dan nama urusan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.
5.
Organisasi diisi dengan nomor kode SKPD dan nama satuan kerja perangkat daerah
6.
Baris kolom program diisi dengan kode program dan nama program dari kegiatan yang berkenaan.
Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh satuan kerja perangkat daerah untuk mencapai sasaran
dan tujuan kegiatan yang ditetapkan untuk memperoleh alokasi anggaran.
7.
Baris kolom kegiatan diisi dengan kode kegiatan dan nama kegiatan yang akan dilaksanakan.
8.
9.
Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama desa/kelurahan atau kecamatan.
10. Baris kolom sumber dana diisi dengan jenis sumber dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK, lain-lain
13
pendapatan yang sah) untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan.
Catatan untuk baris kolom ini diisi oleh tim anggaran pemerintah daerah, kecuali apabila pendanaan
untuk program kegiatan tersebut sumber dananya sudah pasti, seperti DAK, pinjaman daerah, dana
darurat, bantuan khusus yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dapat diisi langsung oleh satuan kerja perangkat daerah.
11. Kolom tolok ukur kinerja diisi dengan tolok ukur kinerja dari setiap masukan dapat berupa jumlah
dana, jumlah SDM, jumlah jam kerja, jumlah peralatan/teknologi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keluaran dalam tahun anggaran yang direncanakan. Tolok ukur kinerja dari setiap
keluaran diisi dengan jumlah keluaran yang akan dihasilkan dalam tahun anggaran yang
direncanakan. Tolok ukur kinerja hasil diisi dengan manfaat yang akan diterima pada masa yang akan
datang.
12. Kolom target kinerja diisi dengan tingkat prestasi kerja yang dapat diukur pencapaiannya atas capaian
program, masukan, keluaran dan hasil yang ditetapkan dalam kolom tolok ukur kinerja.
13. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening kelompok, jenis, objek, rincian objek
belanja langsung .
14. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja
langsung.
15. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah dapat berupa jumlah orang/pegawai dan barang
16. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncananakan seperti
unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.
17. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga, nilai
kurs.
18. Kolom 6 (ket. jumlah/volume) diisi dengan keterangan jumlah/volume seperti orang per hari (org/hr),
orang per bulan (org/bln), orang per tahun (org/th), buah per hari (bh/hr), unit per tahun (unit/th)
dan sebagainya.
19. Kolom 7 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dan harga satuan. Setiap
jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian
obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan.
Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis
belanja. Penjumlahan dari seluruh jenis belanja merupakan jumlah kelompok belanja langsung yang
dituangkan dalam formulir DPA - SKPD 2.2.1.
20. Rencana penarikan dana belanja langsung setiap triwulan selama tahun anggaran yang direncanakan,
diisi dengan jumlah yang disesuaikan dengan rencana kebutuhan mendanai pelaksanaan kegiatan.
Oleh karena itu tidak dibenarkan pengisian jumlah setiap triwulan dengan cara membagi 4 dari
jumlah yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Keakurasian data pelaksanaan anggaran
pertriwulan sangat dibutuhkan untuk penyusunan anggaran kas dan mengendalikan likuiditas Kas
Umum Daerah serta penerbitan SPD.
21. Formulir DPA - SKPD 2.2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir DPA SKPD dan formulir
DPA - SKPD 2.2.
22. Formulir DPA - SKPD 2.2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
23. Apabila Formulir DPA - SKPD 2.2.1 lebih dari satu halaman setiap halaman diberi nomor urut
halaman.
24. Tanggal, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan DPA - SKPD 2.2.1.
25. Formulir DPA - SKPD 2.2.1 ditandatangani oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai yang bersangkutan.
2.2
(Rekapitulasi
Rincian
Anggaran
antara
RKA-SKPD
dengan
KUA,
PPA,
RAK-SKPD.
Dalam
hal
hasil
Kepala
SKPD
yang
bersangkutan,
untuk
penyempurnaan.
5. Kepala SKPD setelah melakukan penyempurnaan RKASKPD, menyampaikan kepada TAPD.
6. TPAD menyerahkan seluruh dokumen RKA-SKPD dan
RKA-SKPD
hasil
penyempurnaan
kepada
PPKD.
Lampiran-lampiran
Rancangan
Peraturan
pengkompilasian
dokumen
ringkasan
pendapatan,
diperoleh
dengan
belanja
daerah,
diperoleh
dengan
16
Surplus/Defisit.
Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan
diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran
belanja. Defisit diisi apabila jumlah anggaran
pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah
anggaran belanja, dan ditulis dalam tanda kurung.
4)
Ringkasan pembiayaan.
Ringkasan
pembiayaan,
diperoleh
dengan
merekapitulasi pembiayaan dalam form RKASKPD yaitu: kelompok pembiayaan dan jenis
pembiayaan yang ada dianggarkan di SKPKD.
5)
Pembiayaan Netto.
Pembiayaan netto diisi dari selisih antara jumlah
penerimaan
pembiayaan
dengan
jumlah
pengeluaran pembiayaan.
6)
Pembiayaan
Netto
dengan
jumlah
Surplus/Defisit.
Hasil
penyusunan
Lampiran
digambarkan
sebagai berikut:
17
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
RINGKASAN APBD
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut
1
Uraian
Jumlah
1.
PENDAPATAN DAERAH
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
Dana perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
Jumlah Pendapatan
2.
BELANJA DAERAH
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.8
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
2.1.6
2.1.7
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.
PEMBIAYAAN DAERAH
3.1
3.1.1
Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya
18
Nomor
Urut
1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
Uraian
Jumlah
(SiLPA)
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Jumlah penerimaan pembiayaan
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman daerah
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto
3.3
tanggal
pengesahan,
Lampiran
II
ini
diperoleh
dengan
pengeluaran
pembiayaan
menurut
urusan
19
berikut :
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN
ORGANISASI
TAHUN ANGGARAN
Kode
Pendap
atan
Belanja
Tidak
Langsung
4
Langsung
5
Jumlah
Belanja
6
URUSAN WAJIB
1
1
1
1
01
01
01
01
01
02
03
Pendidikan
Dinas Pendidikan
Kantor Perpustakaan Daerah
Dst
1
1
1
1
02
02
02
04
01
02
03
Kesehatan
Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah
Dst
x
x
xx
xx
xx
Dst .....
Dst
Jumlah
SURPLUS/(DEFISIT)
PEMBIAYAAN
Kode
PENERI
MAAN
PENGELU
ARAN
PEMBIAYA
AN NETTO
SILPA
TAB
6
URUSAN WAJIB
20
20
Pemerintahan Umum
xx
BPKD
tanggal
penetapan,
lengkap.
3. Penyusunan Lampiran III (Rincian APBD menurut
urusan
pemerintahan
daerah,
organisasi
SKPD,
RKA-SKPD
(Rincian
anggaran
pendapatan SKPD).
2) Seluruh RKA-SKPD 2.1 (Rincian anggaran belanja
tidak langsung SKPD).
3) Seluruh RKA-SKPD 2.2 (Rincian anggaran belanja
langsung SKPD menurut program/kegiatan).
4) RKA-SKPD 3.1 (penerimaan pembiayaan).
5) RKA-SKPD 3.2 (pengeluaran pembiayaan).
Organisasi,
Pendapatan,
Belanja
dan
Pembiayaan.
c) Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode
urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan
daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi
d) Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah
dan nama satuan kerja perangkat daerah.
e) Mengisi daftar lampiran III yang memuat kode
rekening, uraian (rincian pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang d, jumlah anggaran dan dasar
hukum yang mendasarinya.
f) Pencantuman nomor kode rekening dan uraian
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
21
pendapatan, belanja
22
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .
RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN
TAHUN ANGGARAN
URUSAN PEMERINTAHAN
ORGANISASI
: x.xx.
..
: x. xx. xx. ..
KODE REKENING
URAIAN
JUMLAH
DASAR
HUKUM
x.xx
xx
00
00
PENDAPATAN DAERAH
x.xx
x.xx
x.xx
xx
xx
xx
00
00
00
00
00
00
4
4
4
1
1
1
x.xx
xx
00
00
x.xx
xx
00
00
x.xx
xx
00
00
x.xx
xx
00
00
x.xx
x.xx
xx
xx
00
00
00
00
4
4
2
2
2
3
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
xx
xx
xx
xx
00
00
00
00
00
00
00
00
4
4
4
4
3
3
3
3
1
2
3
x.xx
xx
00
00
x.xx
xx
00
00
x.xx
xx
00
00
1
2
x.xx
xx
00
00
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
5
5
5
5
5
5
5
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
3
4
5
6
7
8
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
x.xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
x.xx
xx
xx
xx
5
5
5
2
2
2
1
2
3
5
5
2
2
1
2
Program ..
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
1
2
3
Program ..
Kegiatan ..
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
5
5
5
2
2
2
Kegiatan ..
23
tanggal
penetapan,
Lampiran
IV
dilakukan
dengan
Program
dan
Kegiatan
berdasarkan
24
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI
PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN
Jenis Belanja
Kode
Pegawai
Barang
dan Jasa
Modal
Jumlah
6 = 3+4+5
URUSAN WAJIB
01
01
01
Pendidikan
01
01
xx
01
01
xx
01
02
01
02
xx
01
02
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Dinas Pendidikan
Program
Xx
Kegiatan ..
Kantor Perpustakaan Daerah
Program
Xx
Kegiatan ..
Dst
Dst ......
Dst .......
Program
Xx
Kegiatan ..
Dst
Jumlah
tanggal
penetapan,
Lampiran
dilakukan
dengan
25
Pendidikan
URUSAN PEMERINTAHAN
Kesehatan
DAERAH
Pekerjaan
URUSANUmum
WAJIB
Perumahan Rakyat
Penataan Ruang
Perencanaan Pembangunan
Perhubungan
Lingkungan Hidup
Pertanahan
Kependudukan dan Catatan Sipil
Pemberdayaan Perempuan
Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera
Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah
Penanaman Modal
Kebudayaan dan Pariwisata
Pemuda dan Olah Raga
Kesatuan Bangsa dan Politik
Dalam Negeri
Pemerintahan Umum
Kepegawaian
Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa
Statistik
Kearsipan
Komunikasi dan Informatika
URUSAN PILIHAN
Pertanian
Kehutanan
Energi dan Sumberdaya Mineral
Kelautan dan Perikanan
Perdagangan
Perindustrian
Pelayanan umum
Pertahanan *)
Ketertiban dan ketentraman
Ekonomi
Lingkungan hidup
Perumahan dan fasilitas
umum
Kesehatan
Pariwisata dan budaya
Agama *)
Pendidikan
Perlindungan sosial
rangka
keselarasan
dan
keterpaduan
hanya
dianggarkan
dalam
urusan
26
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..
REKAPITULASI BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN
KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI
DALAM KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
TAHUN ANGGARAN
KODE
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
NON
PEGAWAI
PEGAWAI
URAIAN
01
JUMLAH
PEGAWAI
BARANG
DAN JASA
MODAL
8=3+4+5
+6+7
Pelayanan umum
01
06
Perencanaan Pembangunan
01
20
Pemerintahan Umum
01
21
Kepegawaian
01
23
Statistik
01
24
Kearsipan
01
25
02
Pertahanan
03
03
BELANJA LANGSUNG
19
04
07
Perhubungan
04
14
04
15
04
16
04
22
04
01
04
02
Kehutanan
04
03
04
05
04
06
Perdagangan
04
07
Perindustrian
04
08
Transmigrasi
05
05
Penataan Ruang
05
08
Lingkungan Hidup
05
09
Pertanahan
06
03
Perumahan dan
umum
Pekerjaan Umum
06
04
Perumahan
07
02
Kesehatan
07
12
Keluarga Berencana
08
17
Kebudayaan
08
04
Pariwisata
04
Ekonomi
05
Lingkungan hidup
06
07
fasilitas
Kesehatan
08
09
Agama
10
Pendidikan
10
01
Pendidikan
10
18
11
10
11
11
Pemberdayaan Perempuan
10
12
Keluarga Sejahtera
10
13
Sosial
11
Perlindungan sosial
27
daerah
dan
fungsi
berdasarkan
tanggal
pengesahan,
dari
data
masing-masing
SKPD
dan
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
DAFTAR JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN DAN PER JABATAN
TAHUN ANGGARAN .
ESELON
NON ESELON
GOLONGAN/RUANG
JUMLAH
I
II
III
IV
TENAGA
FUNGSIONAL
STAF
Golongan IV/e
Golongan IV/d
Golongan IV/c
Golongan IV/b
Golongan IV/a
JUMLAH GOLONGAN IV
Golongan III/d
Golongan III/c
Golongan III/b
Golongan III/a
JUMLAH GOLONGAN III
Golongan II/d
Golongan II/c
Golongan II/b
Golongan II/a
JUMLAH GOLONGAN II
Golongan I/d
Golongan I/c
Golongan I/b
28
Golongan I/a
JUMLAH GOLONGAN I
TOTAL
tanggal
pengesahan,
tahun
n-1
(diisi
apabila
terjadi
Uraian rincian
piutang
Tahun
pengakuan
piutang
Jumlah piutang
sampai dengan
tahun n-2
Perkiraan
penambahan
tahun n-1
Perkiraan
pengurangan
tahun n-1
Perkiraan
saldo
akhir tahun
tahun n-1
7 = 4+5-6
Jumlah
provinsi/kabupaten/kota,
tanggal
pengesahan,
dalam
rangka
pelayanan
kepada
modal
(investasi)
daerah,
jumlah
30
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH
TAHUN ANGGARAN.
No.
Tahun
Nama
Penyertaan Badan/Lembaga/
Modal
Pihak Ketiga
Dasar hukum
penyertaan
modal
(investasi)
daerah
Bentuk
penyertaan
modal
(investasi)
daerah
Jumlah
penyertaan
modal
(investasi)
daerah
Jumlah modal
yang telah
disertakan
sampai tahun
anggaran lalu
Penyertaan
modal tahun
ini
Jumlah modal
yang telah
disertakan
sampai dengan
tahun ini
Hasil penyertaan
modal
(investasi)
daerah tahun ini
Jumlah modal
(investasi)
yang akan
diterima
kembali tahun
ini
Jumlah Sisa
Modal
(Investasi) yang
disertakan
sampai dengan
tahun ini
9=7+8
10=6-9
11
12
13=9-12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dst
JUMLAH
31
tanggal
penetapan,
diisi
dengan
daftar
daftar
perkiraan
perkiraan
aset
tetap
yang
akan
32
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP
DAERAH
TAHUN ANGGARAN.
No.
1
1
2
3
4
dst
Jenis aset
tetap
daerah
Saldo
pada akhir
tahun n-2
Perkiraan
penambah
an
tahun n-1
Perkiraan
pengurang
an
tahun n-1
Perkiraan
saldo
pada akhir
tahun n-1
6 = 3+4-5
Jumlah
tanggal
pengesahan,
diisi
dengan
daftar
daftar
perkiraan
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR PERKIRAAN PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET LAIN-LAIN
TAHUN ANGGARAN.
No.
Jenis Aset
Lainnya
Saldo
pada akhir
tahun n-2
Perkiraan
penambahan
tahun n-1
Perkiraan
pengurangan
tahun n-1
Perkiraan
saldo
pada akhir
tahun n-1
6 = 3+4-5
1.
2.
3.
4.
dst
JUMLAH
tanggal
pengesahan,
35
TAHUN PERTAMA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR KEGIATAN-KEGIATAN TAHUN SEBELUMNYA YANG BELUM DISELESAIKAN DAN
DIANGGARKAN KEMBALI DALAM TAHUN ANGGARAN INI
(TAHUN ANGGARAN n)
No.
Kode
Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
Judul kegiatan
APBD
TA n-1
PERUBAHAN
APBD
TA n-1
APBD
PERUBAHAN APBD
1.
2.
3.
dst.
Jumlah
TAHUN KEDUA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
No.
Kode
Kegiatan
Judul
kegiatan
PERUBAHAN
APBD
TA n-2
5
Jumlah Realisasi
sampai dengan akhir
TA n-2
(Rp)
Jumlah Anggaran
TAHUN n-1
APBD INDUK
TA n-1
PERUBAHAN
APBD
TA n-1
8
Jumlah Realisasi
sampai dengan
akhir TA n-1
(Rp)
PERUBAHAN
10
11
1.
2.
3.
dst.
Jumlah
36
tanggal
pengesahan,
daerah).
a) Memberikan informasi mengenai dana yang disisihkan
guna menampung kebutuhan yang memerlukan dana
relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
tahun anggaran.
b) Daftar dana cadangan memuat: tujuan pembentukan
dana cadangan, dasar hukum pembentukan (dengan
peraturan daerah), jumlah dana cadangan yang
direncanakan, Saldo awal, Jumlah transfer dari kas
daerah, jumlah transfer ke kas daerah, saldo akhir.
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)
DAFTAR DANA CADANGAN
TAHUN ANGGARAN.
No.
Tujuan
pembentukan
dana cadangan
Dasar
hukum
pembentuk
an dana
cadangan
Jumlah
dana
cadangan
yang
direncanak
an
(Rp)
Saldo Awal
(Rp)
Transfer
dari kas
daerah
(Rp)
Transfer
ke kas
daerah
(Rp)
Saldo
akhir
(Rp)
Sisa dana
yang belum
dicadangka
n
(Rp)
1
2
3
4
dst
Jumlah
tanggal
penetapan,
37
bunga
yang
dikenakan
atas
pokok
38
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)...
DAFTAR PINJAMAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN .
No
Sumber
pinjaman
daerah
Dasar Hukum
Pinjaman/
Obligasi
Tangggal/ Tahun
Perjanjian
Pinjaman/ Obligasi
Jumlah
Pinjaman/Nilai
Nominal Obligasi
(Rp)
Jangka waktu
pinjaman (tahun)
Persentase
bunga
pinjaman
%
Tujuan
penggunaan
pinjaman
Jumlah
sisa pembayaran
(Rp)
Pokok
Pinjaman
Daerah
Bunga
Pokok
Pinjaman
Daerah
Bunga
10
11
12
1
2
3
4
dst
Jumlah
39
peraturan
daerah
tentang
APBD
yang
disusun
peraturan
daerah
(dalam
hal
ini
APBD
uraian
dan
pokok-pokok
alasan
pikiran
pertimbangan
yang
perlunya
yang
memerintahkan
pembentukan
yang
tercantum
dalam
judul
Peraturan
Daerah
serta ditulis
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
APBD.
k.
l.
m.
n.
Mengingat
a.
b.
c.
1.
2.
42
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
43
Nomor 4502);
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran............. sebagai berikut:
1.
Pendapatan Daerah
Rp.........
2.
Belanja Daerah
Rp.........
(-)
Surplus/(Defisit)
3.
Rp.
Pembiayaan Daerah:
a.
Penerimaan
Rp.........
b.
Pengeluaran
Rp.........
Pembiayaan Netto
(-)
Rp.
44
(1)
(2)
Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pendapatan:
a. Pajak daerah sejumlah Rp
b. Retribusi daerah sejumlah Rp
c.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sejumlah Rp
(3)
Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pendapatan:
a. Dana bagi hasil sejumlah Rp
b. Dana alokasi umum sejumlah Rp
c.
Dana alokasi khusus sejumlah Rp
(4)
Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari jenis
pendapatan:
a. Hibah sejumlah Rp
b. Dana darurat sejumlah Rp
c.
Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sejumlah Rp
e.
Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya sejumlah Rp
Pasal 3
(1)
(2)
Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja bunga sejumlah Rp
c. Belanja subsidi sejumlah Rp
d. Belanja hibah sejumlah Rp
e. Belanja bantuan sosial sejumlah Rp
f. Belanja bagi hasil sejumlah Rp
g. Belanja bantuan keuangan sejumlah Rp
h. Belanja tidak terduga sejumlah Rp
(3)
Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis belanja:
a. Belanja pegawai sejumlah Rp
b. Belanja belanja barang dan jasa sejumlah Rp
c. Belanja modal sejumlah Rp
(1)
Pasal 4
Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
a. Penerimaan sejumlah Rp
b. Pengeluaran sejumlah Rp
(2)
Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan :
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA) sejumlah Rp
b. Pencairan dana cadangan sejumlah Rp
c. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp
f.
Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp
(3)
Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan:
a. pembentukan dana cadangan sejumlah Rp
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah Rp
c. Pembayaran pokok utang sejumlah Rp
d. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini,
terdiri dari:
1.
Lampiran I
Ringkasan APBD;
2.
Lampiran II
3.
Lampiran III
4.
Lampiran IV
45
dan Kegiatan;
5.
Lampiran V
6.
Lampiran VI
7.
Lampiran VII
8.
Lampiran VIII
9.
Lampiran IX
10.
Lampiran X
11.
Lampiran XI
12.
Lampiran XII
13.
Lampiran XIII
Diundangkan di .
pada tanggal ...........
SEKRETARIS DAERAH .... (Nama Provinsi/Kabupaten/Kota),
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP .
LEMBARAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA TAHUN NOMOR
C.
PEMBAHASAN
DAN
PERSETUJUAN
BERSAMA
RANCANGAN
C.1. Penyampaian
a.
c.
dan/atau
selaku
pimpinan
sementara
DPRD
yang
atau
diajukan
kepada
DPRD
terlebih
dahulu
untuk
menyebarluaskan
dan
memberikan
informasi
C.3. Pembahasan
a. Rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya
yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD dibahas untuk
47
b. Hasil
persetujuan
atau
pengambilan
keputusan
tersebut
48
BERITA ACARA
Nomor: .
PERSETUJUAN BERSAMA KEPALA DAERAH DAN DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)
TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD
TAHUN ANGGARAN
2. (nama lengkap)
3. (nama lengkap)
4. (nama lengkap)
menyatakan bahwa:
1.
2.
PIHAK PERTAMA dapat menerima dengan baik penyesuaian dan perubahan RAPBD
Tahun Anggaran sebagaimana tertuang pada catatan yang terlampir Berita Acara ini.
3.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA akan menyelesaikan perubahan dan koreksi atas RAPBD
Tahun Anggaran . selaras dengan penyesuaian dan perubahan sebagaimana
tertuang pada catatan yang terlampir Berita Acara ini selambat-lambatnya sebelum 3 (tiga)
hari kerja setelah tanggal ditandatangani Berita Acara ini.
4.
Demikianlah Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam rangkap
2 (dua) untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
.,.
GUBERNUR/ BUPATI/ WALIKOTA PEMERINTAH
DAERAH
KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......
49
(tanda tangan)
(nama lengkap)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......
(tanda tangan)
(nama lengkap)
WAKIL KETUA DPRD
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*).......
(tanda tangan)
(nama lengkap)
D.
PENYUSUNAN
RANCANGAN
PERATURAN
KEPALA
DAERAH
belanja
daerah,
diperoleh
dengan
merekapitulasi seluruh belanja daerah dalam form RKASKPD yaitu: kelompok belanja dan jenis belanja yang ada
dianggarkan di SKPD berkenaan.
3) Surplus/Defisit.
Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan
diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran belanja.
Defisit
diisi apabila
jumlah
anggaran
pendapatan
51
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)..
RINGKASAN PENJABARAN APBD
TAHUN ANGGARAN
Nomor
Urut
1
Uraian
Jumlah
1.
PENDAPATAN DAERAH
1.1
1.1.1
Pajak Daerah
1.1.2
Retribusi Daerah
1.1.3
1.1.4
1.2
Dana perimbangan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1
Hibah
1.3.2
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya
1.3.3
1.3.4
1.3.5
Jumlah Pendapatan
2.
BELANJA DAERAH
2.1
2.1.1
Belanja pegawai
2.1.2
Belanja bunga
2.1.3
Belanja subsidi
2.1.4
Belanja hibah
2.1.5
2.1.8
2.2
Belanja Langsung
2.2.1
Belanja pegawai
2.2.2
2.2.3
Belanja modal
2.1.6
2.1.7
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
3.
PEMBIAYAAN DAERAH
3.1
Penerimaan pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya
(SiLPA)
Pencairan dana cadangan
3.1.1
3.1.2
52
Provinsi/kabupaten/kota
diisi
dengan
nama
provinsi/kabupaten/kota.
2) Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang
direncanakan.
3) Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan
pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah
yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
53
untuk
objek
pendapatan,
dan
kolom
kode kelompok
kode kelompok
pembiayaan,
kode
jenis
penerimaan
pembiayaan,
kode
jenis
pengeluaran
urutan pertama.
Setelah
mencantumkan
daerah,
selanjutnya
kelompok
uraian
dicantumkan
pendapatan
dipungut/diterima
daerah/dana
pendapatan
daerah
seperti
uraian
yang
akan
pendapatan
perimbangan
atau
asli
lain-lain
setiap
kelompok
pendapatan
daerah
lain-lain
Sedangkan
pendapatan
dana
bagi
asli
hasil,
daerah.
DAU,
DAK
bersumber
perimbangan.
penguraian
dari
penerimaan
Demikian
kelompok,
halnya
dan
jenis
dana
dengan
dari
setiap
dicantumkan,
jenis
pendapatan
selanjutnya
diuraikan
daerah
nama
di
atas
air,
bea
balik
nama
A-1
Sedan,
Jeep,
Station
Wagon
Retribusi
Pelayanan
Kesehatan,
Retribusi
Pengujian
Kendaraan
bermotor,
Retribusi
Penggantian
Retribusi
Pelayanan
Biaya
Cetak
Peta,
Tera/Tera
Ulang
dengan
kewenangan
untuk
satuan
sebagaimana
kerja
perangkat
ditetapkan
dalam
daerah
ketentuan
rincian
obyek
pemungutan
pendapatan
atau
daerah
penerimaannya
yang
bukan
pertama
yang
harus
dicantumkan
untuk
kelompok
belanja,
yang
pertama
kali
57
tidak
langsung,
langkah
selanjutnya
diuraikan
jenis-jenis
belanja
bantuan
provinsi/kabupaten/kota
dan
pemerintahan
keuangan
dan
kepada
pemerintahan
Tunjangan
Fungsional,
Jabatan,
Tunjangan
Tunjangan
Fungsional
Umum,
Anggaran,
Kehormatan,
Tunjangan
Tunjangan
Alat
Badan
Kelengkapan
kerja,
Tambahan
berdasarkan
tempat
Penghasilan
berdasarkan
Tambahan
Penghasilan
bertugas,
Tambahan
kondisi
Penghasilan
kerja,
berdasarkan
obyek
dari
obyek
Tambahan
langsung,
yang
kemudian
diikuti
mencantumkan
nama
program,
selanjutnya
diikuti
dengan
untuk
mendanai
kegiatan
berkenaan.
Jenis-jenis
belanja
yang
belanja
langsung
kelompok
termasuk
dapat
dalam
berupa
Pengadaan
pengadaan
alat-alat
Tanah,
belanja
modal
berat,
belanja
modal
obyek
belanja
langsung
yang
60
PNS
misalnya
honorarium
pembersih,
Minyak/Gas,
Belanja
Belanja
Bahan
pengisian
Bakar
tabung
puskesmas,
Belanja
modal
modal
pengadaan
tanah
sarana
pertama
menguraikan
yang
lebih
dicantumkan
lanjut
untuk
penerimaan
lebih
anggaran
perhitungan
sebelumnya,
anggaran
tahun
pencairan
dana
61
kembali
pemberian
pinjaman,
masing-masing
jenis
penerimaan
pelampauan
penerimaan
dana
pendapatan
daerah
yang
sah,
sisa
termasuk
dalam
jenis
sisa
lebih
lembaga
keuangan
bukan
bank,
termasuk
dalam
jenis
Penerimaan
pembiayaan,
selanjutnya
yang
termasuk
dalam
obyek
penerimaan
pajak
daerah,
62
rincian
yang
obyek
termasuk
penerimaan
dalam
obyek
dicantumkan
untuk
pertama
menguraikan
yang
lebih
lanjut
penerimaan
dana
cadangan,
(investasi)
penyertaan
pemerintah
daerah,
masing-masing
jenis
pengeluaran
jatuh
pembayaran
tempo
kepada
pemerintah,
yang
termasuk
dalam
jenis
pembiayaan,
selanjutnya
63
yang
termasuk
dalam
obyek
sesuai
dengan
jumlah
yang
jumlah
jenis
pendapatan
daerah
berkenaan.
Jumlah menurut jenis pendapatan daerah diisi
dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh
jumlah obyek pendapatan daerah berkenaan.
Jumlah menurut obyek pendapatan daerah diisi
dengan jumlah hasil penjumlahan dari seluruh
jumlah
rincian
obyek
pendapatan
daerah
berkenaan.
Jumlah menurut rincian obyek pendapatan
daerah diisi dengan jumlah rincian obyek
pendapatan daerah berkenaan.
Jumlah seluruh pendapatan daerah sama dengan
penjumlahan dari seluruh jumlah kelompok
pendapatan daerah yang dianggarkan.
(b) Belanja Daerah :
Belanja tidak langsung
Jumlah
belanja
tidak
langsung
merupakan
64
uraian.
Jumlah jenis belanja tidak langsung diisi dengan
penjumlahan dari seluruh jumlah obyek belanja
pada jenis belanja tidak langsung berkenaan.
Jumlah obyek belanja tidak langsung diisi dengan
penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek
belanja pada obyek belanja tidak langsung
berkenaan.
Jumlah menurut rincian obyek belanja tidak
langsung diisi dengan jumlah rincian obyek
belanja tidak langsung berkenaan.
Belanja Langsung
Jumlah
belanja
langsung
merupakan
menurut
program
diisi
dengan
yang
termasuk
dalam
program
berkenaan.
Jumlah menurut kegiatan diisi dengan jumlah
hasil penjumlahan dari seluruh jenis belanja
langsung
yang
termasuk
dalam
kegiatan
berkenaan.
Jumlah jenis belanja langsung diisi dengan
penjumlahan dari seluruh jumlah obyek belanja
pada jenis belanja langsung yang termasuk
dalam kegiatan berkenaan.
Jumlah obyek belanja langsung diisi dengan
penjumlahan dari seluruh jumlah rincian obyek
belanja pada obyek belanja langsung yang
termasuk dalam kegiatan berkenaan.
Jumlah menurut rincian obyek diisi dengan
65
jumlah
anggaran
rincian
obyek
belanja
penerimaan
pembiayaan
penjumlahan
dari
seluruh
penerimaan
pembiayaan
merupakan
jumlah
jenis
daerah
yang
pembiayaan
diisi
jenis
penerimaan
dari
seluruh
pengeluaran
pembiayaan
jumlah
daerah
jenis
yang
diisi
pembiayaan
pada
jenis
lengkap
guna
memudahkan
berbagai
pihak
Peraturan
Pemerintah,
Peraturan
penentuan
pendapatan/penerimaan
jumlah
yang
dianggarkan
rumah
tangga,
frekwensi
hukum
penganggaran
belanja
tidak
langsung
Sasaran peruntukan penyediaan belanja tidak
langsung, dengan cara menguraikan jumlah
rincian obyek belanja tidak langsung seperti
jumlah
orang,
kwantitas
waktu/jam/hari/bulan/tahun,
atau
satuan
= Rp36.000.000,00
uraian,
harus
disertai
dengan
penjelasan :
(1) Lokasi kegiatan, diisi dengan nama lokasi
atau tempat dari setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
dimaksud
Lokasi
dapat
atau
tempat
berupa
nama
desa/kelurahan, kecamatan.
(2) sumber dana diisi dengan jenis sumber
dana (PAD, bagi hasil, DAU, DAK, lain68
lain hibah, dana darurat atau jenis lainlain pendapatan yang sah berkenaan, dana
cadangan dan pinjaman daerah) untuk
mendanai
pelaksanaan
program
dan
yang
akan
dihasilkan
dari
Dasar
hukum
(Undang-Undang,
Peraturan
dari
setiap
rincian
obyek
dari
setiap
penerimaan/pengeluaran
rincian
obyek
pembiayaan
yang
dianggarkan.
c) Hasil penyusunan Lampiran III digambarkan sebagai
69
berikut:
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*)...
PENJABARAN APBD
TAHUN ANGGARAN ..
Urusan Pemerintahan
Organisasi
: x.xx
: x.xx xx
KODE REKENING
URAIAN
JUMLAH
(Rp)
PENJELASAN
tanggal
penetapan,
hal
ini
Penjabaran
APBD
70
Peraturan
Kepala
Daerah
tentang
Penjabaran APBD.
d. Dasar hukum.
71
2)
3)
4)
5)
6)
Menegaskan
bahwa
pelaksanaan
penjabaran
72
1.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
73
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
Menetapkan
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran . terdiri atas :
3.
Pendapatan
a.
Pendapatan Asli Daerah
b.
Dana Perimbangan
c.
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Pendapatan
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
74
Rp........................
4.
Belanja
a.
Belanja Tidak Langsung
1)
Belanja pegawai
2)
Belanja bunga
3)
Belanja subsidi
4)
Belanja hibah
5)
Belanja bantuan sosial
6)
Belanja bagi hasil
7)
Belanja bantuan keuangan
8)
Belanja tidak terduga
b.
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp. .......................
Rp........................
Belanja Langsung
1)
Belanja pegawai
2)
Belanja barang dan jasa
3)
Rp. .......................
Rp. .......................
Belanja modal
Rp. .......................
Rp........................
5.
Jumlah Belanja
Rp........................
Surplus/(Defisit)
Rp........................
Pembiayaan:
a.
Penerimaan
b.
Pengeluaran
Rp. .......................
Rp. .......................
Jumlah Pembiayaan Neto
Rp........................
75
E. EVALUASI APBD
E.1. PENGERTIAN
Evaluasi APBD bertujuan untuk tercapainya keserasian antara
kebijakan
daerah
dan
kebijakan
nasional,
keserasian
antara
sidang jalannya
pembahasan
terhadap
rancangan
76
b.
c.
d.
perundang-undangan
yang
lebih
tinggi,
maka
tahun sebelumnya.
Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta
pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
E.3 EVALUASI APBD KABUPATEN/KOTA
Evaluasi APBD Kabupaten/Kota dilakukan dengan mekanisme sebagai
berikut :
1. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD.
2. Rancangan peraturan daerah Kabupaten/Kota tentang APBD yang
telah
disetujui
bersama
DPRD
dan
rancangan
peraturan
sidang jalannya
pembahasan
terhadap
rancangan
78
Bupati/Walikota
bersama
DPRD
melakukan
penyempurnaan.
b. Penyempurnaan APBD tersebut diberikan batasan waktu paling
lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil
evaluasi.
6.
daerah
tentang
APBD
dan
rancangan
peraturan
daerah
dan
peraturan
Bupati/Walikota
dimaksud
PERATURAN
KEPALA
DAERAH
TENTANG
PENJABARAN APBD
a. APBD merupakan sarana dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat untuk tercapainya tujuan pelaksanaan otonomi daerah.
79
80
penjabat/pelaksana
tugas
kepala
daerah
yang
menetapkan
pada
kesesuaian
antara
arah
kebijakan
sasaran
disepakati
dan
sebesar
angka
APBD
Tahun
Anggaran
pemenuhan
pendanaan
pelayanan
dasar
dan/atau
82
Mekanisme
penyusunan
dan
penetapan
APBD
Provinsi
dapat
Membuat
Membuat
RAPERGUB
RAPERGUB
Sebesar
Sebesar
Pagu
Pagu APBD
APBD
Tahun
Tahun Lalu
Lalu
Tidak
Tidak
Setuju
Setuju
(15
(15 hari)
hari)
DP
DP
RD
RD
Dibahas
bersama
Dibahas
DPRD
&
bersama
Pemda
DPRD &
Pemda
Setuju
Setuju
RAPERGUB
RAPERGUB
PENJABARAN
PENJABARAN
APBD
APBD
Penyampaian
Penyampaian
RAPERDA
RAPERDA APBD
APBD
&
&
RAPERGUB
RAPERGUB
APBD
APBD
(3
(3 hari)
hari)
Melewa
Melewa
ti
ti
Batas
Batas
WKT
WKT
Evaluas
Evaluas
ii
Tdk
Tdk
Sesua
Sesua
ii
Dgn
Dgn
UU
UU
Hasil
Hasil
Evalu
Evalu
asi
asi
MDN
MDN
(15
(15
hari)
hari)
Sesua
Sesua
ii
dgn
dgn
UU
UU
Pengesa
Pengesa
han
han
MDN
MDN
(30
(30 Hari)
Hari)
GUBERNUR
menetapkan
PER-GUB
Penyempur
Penyempur
naan
naan
(7
(7 Hari)
Hari)
GUBERNUR
menetapkan
PERDA &
PER-GUB
Tdk
Tdk
Disempurn
Disempurn
akan
akan
MDN
MDN
membatalk
membatalk
an
an
Berlaku
Berlaku
Pagu
Pagu APBD
APBD
Sebelumny
Sebelumny
a
a
DPRD
DPRD
Tidak
Tidak
Setuju
Setuju
Dibahas
bersama
Dibahas
DPRD
&
bersama
Pemda
DPRD &
Pemda
Setuju
Setuju
RAPERBUP/WAL
RAPERBUP/WAL
PENJABARAN
PENJABARAN
APBD
APBD
Membuat
Membuat
RAPERBUP/
RAPERBUP/
WAL
WAL
Sebesar
Sebesar
Pagu
Pagu APBD
APBD
Tahun
Tahun Lalu
Lalu
(15
(15 hari)
hari)
Penyampaian
Penyampaian
RAPERDA
RAPERDA APBD
APBD
&
&
RAPERBUP/WAL
RAPERBUP/WAL
APBD
APBD
(3
(3 hari)
hari)
Melewati
Melewati
Batas
Batas
waktu
waktu
Evaluasi
Evaluasi
Tdk
Tdk
Sesua
Sesua
ii
Dgn
Dgn
UU
UU
GUBE
GUBE
RNUR
RNUR
Hasil
Hasil
Evalu
Evalu
asi
asi
(15
(15
hari)
hari)
Sesua
Sesua
ii
dgn
dgn
UU
UU
Bupati/Walik
ota
menetapkan
PERBUP/WAL
Pengesah
Pengesah
an
an
Gubernur
Gubernur
(30
(30 Hari)
Hari)
Penyempur
Penyempur
naan
naan
(7
(7 Hari)
Hari)
Bupati/Walik
ota
menetapkan
PERDA &
PERBUP/WAL
Tdk
Tdk
Disempurn
Disempurn
akan
akan
GUB
GUB
membatalk
membatalk
an
an
Berlaku
Berlaku
Pagu
Pagu APBD
APBD
Sebelumny
Sebelumny
a
a
Laporan
Laporan
kpd
kpd
MDN
MDN
83
APBD
ini
umumnya
dialami
oleh
daerah-daerah
2)
3)
4)
5)
85
Mengingat
a.
bahwa Pasal 187 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang-Undang, menyatakan apabila Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) sampai batas waktu yang ditetapkan tidak mengambil keputusan
bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kepala daerah
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun
anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan yang
disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD;
d.
1.
2.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
86
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
87
78.
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) ............
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
6.
Pendapatan Daerah
Rp.........
7.
Belanja Daerah
Rp.........
Surplus/(Defisit)
3.
(-)
Rp.
Pembiayaan Daerah:
a.
Penerimaan
Rp.........
b.
Pengeluaran
Rp.........
Pembiayaan Netto
(-)
Rp.
(-)
(6)
Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pendapatan:
a. Pajak daerah sejumlah Rp
b. Retribusi daerah sejumlah Rp
c.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sejumlah Rp
(7)
Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pendapatan:
a. Dana bagi hasil sejumlah Rp
b. Dana alokasi umum sejumlah Rp
c.
Dana alokasi khusus sejumlah Rp
(8)
Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari jenis
pendapatan:
a. Hibah sejumlah Rp
b. Dana Darurat sejumlah Rp
c.
Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sejumlah Rp
e.
Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya sejumlah Rp
Pasal 3
(4)
(5)
88
(6)
(4)
Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis belanja:
d. Belanja pegawai sejumlah Rp
e. Belanja belanja barang dan jasa sejumlah Rp
f. Belanja modal sejumlah Rp
Pasal 4
Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari :
c. Penerimaan sejumlah Rp
d. Pengeluaran sejumlah Rp
(5)
Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan :
g. SiLPA tahun anggaran sebelumnya sejumlah Rp
h. Pencairan dana cadangan sejumlah Rp
i. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sejumlah Rp
j. Penerimaan pinjaman daerah sejumlah Rp
k. Penerimaan kembali pemberian pinjaman sejumlah Rp
l.
Penerimaan piutang daerah sejumlah Rp
(6)
Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan:
e. pembentukan dana cadangan sejumlah Rp
f. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sejumlah Rp
g. pembayaran pokok utang sejumlah Rp
h. Pemberian pinjaman daerah sejumlah Rp
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
tercantum
dalam
Lampiran
yang
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
Peraturan
Lampiran I
Ringkasan APBD;
15.
Lampiran II
16.
Lampiran III
17.
Lampiran IV
18.
Lampiran V
19.
Lampiran VI
20.
Lampiran VII
21.
Lampiran VIII
22.
Lampiran IX
23.
Lampiran X
24.
Lampiran XI
25.
Lampiran XII
26.
Lampiran XIII
Pasal 6
Pelaksanaan APBD yang ditetapkan dalam peraturan ini dituangkan lebih lanjut dalam dokumen
pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 7
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*) ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota*)
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah.
Ditetapkan di ..
pada tanggal ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*)..
(tanda tangan)
(nama lengkap)
Diundangkan di .......
89
90