komposisi elektrolit yang tersendiri. Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir sama,
kecuali didalam interstisial tidak mengandungi protein. Perbedaannya seperti yang terlampir
dibawah.
Plasma
Darah
Cairan
Interstital
Cairan
Interseluler
Na
142
K
4
Mg
3
Ca
5
Cl
103
HCO3
27
HPO4
2
SO4
1
Protein
16
144
1.5
2.5
114
30
15
150
27
10
100
20
63
Pergerakan air diantara intrasel dan ekstrasel diatur oleh keseimbangan diantara tekanan
hidrostatik, tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Sekiranya keseimbangan ini terganggu, ia
biasanya menyangkut cairan ekstrasel. Tekanan hidrostaik adalah tekanan yang mempengaruhi
pergerakan air melalui dinding kapiler. Manakala tekanan onkotik atau tekanan osmotic koloid
adalah tekanan yang mencegah pergerakan air. Bila albumin rendah maka tekanan hidrostatik
akan meningkat dan tekanan onkotik akan turun sehingga cairan intravaskuler akan di dorong
masuk ke interstisial yang berakibat edema. Albumin menghasilkan 80% dari tekanan onkotik
plasma, sehingga bila albumin cukup pada cairan intravaskuler maka cairan tidak akan mudah
masuk ke interstitial.
2. Kebutuhan Air dan Elektrolit
a. Pada dewasa :
Air
: 30-35 ml/kg
: 0-10 kg
10-20 kg
>20 kg
c. Na
: 2 mEq/kg
d. K
: 2 mEq/kg
Menurut Collins kebutuhan cairan perhari, seperti yang ditunjukan dalam tabel berikut:
Infant
Children
Adolescent
Adult
Bed Rest
Non Sweating
Sweating
Work
Caloric Needs
Cal/Kg
Cal/Total
125
1000-2000
100
1500-2000
80
2200-3000
Water Needs
MI/100 cal
MI/Kg
100-150
150
100-150
150
125
100
20-25
30
35
45
90
90-125
144
125-150
1600
2100
3500
3000-5000
25
30
40-50
60
Cairan Keluar
Urin : > 0.5-1 ml/kg/jam
Feses : 1 ml/hari
IWL
Dewasa : 15ml/kg/hari
Anak : (30-usia) ml/kg/hari
4. Jenis Cairan
1. Cairan intravena
Terdapat 3 jenis cairan intravena yang biasanya digunakan dalam terapi cairan.
a. Cairan Kristaloid
Merupakan cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah ( < 8000 Dalton )
dengan atau tanpa glukosa. Tekanan onkotik yang rendah menyebabkan ia mudah dan
cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler, sehingga volume yang diberikan harus
lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Cairan ini mempunyai masa
paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruangan intravaskuler ke
interstisial berlansung selama 30-60 menit sesudah infuse dan akan keluar dalam 24-48
jam sebagai urine. Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume
ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel. Contoh cairan yang tergolong
cairan kristaloid adalah: Ringer Laktat; Ringer; NaCl 0,9% (NS); Dextrose 5% dan 10%,
Darrow; dan D5%+NS dan D5%+1/4NS.
b. Cairan Koloid
Cairan yang mengandungi zat dengan berat molekul tinggi ( > 8000 Dalton), misalnya
protein. Cairan ini mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam
plasma yang akan tinggal dalam intravaskuler cukup lama. Waktu paruh koloid
intravaskuler adalah 3-6 jam, sehingga volume yang diberikan adalah sama dengan
volume darah yang hilang. Contoh cairan koloid antara lain albumin, blood product
(RBC), plasma protein fraction (plasmanat) dan koloid sintetik (dextran, hetastarch).
c. Cairan Khusus
Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus. Contohnya NaCl 3%, bic-nat,
mannitol.
Kristaloid
Efek Volume Intravaskuler
Koloid
Lebih baik (efisien, volume lebih
kecil, menetap lebih lama)
Lebih baik
DO2 Sistemik
Lebih tinggi
Sembab paru
Sembab Perifer
Sering
Jarang
Koagulopati
Dekstran>Hidroksi etil
Aliran Urin
Lebih besar
GFR menurun
Reaksi-reksi
Tidak ada
Jarang
: 1.5 2 ml/kg/jam
Anak-anak
: 2 4 ml/kg/jam
Bayi
: 4 6 ml/kg/jam
Neonates
: 3ml/kg/jam
Mengingat cairan yang keluar sedikit sekali mengandungi elektrolit, maka cairan
pengganti terbaik adalah cairan hipotonik, seperti D5%+1/4NS, atau D5W.
b. Cairan pengganti (replacement therapy)
Ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat sekuestrasi atau proses patologi
lain seperti fistula, efusi pleura, asites, drainase lambung. Sebagai cairan pengganti untuk
tujuan ini digunakan cairan yang bersifat isotonik seperti, RL, NS, D5RL, D5%+NS.
Kadar adrenalin dan non adrenalin meningkat sampai hari ketiga pasca bedah atau
trauma. Sekresi hormon monoamin ini kebih meningkat lagi bila pada penderita tampak
tanda-tanda sepsi, syok, hipoksia dan ketakutan.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan
perioperatif, yaitu :
1. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama
Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan
pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat
(lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses. Cairan
yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih banyak dibandingkan elektrolit).
2. Defisit cairan dan elektrolit pra bedah
Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif
(sekitar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit bedahnya
(perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan
trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan
berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum
dilakukan pembedahan.
3. Kehilangan cairan saat pembedahan
a. Perdarahan
Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari :
Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah (suction pump)
Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah pembedahan. Kasa
yang penuh darah (ukuran 44 cm) mengandung 10 ml darah, sedangkan tampon
besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah 100-10 ml.
Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama pembedahan hanya bisa ditentukan
berdasarkan kepada taksiran (perlu pengalaman banyak) dan keadaan klinis penderita
Ginjal tidak mampu mengekskresikan free water atau untuk menghasilkan urin
hipotonis.
Terapi Cairan Resusitasi
Terapi cairan resusitasi (TCR) bertujuan untuk menggantikan kehilangan cairan tubuh
yang bersifat akut atau ekspensi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi
jaringan. Contohnya pada keadaan luka bakar atau syok. TCR ini dapat dilakukan dengan
member infuse NS, Ringer Asetat (RA), atau bisa juga RL. Cairan diberikan sebanyak 20 ml/kg
selama 30-60 menit. Pada keadaan syok hemoragik, bisa diberikan 2-3 liter dalam waktu 10
menit.
Koloid dapat diberikan pada luka bakar, syok kardiogenik, ataupun syok hemoragik.
Antara lain yang bisa digunakan adalah, gelatin(hemaksel,gelafunin, gelafusin), polimer dextrose
(dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes, ekspafusin). Jika terjadi syok:
Berikan oksigen dengan segera
Berikan infuse isotonic RA, RL atau NS
Jika tidak membaik dosis dapat diulang
Pertimbangan dalam melakukan resusitasi cairan.
Medikasi harus diberikan secara i.v
Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius, maka Na harus dimonitor
terutama dalam pemberian infuse dalam volume yang besar.
Tranfusi diberikan bila hematokrik <30%
Insulin diberikan bila kadar gula darah >200mg%
Histamine H2 bloker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH lambung tetap
7,0.
Terapi Cairan Rumatan
Terapi cairan rumatan (TCR) ini bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh
dan nutrisi. Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam, sedangakan untuk anak digunakan rumus
4:2:1, yaitu:
0 10 kg
: 4 ml/kgBB/jam
10 20 kg
: tambahkan 2 ml/kgBB/jam
> 20 kg
: tambahkan 1 ml/kgBB/jam
TCR dapat diberikan infuse cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau infus
yang hanya mengandungi karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengandungi
karbohidrat ialah larutan KA-EN, dextran+saline, DGAA, Ringers dextrose, dll.
Penatalaksanaan
1. Cairan Preoperative
Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi untuk
mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut. Penilaian status cairan ini dapat dari :
Anamnesis : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus, kapan BAK
terakhir,jumlah dan warna.
Pemeriksaan fisik : Didapatkan tanda-tanda obyektif dari status cairan, tekanan darah,
nadi, kulit, berat badan, kulit, abdomen, mata, dan mukosa.
Laboratorium :Pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan protein.
Defisit cairan diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.
Pada fasa awal, pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi sedikit meningkat, belum ada
gangguan cairan dan komposisinya serius. Dehidrasi pada fasa in terjadi jika kehilangan
kira-kira 2% BB (1500 ml air).
Fasa moderat, di tandai dengan rasa haus, mukosa kering, otot lemah, nadi cepat, dan
lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.\
Fasa lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda-tanda shock kardiosirkulasi, terjadi pada
kehilangan cairan 7-15% BB. Kegagalan penggantian cairan dan elektrolit, biasanya
menyebabkan kematian. Biasanya pada kehilangan cairan 15% BB atau lebih.
Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa, lavement) harus
diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah sebelum induksi.
Setelah dari sisa defisit yang masih ada diberikan pada jam pertama pembedahan, sedangkan
sisanya diberikan pada jam kedua berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti
dengan cairan hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita
yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi
enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan
mengalami pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam lama puasa. Defisit karena perdarahan atau kehilangan cairan (hipovolemik,
dehidrasi) yang seringkali menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan melakukan
resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi. Kecuali penilaian terhadap keadaan
umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5
ml/kgBB.
2. Terapi cairan selama pembedahan
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan dasar
ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan
penguapan atau evaporasi).
Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah mata
(ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan.
Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat diberikan cairan
sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk
pengganti akibat trauma pembedahan. Total yang diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa
cairan garam seimbang seperti Ringer Laktat atau Normosol-R.
Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk
kebutuhan dasar
Total
10
ml/kgBB/jam.
Penggantian darah yang hilang
Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume = taksiran
volume darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan
vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan menurun pada seseorang yang akan mengalami
pembiusan (anestesi) sehingga gejala-gejala tersebut seringkali tidak begitu tampak
karena depresi komponen vasoaktif.
Neonates
Pre Term
Full Term
Bayi
90 ml/kgBB
85 ml/kgBB
80 ml/kgBB
Dewasa
Laki-laki
75 ml/kgBB
Wanita
65 ml/kgBB
kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai 50% kadar albumin harus
dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan
hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai
penderita dapat minum dan makan.
2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan 1C suhu tubuh.
Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.
Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan humidifikasi.
3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan yang belum
selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah
untuk memperbaiki daya angkut oksigen.
4. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut.
Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan nafas, frekuensi nafas,
suhu tubuh dan warna kulit