1.
-
Fly Ash adalah salah satu residu yang dihasilkan dalam pembakaran, biasanya dari
hasil pembakaran batu bara. Fly Ash biasanya di tangkap oleh filter partikel
sebelum gas dibuang melalui cerobong asap.
-
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian berupa lembaran yang kering, bersisik,
dan tidak dapat dimakan oleh manusia. Sekam dapat dijumpai pada hamper semua
anggota rumput-rumputan, meskipun pada beberapa budidaya ditemukan pula
variasi bulir tanpa sekam (misalnya jagung dan gandum). Dalam pertanian, sekam
dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai
pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam.
2.
-
Komposisi kimiawi
Fly Ash
Fly Ash mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO2), alumina (Al2O3),
ferooksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga mengandung unsur tambahan
lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan K2O),
sulfur trioksida (SO3), pospor oksida (P2O5) dan carbon.
Secara tipikal komposisi kimia abu sekam padi meliputi SiO2, K2O, Fe2O3, CaO,
MgO, Cl, P2O5, Na2O3, SO3 dan sedikit unsur lainnya.
3.
Pemanfaatan
Fly Ash
Selama proses pembakaran sekam padi menjadi abu, zat-zat organik akan hilang
dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Selain itu, perlakuan panas pada
silika dalam sekam padi menghasilkan perubahan struktural yang berpengaruh
pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan butir abunya.
Secara umum faktor suhu, waktu dan lingkungan pembakaran harus
dipertimbangkan dalam proses pembakaran sekam padi untuk menghasilkan abu
yang mempunyai tingkat reaktivitas maksimal. Silika merupakan unsur pokok abu
sekam padi (Rice Husk Ash /RHA) yang menguntungkan, karena pada kondisi yang
sesuai dapat bereaksi dengan kapur bebas membentuk gel yang bersifat sebagai
bahan ikat.
4.
Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah suatu cara yang digunakan untuk mengubah atau
memperbaiki sifat tanah dasar sehingga diharapkan tanah dasar tersebut mutunya
dapat lebih baik. Hal tersebut dimaksudkan juga untuk dapat meningkatkan
kemampuan daya dukung tanah dasar terhadap konstruksi yang akan dibangun
diatasnya.
Prinsip usaha stabilitas tanah adalah menambah kekuatan lapisan tanah sehingga
bahaya keruntuhan dapat diperkecil atau membuat tanah menjadi lebih stabil
dalam menerima beban yang dapat dikaji terjadinnya tegangan dan regangan
tanah.
Umumnnya, stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Stabilisasi mekanis.
2)
1)
Stabilisasi Mekanis
2)
yang lebih banyak. Material yang telah dicampur dengan bahan-tambah ini
harus dihamparkan dan dipadatkan dengan baik.
4.1.
Stabilisasi tanah secara kimia pada saat ini banyak digunakan untuk memperbaiki
tanah dasar yang jelek. Salah satu yang dikembangkan saat ini adalah stabilisasi
dengan Fly Ash (abu terbang). Sebagaimana pemanfaatan FA sebagai bahan
tambah pada campuran beton, FA juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
stabilisasi tanah. Hal ini dimungkinkan karena material ini banyak mengandung
unsur silikat dan aluminat sehingga dikategorikan sebagai pusolan (McCarthym
dkk., 2011).
Pada prinsipnya yang dimaksudkan dengan stabilisasi Fly - Ash adalah
mencampurkan secara langsung antara Fly-Ash dan tanah yang telah dihancurkan,
kemudian menambahkannya dengan air dan kemudian dipadatkan. Dari hasil
campuran tanah Fly Ash - air ini, dapat menghasilkan tanah yang memiliki sifat
atau karakteristik teknis yang lebih baik dibandingkan sebelumnya (Brooks, 2009).
Jika abu terbang dicampur dengan bahan tanah, akan terjadi proses lekatan
sementasi antara lain akibat pengaruh pozzolan atau akibat sifat pengerasan alami
abu terbang karena kondisi pemadatan dan air yang ada.
Dari penelitian terdahulu diperoleh manfaat dengan digunakannya abu terbang
sebagai bahan stabilisasi dan bahan beton yaitu abu terbang dapat mengurangi
kebutuhan air, memperbaiki kohesi, mengurangi shringkage dan permeabilitas
tanah serta menambah kekuatan beton bermutu tinggi (K.W. Day). Stabilisasi tanah
dengan fly ash memberikan jumlah endapan yang paling sedikit dibandingkan
dengan stabilisasi tanah dengan kapur dan tanah tanpa distabilisasi. Perbandingan
dapat dilihat pada gambar berikut.
Menurut ASTM C618 fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas F dan fly
ash kelas C.
1.
merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran batubara anthracite atau
bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat cementitious
harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly ash kelas F ini
kadar kapurnya rendah (CaO < 10%).
2.
Stabilisasi tanah dengan penambahan fly ash biasanya digunakan untuk tanah
lunak, subgrade tanah kelempungan dibawah jalan yang mengalami beban
pengulangan (repeated loading). Perbaikan tanah ini bisa menggunakan fly ash
kelas C maupun kelas F. Jika menggunakan fly ash kelas F diperlukan bahan
tambahan kapur atau semen, sedangkan jika menggunakan fly ash kelas C tidak
diperlukan bahan tambahan semen atau kapur karena fly ash kelas C mempunyai
sifat self cementing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly ash adalah
tipe batubara, kemurnian batubara, tingkat penghancuran, tipe pemanasan dan
operasi, metoda penyimpanan dan penimbunan.
Kesimpulan:
Dari hasil-hasil percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik
beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
Penambahan FA cenderung menurunkan specific gravity (Gs) tanah.
Liquid limit (LL) dan plasticity index (PI) tanah expansif yang dicampur dengan FA
cenderung menurun sejalan dengan bertambahnya kandungan fly ash.
Penambahan kadar FA dapat memperbaiki gradasi butiran tanah, yang
ditunjukkan oleh adanya kecenderungan penurunan kadar air (WC) optimum untuk
mencapai berat-volume kering (gd) maksimum dan kenaikan kekuatan tanah.
Pada kandungan FA 25%, WC optimum turun sebesar 8.5% sedangkan beratvolume kering (gd) maksimum naik sebesar 0.11 g/cm3 (dari 1.39 g/cm3 menjadi
1.5 g/cm3)
Kekuatan tanah dicampur dengan 25% FA dan di curing selama 28 hari meningkat
menjadi sekitar 6 kg/cm2 dari sekitar 2 kg/cm2 pada tanah asli, atau meningkat
sekitar 300%
Penambahan FA sebesar 25% dan curing selama 28 hari dapat menurunkan swell
pressure tanah expansif dari sekitar 2 kg/cm2 menjadi sekitar 1 kg/cm2, atau turun
sebesar 50%. Kadar FA optimum untuk menurunkan swell pressure tanah adalah
20%.
4.2.
Kesimpulan:
Dari hasil penelitian laboratorium tentang pencampuran tanah lempung dengan abu
sekam padi (ASP) untuk bahan inti kedap air bendungan urugan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Dari hasil uji specific gravity tanah diperoleh nilai 2,64 untuk tanah asli (tanpa
campuran ASP), dan yang terendah 2,55 untuk campuran ASP 15%, sehingga
disimpulkan semakin banyak ASP yang ditambahkan pada tanah lempung, specific
gravity semakin berkurang.
Untuk tanah asli (campuran ASP 0%) diperoleh tanah yang lolos saringan no.200
sebesar 91,27%, batas cair (LL)= 50,05%, batas plastis (PL)= 26,28%, batas susut
(SL)= 41,54%, dan indeks plastis (PI)= 23,77%.
Dari hasil uji pemadatan dapat disimpulkan bahwa semakin banyak campuran
ASP semakin berkurang nilai maximum dry density (MOD), yaitu sebesar 1,23
gr/cm3 untuk tanah asli, dan 1,16 gr/cm3 untuk tanah dengan campuran 15%,
kemudian untuk optimum moisture content (OMC), semakin bertambah campuran
ASP semakin bertambah nilainya, pada tanah asli sebesar 22,55% dan pada
campuran 15% sebesar 26,55%
Pada setiap penambahan ASP nilai koefisien permeabilitas tanah cenderung
bertambah, untuk tanah asli diperoleh sebesar 4,51 x 10-7 cm/det, dan campuran
ASP 15% sebesar 2,95 x 10"6 cm/det, masih lebih kecil dari 1 x 10-5
cm/det untuk persyaratan bahan kedap air.
Ditinjau dari hasil uji sifat-sifat mekanis tanah lempung yang
diberikan
campuran
ASP menunjukkan pengaruh stabilisasi yang kurang baik, jika ditinjau
dari nilai permeabilitas