Anda di halaman 1dari 28

#### KESIMPULANNYA: Kemarin emang kita semua

GILAAAAA..... banget pengalamannya (bukan orangnya), dan

Mengejar Waktu
Diantara DOA

aku emang benar-benar nekad, spekulasi tinggi.....

Tokoh dalam cerita


===============TUTUP CERITA ================

Bunda

: Ibu angkatnya Nindya (Tiwi), seorang guru

yang saat ini sedang ngabisin duitnya untuk kuliah lagi


program pascasarjana MPIPS Unila, dalam cerita ini
berperan sebagai sopir
Nindya (Tiwi): Mahasiswa Fisip Unila, yang punya impian
pengen nginjakin kakinya di Bulan, eh Teluk Kiluan. Tiwi
memiliki mata yang indah, hanya banyak orang yang tak
memperhatikannya karena tertutup kacamatanya
Kristy

: Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah Tiwi,

cantik tapi memiliki fisik yang lemah. Penakut


Iid

: Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah sekaligus

teman kost Tiwi, Manis dan kreatif. Dan dia paling


semangat kalau diajak bicara tentang hal yang dia sukai.

56

Chiko

: Mahasiswa Fisip Unila, Kurus tinggi, memiliki

jiwa pemimpin, bisa diandalkan dalam situasi darurat

Selamat malam anak-anak bunda, selamat tidur,


semoga segala kelelahan dan ketegangan hari ini bisa larut
dalam tidur yang pulas

Rano

: Mahasiswa Fisip Unila, kurus kecil, sederhana,

dan terlihat sensitif sifatnya.


Rendi

: Mahasiswa Fisip Unila , manis dan selalu

***********&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&***********

merasa paling ganteng diantara yang cantik , tapi masih


sedikit kekanakan, mungkin karena terlalu dijaga oleh

#Malamnya aku gak bisa tidur, pegal semua badan ditambah

orangtuanya.

batuk yang eksis gara-gara kelelahan, air hujan plus mandi air
dingin malam-malam

Kita dibawah LANGIT yang sama, melihat BINTANG yang


sama.

##Besoknya pas cerita ma teman-teman kuliah, mereka pada


gak percaya kalau aku kemarin ke Teluk Kiluan pulang pergi,
untung ada foto-foto sebagai bukti, dan semua langsung
bilang: GILAAAAAAA........NEKAAAAAD, malam-malam
pulang dari Kiluan!!! Gilaaaa luuuu.....

### Pas cerita ma teman-teman kerja di SMKN 1 Metro,


commentnya sama dengan teman-teman kuliah, ditambah
geleng-geleng kepala gak berhenti-henti....untung pada gak
copot tuh kepala
2

55

yang masih lemah seperti itu akibat jalan mendaki diTeluk

Kiluan tadi. Lagipula toh kami melewati daerah rumahnya, jadi


sekalian aja pikirku.
Rendi, Chiko dan Rano masih ikut dalam mobil karena

umat pagi. Aku lagi jengkel banget. Sudah sengaja


motor Rendi dan Chiko dititip di kamar kostnya Tiwi.
Legaaaaa.......sudah sampai Bandarlampung, kataku.
Tiwi nyahut, aku baru lega kalau sudah masuk

jauh-jauh dari Metro ke Bandarlampung untuk


kuliah, eh malah sampai jam 9 lewat, batang
hidung tuh dosen belum kelihatan juga.

gerbang kostku....hahahahahaha......
Kalau bayar mahal SPPnya cuma buat ketemu kursi kosong,
Kami sampai dikost sekitar jam 22.00. Rasanya lengket

ngapain? Dirumahku juga banyak tuh kursi kosong

semua badan karena air laut membuatku ingin cepat-cepat


Aku mahasiswa pascasarjana di Magister Pendidikan
mandi. Mana tadi aku sempat kena hujan juga, dan hujan
IPS Universitas Lampung, mayoritas teman kuliahku rata-rata
merupakan salah satu musuh bagi fisikku. Sementara itu
sudah bekerja semua, guru dan juga telah berumahtangga.
Chiko, Rendi dan Rano langsung pulang.
Kuliah pascasarjana ini bagi sebagian dari kami hanya karena
Benar-benar seperti mimpi apa yang kami alami
tuntutan pekerjaan sebagai salah satu syarat untuk naik
seharian ini, luarbiasa....Apalagi dengan rute jalan yang
pangkat atau golongan bagi PNS.
memacu adrenalin seperti itu, tapi jujur saja....aku gak
Kami berasal dari berbagai kabupaten diLampung, ada
kapok......hahahaha, setidaknya pengalaman sekali akan
yang dari Pringsewu, Tulangbawang, Kotabumi, Metro,
membuat kita lain kali lebih siap dan lebih berhati-hati... (Hm,
Bandarlampung, Waykanan, bahkan ada juga yang dari
apa akan ada LAIN KALI itu?).
Palembang. Karena itu rasanya menyebalkan banget jika kami
sudah sengaja berangkat dari rumah eh dosennya gak masuk
tanpa ada pemberitahuan dahulu.
54

Akhirnya untuk mengisi waktu jam kuliah yang kosong

Setelah melewati semua jalan yang super parah dan

itu, aku mengerjakan pekerjaanku sebagai guru SMK, input

rusak berat disepanjang jalan dari Teluk Kiluan tadi, rasanya

nilai rapor, karena minggu depan sudah pembagian rapor. Aku

semua jalan rusak yang sekarang kami lalui menuju

memang gak terlalu suka menghabiskan waktuku hanya untuk

keBandarlampung gak ada arti apa-apa. Tapi aku sudah mulai

ngobrol ngalor ngidul gak jelas, walau bukan berarti aku tipe

merasa lelah, nyetir sekitar 9 jam dengan rute yang

yang serius, hanya jika udah menyangkut tugas kuliah dan

menyeramkan tadi menguras semua tenagaku. Karenanya aku

pekerjaan, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Aku

memilih lewat Telukbetung saja.

rasa setiap orang juga berpikir yang sama.


Tiba-tiba handphoneku bergetar, ada sms masuk.

Chiko sempat menyuruhku istirahat, biar gantian


dengan dia. Tapi aku bertahan untuk tetap nyetir mobil. Aku

Hmm....dari nindya atau biasa dipanggil Tiwi, anak angkatku

lebih percaya dengan diriku sendiri. Lagipula pikirku nanggung

yang kebetulan kuliah juga di Fakultas Fisip Unila, aku

banget, udah mau sampai, dan udah terlanjur capek, sekalian

biasanya setiap istirahat atau kalau capek bolak balik Metro-

aja deh capeknya.

Bandarlampung sering milih nginap di tempat kostnya,

Begitu memasuki daerah Telukbetung dan jalan-jalan

sebenarnya sih buat ngirit bensin juga.....hahahaha.....

yang aku sudah paham, rasanya ketegangan yang dirasakan

Nda, aku mau izin pergi ya.... Bunda memang

tubuhku semua menjadi hilang. Ini benar-benar pengalaman

panggilanku baik oleh murid-muridku, anak-anak angkatku

yang gak akan aku lupakan seumur hidupku. Perjalanan

baik yang dari dunia Maya ataupun mereka yang kenal dengan

dengan maut yang setiap waktu mengintai kami. Setidaknya

diriku, bahkan teman kuliahku juga memanggilku dengan

aku bersyukur, satu janjiku pada Tiwi telah kutepatin

sebutan itu.

Sampai diBandarlampung kota, kami nganterin Kristy

Wah, berarti istirahat nanti Nda terdampar dikampus


dong....

dulu pulang kerumahnya. Karena hujan masih lumayan deras,


kasihan kalau dia harus dibonceng naik motor dengan fisik

53

Begitu memasuki kawasan markas TNI AL menuju

Ini teman-teman mau ngajakin pergi....

kepantai Klara, rasanya lega banget. Setidaknya jalan gak

Kemana?

terlalu buruk seperti dari punduh pidada keTeluk Kiluan.

Gak tau, belum ada tujuan juga. Lagipula gak ada

Lagipula masih ada 1-2 rumah dijalan yang kami lalui.


Gak kerasa sudah sekitar jam 21.00 wib, berarti hampir

kendaraan....
Hm, dosen nda juga gak masuk nih....

3 jam sudah kami dijalan. Kepulangan kami memakan waktu

Emang pada kemana Nda?

yang lebih lama, karena kami jalan dimalam hari, sehingga

Gak tau pada kemana. Nih Nda ngerjain isi rapor aja

harus lebih hati-hati, belum lagi masalah-masalah yang kami

daripada bengong, ke Kiluan yo? Entah darimana tuh pikiran

hadapi dari Teluk Kiluan sampai Punduh Pidada, yang kalau

tiba-tiba aku ngajakin dia ke Kiluan, salah satu tempat wisata

diingat-ingat benar-benar suatu KEAJAIBAN kami bisa selamat

di Lampung, tepatnya di Kec. Kelumbayan, Kabupaten

melewati semua itu.

Tanggamus. Sebenarnya aku iseng aja, karena ingat dia

Darahku berdesir cepat, setiap ingat bahwa nyawa

pengen banget kesana, dan karena sikonnya belum

kami semua berada ditanganku saat itu. Jika aku lengah maka

mendukung aku belum bisa menepatin janjiku untuk ngajak dia

nyawa kami taruhannya. Kuasa Allah yang memberiku

kesana.

kekuatan menghadapi ini.

Ini ada 6 orang, beneran mau ke Kiluan? Beneran

Tak terasa pantai Klara dan akhirnya pantai Mutun


kami lewatin.

Nda? Mauuuuuu...... Gubrak, aku tepuk jidat temanku,


soalnya kalau tepuk jidatku sendiri kan sakit. Ya ampun, aku

Bun, mau lewat mana pulangnya? Kemiling apa

kan cuma iseng ngomongnya, tapi lihat balasan smsnya yang

Teluk? Kalau kemiling disitu jalannya menanjak banget juga

antusias dan senang banget seperti itu rasanya aku jadi gak

sepi, rawan daerahnya.....kata Chiko.

tega kalau sampai membuyarkan rasa bahagia dia. Pyiuuuh,


mana bawa duit pas-pasan cuma buat kuliah dua hari doang.

52

Apa bunda bawa mobil? tanya Tiwi.


Bawa mobil...., balasku. Mobilku sejenis minibus,

Perjalanan pulang sudah gak terlalu terdengar lagi


suara-suara mereka yang becanda seperti waktu berangkat.

toyota avanza yang bisa menampung sekitar 8 orang.

Mungkin mereka kelelahan, dan karena mengalami

Cukuplah untuk kami tanpa harus berdesak-desakan

ketegangan demi ketegangan saat keluar dari Teluk Kiluan

duduknya. Sementara itu otakku berpikir keras, bagaimana

membuat mereka gak bergairah lagi bicara banyak. Hanya

caranya agar aku gak buat dia dan teman-temannya kecewa.

suara musik mobil yang terdengar dan sekali-kali suara Chiko

Kami HARUS PERGI.

yang memberi arah jalan padaku.

Aku lihat teman-teman kuliahku siapa kira-kira yang

Kami memasuki daerah Punduh Pidada. Dan tiba-tiba

bisa aku pinjam uangnya, sialan....teman yang biasa tempat

aku merasa mobilku agak berat bagian stirnya. Waduh, apalagi

aku pinjam malah lagi gak masuk pula. Dan rasanya gak enak

ini? Kayaknya ban belakang mobilku yang memang sering

kalau pinjam dengan orang yang aku gak dekat banget.

kempes kumat nih, ya maklum aja kepuasan nghantam batu

Akhirnya aku sms Tiwi, aku bilang yang sebenarnya


kalau aku lagi gak pegang uang banyak, tapi kira-kira dia ada

dan jalan berlobang sih.... pikirku.


Hmmm....Kayaknya ban belakang kempes

simpanan apa gak, nanti aku ganti. Aku memang biasa jujur

nih....kataku pada mereka. Coba kita cari tambal ban

dengannya, gak ada yang aku tutupin darinya. Alhamdulillah,

didaerah ini, tadi pas berangkat bunda lihat ada bengkel

temannya si Rano ada uang simpanan, jadi aku bisa pakai

motor....

dulu uang Rano. Wah, Rano jadi Dewa bagiku hari


ini...hahahaha......

Dan alhamdulillah, masih ada tambal ban yang buka


dekat kawasan militer TNI AL. Sambil ngisi angin, anak-anak

Hanya ada yang buat aku galau juga selain masalah


uang, diantara mereka yang ikut pada gak ada yang bisa

kesempatan untuk buang rezeki akibat ketegangan selama


dijalan tadi......hahahahaha.

nyetir, jadi hanya aku yang bisa.


6

51

Yank, coba kamu turun dulu tanya kerumah itu ini


benar gak jalan mau keluar.....,kataku pada Chiko.
Dan ternyata kami memang nyasar jauh, arah yang
kami ambil bukannya menuju jalan pulang tapi malah menuju
kegunung. Kata bapak itu, memang sering sekali orang-orang

Ade ma Rinanda gak ikut yank? Mereka temanteman Tiwi yang bisa nyetir.
Mereka pada gak bisa Nda, katanya Rinanda mau
keWates dan Ade juga mau pergi.
Waduuh, yang bisa nyetir malah gak bisa ikut semua.

yang nyasar lewat situ. Dengan mengikuti petunjuk yang

Chiko katanya bisa, tetapi aku gak pernah liat cara dia bawa

diberikan oleh bapak tersebut, kami bisa juga keluar dari desa

mobil, sedangkan jalan ke Kiluan jelek banget. Aku gak mau

itu.

ambil risiko, lagipula jujur aku gak suka nyawaku ditangan


Jalan yang kami lalui sekarang sudah tidak terlalu

orang lain. Ya udah, berarti aku bakal full nyetir pulang

parah lagi seperti tadi, hanya tikungan-tikungan tajamnya yang

perginya. Sedangkan jarak tempuhnya kata yang udah pernah

membahayakan, ditambah pula hujan yang turun membuat

kesana sekitar 3-4 jam dari Bandarlampung. Tapi Ok deh

jalan menjadi licin.

kalau aku sudah niatkan emang sulit buat dipatahkan, bagiku

Bunda, capek bun? tanya Kristy. Aku cuma senyumsenyum aja mendengarnya.

ini malah sebuah tantangan sendiri apakah aku sanggup atau


tidak melakukannya.

Tiwi yang menjawab, capeknya kita belum apa-apa

Aku kasih tau ke teman-teman kuliahku kalau aku mau

dibandingkan dengan capeknya bunda.....capeknya bunda itu

bolos kuliah karena mau ke Kiluan, salah satu temanku Ana

dua kali, tiga kali lipat dari capek kita....

langsung bilang:

Entahlah, sejujurnya aku malah gak ngrasain itu


semua, karena mungkin aku terlalu sibuk konsentrasi
mengendarai mobil dan melewati jalan-jalan yang rusak itu,
membuatku jadi lupa dengan rasa badan sendiri.
50

Bun, besok pagi kan ujiannya Pak Edi, Assesment.....


Aku kaget juga dengarnya.
Gak salah yank? (aku memang biasa panggil orangorang yang aku kenal dengan panggilan yank dari kata
7

sayang, awalnya sih karena aku sering kesulitan nghafalin

VI

nama murid-muridku yang jumlahnya ratusan orang, jadi


supaya aman aku panggil dengan panggilan seperti itu, jadi
gak bakal keliru salah panggil.....hahahaha, eh terus jadi
kebiasaan deh dengan siapa saja aku selalu panggil seperti
itu, tapi panggilan itu juga bisa menimbulkan rasa kedekatan
dengan mereka).

khirnya kami memasuki desa, suasana benar-

benar sepi seperti tak ada kehidupan sama


sekali, hanya lampu-lampu disetiap rumah yang
membuat kami yakin kalau desa-desa yang kami

lewatin ada penduduknya. Karena cuaca sudah memasuki


Benar Bun, udah lain kali aja looo....sayang banget
kalau sampai gak ikut ujian....

malam hari semua rumah tampak mirip dengan yang kami lalui
pas berangkat tadi.

Duh, gimana nih? pikirku dalam hati. Rasanya aku


gak tega kalau ngebatalinnya, karena aku juga udah pernah

Ini nyasar apa gak ya? tanya mereka.


Ini benar koq, tadi kita kan ngelewati rumah bertingkat

ngebatalin rencana ke Kiluan ini bulan kemarin, masa mau

yang belum jadi,kataku yakin. Tiwi juga nambahin,Benar ini

batal lagi sih....bisa dibilangin PHP aku dengan mereka. Dan

jalan yang kita lewatin tadi... tapi entah kenapa aku agak

aku gak ingin mengecewakan mereka. Sudahlah tentang

ragu-ragu juga karena jalan yang kami lalui semakin mengecil,

besok nanti aja mikirinnya sekarang berangkat aja dulu.

seingatku tadi kami gak melewati jalan seperti ini. Kemudian

Terlalu banyak mikir malah buat mumet aja.

kami memutuskan untuk bertanya dengan penduduk setempat,

Bunda tetap berangkat yank, nanti PP aja atau besok

walau sulit juga karena hujan dan masih suasana magrib gak

subuh pulangnya. Jadi masih bisa ikut ujian, Ana geleng-

ada orang yang berada diluar. Kemudian kami melewati satu

geleng kepala liat aku tetap bersikeras mau pergi ke Kiluan.

rumah dengan kendaraan motor yang masih terparkir diluar.

49

Walau aku merasakan aura yang berbeda, aku merasa


tenang. Karena aku paham apapun yang saat itu ada disekitar

Bun, Kiluan itu jauh.....mana jalannya rusak


banget......nekad kalau PP, ditunda aja kenapa toh?

kami, mereka tidak jahat. Tidak ada aura negatif yang


kurasakan. Malah sepertinya mereka membantu kami,

Aku cuma senyum aja, sambil masukin laptop ke dalam


tas.

memberi kemudahan jalan yang pada saat berangkat terasa

Tiba-tiba dosen mata kuliah EBK jam kedua masuk.

sulit sekali kami lalui, padahal waktu itu cuaca terang. Semua

Alamak......gimana nih? pikirku. Masalahnya kalau

berada dibawah Kuasa dan PerintahMu.....Ya Allah....


Sepanjang jalan, Chiko membantuku memberi arah

aku keluar tanpa bawa tas sih masih bisa kabur, ini aku bawa
tas ketahuan banget kalau mau perginya.Akhirnya aku nekad

jalan, karena memang agak sulit melewati bagian jalan yang

aja dengan santai aku keluar ngelewatin tuh dosen. Mana dia

rusak parah itu dimalam hari, kegelapan membuat jalan tidak

ngelihatin aku pula.

terlalu terlihat jelas, bahkan jurang-jurang yang ada dipinggiran

Masa bodoh aaaaah.....Kiluan, Im coming!!!

jalanpun tak terlihat batasnya dengan jalan. Walau sempat

Teman-teman kuliahku pada ngelihatin semua, karena

terjadi berapa kali misscomunication antara aku ma Chiko.

bisa dikatakan aku termasuk rajin ikut kuliah, sakit-sakit aja

Kadang petunjuknya yang gak jelas, kanan atau kiri.....

aku bela-belain tetap kuliah. Kecuali waktu aku lagi tes ilmu di

Aku berusaha tetap mengambil jalur sebelah kanan,


karena setidaknya itu lebih aman, berada jauh dari tepi jurang
yang berada disebelah kiri jalan. Akhirnya kami dapat keluar

ruang ICU bulan oktober dulu, hahahaha.......


Woiiii Bun, mau kemana lu? tanya sebagian dari
mereka. Aku cuma senyum aja sambil melambaikan tangan.

dari jalan tersebut, aku berbisik pada sekitarku,


Terimakasih.....

48

kursi tolong kalian bacakan, perasaan bunda gak enak....

II

Mereka terdiam, aku seperti bisa mendengar detak jantung


ketakutan yang mereka rasakan, Iya bun....langsung aku

esampainya aku di tempat kost, mereka sebagian

sudah kumpul. Teman-teman kuliahnya Tiwi:

dengar suara pelan mereka membaca doa.


Kemudian aku berbisik dengan apapun yang saat itu

Chiko, Rendi, Iid, Rano, sedangkan Kristy lagi

ada mengelilingi kami. Maaf, kami numpang lewat.....kami gak

pulang dulu kerumahnya. Jadi kami menunggu

bermaksud buruk, kami hanya ingin pulang....sambil aku

Kristy. Aku bolak balik lihat jam tangan, karena aku ingin kami

mengucapkan doa-doa dan memohon bantuan Allah. Ya

segera berangkat biar gak terlalu kesorean sampai disana.

Allah, hanya Engkau yang aku takutkan.....Engkaulah yang

Kami harus mengejar waktu.

berkuasa atas semuanya, aku mohon perlindunganMu dari

Mana ada masalah dengan salah satu temannya Tiwi


yaitu Rendi, ibunya gak ngebolehin dia nginap dan ngejebur di

segala hal yang buruk.....


Entah kenapa aku lalu melepaskan pijakan kakiku dari

laut. Sedangkan dia pengen sekali bisa ikut. Hal ini mau gak

gas mobil, perseneling mobil aku posisikan netral. Dan seperti

mau jadi pikiranku juga. Aku gak mau karena dia ikut kami

ada kekuatan yang gak nampak, mobil kami terus melaju

terus dia kena marah sama orangtuanya. Walau aku kasihan

dengan kencang melewati tiap tikungan dan jalan yang belah

juga kalau dia sampai gak bisa ikut. Tapi aku juga gak tau

tersebut.

bagaimana situasinya nanti disana, jadi gak pasti bisa pulang

Ko, coba kamu lihat sendiri kan kalau bunda sama

atau gak nanti malam. Kalau keadaan gak memungkinkan

sekali gak nginjak gas, tapi mobil kita tetap jalan terus dengan

untuk pulang yah terpaksa kami harus nginap disana, itu

kencang,kataku pada Chiko. Iya, bun...... Ciko menatap

berarti dia bakal dapat masalah. Aku juga kepikiran dengan

kakiku yang lepas bebas dari pijakan gas.

ujianku besoknya. Wah, belum apa-apa udah ada macam10

47

Kali ini aku mengerahkan konsentrasi penuh, karena


kami melewati jalan-jalan tersebut dengan hanya

macam masalah, baru juga lagi mau berangkat. Entah apa


yang akan terjadi nanti.

mengandalkan lampu mobil saja.


Akhirnya sampailah kami dibagian jalan yang paling

Sebenarnya aku agak gak yakin dengan kepergian


kami yang mendadak ini, karena dari tadi malam perasaanku

hancur, jalan dengan bagian tengahnya terbelah retak parah.

gak enak banget, dan semakin jadi perasaan itu pagi ini waktu

Cuaca mulai gelap, dengan hutan disebelah kami dan jurang

aku mau berangkat kuliah dari Metro. Bahkan di jalan

dibagian lainnya, suasana benar-benar sepi hanya suara

sepanjang mau keBandarlampung, berulang-ulang aku

binatang malam dan musik dari mobil aja yang terdengar.

berdoa, Ya Allah, entah kenapa perasaanku gak enak banget

Kami semua lebih banyak diam. Membuat kami seolah-olah

hari ini....mudah-mudahan hanya sekedar perasaan, bukan

berada didunia yang lain. Dunia yang penuh dengan mistik

sebuah tanda. Ya Allah....lindungilah keluargaku yang aku

yang mencekam. Segala sesuatu ada ditempat ini. Bahkan

tinggalkan, dan jagalah aku selama aku jauh dari

hal-hal yang kasat mata, karena waktu sekarang (magrib)

mereka....Lindungilah kami semua dari hal-hal yang buruk,

adalah pergantian waktu dari siang menuju malam, dimana

Amin.

segala hal yang halus mulai bergerak. Dalam hati aku


mengucapkan doa-doa pelindung.
Pada bagian jalan yang menurun tajam, tiba-tiba aku
merasakan angin dingin yang tidak sewajarnya mengelilingi
kami, dadaku mendadak terasa sesak.
Astaghfirullah....Aku paham sekali dengan tanda-tanda
tersebut....Dengan tenang aku bilang pada anak-anak,

Coba hubungi Kristy sih, koq lama amat, kataku pada


mereka.
Ini dia sms, udah di jalan katanya....
Paling dia baru keluar dari pintu rumah Bun, tapi
bilangnya udah dijalan.... kata Chiko sambil ketawa.
Akhirnya Kristy sms kalau dia nunggu kami di Halte
Robinson Unila. Siiiip....Kamipun langsung berangkat.

Hmmm....coba kalian bantu bunda ya, kalau kalian hafal ayat


46

11

Setelah menjemput Kristy yang diantar ma pacarnya.

Aku lihat semua keliatannya baik-baik aja, hanya nafas

Kami ambil rute lewat Kemiling, aku nyuruh mereka untuk

mereka yang masih senin-kamis, diantara mereka hanya Kristy

makan siang dulu karena perjalanan kami masih jauh, dan

yang tampak paling kepayahan.

informasinya disana jarang ada warung makan sampai di


Kiluan nanti.

Setelah semua naik mobil kami melanjutkan


perjalanan, karena kami masih harus melewati sungai batu,

Tiwi sempat ngasih tau kalau teman-temannya pada


mau sumbangan untuk uang bensin mobilku, tapi aku bilang
gak usah karena aku tau mereka hanya anak kuliahan yang
belum kerja, kasihan kalau mereka harus keluar uang banyak.
Lagipula aku yang ngajak mereka, jadi biarlah ini

kami takut sungai itu banjir kalau hujan seperti kata Bu Yon
tadi.
Sesampainya disana, aku gak mau ambil resiko. Aku
menyuruh mereka turun agar beban mobil lebih ringan.
Pertama aku nyoba naik gagal, karena kali ini tepian

tanggunganku, yang penting aku bisa membuat mereka

sungainya posisinya lebih tinggi dan tidak terlalu miring seperti

senang, terutama Tiwi, karena ini impian dia. Melihat wajahnya

tepian disebrangnya. Dan aku terlalu lurus mengambil jalan.

ma teman-temannya bahagia kayak gitu rasanya gak rugi deh

Aku coba jalan yang disebelahnya, walau aku sempat ragu-

aku bolos kuliah hari ini, walau sebenarnya dosen-dosen itu

ragu juga melihat tanah lintasan yang seperti kubangan itu,

yang rugi sebab hari ini gak bisa melihat wajah manisku......

tapi gak ada pilihan lain.....aku harus mencobanya dan

hahahaha.

berhasil. YES!!!
Tikungan demi tikungan kami lalui, jarang kendaraan
yang papasan dengan kami, karena memang saat itu masih
suasana magrib. Dan mereka gak senekad kami jalan malam
didaerah tersebut. Hmmm.....mungkin aku sopir perempuan
pertama yang melakukannya, hahahahaha......
12

45

Tapi aku mengerti apa yang dia rasakan, tanpa bicara

III

aku tahu apa yang dia pikirkankan. Khawatir, takut semua


menjadi satu. Pengalaman tadi benar-benar terlalu berat untuk
dirasakan remaja seumurnya. Aku hanya tersenyum aja
berusaha menenangkannya.
Satu persatu yang lain menyusul dengan nafas megapmegap, dalam hati aku merasa geli dan kasihan juga lihat

etelah makan dirumah makan Padang dan

membeli bekal untuk makan minum disana,


sekitar jam 12.30 wib kami berangkat. Awalnya
sepanjang jalan lancar-lancar aja. Kami sempat

mereka. Tapi mau gimana lagi ini semua demi keselamatan

mutar arah balik lagi karena lupa ngisi bensin mobil, karena

kami juga. Yang membuatku khawatir keadaan Kristy. Jalan

takut disana gak ada pertamina. Kami kearah Padang Cermin

mendaki melewati tanjakan setinggi itu benar-benar menguras

melewati pantai Mutun, terus kearah pantai Klara. Jalan belum

tenaganya. Tubuhnya memang lemah. Untung dia dibantu

banyak yang rusak, hanya tikungan-tikungan biasa yang masih

teman-temannya.

bisa aku lewatin. Aku sempat gereget juga, pengen banget

Yank, gimana? Kuatkan? tanyaku. Iya bun....Kristy

memacu kendaraan dengan kencang setiap melewati tikungan

menjawab lemah. Aku lirik Chiko yang gantiin Tiwi duduk

atau jalan yang agak lebar dan mulus, tapi Kristy selalu

didepan sebelahku. Keliatan dia masih sibuk atur nafas.

langsung jerit-jerit setiap aku ngebut dikit.....hahahahaha,

Aduh bun....yang gak perokok kayak Chiko aja ngosngosan gitu, apalagi chiko....tadi aja karena ngejar mobil

kayak bawa emak gw aja, pikirku dalam hati.


Sedikit-sedikit amazing.....bunda amazing....

bunda, chiko sampai tepar geletak dijalan.... hahahaha, bisa

yaelaaa....untung gak ada lakban dimobil, kalau gak Kristy

KO juga Chiko

pasti udah aku lakban biar aku bisa ngebut, hahahaha.....Saat


itu cuaca juga kurang cerah, hujan gerimis, hal itu membuat
jalan jadi agak licin.
44

13

Bun, nanti aku tunjukin tempat biasa kami bilas kalau

Chiko, kalian jalan aja ya.....bunda tunggu

dari pantai Klara, sebenarnya karena mau ngirit aja, gak mau

diatas,kataku. Sebab posisi jalan masih menanjak banget, aku

keluar duit buat bayar kamar mandi.....hahahaha, kata Tiwi.

khawatir jika aku berhenti menunggu mereka maka mobilku

Tapi tempatnya bagus, kata Rendi atau Chiko, aku

akan bergerak mundur lagi, tanjakannya sangat tinggi. Jadi

lupa.

aku gak mau ambil resiko untuk kedua kalinya macet ditengah
Sempat ada sedikit pertengkaran kecil antara aku

dengan Tiwi pas dijalan, kebetulan dia duduk disebelahku.

jalan.
Sampai diatas, lewat gapura gerbang Teluk Kiluan, aku

Setiap ada tikungan atau jalan yang menurun dia selalu bolak

berhenti dan turun dari mobil. Aku periksa kondisi mobil,

balik kasih peringatan ke aku, jujur itu malah buatku jadi gak

karena aku khawatir gara-gara kejadian tadi ada kerusakan

konsentrasi, seperti anak kecil aja sedikit-dikit diperingatin. Aku

dibawahnya, sedangkan perjalanan kami masih jauh dan

juga tau mana yang bahaya atau tidak, apalagi bawa

masih banyak kesulitan yang akan kami hadapi. Semua terlihat

rombongan seperti itu tentunya aku akan lebih berhati-hati.

baik, syukurlah....Lalu aku masuk kembali kedalam mobil,

Mungkin memang sikapku kelihatannya santai dan

menunggu anak-anak sambil mendengarkan musik dimobil.

meremehkan, tetapi sebenarnya aku tetap konsentrasi dengan

Yang pertama sampai diatas Tiwi, aku lihat dia

apa yang aku hadapi. Seharusnya dia hafal ma gaya

berusaha sekuatnya lari menghampiri mobilku. Aku sempat

bundanya, ckckckckck......

bengong juga lihat dia dengan nafas ngos-ngosan berdiri

Akhirnya aku ngebentaknya, sambil mengrem mobil,

disamping jendela mobilku. Sambil mengatur nafasnya yang

Kalau gak kamu aja deh yang bawa nih mobil!!

terengah-engah dia terus menatapku.

Tiwi langsung diam, dan seketika aku langsung

Lah, kenapa pula nih anak? bingung aku jadinya.

menyesal karena udah bicara keras seperti itu padanya

Cara dia menatapku seperti aku ini manusia dari luar angkasa

dihadapan teman-temannya. Aku juga tau dia paling gak suka

aja, hahahahaha.....

14

43

bismillahhirohmannirohiim....bisikku dalam hati. Aku tetap

kalau ada orang yang bicara keras atau bentak-bentak dirinya.

berusaha fokus dan tenang.

Aku mengerti maksudnya baik agar aku lebih berhati-hati.

Aku sempat mendengar mereka memanggil-manggilku

Kemudian aku minta maaf padanya, karena sudah berkata

karena mencemaskan keadaanku, Bunda....bunda..... tapi

keras dengannya. Awalnya dia diam saja, terus aku

aku terus konsentrasi, aku acuhkan semuanya, aku hanya

mengulurkan jari kelingkingku tanda damai. Rasanya gak enak

fokus dengan jalan yang ada didepan mataku.

kalau sampai kami ribut sedangkan perjalanan masih jauh.

Tiwi, jangan nangis.....tahan wi, jangan nangis....,


entah suara Kristy atau Iid yang aku dengar meminta Tiwi
jangan menangis. Bunda.... suara Tiwi.
Sempat juga aku mikir, Ngapain sih tuh anak pakai
acara mau nangis segala disituasi kayak gini? Apa gak bisa
dicancel dulu nangisnya?

Akhirnya dia mau juga terima jari kelingkingku. DAMAI.....


Kristy langsung ketawa liat kami kayak gitu,
hehehe......kayak anak kecil emang pake baikan dengan jari
kelingking saling berkaitan begitu
Kalau Kristy lain lagi cara kasih peringatan ma aku,
setiap aku agak ngebut dia bilang gini: Bunda nih gak bisa

Aku menunggu Chiko dan tiwi selesai membuat jalur


baru untuk kulalui,Bunda ambil sebelah kanan.....jangan
kekiri...kata Chiko.

banget liat jalan agak mulus ma lebar dikit....


Atau setiap jalan udah mulai menyempit, dia bilang:
Jalan menyempiiiiiiiiiit...... hahahaha, teguran halus buatku

Aku coba mengikuti jalur baru yang mereka buat


dengan tekanan penuh pada gas, mereka semua dengan
tegang melihat mobilku melaju dengan kencang melewati itu
semua. BERHASIL!! Alhamdulillah.....
Chiko berlari-lari mengejarku.

42

untuk ngurangi kecepatan


Kalau yang cowok-cowoknya malah sibuk provokatorin
aku supaya ngebut bawa mobilnya,
Hayoooo Bun.....hayooo....yang kencang bun.... tapi
Kristy sibuk jerit-jerit sih....lagipula aku ingat mereka kan baru

15

makan, kalau dibawa ngebut nanti malah jadi mual, bahaya

jalan membuat suasana semakin runyam. Saking kuatnya gas

kalau sampai muntah dimobil. Sayang mobilnya, hahahaha.....

yang aku tekan membuat ban mobil mengepul keluar asap

Kasihan juga ma Chiko, dia duduk dibelakang dan


karena badannya tinggi setiap aku ngebut dan lewat jalan

beradu dengan jalan. Bau karet terbakar langsung menusuk


hidungku.

yang jelek kepalanya selalu benturan ma atap mobil.

Turun!!! Kalian semua cepat turun!!! Mobil ini terlalu

Hadeuuuuh....kenapa gak dilipat aja makanya tuh badan biar

berat.....!!! seruku sambil sekuatnya aku memegang rem

bisa pendekkan dikit

tangan dan menginjak rem kaki, perseneling tetap aku

Si iid mah dijalan lebih banyak diamnya, mungkin lagi

masukkan kegigi 1 agar mobil bisa bertahan gak mundur terus.

sibuk zikiran dalam hati....supaya kami selamat sepanjang

Mereka semua langsung secepatnya melompat turun dari

jalan ke Kiluan, dia udah pernah ikut mobilku jadi dia tau

mobil.

banget gimana caraku bawa mobil. Makanya kalau dia diam


dan sibuk berdoa dalam hati, ya aku bisa maklum....hahaha...
Sementara Rano juga lebih banyak diam, mungkin lagi
ngumpulin tenaga buat siap-siap nyebur di Laut nanti
Yang lucunya, si Kristy karena takut jatuh kedepan (dia

Chiko, kita buat jalur baru...!!seru Tiwi disela-sela


kepanikannya. Dengan gesit Chiko langsung mengambil batubatu yang ada, bersama Tiwi menimbunin bagian jalan yang
berlobang. Tangan Chiko sampai luka terkena batu yang
tajam. Jalan yang rusak sebenarnya hanya beberapa meter,

posisi duduk dideretan kedua dan ditengah), badannya dililitin

yang lain mulus. Tetapi karena posisinya pas ditengah-tengah

pake sabuk pengaman, yang akhirnya malah buat dia susah

tanjakan itu yang berbahaya.

sendiri kalau yang dari belakang mau keluar dari mobil, adaada aja.

Sementara itu mobilku perlahan-lahan terus turun


kearah jurang. Ya Allah, bantu aku, aku pasrahkan diriku

Dimobil aku kan setel lagu-lagu Geisha yang mellow


itu....si Rendi yang suka banget, dia minta dikerasin suara
16

padaMu Ya Allah, Kau yang memiliki diriku.....hidup matiku


Kau yang berkuasa... laahaaulaawallaquataillahbillah,
41

dibagian tengah, ada beberapa lobang yang lebar-lebar,

musiknya, teman-temannya pada ngeledekin dia, karena ada

dengan pecahan batu berserakan.

bagian dari lagu-lagu itu yang cocok ma kisah percintaannya

Mana pinggirannya jurang pula. AC sengaja aku


matikan biar mobilku kuat tarikannya. Tetapi kali ini benar-

Rendi.....Cieeee, cieeee....
Setelah melewati Pantai Klara, kami memasuki

benar aku ketemu MASALAH! Pas ditengah bagian jalan yang

kawasan pangkalan TNI AL. Kami sempat berhenti sebentar di

rusak, mobilku gak kuat menanjak walau gas sudah aku tekan

ATM BNI yang ada dipinggir jalan. Kebetulan Rendi dan Rano

sekuatnya sampai dasar. Mobil kami mundur!!!! MUNDUR dan

juga udah kebelet, jadi ini kesempatan buat mereka bagi-bagi

terus bergerak mundur!!!!

rezeki dimesjid terdekat......hihihihihi....

Astaghfirullah.....Aku berusaha sekuatnya dengan

Terus ada bapak-bapak yang sempat menanyakan

menggunakan kedua rem, baik rem tangan dan rem

kami mau kemana. Setelah tau kami mau ke Kiluan, dia bilang

kaki....tanganku yang satunya semampunya mengendalikan

sayang kalau Ke Kiluan bawa mobil kayak mobilku itu, karena

stir mobil tapi posisi mobil tetap mundur!! Aku mencoba segala

jalan disana rusak banget. Waduuuuh......pikirku.....

cara agar bisa maju kedepan, tetapi sekali lagi semua


percuma. Dengan beban penumpang seperti itu, rem seperti
tak berfungsi.Mobil kami terus bergerak mundur kebawah
dengan posisi miring kearah jurang tak tertahankan....
Anak-anak menjadi panik, ketakutan menguasai
mereka karena jika aku gak bisa menahan lajunya mobil itu,
kami semua akan masuk kedalam jurang disamping kami....
Aku berulang-ulang menekan gas agar mobil maju
kedepan, bunyi decitan ban mobil yang bergesekan dengan
40

Pangkalan TNI AL
Saat memasuki persimpangan di Pangkalan TNI AL,
kami ambil jalur yang sebelah kiri menuju pangkalan AL/ bumi
marinir atau Punduh Pidada. Sambil berbelok, mataku sempat
melihat sekilas ada tentara muda disitu yang tampangnya
manis, sayang amat tuh orang terdampar disini pikirku, cuma
aku diam aja gak bilang ma Tiwi, karena aku sudah bisa
bayangin pasti dia ngomong gini:
17

Ya ampun Bundaaaa.......sempat-sempatnya tuh mata


liat yang kayak gitu.....uuuuuh....,
Ya namanya juga manusia normal, wajar atuh bereaksi
terhadap hal-hal yang menarik mata, itu namanya proses alam

Aku ngelihat mereka, Ayooo....kalau gitu kita pergi


sekarang mumpung masih terang dan belum deras
hujannya...
Karena mengejar waktu, jangan sampai ketemu gelap
didaerah yag parah banget jalannya, kami semua langsung

Kebetulan Kristy pernah ke Kiluan, walau udah lama


tapi sedikit-sedikit dia masih ingat rutenya. Penunjuk jalan ke
Kiluan juga hanya berupa papan kecil yang kalau terburu-buru
bisa terlewatkan oleh mata. Berapa kali Chiko memintaku
untuk berhenti dulu kalau aku merasa capek. Tapi semua
masih terasa biasa aja bagiku,

berangkat.
Ada diantara mereka yang bertanya,Bunda ngrasa
yakin gak nih? Hmm....aku selalu yakin dengan diriku, terlalu
yakin malah . Kalau aku tetap nekad ngajak pulang magrib
itu juga karena semuanya sudah kupikirkan. Mungkin aku
memang suka mengambil risiko, tetapi semua pakai

Bunda tau sampai dimana batas kemampuan bunda,


kalau bunda gak berhenti berarti bunda masih kuat....kataku

perhitungan. Saat itu waktu menunjukkan pukul sekitar jam


18.00 wib.

pada mereka.
Berulang-ulang Tiwi juga nanya ke Kristy, masih jauh

gak Kiluan itu. Terus aku bilang setengah meledeknya, yynk


bisa sabar nahan pengen ke Kiluan berbulan-bulan, masa
nahan beberapa jam aja gak bisa sih?
Lepas dari kawasan pangkalan TNI AL atau setelah
melewati Punduh Pidada mulailah banyak rintangan dijalan.
Jalan yang kami lalui sebagian besar rusak berat,

ada saat melewati tanjakan jalan yang rusak

dekat gapura Teluk Kiluan, aku sempat kesulitan


karena tanjakannya tinggi sekali, dan dengan
kemiringan yang tajam, belum lagi jalannya rusak

banyak kubangan air yang rata-rata lebar dan cukup dalam


18

39

Saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 17.00. Aku tau

karena saat itu mulai masuk musim hujan, jalan grompal

mungkin Tiwi agak kecewa karena gak bisa melihat sunset,

dimana-mana, belum lagi sebagian besar jalan masih

tetapi semua sudah aku pertimbangan baik-baik. Ya

menggunakan batu kali yang besarnya sebesar buah kelapa,

setidaknya sebagian harapan dia sudah aku penuhin, bisa

ditambah tikungan-tikungan tajam yang membuatku harus

datang keTeluk Kiluan.

ekstra hati-hati dan waspada setiap saat. Selain tikungan yang

Diatas perahu yang membawa kami kembali keTeluk

tajam, ditambah lagi alur jalan yang menanjak dan menurun

Kiluan, kami melihat awan semakin hitam, gerimispun mulai

karena masuk daerah pegunungan membuatku kesulitan

turun. Gimana nih Nda? Gelap banget awannya.... kata Tiwi.

melihat ada tidaknya kendaraan dari arah depan.

Aku diam aja, hanya berharap jangan hujan deras sekarang,

Ada beberapa pemandangan yang menurut kami lucu

setidaknya sampai kami melewati rute-rute yang sulit dijalan

juga, kami berapa kali papasan dengan rombongan ibu-ibu,

nanti.

tetapi mereka bawahannya pada pake kain atau sarung


Dengan terburu-buru kami dari pantai langsung lari

gitu....adat kebiasaannya masih kuat kalau ada acara-acara

ketempat mobil kami diparkir. Aku bilang sama Bu Yon tempat

tertentu disitu. Aku bayangin gimana kalau gaya gitu

kami nitip mobil, bahwa kami mau pulang saat itu juga, dia

diterapkan dikota besar, waaaaah, beribet kayaknya....

menatapku dengan heran,

Gimana Bun, jalannya? tanya Kristy berulangkali,

Gak jadi nginap Bu?

karena aku selalu menjawab kalau jalan itu rusaknya belum

Aku jawab, Gak Bu, kami pulang aja..... Tiwi nanya ke

apa-apa. Ah, masih biasa aja koq.....ini mah belum parah

ibu itu, Memang kalau jalan malam susah ya Bu? Ibu

banget..., jawabku sambil tetap fokus melihat jalan didepan.

itu sambil senyum,Iya, kalau hujan sungai tempat

Sebab selip sedikit mobil bisa terperosok kedalam lobang

lewat itu sering banjir.....jadi gak bisa lewat.

dijalan. Aku juga pakai insting aja mengira-ngira mana


kubangan yang gak terlalu dalam untuk aku lewatin.

38

19

Genangan air membuat jalan tidak jelas dalam atau dangkal

bawa anak orang, kalau ada apa-apa dengan mereka

lobangnya.

bagaimana?

Dan yang lebih ekstrim serta memacu adrenalin

Aku melihat mereka satu persatu. Wajah-wajah yang

adalah, karena sepanjang pinggiran jalan adalah jurang-jurang

sedang bahagia. Saat bermain seperti itu, mereka terlihat

yang tanpa batas pengaman dan hutan besar, sedangkan

seperti bocah-bocah yang tanpa beban.

jalan yang ada lebarnya hanya pas untuk dua mobil bersisian,

Akhirnya aku memutuskan untuk balik kepondok, aku

itupun sulit dilakukan sebab licin terkena air hujan dan karena

ajak anak-anak biar mereka makan dulu bekal yang kami

parahnya jalan.

bawa. Sementara kami makan, Tiwi sibuk mengabadikan

Sebalnya, kami merasa sudah berjalan berkilokilometer, tetapi kenyataannya dari penunjuk jalan bahwa kami

pemandangan di Kiluan baik dengan foto maupun video.


Aku memperhatikan Rendi, dia terlihat senang ikut

hanya baru melalui 3-4km saja. Contohnya ada penunjuk jarak

kami, tapi aku bisa lihat dan rasakan kalau sebenarnya dia

tertulis 32 km lagi, jadi kami perkirakan sekitar kurang lebih 1

kepikiran kalau kami sampai nginap. Walau dia bilang gak apa-

jam lagi kami sampainya. Terus setelah berjalan jauh yang

apa, pasti perasaan khawatir bakal kena marah orangtuanya

kami perkirakan sekitar 20-25km, ternyata ada plang penunjuk

tetap ada. Hanya dia gak enak aja kalau kami semua terpaksa

jarak tertulis: KILUAN 21km. Jiaaah.....berarti baru berapa

pulang gara-gara dia. Sedangkan situasi jalannya seperti itu.

kilometer aja yang kami tempuh. Gubraaak banget deh.....


Pokoknya setiap kami lihat penunjuk jalan

Akhirnya aku katakan pada mereka bahwa aku


memutuskan untuk pulang sekarang. Anak-anak hanya

menunjukkan berapa kilometer lagi yang harus kami lewati,

menurut saja apa kataku, karena bagaimanapun aku yang

langsung saja kami ngoceh-ngoceh gemes sendiri, seperti

mereka ikutin.Selesai makan kami siap-siap mau pulang,

dipermainkan. Masyaallah......kapan sampainya kalau begini,

tukang perahu sudah dihubungi untuk menjemput kami.

pikirku dalam hati.


20

37

Dan ujian mata kuliah Assement besok benar-benar

Melewati jalan rusak seperti itu benar-benar menguras

gak bisa pergi dari pikiranku. Karena itu termasuk makul yang

energiku, 1km jalan yang rusak sama seperti melalui 3-4km

paling sulit aku pahami, ditambah dosennya kalau pas ngajar

jalan yang mulus. Kami sempat juga ketemu rombongan

sering kayak anak autis, asyik dengan dunianya sendiri.....,

penduduk disana yang sedang memperbaiki bagian jalan yang

mikirin bakal ngikut ujian susulannya aja udah buat aku pusing

termasuk rusak berat dengan menggunakan batu kali yang

duluan, lebih pusing daripada ngelewatin jalan yang hancur

ada. Memang parah banget jalan disitu, rasanya ikhlas kami

pas ke Kiluan tadi

memberi mereka sekedar uang rokok asal tuh jalan jadi

Tapi aku juga bisa lihat cuaca gak bagus, mendung


banget tanda mau hujan. Aku melakukan perhitungan, kira-kira

mendingan untuk dilewati. Yang SEMANGAT ya Pakde, Oom,


Kangmas......cemunguuut, cemunguuut....

kalau pulang dari Kiluan sebelum malam bisa gak ya?


Bagaimana situasi dijalan kalau malam hari gini? Siang yang
terang aja udah sulit melewati semua rute itu, apalagi malam
hari dimana cuaca mulai gelap.
Aku bertanya-tanya dengan diriku sendiri: Apa kamu
sanggup melakukannya? Jika terjadi hal yang buruk dijalan
bagaimana? Hanya kamu yang berpengalaman nyetir, apa

Lagi-lagi Tiwi nanya ke Kristy kapan sampainya di


Kiluan.
Pokoknya kalau gunung itu sudah gak kelihatan lagi
baru kita sampai...., jawab Kristy. Aku lihat kedepan, wah
gunungnya masih terlihat jelas banget seperti mengejekku,
berarti masih lama.
Bunda capek? tanya Kristy. Hahahaha....pertanyaan

kondisi fisik kamu kuat bolak balik nyetir selama 9 jam lebih?

yang aku rasa gak perlu aku jawab. Mereka yang cuma duduk

Bagaimana kalau mobil kamu rusak dijalan? Sedangkan ada

aja udah ngerasa capek, apalagi aku yang harus konsentrasi

bagian rute yang lokasinya benar-benar terkucil dan terputus

nyetir, dimana kaki dan tanganku harus bergerak berulang-

dari dunia luar, sehingga sulit meminta bantuan. Kamu tuh

ulang antara kopling, gas dan rem, belum lagi punggung yang
harus tegak karena biar bisa lihat jalan dengan jelas. Tetapi

36

21

jujur, aku menyukai perjalanan ini, karena ini semacam

Hanya sayang cuaca saat itu mendung, yang membuat

tantangan bagiku. Lagipula aku memang senang menyetir,

kami gak bisa menikmati sepenuhnya keindahan disana.

bisa membuatku teralihkan dari hal-hal yang lagi tak ingin

Ombak disana besar-besar dan termasuk tinggi, sehingga

kupikirkan. Aku suka dengan kegiatan yang memacu

walau kami sudah diatas karang yang tinggi tetap aja

adrenalin, hahahahaha.....jiwa petualangnya terlalu kuat

kecipratan airnya. Dan karena posisiku saat itu melindungi

Akhirnya kami sampai dijalan yang membuat kami


semua benar-benar kaget, karena jalan yang kami hadapi
bukan lagi parah, tapi rusaknya sangat, amat berat, benarbenar super hancur....

Tiwi, badanku kena cipratan air, lumayan buat dingin.....yang


jelas jadi BASAH, hahahaha....
Berapa kali juga kami peringatin Chiko dan Rano agar
gak terlalu ketengah karena ombaknya besar gitu, khawatir aja

Ada bagian alur jalan yang membuatku harus berjibaku


dan menuntut konsentrasi tinggi serta doa yang banyakbanyak, karena jalan itu bentuknya menanjak, berliku-liku serta

mereka terseret. Maklum mereka berdua kan kurus-kurus, jadi


mudah keseret ombak
Tapi Chiko keliatan banget penasaran pengen naik

terbelah dua, retak dan dalam, disebabkan ada aliran air yang

kekarang yg merupakan salah satu ciri khas diTeluk Kiluan itu.

melewati jalan tersebut dari arah gunung, sedangkan

Dan horeeee......walau dengan susah payah berapa kali

pinggirannya sebagian jalan grompal berbatu-batu atau tanah

keseret ombak balik kepantai Chiko berhasil juga naik

yang becek dan licin.

kekarang tersebut. Siiip.....salah satu pengamalan dari 18 nilai

Sebelah kiri kami hutan dengan sebagian tanah


tebingnya longsor terkikis terbawa air, karena hujan.
Sedangkan sebelah kanan kami adalah jurang yang

karakter bangsa sudah Chiko terapkan: Kerja keras.


(Hahahaha.......kata-kataku keliatan guru banget sih....).
Sementara melihat mereka bermain-main dengan air

membentang dalam dan curam, gak bisa dibayangkan kalau

laut, aku duduk diam sambil memikirkan bagaimana caranya

mobil kami terjun bebas kebawah, dan aku gak ingin

supaya kami gak usah nginap tetapi langsung pulang saja.

22

35

duyung tadi, untung dia pake legging, jadi celana luarnya bisa

membayangkannya, bahkan niat membayangkannya pun jauh-

diangin-anginin dulu biar gak terlalu basah.

jauh aku singkirkan -,-

Sementara itu barang bawaan kami letakkan di

Jadi aku harus pintar-pintar memilih jalan yang bisa

pondok-pondokan terbuka tempat duduk yang ada disitu,

dilalui atau mobil kami terpeleset masuk jurang. Anak-anak

tetapi barang berharga aku suruh simpan diranselku biar

langsung terlihat panik, aku tahu saat itu kami memiliki

dibawa jangan ditinggal demi keamanan, karena disitu gak ada

pemikiran yang sama, apa kami bisa melewati semua itu?

yang jaga.

Tiwi yang posisi duduk depan disebelahku tentu saja

Sini bun, biar chiko yang bawain ranselnya...., Chiko

dengan jelas melihat bagaimana rusaknya jalan yang harus

menawarkan bantuan. Anak baik..... #lirik Rendi dan Rano

kami lewati, aku bisa merasakan ketegangannya juga yang

Kemudian kami menyusuri pantai disebelah kanan,

lainnya. Aku tahu mereka takut, obrolan dan becandaan

karena kami gak tau kalau disebelah kiri lebih indah pantainya

seperti saat berangkat sudah mulai hilang, semua fokus

Chiko dan Rano langsung khilaf liat air laut, sementara

dengan jalan yang kami hadapi didepan, karena itu aku

Rendi gak berani nyebur karena udah diwanti-wanti ma

berusaha tetap tenang sebab mereka semua bergantung dan

enyaknya supaya gak jebur kelaut, pokoknya gak boleh basah,

berharap banyak pada diriku.

hahahahaha.......susah jadi anak mami....Akhirnya dia

Bismillah.....Ya Allah, lindungi kami semua, bisikku

menemani Kristy (dan ini emang yang Rendi harapin, bisa

dalam hati. Sempat juga terbayang keluarga kecilku, anak-

berdekatan dengan Kristy terus.....hahahaha, dasaaaar.... ).

anakku, Abang dan Kaka. Ya Allah, mereka gak tau kalau

Sedangkan aku bertiga Iid dan Tiwi sibuk foto-foto

bundanya sedang menghadapi perjalanan yang berbahaya

dikarang yang ada disitu, walau resikonya kakiku dengan kaki

seperti ini, jika sampai terjadi hal buruk pada diriku mereka gak

Tiwi jadi kegores karang disana, lumayan pedih juga. Kompak

tau....(iih, kayak sinetron jadinya...).

amat emak ma anak sama-sama luka kena karang -,-


34

23

Kalau aku amati, posisi kami seperti menyeberang dari

aku lihat masih seadanya. Kamar mandi untuk umum malah

gunung yang satu kegunung yang lain, makanya jalannya

bentuknya sederhana banget. Ada beberapa tempat sampah

berbentuk melingkar, naik turun.

disetiap sudut tapi rupanya masih banyak orang yang belum

Mana di daerah pegunungan ini sinyal handphone

ada kesadaran tentang kebersihan, karena masih banyak

hilang, gak ada rumah penduduk satupun, benar-benar masih l

sampah bekas snack atau makanan yang tercecer dipinggiran

alam liar, kendaraan yang lewat hanya 1-2 saja, membuat

pantai.Sayang banget.....

kami terputus komunikasi dengan dunia luar.


Tapi pada dasarnya aku memang tipe yang selalu

Disitu sudah ada beberapa pengunjung yang bermalam


termasuk ada sepasang muda mudi yang seperti sedang

optimis, sudah sering aku berhadapan dengan nyawa diujung

menikmati bulan madu, tapi gak tau juga sih mereka suami istri

tanduk. Aku selalu yakin dengan kebesaran dan kasih sayang

atau bukan -,- ini termasuk jadi bahan guyonan kami, karena

Allah pada diriku. Jika selama ini Beliau selalu memberiku

tuh cewek pake celana pendek yang sexi banget.....trus

kekuatan dalam menghadapi setiap ujian hidup yang

cowoknya seperti masih keturunan arab gitu dengan hiasan

kuhadapi, maka aku yakin Beliau juga akan melindungiku saat

brewok diwajahnya, yang buat Kristy terpana

ini.

(hayoooo......apakah yang ada dalam pikiran Kristy? Tanda


Dengan bantuan Tiwi yang menjadi navigator dadakan,

tanya BESAAAAR....hahaha).

aku perlahan-lahan mengendarai melewati jalan tersebut.

Tawaran untuk nyewa cottage belum kami ambil,

Benar-benar semua keahlianku menyetir terujikan disini.

karena kami masih mau lihat sikon dulu, kami belum pasti mau

Tantangan. Dan bagiku ini malah lebih menantang daripada

nginap atau gak. Chiko dan Rano langsung ganti baju yang

saat aku bertahan hidup diruang ICU. Sebab bukan nyawaku

sudah mereka persiapkan untuk main dilaut, Iid kekamar

saja yang harus kuselamatkan, tetapi ada 6 orang yang

mandi mengganti celananya yang basah karena jadi putri

nyawanya tergantung pada keahlianku menyetir (sayang, gak


24

33

bawa baju salinan untuk nginap tapi aku tinggal dimobil,

sempat didokumentasikan sebagai bukti....hahahaha, di ICU

sedangkan kami kan gak mungkin putar haluan lagi perahunya

aja aku sempat foto-foto, Iiiih...lagipula dengan keadaan

cuma buat ngambil tuh baju), akhirnya kami mulai

seperti itu siapa pula yang terpikir mau ambil foto atau video?

berlayar......jiaah, berlayar bahasanya.

Hadeuuh....buun...buun, pasti mereka pada ngomong gitu ).

Yang duduk paling depan si Rendi, trus Rano, Iid, aku,

Semua jalan itu gak ada yang baik, jadi aku hanya

Kristy, Tiwi, Chiko, dan Robi situkang perahu (ya dia pasti

memilih yang kira-kira paling kecil risiko bahayanya. Tanganku

ikutlah.....hahahahaha).

sudah seperti bermata saja, meliuk-liuk secara otomatis

Perjalanan naik perahu ke pulau Kelapa memakan


waktu sekitar kurang lebih 15 menit, mana si Robi bawa
perahunya agak ngebut sehingga air laut muncrat-muncrat
kearah kami. Ngejar setoran banget tuh orang.... -,-
Sambil menikmati pemandangan yang ada aku sibuk
ngambil foto-fotoku diatas perahu, yang buat Tiwi jadi jerit-jerit
marahin aku karena kuatir aku dan Hpku jatuh (kayaknya dia

mengendalikan stir mobil, mencari jalan yang layak dan bisa


dilalui.
Alhamdulillah, kami bisa melewati bagian yang
mengerikan tersebut. Tetapi bukan berarti kami sudah boleh
tenang, karena jalan masih lumayan buruk sampai didaerah
desa Bawang.
Dan Ya Allah.....masih ada satu ujian lagi untukku

lebih sayang Hpku yang jatuh deh daripada bundanya yang

sebagai sopir, yaitu menyeberangi sungai berbatu. Karena

jatuh -,-).

jalan yang biasa dilewati sedang diperbaiki, dibuatkan

Begitu turun kami disambut bapak-bapak penjaga

jembatan. Jalan dari tanah serta becek penuh kubangan air,

pantai disitu, dia meminta kami membayar tarif masuk

membuat jalan menjadi licin dan kalau tidak hati-hati

Rp.5000,-/orang. Dan kalau kami mau nginap, cottage disitu

kendaraan kita bisa nyangkut disana.

ditawarkan Rp.200.000. Cottagenya terbuat dari papan,


berbentuk kamar-kamar seperti kost-kostan. Kamar mandinya
32

Anak-anak sudah sibuk dengan celotehan mereka


karena sama kagetnya seperti aku. Posisi sungai itu tepinya
25

tinggi sekitar 1meter dengan posisi yang gak terlalu miring,

ada didekatnya untuk pegangan agar gak kejebur dalam laut.

agak tegak lurus gitu. Jadi aku harus mengendarai mobil terjun

Kebetulan aku berada diposisi sampingnya, sehingga bahuku

kedalam sungai tersebut, yang kebetulan ketinggian airnya

yang dia pegang. Tetapi karena posisinya udah miring banget

hanya kurang lebih sejengkal, terus menyeberang dengan

pegangannya terlepas.Jebur deh Iid..... Otomatis tangan

posisi menanjak. Dan aku gak tau gambaran jalan yang ada

kananku memegang tangannya, berusaha menahan agar

diatas. Aku malas mau turun, malas basah kakinya. Jadi aku

kepala Iid bisa ketahan gak masuk kedalam air. Sementara itu

spekulasi aja deh.....

Chiko yang sudah naik dan duduk dekat tukang perahu

Lebih baik kalian turun dulu, takut gak kuat

dengan sigap langsung loncat turun meraih badan Iid, sambil

nanjaknya, kataku sama mereka. Dengan cepat mereka

memeluk Iid tangannya juga berusaha mengambil handphone

segera menuruti kata-kataku. Dan sekali lagi Tiwi sebagai

iid dari saku celananya agar gak masuk air, untung gak salah

pemberi arah untuk jalan yang harus aku ambil. Bunda, ambil

ambil ma pegang ya Ko?

sebelah kiri terus kekanan.... sementara yang lain berjaga-

Wah, kagum juga aku lihat kesigapan Chiko, karena dia

jaga dibelakang mobilku. Petunjuk dari Tiwi itu aku turutin. Aku

bisa cepat mengambil tindakan seperti itu, sementara yang lain

kira-kirain saja kecepatan gas mobil untuk bisa melewati tepian

masih terpana lihat Iid mendadak seperti putri duyung yang

sungai itu. Dan, sekali lagi aku lulus ujian.......

lagi jebur dalam laut......1 point nilai Chiko naik

Anak-anak langsung lega melihat mobil udah


nyeberang sungai.

dimataku....hahahahaha, yang gelinya Kristy pikir Iid lagi


becanda, jadi dia malah bengong liatin muka Iid. Wah, yang

Bunda keren, kereeeeen banget..... kata mereka


sambil acung jempol. Pyiuuuh.....kalau kerennya karena
melewati bahaya kayak gini, hadeuuuh.....gak usah deh,
makasih....

jelas Iid udah tes duluan tuh laut, gak sabaran dia pengen
cepat-cepat nyemplung.....
Setelah semua naik perahu (kasihan juga liat iid yang
basah kuyup gitu, mana gak bawa salinan baju pula, aku sih

26

31

pendatang serta menyediakan tempat penitipan kendaraan.


Setelah bincang-bincang sejenak menanyakan ongkos

Dari sana, kami terus melewati jalan tanah dengan


sawah-sawah dipinggiran jalan hingga kami sampai disuatu

naik perahu untuk menyeberang kepulau kelapa dengan

pasar yang namanya Pasar Bawang. Dipersimpangan pasar

tukang sewa perahu, akhirnya kami pun sepakat. Biaya

Bawang, kami ambil jalan yang sebelah kanan sampai

nyeberang Rp. 15.000/orang. Kapasitas perahu sanggup

dipersimpangan terakhir, kami mengikuti berdasarkan petunjuk

menampung sampai dengan sekitar 10 orang, kecuali bagi

jalan yang ada. Rumah-rumah penduduk disini mulai rapat,

mereka yang dengan ukuran tubuh overweight sih.....

dengan bentuk yang sederhana, sebagian besar rumah

Ada lucunya juga si Rendi kan minta nomor HP si

berbentuk panggung. Halamannya ditutupin dengan batu

tukang perahu, biar kami bisa nghubungi dia pas minta jemput

sungai, untuk menghindari tanah yang licin dan berlumut,

dari pulau, Rendi save dengan nama Oom Kiluan,

sebab kalau musim hujan posisi tanah menjadi becek dan licin.

hahahaha....., aku langsung tanya nama si tukang perahu.

Banyak anak-anak yang bermain di jalan, hewan peliharaan

Mas, namanya siapa ya? Masa nomornya disimpan


ma dia dengan nama Oom Kiluan, kataku sambil nunjuk
Rendi.

juga dengan bebasnya berkeliaran dijalan. Disini jalannya


berkerikil.
Akhirnya gapura Teluk Kiluan Kelumbayan, Kab.

Tukang perahunya ketawa,ROBI....

Tanggamus terlihat juga oleh kami. Horeeee........Legaaa....

Jiaaah, keren amat namanya, terlalu bagus.....aku pikir

Setidaknya kami bisa mencapai teluk Kiluan ini walau sulitnya

namanya Dullah, Joni atau paling bagus Beni....kataku dalam

jalan yang kami tempuh. Kemudian kami turun sebentar untuk

hati.

foto-foto, dan kalau sudah foto-foto gitu apa yang kami alami
Saat naik perahu, sempat terjadi insiden. Karena posisi

perahu yang bergoyang-goyang, Iid saat naik perahu menjadi

sepanjang jalan tadi seperti hilang gak ada bekasnya,


hahahahaha.....

oleng badannya. Dia langsung berusaha meraih apa saja yang


30

27

Dan sebenarnya ini salah satu cara kami melepaskan


ketegangan selama dijalan tadi. Cara rileksisasi yang
menyenangkan

perkampungan orang Bali, akhirnya sekitar jam 15.35 wib kami


sampai juga di Teluk Kiluan.
Ya ampuuuuuun......kami benar-benar berada di

Apalagi alam sekitar dapat mengobati rasa lelah.

TELUK KILUAN!!! Kayak MIMPI rasanya, padahal beberapa

Hanya satu kata yang bisa aku katakan. Indah. Karena dengan

jam yang lalu aku masih duduk di ruang kuliah UNILA dengan

posisi diatas gunung seperti itu, kami bisa melihat

badmood, sekarang sudah di daerah Tanggamus!! Buset

pemandangan yang ada dibawah.....laut dan bukit-bukit

deh.....Dan rasa lelahku langsung hilang begitu melihat wajah

karang, pengunungan disekitarnya.

Tiwi yang kelihatan senang banget, begitu juga teman-

Setelah foto-foto, kami melanjutkan perjalanan.

temannya. Mungkin mereka gak menyangka hari ini mereka

Melewati gapura masuk Teluk Kiluan ada jalan kecil disebelah

bisa menginjakkan kaki mereka di Teluk Kiluan juga akhirnya,

kiri yang menurun tajam dengan bagian tengah yang rusak

padahal tadi kumpul-kumpul dikostnya Tiwi tanpa punya tujuan

berat. Pinggiran jalan masih jurang yang terjal dan

yang pasti mau ngapain....hahahahaha....

disebelahnya tebing hutan. Memang itu jalan cor semen, tetapi


tampaknya yang mengerjakan jalan itu banyak korupsinya,

Makasih Ya Allah, aku bisa memberi kebahagiaan


untuk mereka.....rasanya letih yang kurasa raib entah kemana.

sehingga takaran semennya kurang. Makanya jalannya udah


pada rusak seperti itu -,-

IV

Setelah menuruni turunan tajam tersebut, tampak oleh


kami perkampungan dan rumah-rumah orang Bali. Di Kiluan
memang banyak orang Bali jadi jangan heran akan banyak
gapura-gapura dan pura khas bali disini. Jalannya kecil tapi
cukup untuk dua mobil bersisian. Setelah melewati
28

ami parkir mobil di halaman rumahnya Pak Yon,

salah satu penduduk disana yang juga punya


bisnis menyewakan tempat penginapan untuk
29

Anda mungkin juga menyukai