CSL THT
CSL THT
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIS
TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK
INDIKASI
Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan tenggorok
yang memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan, penghidu dan
pengecapan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisis telinga, hidung dan
tenggorokan serta mampu melakukan tes fungsi pendengaran,keseimbangan,
penghidu dan pengecapan secara baik dan benar
Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam pemeriksaan THT
mampu
menentukan
apakah
kelainan-kelainan
yang
METODE PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi dan alih ketrampilan
2. Diskusi
3. Daftar tilik dengan sistem skor
DESKRIPSI
KEGIATAN
TENGGOROK
PEMERIKSAAN
TELINGA,
HIDUNG
DAN
KEGIATAN
WAKTU
1. Pengantar
2.
Persiapan
presentasi
pendahuluan
10 menit
dan 15 menit
3. Persiapan Praktek
15 menit
4.
Pelaksanaan 60 menit
pemerik-saan fisis
THT, tes fungsi
pendengaran dan
keseimbangan, tes
fungsi
penghidu
dan pengecapan
5.
Diskusi /
pendapat
curah 20 menit
DESKRIPSI
Pengantar skill lab
a. Mengatur posisi duduk mahasiswa
b. Mempersiapkan model
c. Dosen memberikan penjelasan halhal yang
penting
d.
Memberikan
kesempatan
mahasiswa untuk
bertanya
e. Semua media dan alat sudah
disiapkan
f. Menjelaskan jalannya skill lab dan
menyampaikan
berkumpul
kembali untuk
interpretasi hasil melalui audio
visual
a. Mahasiswa dibagi dalam beberapa
kelompok
b. Disampaikan setiap mahasiswa
c.
Diperlukan
mentor
untuk
mengamati setiap
mahasiswa
d. Siapkan audio visual di ruangan
terentu /
terpisah
a. persiapan penderita
b. Persiapan posisi penderita
c. Melakukan pemeriksaan fisis
telinga
f. Melakukan tes garpu tala
g. Melakukan tes kalori
h. Melakukan tes fungsi penghidu
dan penge-capan
h. Pembacaan hasil
g. Interpretasi hasil
a. Apa yang dirasakan mudah dan
yang sulit?
b. Mahasiswa menyimpulkan hasil
pemerik-saan fisis telinga , tes
garpu tala, tes kalori
dan tes fungsi penghidu dan
120 mnt
Lampu kepala
Aplikator kapas
Otopneumoscope
Spatel lidah
Larutan lidokain
Alkohol 70%
Betadine
AgNo3
Bunsen
PEMERIKSAAN TELINGA
Mula-mula dilakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan
bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang
telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang.
Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga,apakah
ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post
aurikuler.
Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop dapat
dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita dengan keluhan
tinnitus objektif
Pemeriksaan
liang
telinga
dan
membrane
timpani
dilakukan
dengan
memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga
yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan liang telinga
sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapat diperoleh
dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah dan
menariknya kearah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus ke anterior
dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini dilakukan dengan tangan kanan
bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya digunakan tangan kiri bila akan
memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasus dimana kartilago daun telinga agak
kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat digunakan bantuan
speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang telinga.
Spekulum telinga dipegang dengan menggunakan tangan yang bebas.
Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis atau atresia meatal,
obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda asing, serumen
obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatan ini
sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas. Diamati pula
dinding liang telinga ada atau tidak laserasi
Liang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan aplikator
kapas, bilas telinga atau dengan suction.
Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya
kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator
sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan
kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan
dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal
aplikator diputar searah dengan putaran jarum jam dengan menggunakan
tangan kanan. Setelah ujung aplikator diselimuti kapas lakukan pengecekan
apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas.
Selanjutnya kapas aplikator dilewatkan diatas api Bunsen.. Bila secret terlalu
profus dapat digunakan bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh.
Bilasan telinga dilakukan dengan menyemprotkan air dari spoit langsung ke
dalam telinga. Ujung spoit diarahkan ke dinding atas meatus sehingga
diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan oleh air bilasan yang balik
kembali.
dengan
menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan bila
akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya pneumoskop dikembang kempiskan
dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat pneumoskop dikembang
kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat diamati melalui speculum
otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapat pula diamati dengan
menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh pasien
mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan mulut yang
tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung dan mulut, udara
tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga terjadi peninggian
tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium
tuba yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan
masuk ke dalam kavum timpani melalui tuba auditiva
Rhinoskopi anterior
RA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan dengan
besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tangan yang
dominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah
dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jari
kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Lidah
speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup ke dalam
rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan
memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah speculum
terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga hidung , lidah
speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya
bulu-bulu hidung.
Amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar rongga
hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna dan
permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing dan
secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior . Bila ingin
melihat konka medius dan superior pasien diminta untuk tengadahkan kepala.
Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakan
tampon kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yang dimasukkan ke
dalam rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa.
Rhinoskopi posterior
Pasien diminta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal
lidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukan penekan
yang terlalu keras pada lidah atau memasukkan spatel terlalu jauh hingga
mengenai dinding faring oleh karena hal ini dapat merangsang refleks muntah.
Cermin nasofaring yang sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan ke
belakang rongga mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas.
Diusahakan agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring.. Perhatikan
struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin.
Amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dan
superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir melalui meatus.
Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba, torus tubarius,
fossa Rossenmulleri
Selama melakukan pemeriksaan pasien diminta tenang dan tetap bernapas
melalui hidung. Pada penderita yang sangat sensitif, dapat disemprotkan
anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan pemeriksaan.
PEMERIKSAAN SINUS PARANASALIS
Inspeksi dilakukan dengan melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah.
Pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah menunjukkan
kemungkinan adanya sinusitis maksilaris akut. Pembengkakan pada kelopak
mata atas kemungkinan sinusitis frontalis akut. Nyeri tekan pada pipi dan nyeri
ketuk pada gigi bagian atas menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris. Nyeri
tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis frontalis. Nyeri
tekan di daerah kantus medius menunjukkan adanya kemungkinan sinusitis
etmoidalis.
PEMERIKSAAN FARING
Penderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum
oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan
berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital.
Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah. Perhatikan
struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring. Deskripsikan
kelainan-kelainan yang tampak .
Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa
bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan
dalam rongga mulut
PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI INDIREK
Sambil membuka mulut, instruksikan penderita untuk menjulurkan lidah sejauh
mungkin ke depan . Setelah dibalut dengan kasa steril lidah kemudian difiksasi
diantara ibu jari dan jari tengah . Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara
normal
Kemudian masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah
apikan ke dalam orofaring . Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring
sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah hipofaring yaitu : epiglottis,
valekula, fossa piriformis, plika ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis
dan plika vocalis. Penilaian mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita
mengucapkan huruf i berulang kali.
Cara pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan penderita harus diberi instruksi yang jelas
misalnya anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harus
diulangi dengan suara keras. Kemudian dilakukan test sebagai berikut :
a. Mula-mula penderita pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata bisyllabic.
Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari penderita) dan test
ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1 meter, dan
demikian seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10
kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana penderita dapat menyahut 8 dari 10
kata diucapkan di sebut jarak pendengaran.
b. Cara pemeriksaan yang sama dilakukan untuk telinga yang lain sampai
ditemukan satu jarak pendengaran.
Evaluasi test.
a.
b.
c.
d.
e.
6 meter
5 meter
4 meter
3 2 meter
1 meter atau kurang
- normal
- dalam batas normal
- tuli ringan
- tuli sedang
- tuli berat
Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secara kasar
derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisik dapat
pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya :
a. Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja dikatakan
becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain).
b. Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya
berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak, kaca
dikatakan gajah dan lain-lain).
Keuntungan test garpu tala ialah dapat diperoleh dengan cepat gambaran
keadaan pendengaran penderita.Kekurangannya ialah tidak dapat ditentukan
besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu tala
yaitu makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yang
didengar. Sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar oleh
telinga normal. Di poliklinik dapat dilakukan empat macam test garpu tala yaitu
:
a. Test garis pendengaran
b. Tets Weber
c. Tets Rinne
d. Test Schwabach
Frekwensi
Ki
2.048
1.024
512
256
128
Test Weber.
Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh
diletakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Penderita ditanyakan apakah
mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di telinga mana
didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanan disebut lateralisasi
ke kanan.
b. Evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa
kemungkinan
1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural
4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat
Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri oleh karena tidak dapat
menegakkan diagnosa secara pasti.
Test Rinne.
Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara
pada satu telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari
hantaran tulang. Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang
daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih
panjang daripada hantaran udara.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz disentuh secara lunak
pada tangan dan pangkalnya diletakkan pada planum mastoideum dari
telinga yang akan diperiksa. Kepada penderita ditanyakan apakah
mendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bila sudah
Test Schwabach.
Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderita dengan
hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus
normal.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh secara
lunak
diletakkan
pangkalnya
pada
planum
mastoiedum
penderita.
2.
3.
Sebelum
dilakukan
tes,
Air masak
Es batu
Termometer
Spoit 50 cc
sebaiknya
penderita
tidak
Stopwatch
Untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah,
rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang lidah. Tes
dilakukan satu persatu kemudian di catat berapa waktu yang dibutuhkan pada
saat meletakkan bahan tes sampai terjadi sensasi, catat sensasi yang dirasakan
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN FISIS THT
KASUS
LANGKAH KLINIK
A. PENGANTAR
1. Ucapkan salam
2. Persilahkan penderita untuk duduk
3. Dengan sopan, tanyakan identitas penderita
(nama,umur,pekerjaan, pendidikan, alamat)
B. ANAMNESIS
1. Tanyakan tentang :
Keluhan utama yang mendorong penderita berobat
Keluhan lain yang menyertai keluhan utama
Riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, riwayat
berobat, riwayat penyakit dalam keluarga,dll
C. PEMERIKSAAN
1. UMUM
Keadaan umum
Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
tubuh)
2. FISIS THT
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada
penderita, juga bahwa pemeriksaan ini kadang
kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak
enak tetapi tidak akan membahyakan penderita.
b. Atur posisi duduk penderita
c. Pasang lampu kepala
d. Atur fokus lampu kepala
PEMERIKSAAN TELINGA
e. Inspeksi telinga luar.
f. Palpasi telinga luar
Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan
kanan pada daerah depan dan belakang telinga
untuk menilai adanya kelainan-kelainan pada
telinga
Menarik aurikula untuk menilai ada tidaknya
nyeri
g. Otoskopi:
Melakukan pemilihan spekulum telinga yang
tepat
Memegang dan memposisikan daun telinga yang
akan diperiksa
Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam
liang telinga
Menilai keadaan liang telinga
Memasukan spekulum telinga ke dalam liang
telinga
Menilai keadaan gendang telinga
Mengeluarkan spekulum teling dari dalam liang
telinga
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat
semula
PEMERIKSAAN HIDUNG
h. Inspeksi hidung luar dan sekitarnya
i. Palpasi
Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan
kanan pada daerah pangkal hidung, pipi, supra
orbitalis dan daerah interkantus untuk menilai
adanya kelainan-kelainan pada hidung dan sinus
paranasalis
j.
Rinoskopi anterior
Melakukan pemilihan spekulum hidung yang
tepat
Memegang dan memasukkan spekulum hidung
ke dalam rongga hidung
Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam
rongga hidung
Menilai struktur di dalam rongga hidung
Melihat fenomena palatum molle
Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga
hidung
k. Rinoskopi posterior:
Melakukan pemilihan cermin nasofaring yang
tepat
Menyuruh penderita membuka mulut
Melakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
Melidah apikan cermin nasofaring sebelum
dimasukkan ke dalam orofaring
Memposisikan cermin nasofaring di dalam
orofaring
Menilai struktur di dalam nasofaring
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat
semula
l. Faringoskopi
Penderita diinstruksikan membuka mulut
Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
Tampak memperhatikan keadaan cavum oris
sampai orofaring
Dengan menggunakan sarung tangan lakukan
palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah
dan daerah palatum untuk menilai adanya
kelainan-kelainan dalam rongga mulut
PEMERIKSAAN LARING FARING
Laringoskopi indirek
Melakukan pemilihan cermin laring yang tepat
Instruksikan penderita untuk membuka mulut
dan menjulurkan lidah sejauh
Pegang lidah dengan kasa steril . Pasien
diinstruksikan untuk bernafas secara normal
Masukkan cermin laring yang telah dilidah
apikan ke dalam orofaring .
Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga
tampak struktur di daerah hipofaring
Menilai mobilitas plika vocalis dengan menyuruh
penderita mengucapkan huruf i berulang kali
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat
semula
Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu
kemudian ambil stetoskop monoaural dengan
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
KASUS
LANGKAH KLINIK
A. TES BISIK
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan
Mengatur posisi duduk dengan pasien
Dengan menggunakan sisa udara ekspirasi pemeriksa
membisikkan beberapa kata bisyllabic pada jarak 6 meter
Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter
dari penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masih
belum menyahut pemeriksa maju 1 meter, dan demikian
seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 katakata dari 10 kata-kata yang dibisikkan.
Catat hasil yang diperoleh dan interpretasinya.
B. TES GARPU TALA
1. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2. Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan
3. Mengatur posisi duduk dengan pasien
4. Tes Garis Pendengaran
Getarkan garpu dengan lembut, kemudian posisikan kirakira 2,5 3 cm di depan telinga penderita
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
mendengar bunyi dari garpu tala
Lakukan mulai dari gapu tala frekwensi rendah sampai
tinggi
Tes dilakukan pada kedua telinga
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
5. Tes Rinne
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada planum mastoid.
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau
sebaliknya
Pindahkan garpu tala ke depan telinga yang sedang
diperiksa bila penderita sudah tidak mendengar
.
6. Tes Weber
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada dahi atau vertex
Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan telinga mana
yang lebih jelas mendengar bunyi
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
7. Tes Schwabach
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada planum mastoid.
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau
sebaliknya
Pindahkan garpu tala ke planum mastoid pemeriksa bila
penderita sudah tidak mendengar
Tes dilakukan pada kedua telinga
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
KASUS
LANGKAH KLINIK
TES KESEIMBANGAN
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk
pemeriksaan
Mengatur posisi pasien
Semprotkan air ke dalam liang telinga selama 5 detik
Instruksikan penderita untuk tidak menutup mata selama tes
dilakukan
Catat dan interpretasikan nistagmus yang terjadi (jumlah,
lama, arah dan keluhan yang menyertai nistagmus)
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PENGHIDU DAN PENGECAPAN
KASUS
LANGKAH KLINIK
TES PENGHIDU
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan
Mengatur posisi duduk dengan pasien
Penderita diinstruksikan untuk menutup mata dan lubang
hidung yang tidak akan di tes.
Letakkan bahan tes di depan mid sternum, kira-kira 20-30 cm
dari lubang hidung yang akan diperiksa.
Perlahan-lahan gerakkan bahan tes dari bawah ke atas
menuju lubang hidung yang akan diperiksa
Tanyakan kepada penderita sensasi bau apa yang dihidu
Catat hasil dan interpretasi
TES PENGECAPAN
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk
pemeriksaan
Mengatur posisi duduk dengan pasien
Penderita diinstruksikan menjulurkan lidah sementara
hidung ditutup.
Letakkan bahan tes sebagai berikut : untuk rasa manis
letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah,
rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang
lidah.
Catat waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan
tes sampai terjadi sensasi, catat sensasi yang dirasakan oleh
penderita.
Penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai satu tes
sebelum dilanjutkan ke tes berikutnya
NO
1
2
3
4
5
9
10
11
12
13
14
15
16
Keterangan :
0
: Tidak dilakukan
1
: dilakukan tetapi kurang benar
2
: dilakukan dengan benar
Rekomendasi : ..
SKOR
0
1
2
Instruktur
CHECK LIST PEMERIKSAAN FISIS TELINGA, HIDUNG DAN
TENGGOROK
NO
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SKOR
1
2
21
ke dalam orofaring
Memposisikan cermin nasofaring di dalam orofaring
Menilai struktur di dalam nasofaring
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
Keterangan :
0
: Tidak dilakukan
: dilakukan tetapi kurang benar
1
2
: dilakukan dengan benar
Rekomendasi : ..
Instruktur
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
Palpasi
Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi
pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah
palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam
rongga mulut
Laringoskopi indirek
Melakukan pemilihan cermin laring yang tepat
Instruksikan penderita untuk membuka mulut dan
menjulurkan lidah sejauh
Pegang lidah dengan kasa steril . Pasien diinstruksikan
untuk bernafas secara normal
Masukkan cermin laring yang telah dilidah apikan ke
dalam orofaring .
Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga tampak
struktur di daerah hipofaring
Menilai mobilitas plika vocalis dengan menyuruh
penderita mengucapkan huruf i berulang kali
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
Keterangan :
0
: Tidak dilakukan
SKOR
0
1
2
1
2
Rekomendasi :
Instruktur
NO
SKOR
0
1
2
untuk pemeriksaan
3
Keterangan :
0
: Tidak dilakukan ; 1
dilakukan dgn benar
Rekomendasi : ..
Instruktur
NO
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
B. TES RINNE
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada planum mastoid.
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau
sebaliknya
Pindahkan garpu tala ke depan telinga yang sedang
diperiksa bila penderita sudah tidak mendengar
Tes dilakukan pada kedua telinga
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
C. TES WEBER
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada dahi atau vertex
Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan telinga
mana yang lebih jelas mendengar bunyi
SKOR
0
1
2
21
22
D. TES SCHWABAH
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada planum mastoid.
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau
sebaliknya
Pindahkan garpu tala ke planum mastoid pemeriksa bila
penderita sudah tidak mendengar
Tes dilakukan pada kedua telinga
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
23
24
Keterangan :
1
: Tidak dilakukan ; 1
dilakukan dgn benar
Rekomendasi : ..
Instruktur
NO
1
2
3
4
5
6
SKOR
0
1
2
Keterangan :
0
: Tidak dilakukan
1
: dilakukan tetapi kurang benar
: dilakukan dengan benar
2
Rekomendasi : ..
Instruktur
NO
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8.
Keterangan :
0
: Tidak dilakukan
1
: dilakukan tetapi kurang benar
2
: dilakukan dengan benar
Rekomendasi : ..
SKOR
0
1
2