Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN FILM

Law and Order: Special Victim Unit Season 11 Episode 16


Saat sepasang suami istri sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit untuk
menjalankan proses kelahiran bayi mereka, terdegar bunyi ketukan pintu dan
suara perempuan yang bernama Lainie berteriak meminta tolong dan memberitahu
Daniel (sang suami) bahwa dirinya baru saja di perkosa oleh orang tak dikenal.
Untuk menyelidiki hal tersebut Detektif Olivia dan Elliot pergi ke rumah
sakit untuk mengetahui informasi lebih lanjut menganai pemerkosaan yang
dialami oleh Lainie. Diketahui ternyata Lainie mengalami luka pada tangganya
dan harus mendapat jahitan. Kemudian detektif meminta keterangan dari Daniel
mengenai kejadian tersebut dan memberi keterangan bahwa Lainie baru saja
diserang di tangga apartemen oleh lelaki bertopeng tak dikenal.
Saat ditanya kembali oleh detektik Olivia dan Elliot mengenai kejadian
penyerangan terhadap dirinya, Lainie mengatakan ia tidak terlalu mengingat apa
yang terjadi dan memberikan keterangan bahwa orang tersebut ternyata telah lama
menguntit Lainie. Lainie menambahkan bahwa orang yang memperkosa dirinya
memiliki warna mata biru kehijauan, berkulit putih dan menyentuh gagang
tangga, dan memiliki postur badan yang kurus. Lalu Lainie juga memberi
keterangan bahwa sang penyerang melukai tangannya setelah seorang Perempuan
berkulit hitam mendorong dan meninju lelaki tersebut di bagian mukanya.
Kemudian Lainie segera berlari untuk menyelamatkan diri setelah kejadian itu.
Detektif Elliot dalam penyelidikannya juga tidak menemukan bekas darah di
tangga apartement.
Kemudian dalam penyelidikan lebih lanjut oleh Detektif Munch dan Fin,
mereka segera menanyakan rekaman CCTV gedung kepada penjaga, ternyata
terdapat seorang wanita berkulit hitam dan seorang kurir pengantar yang dicurigai
dan pas sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Lainie. Tetapi saat
ditunjukan foto mengenai kedua orang tersebut Lainie mengaku tidak mengenali
mereka. Karena itu Detektif Fin menggali lebih lanjut mengenai identitas wanita
tersebut yang ternyata bernama Nardalee Ula, seorang imigran gelap dari
Republik Congo.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

Pada penyelidikan lain yang dilakukan oleh Detektif Olivia dan Elliot di
apartemen milik Lainie, Detektif Elliot melihat seorang lelaki sedang mengawasi
Apartemen Lainie dari gedung lain. Ternyata lelaki tersebut merupakan Bryce
Cragen dan diketahui juga ternyata Bryce memiliki memar pada matanya dan ia
memberitahu bahwa memar itu didapat karena menabrak pintu. Karena kurang
percaya dengan keterangan Bryce, Detektif Elliot membawa Bryce ke kantor
polisi untuk di interogasi lebih lanjut. Ternyata setelah ditekan dalam interogasi
itu Bryce mulai mengaku sedikit demi sedikit dan memberikan bahwa ia tidak
memperkosa Lainie tetapi hanya melakukan hubungan fantasi yang diinginkan
oleh Lainie sendiri. Mendengar keterangan tersebut Detektif Olivia segera
menahan Bryce karena diduga keras dan terbukti telah melakukan tindak pidana
perkosaan.
Setelah itu kasus tersebut masuk ke persidangan dan menurut jaksa
penuntut umum bernama Alex, kesaksian Nardalee sebagai saksi kunci dalam
kasus ini sangat penting karena itulah Detektif Munch dan Fin mencari Nardalee
untuk bersaksi di pengadilan. Ketika hari persidangan pertama, ternyata Lainie
tidak sempat memberikan kesaksian apapun, secara tiba-tiba mengalami serangan
jantung dan pingsan sebelum memberikan kesaksian apapun yang kemudian
Lainie langsung dibawa ke rumah sakit. Setibanya dirumah sakit, dokter
mengatakan bahwa Lainie mengalami infeksi akibat luka pada tangannya yang
menyebabkan hati dan ginjal nya sudah tidak berfungsi dan dalam situasi terburuk
dapat menyebabkan kematian.
Mengetahui hal tersebut, Alex dan Detektif Olivia menemui Lainie dan
memutuskan untuk membuat merekam kesaksian yang akan diperlihatkan kepada
para juri saat persidangan. Pada mulanya Lainie pesimis untuk membuat
kesaksian tersebut mengingat dirinya yang sudah sekarat, namun detektif Olivia
dan Alex meyakinkan kembali bahwa bahwa bagaimanapun juga kesaksian Lainie
sangat menentukan seorang pelaku perkosaan. Akhirnya Lainie bersaksi dan
direkam oleh Alex menggunakan telepon genggam. Lainie mengatakan bawaha
ada seorang pecundang yang melukai tangannya ketia sedang memperkosa
dirinya. Setelah memberi kesaksian tersebut Lainie kemudian meninggal akibat
infeksi yang dideritanya. Keadaan menjadi semakin rumit ketika pada kondisi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

tersebut Lainie sebagai korban sudah meninggal dan tidak dapat dimintakan
keterangan lebih lanjut, sementara saksi kunci, Nardalee masih belum mau untuk
bersaksi.
Detektif Munch dan Fin kembali mencari Nardelee melalui GPS pada
ponselnya, ia kemudian menemukan Nardelee disebuah kios dipinggil jalan
sedang menjual barabf-barang antiik. Ketika Nardalee menyadari mereka adalah
detektif yang menangani kasus Lainie, ia berusaha melarikan diri. Pada akhirnya
Nardalee bersedia dibawa dan berbicara dengan Alex. Ternyata ada kisah dibalik
mengapa Nardalee tidak bersedia untuk bersaksi di hadapan juri, hal ini berkaitan
dengan latar belakang kehidupan Nardalee yang ternyata juga korban
pemerkosaan di tempat asalnya. Pemerkosaan yang dialaminya sangat sadis dan
tidak manusiawi, itulah mengapa ia trauma untuk bersaksi dihadapan juri. Selain
itu Nardalee adalah seorang imigran gelap maka dari itu ia khawatir akan
dideportasi pula. Setelah menceritakan semua masa lalu tentang dirinya, akhirnya
Nardalee bersedia untuk bersaksi dipengadilan.
Pada hari persidangan, sebelum Nardalee memasuki ruang sidang untuk
memberi kesaksian, tiba-tiba datang sekelompok petugas imigrasi yang
menangkap Nadarlee dan mengatakan bahwa ia adalah imigran gelap dan tidak
boleh menjalani persidangan hari itu. Alex kemudian menghadap imigrasi untuk
berdiskusi mengenai Nardalee dan meminta agar Nardalee dikeluarkan dari
penjara dan tidak dibuang ke Jersey untuk bersaksi di pengadilan. Usaha Alex
tidak sia-sia, Nardalee kemudian dibebaskan dari penjara, dan ia bersedia untuk
bersaksi dihadapan juri sebagai tanda balas budinya.
Pada hari persidangan, diputar kembali kesaksian terakhir Lainie yang
mengatakan bahwa ia diperkosa secara kasar. Bryce tidak terima dengan kesaksian
tersebut dan mengatakan bahwa Lainie pun sebenarnya menunjukkan dirinya
untuk berfantasi bersama Bryce. Kemudian Alex memasukan saksi Nardalee
kedalam persidangan. Dalam pemeriksaan saksi tersebut terlihat sangat sangat
intens, ketika pengacara Bryce menanyakan keyakinan Nardalee terhadap
pernyataannya bahwa yang ia lihat adalah pemerkosaan bukan hubungan atas
kemauan bersama. Nardalee ditekan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
mengusik psikologinya yang membuat ia harus membuka kembali ceritanya
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

sebagai korban perkosaan ditempat asalnya dan atas dasar itulah ia yakin bahwa
yang ia lihat adalah tindakan peerkosaan. Diakhir persidangan setelah selesai
mendengar kesaksian Nardalee sebagai saksi kunci, akhirnya juri menagtakan
bahwa Bryce bersalah dan hakim memutuskan bahwa Bryce bersalah atas
tindakan pemerkosaan.
KODE ETIK JAKSA MENURUT HUKUM NEGARA BAGIAN NEW
YORK (AMERIKA SERIKAT)
Negara Bagian New York (New York State) terdiri dari 62 kota dan 10
provinsi. Pengaturan untuk profesi profesional hukum di negara bagian tersebut
telah diunifikasi sehingga dapat ditemukan pada New York State Unified Court
System: PART 1200, RULES OF PROFESSIONAL CONDUCT, yang berlaku pada
1 Mei 2013.1
Di dalam peraturan tersebut diatur mengenai profesi jaksa di negara bagian
New York, yang dapat ditemukan di:
RULE 3.8.
Special Responsibilities of Prosecutors and Other Government Lawyers
(a) A prosecutor or other government lawyer shall not institute, cause to be
instituted or maintain a criminal charge when the prosecutor or other government
lawyer knows or it is obvious that the charge is not supported by probable cause.
(b) A prosecutor or other government lawyer in criminal litigation shall make
timely disclosure to counsel for the defendant or to a defendant who has no
counsel of the existence of evidence or information known to the prosecutor or
other government lawyer that tends to negate the guilt of the accused, mitigate the
degree of the offense, or reduce the sentence, except when relieved of this
responsibility by a protective order of a tribunal.

https://www.nycourts.gov/rules/jointappellate/NY-Rules-Prof-Conduct-1200.pdf
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

(c) When a prosecutor knows of new, credible and material evidence creating a
reasonable likelihood that a convicted defendant did not commit an offense of
which the defendant was convicted, the prosecutor shall within a reasonable time:
(1) disclose that evidence to an appropriate court or prosecutor's office; or
(2) if the conviction was obtained by that prosecutor's office,
A.
notify the appropriate court and the defendant that the prosecutor's
office possesses such evidence unless a court authorizes delay for
B.

good cause shown;


disclose that evidence to the defendant unless the disclosure would
interfere with an ongoing investigation or endanger the safety of a
witness or other person, and a court authorizes delay for good
cause shown; and undertake or make reasonable efforts to cause to
be under taken such further inquiry or investigation as may be
necessary to provide a reasonable belief that the conviction should
or should not be set aside.

(d) When a prosecutor know of clear and convincing evidence establishing that a
defendant was convicted, in a prosecution by the prosecutor's office, of an offense
that the defendant did not commit, the prosecutor shall seek a remedy consistent
with justice, applicable law, and the circumstances of the case.
(e) A prosecutor's independent judgment,made in good faith, that the new
evidence is not of such nature as to trigger the obligations of sections (c) and
(d),though subsequently determined to have been erroneous, does not constitute a
violation of this rule.
Jaksa dalam sistem peradilan Negara Bagian New York, Amerika Serikat,
disebut dengan Prosecutor. Ketika seorang jaksa tersebut tampil mewakili negara,
atau dalam hal kasus ini mewakili Negara Bagian New York, dapat disebut dengan
Government Lawyer atau lebih umum District Attourney.
Pada film seri Law and Order SVU season 11 episode 16 ini, diceritakan
terjadi kasus pemerkosaan yang korbannya menderita luka sayatan akibat pelaku
memerkosa korban dengan mengancam menggunakan pisau. Pada saat
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

pemerkosaan terjadi, seorang saksi melihat kejadian tersebut dan kemudian


melakukan pembelaan dengan memukul pelaku sehingga korban dapat
menyelamatkan diri.
Korban kemudian diperiksa di rumah sakit dan didatangi oleh detektif dari
Kepolisian New York (New York Police Department), selaku penyidik dalam
Sistem Peradilan Pidana Terpadu di Indonesia. Atas kasus tersebut, terlihat
keterlibatan secara dekat antara korban tindak pidana, penyidik, dan jaksa.
Keterlibatan secara dekat tersebut jelas memperlihatkan perbedaan antara sistem
peradilan di Indonesia dengan sistem peradilan di Negara Bagian New York,
Amerika Serikat.
Seorang Jaksa membangun komunikasi dengan penyidik dimulai dari
adanya tindak pidana, sampai dengan perumusan dakwaan. Menurut Aturan 3.8
huruf a, jaksa tidak dapat mengajukan tuntutan pidana apabila jaksa sendiri tidak
mendapat cukup bukti dari tindak pidana tersebut. Ketentuan tersebut
dilaksanakan dengan baik oleh Jaksa Alex, saat mengetahui adanya korban tindak
pidana pemerkosaan. Jaksa Alex terlebih dahulu meminta kepastian bahwa korban
tidak sedang berada dalam keadaan mabuk dan juga tidak memberikan
persetujuannya untuk berhubungan dengan pria yang didakwa. Hal tersebut harus
dipastikan agar dakwaan dapat ditujukan pada pelaku yang sebenarnya, sehingga
tidak sembarang orang dengan bukti yang tidak langsung atau sedikit, dapat
dihukum.
Mengenai Aturan 3.8 huruf b yakni hal yang harus dilaksanakan jaksa
untuk memberitahu pengacara terdakwa atau terdakwa sendiri apabila terdakwa
tidak didampingi oleh pengacara, adanya bukti yang dapat menghilangkan
kesalahan terdakwa, mengurangi tingkat kesalahan, atau mengurangi hukuman,
kecuali terdapat perintah dari pengadilan untuk tidak mengindahkan aturan ini.
Dalam kasus ini, baik Jaksa Alex dan penyidik lainnya, mempunyai kesaksian
korban dan saksi yang menyelamatkan korban, sehingga dapat memidanakan
pelaku.
Lalu, Aturan 3.8 huruf c, d, dan e, memiliki esensi yang sama, yaitu peran
jaksa dalam menyikap bukti yang dapat membuktikan seorang terdakwa atau
terpidana, tidak melakukan tindak pidana yang dituduhkan padanya.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

Maka dapat disimpulkan bahwa disini tindakan-tindakan yang dilakukan


oleh jaksa Alex untuk menyelamatkan korban dan mengumpulkan bukti-bukti
yang cukup untuk menuntut pelaku tidak menyalahi aturan sebagaimana tertera
dalam Aturan 38 huruf e yaitu .though subsequently determined to have been
erroneous, does not constitute a violation of this rule
KODE ETIK/KODE PERILAKU JAKSA DI INDONESIA
1. Definisi Kode Etik/Kode Perilaku
Menurut Konvensi Nasional IPBI ke-1, kode etik/kode perilaku adalah
pola ketentuan, aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam
menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
2. Definisi Jaksa :
Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
Undang-Undang2.
3. Definisi Kode Etik/Kode Perilaku Jaksa
Serangkaian norma sebagai pedoman untuk mengatur perilaku Jaksa
dalam menjalankan jabatan profesi, menjaga kehormatan dan martabat
profesinya serta menjaga hubungan kerjasama dengan penegak hukum
lainnya3.
4. Definisi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Setiap warga negara Republik Indonesia yan telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku4.
2

Indonesia, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004,

LN No. 67 Tahun 2004, TLN No. 4401, Ps. 1 angka 1.


3

Jaksa Agung Republik Indonesia, Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :

PER-067/A/JA/7/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa, Ps. 1 angka 2.


4

Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, UU No, 43 Tahun 1999, LN No. 169 Tahun 1999, TLN
No. 3890, Ps. 1 angka 1.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

Kode Etik/Kode Perilaku Jaksa di Indonesia diatur dalam Undang-Undang


Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 tentang Kode
Perilaku Jaksa, dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
karena profesi Jaksa termasuk dalam kategori Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Syarat, Tugas, Wewenang, Hak, Kewajiban, Larangan, Pengangkatan,
Pemberhentian, dan Tindakan Administratif bagi Jaksa
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang jaksa adalah:
1. Warga Negara Indonesia;
2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
4. Berijazah paling rendah sarjana hukum;
5. Berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 35
6.
7.
8.
9.

(tiga puluh lima) tahun;


Sehat jasmani dan rohani;
Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
Pegawai negeri sipil; dan
Lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan jaksa5.
Terkait dengan pendidikan dan pelatihan pembentukan jaksa (diklat), hal

tersebut diatur di dalam Keputusan Jaksa Agung No. KEP-004/A/J.A/01/2002


tentang Persayaratan Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kejaksaan
(KEPJA No. KEP-004/A/J.A/01/2002). Berdasarkan pasal 9 ayat (2) Keputusan
Jaksa Agung tersebut, Diklat Pembentukan Jaksa adalah Diklat yang
dipersyaratkan bagi pegawai Tata Usaha Kejaksaan yang terpilih dan memiliki
kemampuan untuk diangkat dalam jabatan fungsional Jaksa. Peserta Diklat itu
sendiri adalah pegawai kejaksaan yang telah memenuhi persyaratan yang
5

Indonesia, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004,

LN No. 67 Tahun 2004, TLN No. 4401, Ps. 9 ayat (1) jo ayat (2).
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

ditentukan dan ditunjuk oleh Jaksa Agung Muda Pembinaan berdasarkan data
perorangan dengan memperhatikan kemampuan yang bersangkutan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan di Pusat Diklat Kejaksaan, Sentra Diklat atau
tempat lain. Dengan demikian, untuk menjadi jaksa, setelah lulus sebagai sarjana
hukum masih terdapat pendidikan khusus yang harus ditempuh lagi.
Tugas dan wewenang Kejaksaan, yaitu:
1. Di Bidang Pidana:
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikordinasikan dengan penyidik.
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas
nama negara atau pemerintah.
3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengawasan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal6.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya:
5. Jaksa bertindak untuk dan atas nama negara serta bertanggung jawab
menurut saluran hierarki

Ibid., Ps. 30.


Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

6. Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,


jaksa melakukan penuntutan dengan keyakinan berdasarkan alat bukti
yang sah
7. Jaksa senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan mengindahlan
norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam
masyarakat,

serta

senantiasa

menjaga

kehormatan

dan

martabat

profesinya7.
Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), seorang jaksa berhak memperoleh
gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya,
selain itu gaji yang diterima juga harus mampu memacu produktivitas dan
menjamin kesejahteraannya. Hal tersebut tertuang di dalam pasal 7 UndangUndang No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 8 tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Kewajiban jaksa dalam melaksanakan tugas profesi dalam kode perilaku
jaksa adalah:
a.

Mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan peraturan

b.

kedinasan yang berlaku;


Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan

c.

prosedur yang ditetapkan;


Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai

d.

keadilan dan kebenaran;


Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan/ancaman opini publik

g.

secara langsung atau tidak langsung;


Bertindak secara obyektif dan tidak memihak;
Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
tersangka/terdakwa maupun korban;
Membangung dan memelihara hubungan fungsional antara aparat

h.

penegak hukum dala mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu;


Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai

e.
f.

kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan,

Ibid., Ps. 8 ayat (2), (3), dan (4).


Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

10

partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung


i.

atau tidak langsung;


Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya

j.

dirahasiakan;
Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak

k.

melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan;


Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak
kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundangundangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara

l.
m.

universal;
Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan

n.

prosedur yang ditetapkan;


Bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran8.

Hal yang dilarang untuk dilakukan oleh jaksa dalam melaksanakan tugas
profesinya, adalah:
a.

Menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan

b.
c.

pribadi dan/atau pihak lain;


Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan

d.

secara fisik dan/atau psikis;


Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta
melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau

e.

keuntungan sehubungan dengan jabatannya;


Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau
keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau

f.
g.

mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung;


Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;
Membentuk opini publik yang dapat meruigikan kepentingan

h.

penegakan hukum;
Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal
teknis perkara yang ditangani9.

Jaksa Agung Republik Indonesia, Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor

: PER-067/A/JA/7/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa, Ps. 3.


9

Ibid., Ps. 4.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

11

Selain itu, jaksa juga dilarang untuk merangkap menjadi:


a. pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik negara/daerah,
atau badan usaha swasta
b. advokat.10

Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Kejaksaan Agung, Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung. Sebelum
memangku jabatannya, jaksa wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut
agamanya di hadapan Jaksa Agung. Sumpah atau janji tersebut berbunyi : Saya
bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia, serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara,
Undang-Undang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia Tahun

1945, serta

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi negara Republik


Indonesia. Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi dan akan menegakkan
hukum, kebenaran dan keadilan, serta senantiasa menjalankan tugas dan
wewenang dalam jabatan saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama, obyektif,
jujur, berani, professional, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama,
ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan
sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, masyarakat, bangsa, dan negara. bahwa saya senantiasa akan menolak atau
tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapa pun juga
dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang
diamanatkan undang-undang kepada saya. Bahwa saya dengan sungguh-sungguh,
untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan
sesuatu apapun kepada siapapun juga. Bahwa saya untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau
tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian11.
Jaksa dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:
10

Indonesia, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004,

LN No. 67 Tahun 2004, TLN No. 4401, Ps. 11 ayat (1).


11

Ibid., Ps. 10.


Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

12

a. permintaan sendiri;
b. sakit jasmani atau rohani terus-menerus;
c. telah mencapai usia 62 tahun;
d. meninggal dunia;
e. tidak cakap dalam menjalankan tugas.
Jaksa diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya dengan alasan:
a. dipidana

karena

bersalah

melakukan

tindak

pidana

kejahatan,

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan


hukum tetap;
b. terus
menerus
melalaikan
tugas/pekerjaannya;

kewajiban

dalam

menjalankan

c. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11;


d. melanggar sumpah atau janji jabatan;
e. melakukan perbuatan tercela.
Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat dengan alasan huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan setelah jaksa yang bersangkutan diberi
kesempatan secukupnya untuk membela diri di hadapan Majelis Kehormatan
Jaksa12.
Menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Agung, jaksa yang diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya,
dengan sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan sebelum
diberhentikan tidak dengan hormat, jaksa yang bersangkutan dapat diberhentikan
sementara dari jabatannya oleh Jaksa Agung. Berdasarkan Pasal 15 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Agung, pemberhentian
secara sementara oleh Jaksa Agung juga dapat dilakukan apabila terdapat perintah
penangkapan yang diikuti dengan penahanan terhadap seorang jaksa.
12

Ibid., Ps. 13 ayat (1) dan (2).


Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

13

Selain sanksi, jaksa yang melakukan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa


dapat dikenakan tindakan admistratif yang terdiri dari:
a. Pembebasan dari tugas-tugas jaksa paling singkat tiga bulan dan paling
lama satu tahun dan selama masa menjalani tindakan administrasi tersebut
tidak diterbitkan Surat Keterangan Kepegawaian;
b. Pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain13.
Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif adalah:
a. Jaksa Agung bagi Jaksa yang menduduki jabatan struktural atau jabatan
lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya oleh Presiden
b. Para Jaksa Agung Muda bagi Jaksa yang bertugas dilingkungan Kejaksaan
Agunng RI
c. Jaksa Agung Muda Pengawasan bagi Jaksa yang bertugas diluar
lingkungan Kejaksaan Agung RI
d. Kepala Kejaksaan Tinggi bagi Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Tinggi
e. Kepala Kejaksaan Negeri bagi Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Negeri14.

Kejaksaan dalam Penyelidikan dan Penyidikan


Kewenangan Kejaksaan untuk melakukan penyidikan tindak pidana
tertentu dimaksudkan untuk menampung beberapa ketentuan undang-undang yang
memberikan kewenangan kepada Kejaksaan untuk melakukan penyidikan, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia

13

Jaksa Agung Republik Indonesia, Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia

Nomor : PER-067/A/JA/7/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa, Ps. 5 ayat (2) dan (3).
14

Ibid., Ps. 6.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

14

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.15
Tahapan:
1. Penyelidikan
untuk memastikan sesuatu peristiwa itu diduga keras sebagai tindak
pidana.16
2. Penyidikan
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang suatu tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. 17
Tahapan Pra-Penuntutan

Dalam melakukan penuntutan, jaksa dapat melakukan pra-penuntutan. Prapenuntutan adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan
setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, petunjuk
guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas tersebut
dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan18
Proses berlangsungnya prapenuntutan dilaksanakan baik oleh penyidik maupun
penuntut umum sebagaimana ketentuan pasal 110 ayat (2) KUHAP juncto pasal
138 ayat (1), (2) KUHAP. Antara lain, sebagai berikut :

Penuntut umum setelah menerima pelimpahan berkas perkara wajib


memberitahukan lengkap tidaknya berkas perkara tersebut kepada
penyidik.

Bila hasil penelitian terhadap berkas perkara hasil penyidikan penyidik


belum lengkap maka penuntut umum mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik disertai petunjuk paling lama 14 (empat belas) hari
terhitung berkas perkara diterima Penuntut Umum.
15

Indonesia, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004,


LN No. 67, TLN No. 4401, Penjelasan Umum.
16
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Ps. 5.
17
Ibid., Ps. 1 ayat (2).
18
Indonesia, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004,
LN No. 67, TLN No. 4401, Penjelasan Ps. 30 ayat (1) huruf a.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

15

Penyidik yang tidak rnelaksanakan petunjuk untuk melengkapi berkas


perkara maka proses kelengkapan berkas perkara tersebut menjadi bolakbalik.

Jaksa dalam Proses Persidangan


Peraturan mengenai peran jaksa diatur di dalam Undang-Undang No.16
tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Menurut UU No.16 Tahun 2004, peran jaksa di persidangan
adalah melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum tetap, melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat, serta melakukan pengajuan kasasi
demi kepentingan hokum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana,
perdata, dan Tata Usaha Negara.19
Peran jaksa menurut KUHAP sebenarnya hampir sama dengan apa yang
dikatakan di dalam UU NO.16 Tahun 2004, yaitu melakukan penuntutan dan
menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, selain itu juga
membuat dan membacakan surat dakwaan, pendapat, tuntuan, dan replik,
melakukan pembuktian, dan memohonkan banding atau kasasi.20
Setelah jaksa melimpahkan berkas ke pengadilan, maka tugas jaksa
selanjutnya adalah membuat dan membacakan surat dakwaan. Surat dakwaan
menurut M. Yahya Harahap adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam
pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Surat dakwaan yang dibuat oleh jaksa
penuntut umum haruslah memuat :

19

Indonesia, UndangUndang RI Nomor 16 Tahun 2004Tentang Kejaksaan Republik


IndonesiaPasal30 ayat (1)
20
Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab UndangUndang HukumAcara Pidana Pasal 1 angka 6
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

16

1. Identitas terdakwa, yang terdiri dari nama, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, dan
pendidikan akhir;
2. Lamanya masa penahanan;
3. Uraian dakwaan, berisikan uraian perbuatan termasuk tempus dan locus
perbuatannya, dan pasal yang didakwakan kepada terdakwa baik secara
tunggal, kumulatif, alternatif, primer-subsidair, ataupun gabungan;
4. Tanggal dibuatnya surat dakwaan;
5. Tanda tangan jaksa penuntut umum;
Kekeliruan dalam penyebutan atau penulisan identitas terdakwa dalam
surat dakwaan tidak mengakibatkan batalnya dakwaan. Yang penting adalah
hakim benar-benar yakin, bahwa yang berada di hadapannya yang sedang
diperiksa adalah orang yang didakwa melakukan tindak pidana. Namun jika
kekeliruan identitas terdakwa benar-benar berbeda dengan apa yang disebutkan
dalam surat dakwaan dengan apa yang dikemukakan hakim saat persidangan,
maka hal tersebut dapat dijadikan alasan untuk membatalkan surat dakwaan.21
Dalam proses persidangan, tugas jaksa penuntut umum yang pertama
adalah membacakan surat dakwaan. Pembacaan ini dilakukan atas permintaan dari
ketua sidang atau hakim. Fungsi dari pembacaan surat dakwaan ini sesuai dengan
kedudukan jaksa sebagai penuntut umum.
Tugas kedua Jaksa di dalam persidangan adalah membuat dan
membacakan pendapat atau tanggapan atas eksepsi yang diajukan oleh Penasehat
Hukum terdakwa. Isi dari pendapat atau tanggapan tersebut adalah :
1. Pendahuluan;
2. Tanggapan terhadap eksepsi, misalnya terhadap eksepsi mengenai
kompetensi absolute atau mengenai dakwaan yang tidak cermat, tidak
jelas, dan tidaklengkap, dan sebagainya;
3. Permohonan, misalnya memohon kepada hakim untuk menolak eksepsi
yang diajukan oleh penasehat hokum terdakwa, dan lain-lain;
4. Tanggal dibuatnya;
5. Tandatangan jaksa penunut umum.

21

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP


Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, edisi kedua, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 121 122.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

17

Kemudian tahap selanjutnya yang melibatkan peran jaksa adalah tahap


pembuktian. Dimana dalam tahap ini, jaksa akan menghadirkan saksi-saksi serta
menanyakannya seputar terdakwa dan tindakan yang dilakukan oleh terdakwa.
Selain itu jaksa juga dapat mengajukan pertanyaan kepada saksi yang dihadirkan
oleh penasehat hukum terdakwa. Kemudian setelah semua saksi dari jaksa dan
penasehat hukum sudah selesai diperiksa, maka selanjutnya penuntut umum akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada terdakwa.
Pertanyaan yang diajukan jaksa penuntut umum tidak boleh menjerat,
mengarahkan, dan menyimpulkan. Semua pertanyaan yang diajukan oleh jaksa
dan jawaban yang diberikan, digunakan untuk membuktikan unsur-unsur pasal
yang didakwakan kepada terdakwa. Sehingga apabila seluruh unsur pasal yang
didakwakan kepada terdakwa telah terbukti, maka terdakwa dapat dijatuhi
hukuman oleh hakim. Dikatakan dapat karena semua keputusan apakah terdakwa
dijatuhi hukuman atau tidak tergantung dari keyakinan hakim setelah melihat
fakta persidangan.
Namun ada perbedaan dalam cara jaksa membuktikan unsur-unsur pasal
yang didakwakan. Apabila bentuk dakwaan jaksa tunggal, maka seluruh unsur
pasal harus dibuktikan dan diuraikan di dalam surat tuntutan. Apabila bentuk
dakwaannya kumulatif maka seluruh unsure pasal yang didakwakan harus
dibuktikan dan diuraikan juga di dalam surat tuntutan. Kemudian apabila
berbentuk alternatif, maka jaksa juga harus membuktikan seluruh unsure pasal
yang didakwakan, namun di dalam surat tuntutan yang diuraikan hanyalah
dakwaan yang terbukti saja. Apabila berbentuk primer-subsidair, maka jaksa wajib
membuktikan yang pasal yang primer terlebih dahulu. Dikarenakan unsur pasal
primer biasanya lebih banyak daripada unsur pasal subsidair,

maka dengan

membuktikan primer secara tidak langsung juga membuktikan unsur pasal yang
subsidair. Untuk dakwaan primer-subsidair, yang diuraikan di dalam surat tuntutan
hanyalah dakwaan yang terbukti saja.
Setelah tahap pembuktian, maka masuklah kepada tahap pembacaan surat
tuntutan. Di dalam tahap ini, peran jaksa adalah membuat dan membacakan surat
tuntutan. Isi dari surat tuntuta nadalah :
1. Pendahuluan;
Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

18

2. Identitas terdakwa, yang terdiri dari nama, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, dan
pendidikan akhir;
3. Lamanya masa penahanan;
4. Uraian dakwaan, berisikan uraian perbuatan termasuk tempus dan locus
perbuatannya, dan pasal yang didakwakan kepada terdakwa baik secara
tunggal, kumulatif, alternatif, primer-subsidair, ataupun gabungan;
5. Fakta persidangan, terdiri dari keterangan saksi dan ahli, keterangan
6.
7.
8.
9.

terdakwa, dan alat bukti;


Analisa fakta;
Analisa yuridis, disinilah unsur-unsur pasal yang didakwakan diuraikan;
Penutup;
Tuntutan, terdiri dari hal yang memberatkan dan yang meringankan

terdakwa dan tuntutannya itu sendiri;


10. Tanggal dibuatnya;
11. Tandatangan jaksa penuntut umum.
Setelah jaksa membacakan surat tuntutan, biasanya penasehat hukum atau
terdakwa mengajukan pledoi atau nota pembelaan terhadap tuntutan yang
diajukan oleh jaksa. Apabila jaksa ingin menanggapi nota pembelaan tersebut,
maka jaksa akan membuat replik atau jawaban atas tanggapan. 22
Peran jaksa yang terakhir adalah melaksanakan putusan hakim yang telah
berkuatan hukum tetap. Apabila jaksa merasa keberatan dengan hasil putusan dari
hakim, maka jaksa juga dapat mengajukan banding atau kasasi.
KESIMPULAN
Jaksa dalam sistem peradilan Negara Bagian New York, Amerika Serikat,
disebut dengan Prosecutor. Ketika seorang jaksa tersebut tampil mewakili negara,
atau dalam hal kasus ini mewakili Negara Bagian New York, dapat disebut dengan
Government Lawyer atau lebih umum District Attourney. Sedangkan di Indonesia
Jaksa adalah Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang

22

Ibid, hlm. 261


Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Hukum

19

telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan


Undang-Undang.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia | Etika dan Tanggung Jawab Profesi


Hukum

20

Anda mungkin juga menyukai