Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi suatu lingkungan memiliki peranan penting terhadap kehidupan yang
berada di dalamnya. Perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup bergantung pada
faktor klimatik lingkungan. Makhluk hidup memerlukan tempat untuk ditinggali dengan
kondisi lingkungan yang kondusif untuk dapat mencapai kesintasan. Oleh karena itu,
informasi berkenaan faktor klimatik suatu tempat merupakan hal yang penting untuk
diketahui.
Klimatik merupakan kondisi suatu tempat atau daerah pada waktu tertentu,
misalnya suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lainlain. Klimatik satu tempat dengan tempat yang lainnya dapat berbeda-beda dan memiliki
karakteristik klimatik tersendiri, karena terdapat banyak faktor yang saling berhubungan
dan mempengaruhi kondisi klimatik suatu tempat. Menyadari kondisi klimatik sangat
penting dalam ekosistem, maka pengamatan klimatik suatu tempat merupakan hal yang
sangat penting.
Karena klimatik satu tempat dengan tempat lainnya dapat berbeda-beda, maka
perlu juga diketahui sejauh mana perbedaan tersebut. Meskipun terdapat dua tempat yang
saling

berdekatan

tetapi

memiliki

karakteristik

yang

berbeda,

maka

sangat

memungkinkan bahwa klimatik kedua tempat tersebut berbeda pula. Hutan pinus (Pinus
sp.) dan kebun teh (Camelia sp.) yang letaknya di samping gerbang menuju lokasi wisata
Tangkuban Perahu memiliki jarak yang berdekatan dan ketinggian tempat yang sama.
Dengan melakukan pengamatan klimatik di kedua tempat tersebut, maka dapat diketahui
apakah terdapat perbedaan klimatik di kedua tempat yang berdekatan tersebut dengan
ketinggian yang sama, namun dengan perbedaan vegetasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat diambil rumusan masalah yaitu:
Bagaimana Perbedaan Faktor Klimatik pada Vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
C. Hipotesis
H0 = Tidak ada perbedaan pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
H1 = Ada perbedaan pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.

D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana perbedaan kecepatan angin pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
2. Bagaimana perbedaan intensitas cahaya pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
3. Bagaimana perbedaan kelembaban pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
4. Bagaimana perbedaan suhu pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
E. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan kecepatan angin pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
2. Mengetahui perbedaan intensitas cahaya pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
3. Mengetahui perbedaan kelembaban pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
4. Mengetahui perbedaan suhu pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
F. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan
faktor klimatik pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp. melalui parameter perbedaan
kecepatan angin, intensitas cahaya, kelembaban, dan suhu. Sehingga, dapat menambah
pengetahuan mengenai perbedaan faktor klimatik berdasarkan perbedaan vegetasi yang
dimiliki oleh Pinus sp. dan Camelia sp.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Vegetasi
Vegetasi ialah kumpulan komunitas tumbuhan pada suatu areal lahan tertentu yang
didominasi oleh pepohonan. Vegetasi yang berbentuk hutan merupakan hasil akhir dari
proses alami sebagai hasil dari adanya interaksi antar berbagai faktor lingkungan.
Interaksi tersebut adalah interaksi antara lingkungan abiotik, seperti faktor klimatik,
edafik, fisiografik dan faktor biotik baik antar tumbuhan itu sendiri ataupun tumbuhan
dengan hewan dan mikroorganisme.
B. Faktor Lingkungan Abiotik
Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan fisika dari
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan.
Udara dan tanah adalah faktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
organism-organisme terisrial. Selain pengukran pada kondisi fisika kimia sebagai faktor
lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat mempengaruhi kondisi udara
dan tanah. Mikroklimat merupakan kondisi udara yang berpengaruh dan berhubungan
langsung dengan tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil, mikrolimat
dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen
mikrolimat tersebut antara lain temperatur udara (suhu), kelembaban udara, intensitas
cahaya dan kecepatan angin. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu
merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Pada beberapa jenis
organisme, yang ada yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu lingkungan
merupakan faktor penting dalam ekosistem karena pengaruhnya pada proses fisiologis
organisme penghuni ekosistem (Odum, 1971).
C. Faktor Klimatik
Faktor-faktor klimatik merupakan komponen abiotik yang berpengaruh terhadap
persebaran, pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Diantara faktor-faktor klimatik
tersebut adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
1. Suhu
Derajat panas atau dingin suatu zat disebut suhu (temperatur). Suhu biasa di
nyatakan dalam Celsius (C) dan Fahrenheit (F). Faktor klimatik ini memengaruhi

semua proses pertumbuhan tanaman, seperti pada proses fotosintesis, respirasi,


transpirasi, perkecambahan, sintesis protein, dan translokasi. (Bareja, 2011)
Pada umumnya, tanaman dapat bertahan pada rentang suhu 0-50C. aktivitas
enzim dan reaksi-reaksi kimia secara umum meningkat pada peningkatan suhu.
Namun, pada suhu yang sangat tinggi dapat menimbulkan denaturasi enzim dan
protein. Suhu yang terlalu rendah dapat pula menyebabkan penghambatan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contohnya, absorpsi air dapat terhambat
saat temperatur tanah rendah karena protoplasma lebih sedikit permeable. (Bareja,
2011)
Bagi tumbuhan yang berkembang di daerah tropis, diperlukan variasi suhu untuk
proses perkembangbiakan, berbunga, berbuah, dan untuk tumbuh daun-daun baru.
Begitu pula tumbuhan didaerah dingin dan kering, memerlukan pola cuaca yang
bervariasi untuk melangsungkan serangkaian proses regenerasinya.
Berdasarkan faktor suhu, maka kita mengenal dua kelompok vegetasi, yaitu :
a. Kelompok vegetasi annual
Kelompok tumbuhan yang hanya berkembang pada saat-saat tertentu saja
terutama pada musim panas. Sedangkan dimusim dingin, tumbuhan jenis ini tidur
karena berada dibawah lapisan es yang ketebalannya bervariasi. Umumnya
tumbuhan annual adalah tumbuhan kecil atau bunga-bungaan di daerah beriklim
dingin.
b. Kelompok vegetasi perennial
Kelompok tumbuhan yang mempunyai mekanisme melindungi diri dari suhu
yang sangat rendah di musim dingin secara bergantian, sehingga dapat
berkembang terus-menerus. Kemampuan inilah menyebabkan kelompok vegetasi
perennial dapat berumur lebih dari satu tahun.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah jumlah uap air pada udara yang ditunjukan dalam
persen sebagai jumlah maksimum uap air di udara pada suhu tertentu. banyaknya uap
air di udara berkisar pada 0,01% pada daerah kutub hingga 5% pada daerah tropis.
Kelembaban udara memengaruhi pengaturan terbuka dan tertutupnya stomata pada
saat transpirasi maupun fotosintesis. (Bareja, 2011)
Kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan
tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut
dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya (Tatang, 2006).

Kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan


perkembangan tumbuhan budi daya.
Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Kelembaban udara
memiliki satuan persen yang merupakan persentase kandungan uap air dalam udara
(Hardjodinomo,

1975). Angka

persentase

kelembaban

diekspresikan

dalam

kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Total massa uap air
per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara
massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut
sebagai kelembaban spesifik (Hardjodinomo, 1975). Massa udara lembab adalah total
massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air. jika massa
uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering (Hardjodinomo,
1975).
Kelembaban relatif yang merupakan ukuran bagi kemampuan udara pada suhu
yang ada untuk menampung uap lebih lanjut (Prasasti, 2005). Kelembaban relatif
diukur dengan menggunakan 2 buah termometer yang dibiarkan di udara terbuka,
salah satu termometer dibungkus dengan kain basah pada ujungnya dan yang lainnya
kering.
Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air.
Tinggi rendahnya kelembaban sangat bervariasi di suatu tempat karena sangat
bergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin,
kuantitas dan kualitas penyinaran vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (air
tanah, perairan) (Linsley, 1989). Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang
dapat dikandung oleh. Faktor lain yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif adalah
evaporasi. Jika kelembaban relatif naik maka kemampuan udara untuk menyerap air
akan berkurang (Prasasti, 2005)
Berdasarkan tingkat adaptasi terhadap kelembaban lingkungannya, dunia tumbuhan
dibedakan menjadi empat yaitu :
a. Xerofit
Berasal dari kata xero yang artinya kering dan phytos yang berarti tumbuhan.
Jadi xerofit merupakan kelompok tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang kekurangan air atau kering. Daerah persebarannya terutama
dikawasan gurun (kawasan arid). Contohnya kaktus.
b. Hidrofit

Berasal dari kata hydros yang artinya basah atau berair. Jadi hidrofit adalah
kelompok tumbuhan yang khusus beradaptasi pada lingkungan yang berair atau
basah. Ciri khas vegetasi ini adalah cenderung mempunyai sistem perakaran yang
dangkal, namun daunnya lebar-lebar mempunyai lapisan-lapisan kulit luar dan
daun-daunnya mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Contohnya teratai,
enceng gondok, paku-pakuan, selada air, kangkung dan sebagainya.
c. Mesofit
Berasal dari kata meso yang artinya antara atau pertengahan. Jadi mesofit
merupakan kelompok vegetasi yang hidup pada daerah-daerah lembab tetapi tidak
sampai tergenang air. Tumbuhan kelompok ini banyak terdapat di daerah tropis
dengan curah hujan yang tinggi dan relatif merata sepanjang tahun, Contohnya
anggrek dan beberapa jenis jamur.
d. Tropofit
Merupakan kelompok tanaman yang mampu beradaptasi pada lingkungan
dengan kondisi yang berubah-ubah. Vegetasi kelompok ini dapat hidup dengan
perubahan musim yang jelas yaitu musim panas dan musim dingin. Pada
umumnya tumbuhan tropofit berupa tumbuhan yang besar-besar, berdaun lebat
dengan cabang-cabang yang banyak dan dikategorikan sebagai belukar atau
pohon-pohon. Berdasarkan ciri tersebut, maka kelompok vegetasi ini merupakan
vegetasi khas daerah tropis.
3. Intensitas cahaya
Cahaya merupakan faktor klimatik yang esensial pada produksi klorofil dan pada
proses fotosintesis. Tiga faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman adalah kualitas cahaya, intensitas cahaya, dan fotoperiodik. Kualitas cahaya
merujuk pada panjang gelombang spesifik pada cahaya; intensitas cahaya adalah
tingkat kecerahan yang diterima oleh tanaman; dan fotoperiodik merupakan waktu
penyinaran pada siang dan malam hari. (Bareja, 2011)
Tumbuh-tumbuhan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk
proses

fotosintesis.

Energi

ini

khususnya

dipergunakan

untuk

mengubah

karbondioksida (CO2) dan air menjadi glukosa dengan membentuk oksigen (O 2) di


atmosfer sebagai hasil lainnya. Dengan demikian sinar matahari yang sampai
kepermukaan bumi merupakan sumber energi bagi tumbuh-tumbuhan dalam rangka
melangsungkan kehidupannya.

4. Kecepatan Angin
Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara,
sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Anemometer merupakan
alat pengukur kecepatan angin. Alat ini berbentuk seperti kipas angin memiliki balingbaling sebagai pengukur kecepatan angin yang berhembus pada lingkungan sekitar.
Alat ini memiliki layar skala kecepatan. Untuk ke akuratan data lakukan pengulangan
pada pengujian data sebanyak tiga kali. Skala 2 m/s menunjukkan data bahwa pada
disuatu daerah atau lingkungan tersebut memiliki angin yang kuat. Menurut Irshady
(2011), angin yang kuat berkisar antara 2-3 m/s. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kecepatan baling-baling anemometer berputar dalam jangka 30 detik. Alat ini
biasanya diletakkan dalam keadaan tergantung.
Menurut Hanum (2009), kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau
pergerakan udara persatuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter perdetik (m/s),
kilometer perjam (km/jam) dan mil perjam (mi/j). Satuan mil (mil laut) perjam
disebut juga knot (kn) ; 1 kn=1,85 km/jam=1,151mi/j=0,514 m/d atau 1 m/d= 2,237
mi/j=1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian tanah sehingga dikenal
adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan
angin diukur dengan alat yang disebut anemometer.
Faktor-faktor klimatik tersebut dapat meningkatkan dan menghambat proses
pertumbuhan pada tanaman. Namun faktor-faktor klimatik dapat pula saling berkaitan
dalam kondisi alami.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Pelaksanaan
Hari, Tanggal

: Minggu, 22 Februari 2015

Pukul

: Kebun Teh Jalan Raya Subang


Hutan Pinus Tangkuban Perahu

Tempat

: Kebun Teh Jalan Raya Subang

(11.00-12.00 WIB)
(12.15-13.00 WIB)

(1250 mdpl)

Hutan Pinus Tangkuban Perahu

(1250 mdpl)

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Meteran
Termohigrometer
Lux meter
Anemometer digital
Altimeter
Alat tulis
Kamera

2. Bahan
a. Air (secukupnya)
C. Cara kerja
1. Dibuat denah tempat pengamatan
a. Luas populasi : 25 m x 25 m = 625 m2
b. Luas area sampling: 40% x 625 m2 = 250 m2
c. Jumlah data yang diperlukan: 30
d. Jumlah data dalam 1x sampling: 3 data
e. Jumlah titik sampling: 30 / 3 = 10
f. Luas per titik sample = 5 x 5 = 25 m2
Gambar 1. Denah titik sampling
(Sumber : Pribadi, 2015)

2. Persiapan daerah sampling

Gambar 2. Peta tempat pengamatan


(Sumber : Pribadi, 2015)

Dibuat denah dalam


kertas

Diukur panjang dan


lebar denah

Diukur lokasi
menggunakan
meteran

Ditempatkan
penanda pada lokasi
pengambilan
sampling

Ditentukan jumlah
titik pengambilan
sampling

Bagan 1. Persiapan daerah sampling

3. Mengukur kelembaban dan suhu

Termohigrometer
digantungkan pada
dahan di sekitar titik
lokasi pengambilan
sampling

Diisi air pada bagian


botol di
termohigrometer

Dicatat hasilnya

Bagan 2. Mengukur kelembaban dan suhu

4. Mengukur penetrasi/intensitas cahaya

Dibuka bagian sensor


cahayanya

Dinyalakan tombol on

Sensor cahaya
diarahkan ke arah
datangnya cahaya

Dicatat hasilnya

Bagan 3. Mengukur penetrasi/intensitas cahaya

5. Mengukur kecepatan angin

Diatur range

Dinyalakan
anemometer

Diarahkan ke arah
datangnya angin

Ditekan tombol hold

Dicatat hasilnya

Bagan 4. Mengukur kecepatan angin

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Klimatik


1. Tabel Pengukuran Intensitas Cahaya
a. Lokasi di Kebun Camelia sp.
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Area
A
B
C
D
E
F
G
H
I

Uji 1
133200
119800
142600
115700
116600
124800
122800
129600
132500

Intensitas Cahaya (lux)


Uji 2
Uji 3
129900
131500
113300
116300
110500
100000
123300
124400
113000
124600
120300
120600
120200
122300
119600
122100
118600
125500

Rata-rata
131533.3
116466.6
117700
121133.3
118066.6
121900
121766.6
123766.6
125533.3

10

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

126800
Rata-rata
b. Lokasi di Hutan Pinus
Area
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Uji 1
7160
7710
19300
11800
13100
35600
30800
9310
13800
8960
Rata-rata

114400

103800

Intensitas Cahaya (lux)


Uji 2
Uji 3
6750
7670
8620
7150
17000
16600
12600
13700
14600
18600
43500
38300
32500
29600
9050
9400
14600
16600
9530
10680

115000
121286.6

Rata-rata
7193.3
7826.6
17633.3
12700
15433.3
39133.3
30966.6
9253.3
15000
9723.3
16486.3

c. Tabel Hasil Uji T perbandingan Intensitas Cahaya

2. Tabel Pengukuran Kecepatan Angin


a. Lokasi di Kebun Camelia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Area
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Uji 1
1.02
2.38
1.23
2.32
1.27
2.49
2.31
1.64
1.45
1.44
Rata-rata

b. Lokasi di Hutan Pinus

Kecepatan Angin (m/s)


Uji 2
Uji 3
0.66
1.74
2.95
2.44
1.96
2.95
3.56
1.80
1.58
2.53
2.83
2.69
2.55
2.32
1.40
2.20
1.68
1.75
1.64
2.50

Rata-rata
1.14
2.59
2.04
2.56
1.79
2.67
2.39
1.74
1.62
1.86
2.04

No.

Area

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Kecepatan Angin (m/s)

Uji 1
0.15
1.03
0.83
0.48
0.54
0.15
1.69
1.27
0.01
0.62
Rata-rata

Uji 2
0.64
1.00
0.62
0.85
0.76
1.22
1.42
0.83
1.92
1.01

Uji 3
1.05
1.02
1.34
0.72
0.85
1.11
1.82
1.00
1.46
0.89

Rata-rata
0.62
1.01
0.93
0.68
0.71
0.82
1.64
1.03
1.13
0.84
0.90

c. Tabel Hasil Uji T dalam Perbandingan Kecepatan angin

d. Tabel Pengukuran Suhu dan Kelembaban


No.
1

Lokasi
Kebun Camelia

Hutan Pinus

Parameter
Dry
Wet
Kelembaban
Dry
Wet
Kelembaban

Uji 1
32
26
61%
22
19
74%

Uji 2
26
22
66%
23
20
75%

Rata-rata
29
23
63.5%
22.5
19.5
74.5%

e. Grafik Perbandingan Intensitas Cahaya, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Suhu


antara Kebun Camelia dan Hutan Pinus

2.5
2

Satuan m/s

140000
120000
100000

1.5

80000

Satuan lux 60000


40000

0.5
0
Kecepatan Angin
Kebun Camelia
Hutan Pinus

Grafik 1. Perbandingan Intensitas Cahaya

20000
0
Intensitas Cahaya
Kebun Camelia
Hutan Pinus

Grafik 2. Perbandingan Kecepatan Angin

35
30
25
20
Satuan OC 15
10
5
0
Suhu

76
74
72
70
68
Satuan persen (%) 66
64
62
60
58

Kebun Camelia
Hutan Pinus

Grafik 3. Perbandingan Kelembaban

Kelembaban
Kebun Camelia

Hutan Pinus

Grafik 4. Perbandingan Suhu Udara

B. Pembahasan
Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat jika pada hutan dengan vegetasi Pinus
sp. memiliki faktor klimatik intensitas cahaya, kecepatan angin, dan suhu yang lebih
rendah dibandingkan dengan keadaan di kebun Camelia sp. Namun, lain halnya dengan
faktor kelembaban pada hutan Pinus sp. memiliki nilai lebih tinggi dibanding kebun
Camelia sp..
Intensitas cahaya pada vegetasi Pinus sp. (16.486,3326 lux) lebih rendah
dibandingkan vegetasi Camelia sp. yang memiliki intensitas cahaya sekitar 118.200 lux.
Dapat diketahui bahwa pada hutan Pinus sp. memiliki penetrasi cahaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan kebun Camelia sp., karena pada hutan Pinus sp. memiliki kanopi
yang lebih besar dan tinggi sehingga cahaya terhalang untuk sampai ke permukaan tanah.
Sedangkan pada kebun Camelia sp. kanopi yang dimilikinya jauh lebih rendah dan

habitusnya berupa semak-semak yang rendah sehingga dengan mudah cahaya dapat
sampai ke permukaan tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kecepatan angin pada vegetasi
Pinus sp. memiliki rata-rata 0,884 m/s. Kecepatan angin ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan vegetasi Camelia sp. dengan rata-rata 2,04 m/s. Kecepatan angin
pada hutan Pinus sp. lebih rendah, karena pinus memiliki habitus pohon yang tinggi dan
jarak antar pohonnya rapat sehingga angin yang datang dapat dengan mudah
terbagi/terpecah dan kecepatan angin pun menjadi lebih rendah. Pada kebun Camelia sp.
dengan habitus semak yang pendek menyebabkan angin yang berhembus tidak
terbagi/terpecah sehingga kecepatan anginnya cukup tinggi.
Suhu udara pada hutan Pinus sp. lebih rendah, hal ini disebabkan kombinasi
beberapa faktor seperti intensitas cahaya yang rendah dan juga kecepatan angin yang
rendah. Intensitas cahaya yang tinggi dapat menghantarkan energi panas lebih besar
sehingga suhu udara pun meningkat. Pada hutan Pinus sp. dengan intensitas cahaya yang
rendah, maka hutan Pinus sp. hanya mendapatkan sedikit panas dari matahari dan
suhunya pun rendah. Sebaliknya, dengan intensitas cahaya yang lebih besar, pada kebun
Camelia sp. energi panas yang didapatkan pun relative lebih besar. Oleh karena itu, suhu
udara pada kebun Camelia sp. lebih tinggi dibandingkan dengan hutan Pinus sp.
Kelembaban pada vegetasi Pinus sp. berkisar antara 74% hingga 75% dengan
rata-rata kelembaban 74,5%. Kelembaban ini lebih tinggi dibandingkan kelembaban pada
vegetasi Camelia sp. yang berkisar antara 61% hingga 66% dengan rata-rata
63,5%.Kelembaban yang tinggi di hutan Pinus sp. disebabkan oleh hasil transpirasi dari
daun berupa uap air yang tertahan di udara sekitar. Karena besar dan rapatnya kanopi,
serta rendahnya kecepatan angin menyebabkan uap air tersebut tertahan dan lebih sulit
untuk bergerak. Sedangkan, pada kebun Camelia sp. uap air hasil transpirasi dari daun
dapat dengan mudah bergerak karena tidak adanya penghalang seperti kanopi pada hutan
Pinus sp. dan kecepatan anginnya pun lebih tinggi, sehingga memudahkan uap air untuk
bergerak dan menyebabkan kelembabannya lebih rendah.
Selain itu, berdasarkan hasil dari uji T membuktikan bahwa secara statistika H 0
ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa pada vegetasi Camelia sp. dan Pinus sp. dalam hal
parameter intensitas cahaya dan
tersebut berbeda.

kecepatan angin yang ada pada ke dua parameter

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kecepatan angin pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih lambat daripada kebun Camelia
sp., karena jarak tumbuhan pada hutan Pinus sp. lebih rapat dibandingkan kebun
Camelia sp., sehingga angin dapat dipecah.
2. Intensitas cahaya pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih rendah daripada kebun Camelia
sp., karena kanopi pada hutan Pinus sp. lebih besar dibandingkan kebun Camelia sp.,
sehingga penetrasi cahaya lebih rendah.
3. Kelembaban udara pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih tinggi daripada kebun Camelia
sp., karena intensitas cahaya dan kecepatan angin pada hutan Pinus sp. lebih rendah
dibandingkan kebun Camelia sp., sehingga uap air pada udara dapat tertahan.

4. Suhu udara pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih rendah daripada kebun Camelia sp.,
karena penetrasi cahaya pada hutan Pinus sp. lebih rendah dibandingkan kebun
Camelia sp. sehingga suhunya pun lebih rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Bareja, Ben G. 2011. Climatic Factors Promote or Inhibit Plant Growth and Development.
[Online] tersedia : http://www.cropsreview.com/climatic-factors.html. [25 Februari
2015]
Hanum, W. 2009.Ekologi. Erlangga. Jakarta
Hardjodinomo, 1975. Klimatologi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Irshady. 2011. Ekologi. UGM Press.Yogyakarta
Kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1, No.2,Januari 2005.
Linsley K.,. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Saunder Com. Phildelphia 125. Pp
Prasasti, I., 2005. Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber Ac Terhadap Gangguan
Tatang, 2006. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta, Bandung

PERBEDAAN FAKTOR KLIMATIK PADA VEGETASI Pinus sp. dan Camelia sp.
LAPORAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Umum yang diampu oleh
Drs. H. Yusuf Hilmi Andisendjaja, M.Sc., Drs. Amprasto, M.Si., dan Hj. Tina Safarina, M.Si.

oleh:
Biologi C 2012
Kelompok 5
Lea Juliana Yosnata

(1202267)

Linda Tri Wulandari


Muhammad Rizky Fauzi
Novi Dewi K. J.

(1202528)
(1204908)
(1204683)

Rahmi Maulidia

(1202536)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

Anda mungkin juga menyukai