Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni
(daa - yadu - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata daa
yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai ajakan kepada Islam. Kata daa dalam
al-Quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yadu terulang sebanyak 8 kali dan
katadakwah terulang sebanyak 4 kali.
Kata daa pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta
pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti
memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti
umum). Setelah itu, kata daa berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum
Muslimin.
Kemudian kata yadu, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke
neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang
pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yadu dipakai
bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.
Sedangkan kata dakwah atau dawatan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran
dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada
obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fiil
(daakum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata
itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia
menjanjikan akan mengabulkannya.
Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah, yakni; pesan yang datang dari
luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif. Ceramah dalam arti
sempit, sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja.
Menyampaikan dan hasil akhirnya terserah kepada Allah, akan menafikan perencanaan,
pelaksanan dan evaluasi dari kegiatan dakwah.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengertian dakwah menurut istilah adalah
menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan
dan ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah,
artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan

kegiatan dakwah.

Kompetensi Yang Harus Dimiliki Dai Dalam Individu, Kelompok dan Lembaga
Dai dituntut memiliki kompetensi eksternal, minimal disamping literasi Al-Quran dan
Sunnah, sebagai kompetensi utama. Pengetahuan sosiologis, komunikasi antar budaya
dan pengetahuan manajemen merupakan kompetensi yang membri nilai tambah.
Selain kompetensi eksternal yang telah disebutkan diatas, ada tiga kompetensi internal
yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang Dai, baik itu dakwah secara
individu, kelompok ataupun lembaga, yaitu : aqidah, syariat dan muamalah, sedangkan
untuk pokok materi dakwah menurut Alie Yafie ada lima pokok materi Dakwah, yaitu:
a.

Masalah Kehidupan : Kehidupan yang dianugrahkan allah kepada manusia merupakan


modal dasar yang harus dipergunakan dan dicermati serta syukuri.

b.

Masalah Nanusia : Bahwa Manusia muhtarom yang hidupnya dilindungi secara


penuh.

c.

Masalah Harta Benda : Harta Benda merupakan perlambang manusia, seperti yang
sudah dijelaskan dalam al- Quran QS. Kahfi ayat 46.

d.

Masalah Ilmu Pengetahuan : Dakwah menerangkan tentang pentingnya ilmu


pengetahuan dan wajibnya mencari ilmu.

e.

Masalah Aqidah : Keempat masalah pokok yang menjadi materi dakwah tersebut harus
berpangkal pada aqidah islam.

ETIKA DAKWAH
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu, berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Etika dakwah merupakan pemikiran sistematis yang berusaha mengerti mengapa, atau
atas dasar apa dai atau daiyah harus hidup menurut norma-norma tertentu.
Menurut saya, etika dakwah merupakan ilmu yang mengupas secara mendalam kegiatan
dakwah yang mengikuti manhaj kenabian, yang meliputi membangun etika pendakwah
dan menganalisis serta merumuskan strategi dakwah bagi madu sesuai dengan etika yang
berlaku padanya.
- QS. Al-Baqarah [2]:104 : [Etika berbicara dengan Nabi]
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad):
"Raa'ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang
kafir siksaan yang pedih.
- QS. Al-Hasyr [59]:9 : [Mendahulukan kepentingan orang lain]

Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang
yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.
- Bulughul Maram , hadits no. 1468

, )
:

( ,

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang
berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tiak menganggap rendah

nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." Muttafaq Alaihi.


Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos berarti adat kebiasaan (Hamzah Yaqub dalam
Enjang AS, Aliyudin: 2009), secara terminologis berarti ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan tentang sesuatu yang harus dilakukan oleh manusia dalam
perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan yang seharusnya diperbuat (Ahmad Amin
dalam Enjang AS, Aliyudin: 2009).
Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif
(studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Etiket (etiquette) berarti ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup
sendiri, misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan. Persamaan antara
etika dengan etiket yaitu, etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.
Moral berasal dari bahasa Latin mores jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan dan
secara terminologis adalah suatu ajaran tentang bagaimana kita harus hidup. Moral
(Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman
sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau
sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya. Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Akhlaq adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata
khalqun yang berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangi, muruah atau sesuatu yang
sudah menjadi tabiat. Secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada
diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu.
Perbedaan antara etika dengan etiket

1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkancara yang


tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalamsebuah kalangan tertentu. Etika
tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang
lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.

3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuahkebudayaan, dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti jangan
berbohong, jangan mencuri merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanyalembut, memegang etiket namun
menipu. Orang dapat memegang etiketnamun munafik sebaliknya seseorang yang
berpegang pada etika tidakmungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia
tidak bersikapetis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
5. Ajaran apa yang bisa diambil dari dakwah Rasul?
Kondisi penduduk Makkah dan Madinah sebelum datangnya islam sungguh gelap, terjadi
perampokan, perjudian, perzinaan, pembunuhan, kecurangan dalam perdagangan, hingga
penguburan hidup-hidup bayi perempuan. Setelah islam datang, secara perlahan tapi pasti
keadaan tersebut berbalik seratus delapan puluh derajat, bahkan seluruh penduduk di
jazirah Arab menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Setelah
Muhammad saw, menerima wahyu pertama di Gua Hiro, kemudian beliau resmi diangkat
sebagai Nabi dan Rasul Allah. Setelah itu turun wahyu untuk mengajak orang lain
terhadap islam yang kemudian dinamakan dengan fase dakwah sirriyah (sembunyisembunyi), beliau pertama kali mengajak istrinya yakni Siti Khadijah ra, beliau pun
beriman. Kemudian kepada sahabat karibnya yakni Abu Bakar ra, kemudian kepada Ali
Bin Abi Thalib ra. sepupunya, dan Zaid bin Haritsah ra, anak angkatnya, mereka pun
beriman. Melalui Abu Bakar ra, masuk islamlah Utsman bin Affan ra, Thalhah bin
Ubaidilah ra, Saad bin Abi Waqash ra, dan Abdurrahman bin Auf ra.
Rasulullah saw, mengokohkan keimanan dan kesabaran mereka dengan melakukan
pembinaan (tarbiyah), agar kelak mereka siap untuk berdakwah kepada orang-orang yang
tidak sabar dan cenderung menolak dakwahnya. Pembinaan tersebut dilakukan di rumah
salah seorang sahabat, yakni Arqom bin Abil Arqom Al-Makhzumi ra,. Mereka dibina
oleh Rasulullah saw, tentang tsaqofah islamiyah, yang meliputi tsaqofah jasmaniyah,
tsaqofah ruhiah, dan tsaqofah ilmiyah.

Rasulullah saw, merupakan ancaman bagi kepentingan dan hidup kafir Quraisy yang
dibangun di atas kezaliman. Beliau telah menghalangi jalan tersalurkannya hawa nafsu
dan keserakahan mereka. Beliau saw, tidak berhasil mereka bujuk untuk mengikuti
keinginan dan nafsu mereka. Para pengikut kebatilan, dulu maupun sekarang, melihat
pembawa ajaran kebenaran sebagai musuh. Sebab para pengusung kebenaran itu berkata
kepada mereka, Tidak ada tempat bagi kemaksiatan, tidak ada waktu untuk mengikuti
hawa nafsu, dan tidak ada ruang untuk kezaliman.
Setelah masuk islamnya Umar bin Khattab ra, dan Hamzah bin Abdul Muthalib ra, serta
turunnya perintah untuk dakwah secara terang-terangan , maka dimulailah fase dakwah
dzahriyah (terang-terangan). Seluruh sahabat melakukan dakwah ke seluruh penjuru
Makkah. Meski perjuangan mereka sangat bersat karena menghadapi penolakan yang
kasar dari sebagian besar penduduk Makkah yang sangat berpegang teguh pada agama
nenek moyangnya yakni menyembah berhala. Sehingga Rasulullah saw, memerintahkan
mereka untuk hijrah ke Habasyah. Beliau juga berusaha untuk berdakwah ke Thaif,
namun mereka pun menolak dakwah beliau saw,. Karena pembinaan (tarbiyah) yang
dilakukan oleh Rasulullah saw, para sahabat tetap sabar dan tawakal serta tetap dalam
keimanannya yang agung, serta cintanya kepada Allah dan rasul-Nya.
Istri beliau Siti Khadijah ra, adalah orang yang senantiasa menguatkan hati Rasulullah
saw, di masa-masa beratnya dakwah islam. Beliau senantiasa menghibur saat sedih, selalu
memotivasi saat hatinya gundah dan gelisah. Siti Khadijah ra, menjadi salah-satu faktor
keberhasilan dakwah nabi saw. Orang-orang kafir Quraisy, para kerabat, dan pamanpaman Rasulullah saw, bersekongkol untuk membunuh beliau. Dan atas perintah Allah
beliau pun hijrah ke Yatsrib (Madinah) untuk mendapatkan kondisi yang lebih kondusif
dalam rangka mengembangkan dakwah islam.
Fase Makkiyah (selama beliau berdakwah di Makkah)
1. Muhammad di Makkah yakni sebagai pedagang, kemudian diangkat sebagai nabi dan
rasul, yang oleh para ahli disebut fase awal kehidupan Muhammad saw,
2. Penekanan dengan penyampaian dan penyebaran dawah, baik secara rahasia ataupun
secara terang-terangan, dimulai dari keluarga terdekat , sebagai penyelamatan manusia
dari kesesatan kepada petunjuk yang terang, mengeluarkan umat manusia dari kegelapan
jahiliyah kepada cahaya Islam yang terang benderang.
3. Penekanan dengan melakukan tarbiyah kepada orang-orang yang menerima dawah
dan beriman kepada dawah beliau saw, men-tazkiyah / menyucikan jiwa mereka,
pembinaan ini dilakukan di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi, untuk
membentuk pondasi masyarakat Islami usaha yang dilakukan adalah :
mengajarkan Dienul Islam
mengaplikasikan Islam dalam kehidupan mereka.
memperdalam makna ukhuwah islamiyah di antara mereka
saling berwasiat dengan haq dan kesabaran
4. Berusaha untuk tidak memberikan perlawanan secara fisikal terhadap gangguan dan
6

rintangan dawah, cukup dengan jihad dawah. Padahal musuh-musuh Islam


menyerangnya dengan berbagai kekuatan fisikal. Bahkan Khobbab ibn Al-Arot ra, pernah
mengadu kepada Rasulullah saw. tentang siksaan yang diderita oleh shahabat yang lain.
Shahabat Khobbab lalu mengusulkan agar kaum Muslimin diizinkan memberikan
perlawanan fisikal atau Rasulullah berdoa kepada Allah untuk kehancuran orang-orang
kafir. Tapi beliau menganggap tindakan itu sebagai langkah istijal .
5. Terus bergerak dengan dawah, tidak hanya terfokus di Makkah, hijrahnya beberapa
orang ke Habasyah (Sekarang Ethiopia), perginya beliau ke Thaif, usaha beliau untuk
menjalin hubungan dengan jemaah haji yang datang ke Makkah di musim haji merupakan
bukti amanah beliau dalam menyampaikan Risalah Islam.
6. Kesinambungan kerja dalam meletakkan strategi dan langkah-langkah untuk masa
depan dawah islamiyah. Seperti mengadakan perjanjian dan sumpah setia (baiat)
dengan orang-orang Yatsrib, kemudian mengutus Musab bin Umair (duta dakwah islam
pertama) kepada mereka untuk mengajarkan Al Quran dan Islam, berusaha memiliki
kontak dengan kabilah-kabilah di luar kota Makkah untuk mencari suaka dan tempat
berlindung; Dan akhirnya beliau hijrah ke Yatsrib dengan strategi yang sangat rapi dan
matang.
Pelajaran penting dari Hijrah Nabi saw,
Keharusan untuk memadukan antara usaha dan strategi dengan tawakal
Keharusan ikhlas dan menjauhi kepentingan-kepentingan pribadi dalam dakwah
Bersikap bijaksana dalam kondisi lapang maupun sempit
Keteguhan ahlul iman dalam kondisi sulit
Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menjaganya
Bahwa pertolongan harus melalui kesabaran
Perlunya sikap santun dan menghadapi keburukan dengan kebaikan
Penyebaran dan kuatnya islam
Berdirinya hukum dan komunitas masyarakat islam
Terjadinya ukhuwah islamiyah dan lenyapnya semangat ashabiyah, golongan dan
kesukuan
Catatan penting tentang mulianya kedudukan kaum muhajirin dan anshar
Kehebatan metode pembinaan Nabi saw,
Keistimewaan kota Madinah
Pentingnya peran dan fungsi masjid bagi umat
Besarnya peran kaum wanita dalam dakwah
Besarnya peran pemuda
Setelah tiba pertolongan dari Allah melalui hijrah kaum muslimin ke Yatsrib atau
Madinah, maka dakwah islam semakin berkembang. Kaum Anshor yang dimotori oleh
kaum Aus dan Khajraj melakukan baiat kepada Rasulullah saw, yang dinamakan
Baiatul Aqobah 1 dan 2. Dakwah nabi saw beserta para sahabat berlangsung lebih
mudah, karena kaum anshor sangat mudah menerima cahaya kebenaran islam yang
dibawa islam. Dengan mengajarkan islam melalui Al-Quran dan sunnah Nabi saw, serta

dibentuknya pondasi negara islam pertama di dunia (daulah islamiyah) terbentuklah


tatanan masyarakat yang menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka
bumi.
Fase Madaniyah (selama beliau berdakwah di Madinah)
1. Muhammad di Madinah yakni sebagai politisi dan negarawan, serta sebagai pembebas,
yang oleh para ahli disebut fase akhir kehidupan Muhammad saw,
2. Penekanan dalam pemantauan proses penyampaian dawah, tarbiyah dan tazkiyah
kepada orang-orang yang menerima dawah dengan cara penyampaian Al Quran,
mengajarkannya dan menerapkannya dalam kenyataan hidup mereka. Juga melakukan
pembangunan masjid (Masjid Nabawi) sebagai tempat pembinaan umat,
mempersaudarakan antara orang-orang Anshar dan Muhajirin serta terus mempererat
hubungan persaudaraan di antara mereka.
3. Penuh perhatian dengan berdirinya suatu tatanan masyarakat atau tata perlembagaan
masyarakat Islami (daulah) setelah ketiga unsurnya sempurna, yaitu :
Adanya basis masyarakat yang beriman, hal ini sudah beliau persiapkan sejak
diutusnya Musab bin Umair ke Yatsrib sebelum Hijrah.
Adanya basis geografis yang aman, di mana kota Yatsrib sangat strategis jiks dilihat
dari berbagai aspeknya, di samping sebagai realisasi petunjuk Allah dalam mimpi beliau
(mimpi seorang Nabi merupakan wahyu yang benar).
Adanya aturan hidup yang jelas, yakni syariat Islam yang terus mengatur interaksi
masyarakat.
4. Penekanan pada melaksanakan aplikasi syariat Islam bagi seluruh lapisan masyarakat
tanpa pandang bulu, baik untuk perorangan atau masyarakat luas. Malah beliau
menegaskan, putri beliau tercinta pun tidak akan lepas dari hukum tersebut, apabila ia
melanggar (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).
5. Berusaha mengadakan perdamaian dengan musuh-musuh Islam yang mau berdamai
dan berusaha untuk hidup berdampingan dalam suatu tatanan masyarakat Islami.
6. Menghadapi musuh-musuh Islam yang berusaha menyerang dengan jalan melakukan
peperangan, mengadakan latihan dan patroli ketenteraan serta terus mengadakan
mobilisasi pasukan mujahidin yang siap tempur bila saja beliau minta. Sebagai contoh
adalah kisah Hanzalah. Beliau tidak sempat mandi junub setelah malam pengantinnya
karena mendadak ada penggilan jihad menuju Uhud. Di dalam perang Uhud sahabat
Hanzalah syahid. Malaikatlah yang memandikan beliau sebelum akhirnya dikuburkan
oleh kaum muslimin.
7. Merealisasikan Alamiyatuddawah Al-Islamiyah, sebagai Rahmatan lil Alamin dengan
cara mengirim utusan-utusan dan surat-surat dawah ke berbagai daerah atau negara
tetangga serta menerima tamu-tamu dari utusan negara lain sebagai bukti bahwa dawah

beliau untuk seluruh umat manusia. Berikut beberapa surat dawah yang dikirim ke
berbagai daerah :
Heraclius sebagai Raja Romawi
Amir Yamamah
Amir Bahrain
Kisra sebagai Raja Persia
Najasyi sebagai Raja Habsyi
Muqauqis sebagai Gubernur Mesir
Amir Oman
Berikut ini prinsip dakwah Nabi Muhammad saw, yang juga menjadi faktor keberhasilan
dakwah beliau saw, :
1. Mengetahui keadaan medan (madu), melalui penelitian, dan perenungan
2. Melalui perencanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan
masyarakat
3. Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka
(marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat
secara umum
4. Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari situasi yang negatif untuk meraih
situasi yang lebih positif
5. Melalui syiar ajaran dan pranata islam, antara lain melalui khutbah, adzan, iqamah, dan
shalat berjamaah, taawun, zakat, dll
6. Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti
dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Quinuqa
7. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai
8. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan pengertian
9. Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakatnya
(ala qadri uqulihim)
10. Melalui surat, sebagaimana telah dikirimkan kepada penguasa-penguasa

11. Melalui uswah hasanah dan syuhada alannaas, dan melalui peringatan, dorongan dan
motivasi (tarhib wa targhib)
Dari prinsip dan langkah dakwah di atas, kita dapat mengetahui kaidah-kaidah dakwah
Rasulullah saw, sebagai berikut :
1. Tauhidullah
2. Ukhuwah Islamiyah
3. Musawah, yakni sikap persamaan sesama manusia, tidak arogan, tidak saling
merendahkan
4. Musyawarah, menghargai pendapat orang lain
5. Taawun, yakni tolong-menolong
6. Takaful al-ijtima, yakni sikap senasib sepenanggungan, tanggung jawab bersama,
solidaritas sosial
7. Jihad dan Ijtihad, semangat dan bersungguh-sungguh, kreatif, inovatif, aktif dalam
segala persoalan
8. Fastahiq al-khayrat, berlomba-lomba dalam kebaikan
9. Tasamuh, toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, menghargai
perbedaan
10. Istiqamah, semangat disiplin, tidak goyah akan cobaan dan rintangan
Pelajaran yang dapat kami ambil dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw, adalah :
1. Memberi gambaran yang jelas tentang tahapan dakwah yang harus dilakukan oleh
setiap dai
2. Memotivasi para dai bahwa kelak akan datang pertolongan Allah dalam dakwah
3. Memberi gambaran tentang model masyarakat ideal, yakni masyarakat madinah yang
telah menjalankan syariat Islam secara kapah.
4. Membangunkan kembali umat islam yang telah lama tidur.
5. Menyadarkan umat islam tentang pentingnya dakwah
6. Menyadarkan kembali umat islam tentanng idiolohi islam yang sesunguhnya
7. Menyadarkan umat islam kembali kepada jalan yang lurus yang di contohkan oleh
Rasululah Saw
8. Mengingatkan kembali umat islam yang telah lupa dengan islamnya sendiri
9. Memberi kabar gembira akan kebangkitan umat islam kembali di dunia
10. Mengingatkan kembali umat islam tentang akhlak islam yang di contohkan oleh
Rasululah Saw
11. Memberi gambaran tentang kondisi madu yang bervareasi dan metode dakwah yang
diterapkan
12. Menumbuhkan kesadaran untuk membina kader kader dakwah secara konsisten dan
terarah, sehinga siap menghadapi tantangan dakwah
13. Memberikan gambaran bahwa dakwah adalah kegiatan yang harus di lakukan terus
menerus
14. Memberikan gambaran tentang strategi dakwah Rasululah Saw yang epektip dengan
hasil yang optimal
15. Keharusan berdakwah di lakukan berjamaah

10

DAKWAH KAMPUS, PROBLEMATIKA, DAN SOLUSINYA

Dawah pada dasarnya adalah proses merubah suatu kondisi tertentu menuju kepada
kondisi tertentu yang lain yang diinginkan. Yang perlu mendapat catatan dari definisi ini
adalah kata merubah. Merubah adalah kata kerja aktif. Dengan demikian dawah adalah
sebuah gerakan (aktif). Gerakan perubahan.

Dawah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah yang dimiliki manusia
(7:172, 30:30, 91:8) terhadap kedudukannya sebagai hamba (51:56) untuk beribadah
kepada Allah dan sebagai khalifah (2:30) untuk memimpin dan mengelola alam semesta
beserta isinya.

Dengan kata lain, dawah adalah gerakan penyadaran ummat manusia atas fungsi
kerisalahan dan kekhalifahan.

Lalu, ada apa dengan dakwah kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat
dengan potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan caloncalon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre
of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang
mengembangkan potensinya. Di komunitas inilah berlangsung proses penyemaian
pemimpin masa depan sebuah negeri. Sejarah telah menjadi saksi, hampir tak ada gejolak
dan perubahan yang terjadi pada masa belakangan ini tanpa partisipasi masyarakat
kampus. Kenyataan inilah yang mendorong terhadap setiap penggagas ide dan ideologi
sehingga menjadikannya sebagai sasaran pengaruh pertama dan utamanya. Kampus
sebagai pusat aktivitas (centre of activity), pusat pergerakan (centre of movement), pusat
informasi (centre of information), dan pusat rujukan (centre of reference), merupakan
satu unit kehidupan di dalamnya tergabung berbagai macam elemen, yang dapat
memberikan kontribusi positif dan juga negatif kepada dawah.
Dalam hal ini, mahasiswa merupakan simbol kepemudaan dalam membangun
peradaban. Pemuda identik dengan bergerak, anergik, semangat, idealis, dan karakter2
lainnya yang menggambarkan aktivitas dinamis menuju perubahan. Mahasiswa adalah
harapan masa depan dan pengemban harapan ummat di masa depan. Di dalamnya
berkumpul warga negara terbaik dari sebuah negeri.

11

Kampus memiliki peluang sekaligus potensi untuk meningkatkan prestasi dan


prestise warganya. Kampus mampu melahirkan orang-orang yang berpeluang merubah
masyarakat. Dengan kata lain, kampus dapat dijadikan sebagai pusat perubahan(centre of
change) dengan mahasiswa sebagai agen perubah (agent of change). Alasan inilah yang
mendudukan kampus pada posisi penting bagi dawah Islam kontemporer. Dawah Islam
bukan hanya dituntut berkiprah di kampus, tetapi sekaligus harus berupaya mencari
format terbaik sesuai dengan karakteristik kawasan tersebut.

Sejarah perubahan bangsa-bangsa tidak pernah lepas dari peran dan pergulatan di
kalangan kaum muda. Bahkan sejarah-sejarah besar yang tertulis dalam berbagai kitab
suci juga penuh dengan sejarah heroisme dan progresifitas kaum muda. Di dalam AlQuran,Nabi Ibrahim ditampilkan sebagai seorang muda yang mencoba merubah dan
melawan ketidakadilan Firaun-bahkan sebelum diangkat sebagai seorang Nabi
sekalipun. Kisah Ashabul Kahfi juga menggambarkan bagaimana kaum muda melakukan
perlawanan terhadap pemerintah yang zalim. Satu hal yang pasti,di dalam sejarah
itu,dimana melibatkan kaum muda, ada satu situasi perlawananmenuju perbaikan,
dekonstruksi-konstruksi yang senantiasa mengiringinya.

Proses dekonstruksi-konstruksi dalam sebuah bangsa adalah esensi perubahan. Dan


esensi dakwah sendiri adalah bagaimana merubah situasi sosial masyarakat yang tidak
manusiawi, tidak memiliki nilai moral Ketuhanan,tidak Islami menjadi situasi sosial
masyarakat yang memanusiakan manusia dan Islami. Ujungnya adalah terbentuknya
peradaban bangsa yang kuat dengan di dasari nilai dan moralitas Ilahiyah. Dan prosesproses perubahan itu sendiri timbul karena adanya dorongan gerakan dakwah. Tanpa
ini,cita-cita perubahan hanya menjadi wacana dan konsep.

Di negeri kita Indonesia, proses-proses perubahan tidak lepas dari peran kaum muda,
terutama kaum muda terdidik atau mahasiswa. Bahkan perannya makin menonjol di era
pergerakan kemerdekaan. Kaum muda terpelajar melakukan konsolidasi, pengkaderan
dan advokasi rakyat di hadapan kolonialis Belanda. hingga bangsa ini merebut
kemerdekaan. Awal kemerdekaan bangsa ini dipenuhi pemikiran dan geliat pergerakan
kaum muda terpelajar (mahasiswa).

Secara sosial kampus merupakan lingkungan kaum muda terpelajar (mahasiswa)


yang senantiasa diasah kemampuan berpikirnya. Sehingga yang dikembangkan kepada
mahasiswa adalah kemampuan nalar logika,nalar kritis, rasionalitas dan tentunya

12

kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sehingga ketika


kampus/mahasiswa diinjeksi dengan sebuah gerakan dakwah,maka pada dasarnya ada
transformasi nilai-nilai Ilahiyah kepada mahasiswa. Sehingga tumbuh pemahaman dan
kesadaran akan posisi dan tanggung jawabnya dalam kehidupan di muka bumi (khalifatu
fil ardhi).

Secara umum dakwah kampus menjadi titik temu antara dunia kampus yang liberal
(material),nilai-nilai dakwah Ilahiyah dan semangat darah muda (psikologis). Pada situasi
yang saling bersinergi, Dakwah Kampus akan menjadi energi perubahan yang besar
(agent of change). Karena kemampuan nalar kritis di dasari oleh visi Ilahyah dan
tanggung jawab kepemimpinan serta di dorong oleh semangat segera bertindak
melakukan perbaikan.

Tantangan berat bagi perkembangan Dakwah Kampus datang dari arus kapitalisme
dan liberalisme yang telah menyentuh berbagai sendi kehidupan ummat ini. Hal ini paling
dirasakan pada aspek pendidikan tinggi yang terus di dorong untuk melakukan
liberalisasi. Dampaknya adalah makin mahalnya biaya pendidikan dan makin ketatnya
jadwal akademik mahasiswa. Hal ini menimbulkan dilema bagi kalangan mahasiswa
antara dunia aktivisme dan akademis.

Aspek yang lain adalah makin menguatnya dunia konsumerisme di kalangan


masyarakat. Kapitalisme yang pada dasarnya mendorong masyarakat berperilaku
konsumtif, pada saat ini telah mampu mendorong aktifitas dakwah menjadi kebutuhan
yang sifatnya konsumtif. Artinya kajian-kajian Islam lebih menonjolkan sosok
(distereotipkan selebritis) dari pada substansi nilai. Situasi ini sering menimbulkan
perbenturan antara nilai-nilai Islam sendiri dengan sosok yang telah terkapitalisasi.
Efeknya adalah pada pembangunan citra Islam dan kulturasi nilai-nilai Islam.
Untuk itu, aktualisasi peran Dakwah Kampus sebagai problem solver harus dibarengi
dengan kejelian memandang fenomena yang berkembang di masyarakat. Misalnya
apakah fenomena berduyun-duyunnya masyarakat mengikuti kajian masal menunjukan
kehidupan masyarakat cenderung Islami. Karena pada satu sisi dunia mall dan
hipermarket juga makin digandrungi. Artinya ada fenomena yang kontradiktif.
Jika Dakwah Kampus hanya ingin meramaikan masjid yang ada di kampusnya maka
cukuplah gerakan ini berada di ruang kampus saja. Tapi pasti akan dipertanyakan
komitmen kepedulian atas degradasi kemanusiaan yang sedang melanda bangsa ini. Jika
Dakwah Kampus ingin memasuki peran penguatan masyarakat, maka Dakwah Kampus
harus masuk ke ruang ruang sosial kultural masyarakat.

13

Tapi jika Dakwah Kampus akan mengambil peran gerakan politik nilai dihadapan
penyelenggara negara, maka penting kiranya membangun unifikasi Dakwah Kampus
nasional secara definitif. Hal ini juga penting ketika Dakwah kampus akan mermbah ke
ruang internasional.
Dakwah kampus, merupakan posisi yang paling strategis dalam mengawal perubahan.
Bahkan dakwah kampus dianggap tiang dan puncak aktivitas dari dakwah yang hasilnya
paling progresif. Hal ini dapat kita lihat dalam shiroh bahwa generasi awal yang
menerima dakwah adalah para pemuda. Dengan adanya dakwah kampus, di harapankan
dapat memperbanyak pendukung showatul Islam (kebangkitan Islam). Dakwah kampus
adalah untuk membentuk biah (lingkungan) Islamiyah di kampus, dengan begitu arus
jahiliyah dalam kampus dapat diredam, bahkan dihancurkan serta menumbuhkan dan
mengokohkan tayarul Islamiyah di kampus.
Dewasa ini bangsa Indonesia tengah dilanda berbagai macam krisis yang berkepanjangan
dan tak kunjung usai, mulai dari krisis moralitas bangsa hingga problematika kenegaraan.
Dakwah Kampus sebagai sebuah entitas vital dan strategis di Indonesia, hendaknya
mampu menjadi Problem Solver bagi setiap permasalahan yang ada atau setidaknya bisa
memberikan kontribusi nyata bagi setiap upaya perubahan ke arah yang lebih baik.
Mahasiswa sebagai agent of change yang memiliki kekuatan idealita serta kejernihan
berfikir, hendaknya mampu melandaskan dirinya pada keluhuran akhlak serta budi
pekerti yang mulia. Dalam konteks yang seperti inilah, maka Dakwah Kampus memiliki
peran yang sangat penting sebagai motor penggerak bagi aktivitas dakwah di Kampus.
Aktivitas yang senantiasa mengajak manusia untuk ber-amar maruf nahyi munkar,
memberikan pemahaman kepada setiap manusia akan posisi dirinya sebagai abdullah dan
khalifatullah fil ardh.

Bisa disadari bahwasanya dalam tatanan realita peran Dakwah Kampus saat ini
belum begitu optimal, baik fungsi-fungsinya, ataupun dalam upaya pembentukan dan
pencetakan SDM yang memiliki kemampuan atau kompetensi diniyah, fikriyah, maupun
harakiyah yang baik bagi para kadernya. Selain itu, efektivitas Dakwah Kampus di
masing-masing kampus di Indonesia juga tidaklah sama.

Oleh karena itulah untuk mengatasi permasalahan yang ada, setiap kini Dakwah
Kampus perlu segera melakukan optimalisasi peran dan geraknya dengan melakukan
perencanaan strategis melalui pembacaan dan analisis kondisi yang tepat sehingga
Dakwah Kampus menjadi sarana mencapai kebangkitan Islam yang memiliki orientasi
yang jelas, serta didukung oleh SDM yang mampu melakukan pengelolaan dakwah
secara professional. dengan memanfaatkan serta mengoptimalkan sarana yang ada, mulai
dari manajemen masing-masing lini Dakwah Kampus, hingga tersinergiskannya semua
lini dakwah tersebut, bahkan di seluruh kampus di Indonesia.

14

Selain itu upaya ini merupakan suatu fase yang harus dilalui oleh Dakwah Kampus untuk
melebarkan sayapnya ke dalam ranah yang lebih besar lagi. Dakwah kampus di semua ini
harus mensinergiskan semua visi misi dalam upaya mengembalikan kejayaan islam akan
bersama kita wujudkan
Problematika/tantangan dakwah kampus
Kini, problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Bahkan
dari internal kader. Kini, jumlah kader semakin banyak, namun kualitas .???
Dari eksternal :
1. Struktural-birokrasi.
2. Sosiokultural-budaya, sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme,
materialisme, naturalisme, hedonisme, ataupun keterasingan dosen dengan
mahasiswa dan masyarakat, dll.
3. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program dawah.
4. Komunikasi, baik karena terbatas sarananya ataupun kemampuan komunikasi
secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis.
5. Sarana prasarana yang kurang/terbatas dalam menunjang aktivitas dawah kampus.
6. Orientasi pendidikan yang dikotomis (tidak Islami)
7. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang sekuleristik)
8. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam (semisal : suasana
ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus).
Tolak ukur keberhasilan dawah kampus :
1. Target dawah kampus adalah mengingkari thoghut dan beriman kepada Allah, keluar
dari jahiliyah menuju Islam (2:256,257; 14:1), sehingga diperoleh kader-kader yang
mumpuni dan memiliki keseimbangan intelektual, moral, dan kepemimpinan.
2. Adanya sinergi yang baik antar lembaga dawah yang ada di dalamnya. Sinergi antara
mahasiswa, dosen, dan karyawan. Sedemikian sehingga kebijakan-kebijakan kampus
turut serta menyukseskan agenda dawah kampus.

KESIMPULAN

15

1. Bahwa Dawah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah yang dimiliki
manusia
2. Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap tempat
yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Dengan begitu
dakwah di kampus akan melahirkan pemimpin yang berakhlak mulia.
3. Beretika dalam Berdakwah, seprti halnya dengan dakwah Rasulullah

DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafizh, Mushlihin. Pengertian Dakwah Menurut Bahasa Dan Istilah. September
2009

16

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-dakwah-menurut-bahasa-danistilah.html
Sugianto BPI. Etika Dakwah. 5 Mei 2012
http://sugiantobpi.wordpress.com/2012/05/05/etika-dakwah/
Muthola'ah. Subjek Dakwah dalam sudut pandang Muhammadiyah. 25 Januari 2012
http://alfablackid.blogspot.com/2012/01/subjek-dakwah-dalam-sudut-pandang.html
Muslimah, Fauziyatul. Dakwah Kampus, Problematika, dan Solusinya. 10 Januari 2011
http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampus-probrematika-dansolusinya/

17

Anda mungkin juga menyukai