Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang
dibudidayakan secara komersial di negara-negara tropis
(Sulandari, 2006). Cabai juga merupakan komoditas hortikultura
yang permintaannya cukup besar, terutama di Indonesia. Tanaman
golongan cabai mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi, baik
cabai kecil, cabai merah besar, paprika maupun cabai merah
keriting. Masing-masing golongan cabai tersebut mempuyai
keistimewaan khusus, sehingga keempat jenis cabai tersebut
banyak diminati oleh masyarakat (Tjahjadi, 1991). Permintaan
cabai secara nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat
tetapi produksinya masih rendah (DitjenHorti,2009). Menurut
Nur Aeni Ariyanti (2013) konsumsi masyarakat akan cabai
mencapai 900 ton/tahun atau sekitar 4 kg/kapita. Hal ini masih
belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri yang hanya
mencapai 76% dari total permintaan, sehingga masih dilakukan
impor cabai dari Malaysia dan Australia. Selain tanaman cabai,
terdapat tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang juga sangat
potensial untuk dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi dan potensi ekspor yang besar. Hal ini dapat dilihat
dari hasil produksi tomat di Indonesia berkisar antara 10 33
ton/ha dengan daerah sentra produksi tomat di Indonesia tersebar
di beberapa propinsi, antara lain Jawa Barat, Sumatera Utara,
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (Direktorat Perlindungan
Hortikultura, 2004). Dewasa ini tanaman tomat masih
memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan
hasilnya dan kualitas buahnya. Sehingga budidaya tomat tidak
hanya dikembangkan secara tradisional tetapi masyarakat tani
sudah mulai mengenal dan mengembangkan secara intensif
(Pracaya, 1989)

2
Seperti halnya tanaman budidaya yang lain,
pembudidayaan tanaman cabai dan tomat yang intensif dan
dengan areal yang luas dapat menimbulkan perkembangan
beberapa jenis hama dan penyakit yang menyebabkan produksi
cabai dan tomat menjadi rendah. Menurut Vos (1994) kehilangan
hasil yang disebabkan oleh serangan satu atau lebih hama dan
penyakit berkisar antara 12-65%.
Upaya pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
cabai dan tomat secara kimiawi yang tidak benar dapat
menyebabkan
pencemaran
lingkungan
bahkan
dapat
menyebabkan kekebalan bagi penyebab penyakitnya. Dengan
naiknya harga pestisida juga akan menyebabkan pengendalian
hama dan penyakit dengan teknologi kimia akan sulit dijangkau
oleh petani (Kasno dkk., 2000). Salah satu upaya yang lebih
aman, preventif dan mudah diterima masyarakat adalah dengan
menggunakan varietas tahan terhadap penyakit. Penggunaan
varietas unggul tahan patogen memiliki beberapa keuntungan,
yaitu aman bagi lingkungan, mudah diterapkan dan harganya
murah, namun demikian, penyakit tanaman umumnya memiliki
daya adaptasi yang cepat untuk menghasilkan strain baru,
sehingga varietas yang sebelumnya tahan menjadi kurang atau
tidak tahan terhadap patogen. Untuk mengurangi kelemahan ini,
pergiliran tanaman menggunakan varietas tahan perlu dilakukan.
Hal ini bisa dilakukan apabila tersedianya banyak varietas unggul
baru yang tahan terhadap hama dan penyakit. Atas dasar ini
kegiatan pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul baru
perlu terus dilakukan.
Saat ini telah diintroduksikan beberapa galur tanaman
cabai dan tomat dari AVRDC dan beberapa varietas tomat dari
Balai Penelitian Sayuran. Galur pada tanaman cabai yaitu AVPP
0514, AVPP 0708, AVPP 0719, AVPP 1102 sedangkan galur pada
tanaman tomat yaitu Opal, Berlian, CLN 3024, CLN 3078, CLN
2026. Galur-galur ini perlu dievaluasi ketahanannya terhadap
hama dan penyakit supaya bisa dilepas menjadi varietas unggul
baru yang berproduktivitas tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini

3
dilakukan untuk mengetahui beberapa galur tomat dan cabai yang
lebih tahan/toleran terhadap hama dan penyakit.
1.2

Rumusan Permasalahan
Kerugian tinggi akibat kerusakan oleh hama dan penyakit
merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya cabai dan
tomat di Indonesia. Tidak tersedianya varietas tomat tahan
penyakit busuk daun menyebabkan petani menempuh cara-cara
preventif secara kimiawi dan penggunaan pestisida untuk
mengatasi kerugian atau kegagalan panen. Namun,
pengembangan galur tanaman tomat dan cabai tahan terhadap
hama penyakit merupakan salah satu cara terbaik untuk
melindungi dari serangan hama dan penyakit pada tanaman
budidaya cabai dan tomat.
1.3

Batasan Masalah
Tanaman yang digunakan adalah galur tanaman cabai dan
tomat. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu
pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, lebar
kanopi, jumlah tandan dan intensitas hama penyakit yang meliputi
Penyakit virus, layu, bercak kering, pengorok daun, dan hama
ulat. Pengamatan dilakukan selama satu bulan, dengan melakukan
pengukuran tinggi tanaman, lebar kanopi dan jumlah tandan satu
kali dalam seminggu, sedangkan pengamatan hama dan penyakit
dilakukan dua kali dalam seminggu.
1.4
Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
a. Melatih mahasiswa untuk memperoleh keterampilan dan
pengalaman praktek dalam suatu kegiatan yang sesuai
dengan bidangnya.
b. Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa dalam
rangka
menerapkan/membandingkan
teori
dan
pengetahuan yang telah diterima di dalam perkuliahan
atau praktikum dengan situasi yang sebenarnya.

4
c. Mendapatkan umpan balik perkembangan teknologi
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan.
1.4.2

Tujuan Khusus
Kerja praktek yang dilakukan di laboratorium lahan uji
coba Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur
bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui beberapa galur
tomat dan cabai yang lebih tahan/toleran terhadap hama dan
penyakit.
1.5
a.
b.
c.
d.
e.

Manfaat
Memenuhi persyaratan kurikulum S1 di Jurusan Biologi
Fakultas MIPA di ITS Surabaya.
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang uji
ketahanan pada beberapa galur tanaman cabai dan tomat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat mengurangi
ketergantungan petani terhadap insektisida kimia yang
dapat membahayakan lingkungan.
Memberikan informasi ketahanan beberapa galur cabai
dan tomat terhadap penyakit.
Memilih galur yang dapat direkomendasikan untuk
dikembangkan sebagai varietas dengan ketahanan yang
lebih baik terhadap hama dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai