Anda di halaman 1dari 8

PREVALENSI RADANG GRANULOMATOSA TUBERKULOSIS

Studi Deskriptif terhadap Sediaan Histopatologi di Laboratorium Patologi


Anatomi Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
Lisa Yuniarti1, Henny Sulastri2, dan Tri Suciati3
1.Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2. Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
3.Bagian Anatomi,Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. dr. Moh. Ali Komplek RSMH Palembang Madang Sekip, Palembang, 30126, Indonesia
email : lisayuniarti93@yahoo.com

Abstrak
Radang granulomatosa tuberkulosis merupakan inflamasi kronis spesifik ditandai dengan teraktivasinya makrofag.Pada
tahun 2013, Indonesia adalah negara dengan prevalensi tuberkulosis ketiga tertinggi di dunia.Pemeriksaan histopatologi
merupakan salah satu pemeriksaan penentu untuk mendiagnosis radang granulomatosa tuberkulosis.Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui prevalensi radang granulomatosa tuberkulosisterhadap sediaan histopatologi pada tahun
2009-2013 di laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.Penelitian ini merupakan
penelitian observasional deskriptif.Terdapat 296 kasus radang granulomatosa tuberkulosis dari 29.175 kasus yang di
periksa secara histopatologi pada tahun 2009-2013 di laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang. Prevalensi kasus radang granulomatosa tuberkulosis pada tahun 2009-2013 di laboratorium Patologi
Anatomi RSMH adalah 5,58%.Radang granulomatosa tuberkulosislebih banyak pada perempuan (53,71%) daripada
laki-laki (46,28%). Usia 21-30 tahun (32,77%) merupakan usia yang paling banyak mengalami radang granulomatosa
tuberkulosis. Lokasi lesi terbanyak adalah kelenjar limfe (81,75%), mamma (4,05%), serta tulang dan sendi
(1,68%).Prevalensi radang granulomatosa tuberkulosis terhadap sediaan histopatologi di laboratorium Patologi Anatomi
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang adalah 5,58% dan lokasi lesi terbanyak pada kelenjar limfe (81,75%).
Kata Kunci: radang granulomatosa tuberkulosis, tuberkulosis, histopatologi.

Abstract
Prevalence of Granulomatous Inflammation Of Tuberculosis. Descriptive study of the Preparations
Histopathology in Anatomical Pathology Laboratory Hospital Mohammad Hoesin Palembang
Inflammation granulomatous of tuberculosis is a chronic inflammation characterized of activated macrophages. In
2013, Indonesia was a country with the third highest prevalence of tuberculosis in the world. Histopathological
examination is one of the determinants examinationto diagnose granulomatous inflammation of tuberculosis. This study
was aimed to determine the prevalence of granulomatous inflammation of tuberculosis on histopathological
preparations in 2009-2013 at Anatomical Pathology Laboratoryof RSMH Palembang .This study was an observational
descriptive. There were 296 cases of tuberculosis granulomatous inflammation of 29.175 cases examined
histopathologically in Anatomical Pathology laboratory from 2009 to 2013 at the Hospital Mohammad Hoesin
Palembang. The prevalence of granulomatous inflammation of tuberculosis in Anatomical Pathology Department of
RSMH from 2009 to 2013 was 5.58%. Granulomatous inflammation of tuberculosis is more common in women
(53.71%) than males (46.28%). 21-30 years (32.77%) were the most widely experienced age of granulomatous
inflammation of tuberculosis .The lesions were most located at the lymph node (81.75%), breast (4.05%), bone and
joint (1.68%). The prevalence of granulomatous inflammation of tuberculosis on histopathology preparations in
Anatomical Pathology of RSMH was 5.58% and lymph nodes was the most locations where the lesions of
granulomatous inflammation of tuberculosis were found (81.75%).
Keywords: granulomatous inflammation of tuberculosis, tuberculosis, histopathology.

1. Pendahuluan
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang
termasuk basil tahan asam dan mampu bertahan di dalam
makrofag.Radang granulomatosa tuberkulosis merupakan
suatu inflamasi kronis spesifik yang ditandai dengan
agregasi makrofag teraktivasi yang gambarannya
menyerupai sel epiteloid.Biasanya bagian tengah
granuloma tuberkular mengalami nekrosis perkijuan10.
Sebagian besar infeksi tuberkulosis menyebar lewat udara,
melalui terhirupnya droplet berisi organisme basil
tuberkulosis dari seseorang yang terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis10. Terjadinya peningkatan kasus tuberkulosis
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tahan tubuh
yang rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS, status sosial
ekonomi, status gizi, usia, jenis kelamin dan faktor sosial
lainnya9. Tuberkulosis paling sering mengenai organ paru
yang disebut sebagai tuberkulosis pulmonal dengan angka
kejadian tertinggi yaitu 80%16 dan 75% kasus berada pada
usia produktif yaitu 20-49 tahun1, sedangkan tuberkulosis
ektrapulmonal sebanyak 20%16.
Penyebaran melalui saluran limfe dan pembuluh darah
bermanifestasi sebagai tuberkulosis ektrapulmoner. Organ
ekstrapulmoner yang sering di infeksi oleh basil
tuberkulosis adalah kelenjar limfe, pleura, tulang,
meningen, usus, perikardium, saluran nafas atas, saluran
kemih dan genital16. Secara mikroskopik gambaran
tuberkulosis berupa tuberkel yang terdiri dari granuloma
dan nekrosis kaseosa di bagian sentral yang dikelilingi oleh
sel-sel epitheloid dengan infiltrasi sel radang limfosit,
fibroblast dan giant cell Langhans. Secara makroskopik
gambaran yang paling banyak berupa pembesaran kelenjar
limfe dan pleuritis.Gejala yang timbul tergantung dari organ
tubuh mana yang terkena10.
Dari hasil penelitian Herryanto dkk (2004), mengemukakan
tentang karakteristik kasus kematian penderita tuberkulosis
paru hampir tersebar pada semua kelompok usia, dan
paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%)
yang merupakan usia produktif. Penelitian tuberkulosis
ekstrapulmonal sebelumnya terbatas pada satu lokasi
seperti penelitian Winarti dan Sriwidyani (2012) selama
kurun waktu 6 bulan, diperoleh 46 kasus tuberkulosis
kelenjar limfe terdiri dari 30 orang (65%) wanita dan 16
orang (35%) pria, dengan rentang umur 5 sampai 83 tahun.
Kelompok umur tertinggi yaitu 30-39 tahun (39%).Hasil
pemeriksaan sitologik positif TB ditemukan pada 22 kasus
(48%).
Menurut Kreider dan Rossman (2008) lokasi
tuberkulosis ekstrapulmoner tersering adalah kelenjar
limfe (44%),rongga Pleura (19%), tulang dan atau
sendi (11%), meningen atau sistem Saraf Pusat (6%),
peritoneum dan atau usus (5,5%), saluran
genitourinarius (4%), milier (1.8%), dan lain-lain (11%).
Jika tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi berat hingga kematian. Komplikasi dini berupa


pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, poncet
arthropathy dan komplikasi lanjut berupa tuberkulosis
milier dan kavitas tuberkulosis1. Dari penelitian Munthe
dkk (2011) diketahui terjadi komplikasi tamponade jantung
pada tuberkulosis perikardium.
Menurut WHO pada tahun 2012 ada 8,6 juta kasus baru
tuberkulosis dan 1,3 juta orang meninggal karena
tuberkulosis.Indonesia adalah negara dengan prevalensi
tuberkulosis ke-3 tertinggi di dunia setelah Cina dan
India22. Baik tuberkulosis pulmonal dan ekstrapulmonal
sama
bahayanya.
Walaupun
tuberkulosis
ekstrapulmonal jarang terjadi namun komplikasinya
berat. Meskipun begitu belum terdapat data tentang
prevalensi kasus radang granulomatosa tuberkulosis di
bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang. Hal ini
melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian
prevalensi radang granulomatosa tuberkulosis di
laboratorium Patologi Anatomi RSMH Palembang
selama lima tahun terakhir.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Patologi Anatomi RSUP
Dr. Muhammad Hoesin Palembangpada bulan Oktober
2014 sampai November 2014.Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif observasional. Informasi yang
diperoleh dari rekam medik pasien adalah usia, jenis
kelamin, dan lokasi lesi.
Populasi yang didapat pada penelitian ini adalah semua
pasien yang menjalani pemeriksaan histopatologi di
Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Muhammad
Hoesin Palembang periode 1 Januari 2009 sampai
dengan 31 Desember 2013. Subjek penelitian diambil
dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
pasien yang memiliki data rekam medik lengkap serta
telah didiagnosis radang granulomatosa tuberkulosis.

3. Hasil
Dari 29.175pasien yang melakukan pemeriksaan
histopatologi, ditemukan 296 kasus radang granulomatosa
tuberkulosis. Prevalensi kasus radang granulomatosa
tuberkulosis periode 1 Januari 2009 sampai 31 Januari 2013
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Prevalensi Kasus Radang Granulomatosa
Tuberkulosis
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Kasus
26
94
148
14
14

Populasi
5043
5783
4968
5718
7663

Prevalensi (%)
0,51%
1,60%
2,99%
0,24%
0,24%

Distribusi Frekuensi Kasus Radang Granulomatosa


TuberkulosisUsia

sebanyak 7 orang (2,36%).Distribusi pasien


berdasarkan lokasi lesi disajikan dalam Tabel 4.

Rentang usia pasien radang granulomatosa tuberkulosis


pada penelitian ini adalah 1 sampai 90 tahun.Pasien
yang didiagnosis radang granulomatosa tuberkulosis
paling banyak berada di kelompok usia21-30 tahun,
yaitu 97pasien (32,77%). Distribusi pasien berdasarkan
usia disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kasus Radang


Granulomatosa Tuberkulosis Berdasarkan Lokasi Lesi

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kasus Radang


Granulomatosa Tuberkulosis Berdasarkan Usia
Kelompok
Usia
1-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90

Jumlah Pasien
21
64
97
50
33
21
7
2
1

Persentase (%)
7,09
21,62
32,77
16,89
11,14
7,09
2,36
0,67
0,33

Distribusi Frekuensi Kasus Radang Granulomatosa


Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin
Kasus radang granulomatosa tuberkulosis pada
penelitian ini lebih banyak dialami oleh perempuan
yaitu 159 orang (53,71%) daripada laki-laki yaitu 137
orang (46,28%).Distribusi pasien berdasarkan jenis
kelamin disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kasus Radang
Granulomatosa Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

Jumlah Pasien
137
159

Persentase (%)
46,28
53,71

Distribusi Frekuensi Kasus Radang Granulomatosa


Tuberkulosis Berdasarkan Lokasi Lesi
Hasil penelitian menunjukkan 17 lokasi anatomi yang
terinfeksi tuberkulosis, yaitu kelenjar limfe, pleura,
tulang dan sendi, usus, kulit, appendiks, cervix,
mamma, testis, tiroid, ginjal, omentum, lien, anus,
prostat, peritoneum, parotis.Dari pengelompokan data,
ada dua pasien yang mengalami radang granulomatosa
tuberkulosis di dua lokasi sekaligus, dan satu pasien
yang mengalami radang granulomatosa tuberkulosis di
tiga lokasi sekaligus sehingga pasien tersebut
mendapatkan pengelompokan sesuai dengan lokasi lesi
yang dialaminya.Lokasi tersering ditemukan lesi
tuberkulosis pada penelitian ini adalah kelenjar limfe
sebanyak 245 orang (82,77%), di ikuti oleh mamma
sebanyak 12 orang (4,05%), dan tulang dan sendi

Jumlah
Pasien

Persentase
(%)

Kelenjar Limfe

245

82,77%

Mamma

12

4,05%

Tulang dan Sendi

2,36%

Testis

1,68%

Usus

1,35%

Anus

1,35%

Pleura

1,01%

Omentum

1,01%

Kulit

0,67%

Appendiks

0,67%

Cervix

0,67%

Tiroid

0,67%

Ginjal

0,33%

Lien

0,33%

Prostat

0,33%

Peritoneum

0,33%

Lokasi Lesi

Distribusi Frekuensi Lokasi Lesi Kasus Radang


Granulomatosa Tuberkulosis Berdasarkan Usia
Tuberkulosis kelenjar limfe paling banyak ditemukan pada
kelompok usia 21-30 tahun (80,41%), tuberkulosis mamma
pada usia 31-40 tahun (10%), dan tuberkulosis tulang dan
sendi berusia 31-40 tahun (4%). Distribusi lokasi lesi
berdasarkan usia disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Lokasi Lesi Kasus Radang
Granulomatosa Tuberkulosis Berdasarkan Usia
Lokasi Lesi
Kelompok
Umur
1-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90

Kelenjar
Limfe

Mamma

Tulang
dan
Sendi

20
59
78
41
25
15
5
1
1

0
1
4
5
0
1
1
0
0

1
1
1
2
1
0
0
1
0

Distribusi Frekuensi Lokasi Lesi Kasus Radang


Granulomatosa Tuberkulosis Berdasarkan Jenis
Kelamin
Lesi radang granulomatosa tuberkulosis di kelenjar
limfe pada laki-laki yaitu 115 orang (46,93%) dan
perempuan 130 orang (53,06%), lesi di mamma pada
laki-laki yaitu 2 orang (16,67%) dan perempuan 10
orang (83,33%), lesi di tulang dan sendi pada laki-laki
yaitu 1 orang (14,29%) dan pada perempuan 6 orang
(85,71%).

4. Pembahasan
Prevalensi kasus radang granulomatosa tuberkulosis di
Bagian Patologi Anatomi RSMH pada periode 2009
adalah 0,51%, lalu meningkat 1,1% pada periode 2010
yaitu 1,60%. Pada periode 2011 terjadi peningkatan
prevalensi yang cukup signifikan yaitu 1,3% yaitu
2,99%.Prevalensi menurun drastis pada periode 2012
dan 2013 menjadi 0,24%.
Peningkatan prevalensi kasus radang granulomatosa
tuberkulosis pada periode 2010 dan 2011 kemungkinan
terjadi karena adanya program jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) yaitu program berobat gratis
yang mulai dicanangkan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2009, sehingga berdampak pada
peningkatan jumlah pasien yang melakukan
pemeriksaan kesehatan. Selain itu peningkatan angka
kejadian diduga terjadi karena perekonomian dunia
yang mengalami penurunan pada tahun 2011, sehingga
berpengaruh pada status ekonomi dan kesehatan
masyarakat Indonesia khususnya di Sumatera Selatan.
Penurunan angka kejadian pada tahun 2012-2013
karena adanya sistem rujukan yang telah di tetapkan
oleh pemerintah, sehingga pemeriksaan pasien di
RSMH khusus menangani keadaan pasien yang
advance. Pelayanan rujukan menerapkan pelayanan
berjenjang yang dimulai dari Puskesmas, kemudian
kelas C, kelas D selanjutnya RS kelas B dan akhirmya
ke RS kelas A.
Kelompok usia yang paling sering terdiagnosis radang
granulomatosa tuberkulosis adalah usia 21-30 sebanyak
97 orang (32,77%), 11-20 tahun sebanyak 64 orang
(21,62%),
diikuti
berturut-turut
usia
31-40
tahun.sebanyak 50 orang (16,89%), dan usia 41-50
tahun sebanyak 33 orang (11,14%), lalu semakin
menurun pada usia yang lebih tua. Data ini sesuai
dengan hasil penelitian Zulkifli (2010) bahwa 75 %
kasus berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun dan
hasil penelitian Herryanto dkk. (2004) dengan pasien
kelompok usia terbanyak yaitu 20-49 tahun (58,3%).
Kelompok usia 20-30 tahun merupakan usia produktif
dimana terjadi peningkatan metabolisme tubuh, kondisi
ini menuntut asupan nutrisi yang tinggi agar kebutuhan

harian tubuh dapat tercukupi. Tidak terpenuhinya


kebutuhan nutrisi dapat berdampak pada penurunan
sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terkena
infeksi, ditambah kondisi higienitas dan sanitasi yang
kurang baik. Faktor lainnya seperti merokok juga dapat
mempengaruhi kesehatan pada rentan usia ini. Hal ini
bisa menjadi jawaban mengapa kasus radang
granulomatosa tuberkulosis paling banyak ditemukan
pada kelompok usia 20-30 tahun.) Pasien usia tua (44
tahun) berhubungan dengan kebiasaan menunda
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, itulah
sebabnya mulai terjadi penurunan angka kejadian pada
kelompok usia 41-50 tahun, dan hanya ditemukan
sepuluh pasien dari kelompok usia lanjut (60 tahun).
Rentang usia pasien pada penelitian ini mulai dari 1
tahun sampai 90 tahun, data ini sedikit berbeda dengan
hasil penelitian Winarti dan Sriwidyani (2012) yaitu 5
tahun sampai 83 tahun. Hal ini sesuai dengan literatur
yang mengatakan bahwa tuberkulosis dapat terjadi
pada semua kelompok usia.
Pada penelitian ini ada 4 pasien berusia 1 tahun, 4
pasien berusia 2 tahun dan 2 pasien berusia 3 tahun, hal
ini diduga karena terjadi malnutrisi pada keempat balita
tersebut, sehingga terjadi penurunan kekebalan tubuh
terhadap infeksi.
Kasus radang granulomatosa tuberkulosis berdasarkan
jenis kelamin berbeda setiap tahunnya. Pada periode
2009-2012 perempuan lebih banyak didiagnosis radang
granulomatosa tuberkulosis dibanding laki-laki, namun
pada periode 2013 radang granulomatosa tuberkulosis
lebih banyak diderita oleh laki-laki dibanding
perempuan.
Penderita radang granulomatosa tuberkulosis lebih
banyak perempuan daripada laki-laki.Hasil ini serupa
dengan penelitian Winarti dan Sriwidyani (2012) yang
menunjukkan bahwa dari 46 pasien lebih sering terjadi
pada perempuan (65%) daripada laki-laki (35%). Studi
serupa yang di lakukan di Tunis menujukan bahwa dari
41 pasien, 24 diantaranya perempuan dan 17 laki- laki.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa wanita lebih
sering mendatangi pengobatan tradisional dan membeli
obat ke apotek sebelum pergi ke fasilitas kesehatan
dibanding laki-laki.Kebiasaan merokok pada laki-laki
juga menjadi faktor resiko TB paru yang merupakan
salah satu jenis infeksi primer tersering yang
mendahului infeksi tuberkulosis.
Lokasi tersering dari kasus radang granulomatosa
tuberkulosis adalah kelenjar limfe (82,77%), diikuti
oleh mamma (4,05%), dan tulang dan sendi
(2,36%).Berdasarkan literatur (Reviglione, 2010)
kelenjar limfe merupakan lokasi terbanyak ditemukan
lesi tuberkulosis (40%), genitourinary (10-15%), dan
usus (5%).Studi yang dilakukan oleh Guzman dkk.

(2014) melaporkan lokasi lesi terbanyak yaitu kelenjar


limfe (42,3%), di ikuti usus (15,4%), kulit (11,5%),
pleura (7,7%), ginjal dan sistem genitourinary (7,7%),
meningen (5,8%), tuberkulosis milier (5,8%), dan sendi
(3.8%).
Studi serupa yang dilakukan pada 41 pasien di Tunis
melaporkan hasil yang berbeda, kelenjar limfe (14
kasus), usus (11 kasus), sistem saraf pusat (7 kasus),
tulang dan sendi (5 kasus), dan multifokal (4 kasus)
(Tinsa dkk, 2009). Belum ada teori yang menjelaskan
secara pasti penyebab terjadinya perbedaan hasil
penelitian, kelenjar limfe menjadi lokasi tersering
kemungkinan terkait dengan patogenesis infeksi
tuberkulosis primer yang akan berkembang menjadi
kompleks ghon dimana terdapat nekrosis kaseosa pada
jaringan paru dan kelenjar limfe.

5.

6.

7.
8.

Tuberkulosis yang menginfeksi kelenjar limfe atau


limfadenitis tuberkulosis paling banyak terjadi pada
usia 21-30 tahun (78 pasien), diikuti oleh mamma
terbanyak berada di kelompok usia 31-40 tahun (5
pasien) dan tulang pada usia 31-40 tahun (2 pasien).

9.

5. Simpulan

11.

Prevalensi kasus radang granulomatosa tuberkulosis di


Bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang periode 1
Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013 adalah
5,58%.Rentang
usia
pasien
kasus
radang
granulomatosa tuberkulosis pada penelitian ini adalah 1
sampai 90 tahun. Pasien yang didiagnosis radang
granulomatosa tuberkulosis paling banyak berada di
kelompok usia 21-30 tahun yaitu 97 orang
(32,77%)Radang granulomatosa tuberkulosis pada
penelitian ini lebih banyak dialami oleh perempuan
yaitu 159 orang (53,71%) daripada laki-laki yaitu 137
orang (46,28%).Lokasi tersering ditemukan lesi radang
granulomatosa tuberkulosis pada penelitian ini adalah
kelenjar limfe (81,75%). Limfadenitis tuberkulosis
terjadi dengan jumlah yang berbeda pada laki-laki dan
perempuan yaitu 112 dan 130.

Daftar Acuan
1.

2.
3.
4.

Amin, Z., Bahar, A. 2010. Tuberkulosis Paru.


Dalam: Sudoyo, AW et al. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III edisi V. FK UI. Jakarta.
hal. 2231, 2234.
Crofton, John., Horne, N, & Miller, F. 2002.
Tuberkulosis klinik. Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika.
Departemen Kesehatan. 2011. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Daniel, Thomas M. 2013. Tuberkulosis. Dalam:
Kasper et al. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam, Penyakit Infeksi. Volume 2 edisi

10.

12.
13.

14.

15.

16.

17.
18.

13. Terjemahan Oleh: Asdie, Ahmad H. Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia. Hal
799-808.
Forssbohm, M, dkk. 2007 Demographic
characteristics of patients with extrapulmonary
tuberculosis in Germany. Di akses tanggal: 3
Januari 2015.
Guzman,
dkk.
2014.
Clinical
And
Epidemiological Features Of Extrapulmonary
Tuberculosis In A High Incidence Region. Salud
publica Mex vol.56 n.2 Cuernavaca. Di akses
tanggal: 3 Januari 2015.
Jawetz, M, & Adleberg. Tuberkulosis.
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23.
Herryanto, D., Anwar Musadad, dan Freddy M.
Komalig. 2004. Riwayat Pengobatan Penderita
TB Paru Meninggal di Kabupaten Bandung,
Jurnal Ekologi Kesehtan. Vol 3. No 1.
Hiswani. 2009. Tuberkulosis Merupakan Penyakit
Infeksi yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan
Masyarakat.
Kumar, V., Abbas, KA., Fausto, N., Robbins, dan
Cotran. 2010. Tuberculosis. Pathologic Basis of
Disease, Elsevier Saunders, 8th edition. hal 366
Kumar, V., R.S. Cotran, dan S.L. Robbins. 2007.
Tuberkulosis. Basic Pathology. Edisi 7.
Terjemahan Oleh: Prasetyo, A. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 544551, 568, 738, 836, 852, 922, 923.
Kurniawan AN. Patologi. Bagian Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Manalu, Helper Sahat P. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru dan
Upaya Penaggulangannya. Jurnal Kesehatan. Vol
9. No. 4.
Moore, KL., Dalley AF., Agur AMR. 2010.
Mycobacterial Disease and Disorder of Pleura.
Dalam: Harrison's Priciple of Internal Medicine,
17th ed. USA, Mc-Graw Hill.
Munthe, Eva., Reviono., S, Yusuf., W, Trisulo.,
Subandrio. 2011. Tamponade Jantung et causa
Perikarditis Tuberkulosis. Di akses tanggal 17 Juli
2014.
O Brien, J.Richard, & Raviglione, C.Mario.
2010. Tuberculosis. Harrisons Pulmonary and
Critical Care Medicine. The McGraw-Hill
Companies. hal 652-656.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.
Tuberkulosis:
Pedoman
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
Sharma, S.K. & Mohan, A. Extrapulmonary
Tuberculosis. Department Of Medicine, All India
Institute Of Medical Sciences, New Delhi &
Department Of Emergency Medicine, Sri
Venkateswara Institute Of Medical Sciences,
Tirupati, India. Di akses tanggal : 3 Januari 2015

19. Tarimo, G.B. 2012. Delay in Seeking Care


Among
Tuberculosis
Patients
Attending
Tuberculosis Clinics in Rungwe District Tanzania.
Muhimbili University of Health and Allied
Sciences. Di akses tanggal: 2 Januari 2015
20. Tinsa, Faten Dkk. 2014. Extrapulmonary
Tuberculosis In Children: A Study Of 41 Cases.
La Tunisie Medicale - 2009 ; Vol 87 : 693 698.
Di akses tanggal: 3 Januari 2015.

21. Winarti, Ni Wayan, dan Sriwidyani. Karakteristik


Hasil Pemeriksaan Sitologik Dan PCR Dari
Aspirat Fine Needle Aspiration (FA) Pembesaran
Kelenjar Getah Bening Leher Dengan Diagnosis
Klinis Tuberkulosis Kelenjar. Jurnal Ilmiah
kedokteran. Di akses tanggal: 11 September 2014.
22. World Health Organization. 2013. Global
Tuberculosis Report 2013. hal. 10

BIODATA PENULIS

Penulis I
Nama

:Lisa Yuniarti

NIM

: 04111401049

Tempat tanggal Lahir :Palembang, 6 Juni 1993


Jenis kelamin

: Perempuan

No Telepon/ Hp

:0821 81841124

E-mail

:lisayuniarti93@yahoo.com

Alamat

:Jalan Tribrata No 790 RT 13 RW 04 Kecamatan Kemuning

Kelurahan Pahlawan
Jurusan

: Pendidikan Dokter Umum

Penulis II
Nama

: dr. Henny Sulastri, SpPA (K)

NIP

:194909101977102001

Jenis Kelamin

: Perempuan

Departemen

:Patologi Anatomi

Penulis III
Nama

:dr. Tri Suciati, M.Kes

NIP

: 198307142009122004

Jenis Kelamin

:Perempuan

Departemen

:Anatomi

Anda mungkin juga menyukai