Anda di halaman 1dari 36

ASKEP

EMPIEMA
Oleh :
Siti Munawaroh,
S.Kep. Ns

DEFINISI
Empiema (Latin : empyema) adalah
terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam
rongga pleura. Awalnya, cairan plera adalah
cairan encer dengan jumlah leukosit rendah,
tetapi sering kali berlanjut menjadi stadium
fibropurulen dan akhirnya sampai pada
keadaan di mana paru-paru tertutup oleh
membran eksudat yang kental. Hal ini dapat
terjadi jika abses paru-paru meluas sampai
rongga pleura. Meskipun empiema sering
kali merupakan komplikasi dari infeksi
pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika
pengobatan yang terlambat.

PATOFISIOLOGI
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan
timbullah peradangan akut yang diikuti dengan
pembentukan
eksudat
serous.
Dengan
banyaknya sel polimorphonucleus (PMB) baik
yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya
kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan
kental. Adanya endapan-endapat fibrin akan
membentuk kantung-kantung yang melokalisasi
nanah tersebut. Apabila nanah menembus
bronchus maka timbul fistel bronkopleura, atau
apabila menembus dinding toraks dan keluar
melalui
kulit
maka
disebut
empiema
nessensiatis. Stadium ini masih disebut empiema
akut yang lama kelamaan akan menjadi kronis.

MANIFESTASI KLINIS
Dibagi menjadi dua stadium, yaitu :
Empiema akut
Empiema kronis

EMPIEMA AKUT
Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan
primer dari pleura.
Pada permulaan, gejala-gejalanya mirip dengan
pneumonia, yaitu panas tinggi dan nyeri dada
pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu
maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing
finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan
timbul fistel bronkopleura. Adanya fistel ditandai
dengan batuk yang makin produktif, bercampur
nanah dan darah masif, serta kadang-kadang bisa
timbul sufokasi (mati lemas).

EMPIEMA AKUT
Pada kasus empiema karena
pneumonianya membaik. Sebaliknya
pada streptococcus pneumonia,
empiema timbul sewaktu masih akut.
Pneumonia karena baksil gram
negatif seperti E. coli atau
bakterioids sering kali menimbulkan
empiema.

EMPIEMA KRONIS
Batas yang tegas antara empiema akut
dan kronis sukar ditentukan. Disebut
kronis jika empiema berlangsung
selama lebih dari tiga bulan. Penderita
mengeluh badannya terasa lemas,
kesehatan makin menurun, pucat,
clubbing fingers, dada datar, dan
adanya tanda-tanda cairan pleura. Bila
terjadi fibrotoraks, trachea, dan
jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.

EMPIEMA KRONIS
Tanda utama empiema adalah:
a. Demam dan keluar keringat malam
b. Nyeri pleura
c. Dispnea
d. Anoreksia dan penurunan berat badan
e. Pada auskultasi dada ditemukan penurunan
suara napas
f. Pada perkusi dada ditemukan suara flatness
g. pada palpasi ditemukan penurunan
fremitus

EMPIEMA KRONIS
Jika pasien dapat menerima terapi
antimikroba, manifestasi klinis akan
dapat dikurangi. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil dari
chest X-ray dan thoracentesis.

PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan empiema
adalah :
1. Pengosongan Nanah
2. Antibiotik
3. Penutupan Rongga Empiema
4. Pengobatan Kausal
5. Pengobatan Tambahan

1. PENGOSONGAN NANAH
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada
abses, untuk mencegah efek toksisnya
a. Closed drainage tube toracostorry
water sealed drainage dengan indikasi:
1) Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
2) Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
3) Terjadinya pipneumotoraks
Upaya WSD juga dapat dibantu dengan
pengisapan negatif sebesar 10-20 cmH2O. jika
setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus
ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.

1. PENGOSONGAN NANAH
b. Drainase terbuka (open
drainage)
Karena menggunakan kateter
karet yang besar, maka perlu disertai
juga dengan reseksi tulang iga. Open
drainage ini dikerjakan pada empiema
kronis, hal ini bisa terjadi akibat
pengobatan yang terlambat atau tidak
adekuat misalnya aspirasi yang
terlambat atau tidak adekuat, drainase
tidak adekuat sehingga harus sering
mengganti atau membersihkan drain.

2. ANTIBIOTIK
Mengingat kematian sebagai akibat
utama dari sepsis, maka antibiotik
memegang peranan penting. Antibiotik
harus segera diberikan begitu diagnosis
ditegakkan dan dosisnya harus tepat.
Pemilihan antibiotik didasarkan pada
hasil pengecatan gram dan apusan
nanah. Pengobatan selanjutnya
tergantung pada hasil kultur dan
sensitivitasnya. Antibiotik dapat
diberikan secara sistematik atau topical.
Biasanya diberikan Penicillin.

3. PENUTUPAN RONGGA
EMPIEMA
Pada empiema menahun sering kali
rongga empiema tidak menutup
karena penebalan dan kekakuan
pleura. Pada keadaan demikian
dilakukan pembedahan (dekortikasi)
atau torakoplasti.

3. PENUTUPAN RONGGA
EMPIEMA
a. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi:
1) Drain tidak berjalan baik karena banyak kantungkantung
2) Letak empiema sukar dicapai oleh drain
3) Empiema totalis yang mengalami organisasi pada
pleura visceralis
b.Torakoplasti
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel
bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi.
Pada pembedahan ini segmen dari tulang iga dipotong
subperosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke
dalam rongga pleura karena tekanan atmosfer.

4. PENGOBATAN KAUSAL
Misalnya subfronik abses dengan
drainase subdiafragmatika, terapi
spesifik pada amoebiasis, dan
sebagainya.

5. PENGOBATAN TAMBAHAN
Perbaiki keadaan umum lalu
fisioterapi untuk membebaskan jalan
napas.

PENGKAJIAN
Observasi/temuan
Kesulitan bernapas
Ortopne : ringan sampai berat
Nyeri dada terlokalisasi
Konstan
Hanya selama inspirasi

Pernapasan cuping hidung


Ekspansi dada asimetri

PENGKAJIAN
Observasi/temuan
Penurunan atau tidak terdengar bunyi
napas di area yang terkena
Batuk produktif
Malaise
Keletihan
Peningkatan suhu
Takikardia
Takipnea

PERIKSAAN
LABORATORIUM/DIAGNOSTIC
Pemeriksaan sinar x dada
Efusi pleural unilateral/bilateral

Torasentesis
Pemeriksaan cairan pleural
Jumlah sel cair
Berat jenis
pH<7,2 mm, Hg

Pemeriksaan sitologi

GDA: PaO2 <70 mm Hg; PaCO2 dan pH


dalam batas normal

POTENSIAL KOMPLIKASI
Pemasangan selang dada
Irigasi rongga pleural

Drainase torakal
Aspirasi intrapleural dan instilasi obat
Torakotomi bila perlu
Diet tinggi kalori dan protein
Terapi O2 bila diperlukan
Obat-obatan
Antibiotic
Antipiretik
Analgesic

Penaalksanaan cairan

I
DK
: Ketidakefektifan pola
pernafasan yang berhubungan
dengan penurunan ekspansi baru
sekunder terhadap dorongan dalam
rongga pleura.

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Kaji pernapasan, cacat perubahan frekuensi,
kedalaman, dan kualitasnya
Kaji gerakan dada, perhaian tanda asimetris
Auskultasi bunyi dada setiap 2 jam sampai 4
jam
Baringkan pasien dalam posisi duduk,
dengan bagian kepala empat tidur
ditinggikan 60 sampai 90 derajat.
Berikan oksigen per nasal kanul dengan 2
sampai 6 lier per menit sesuai pesanan
kecuali erdapat kontraindikasi
Kaji pemasangan selang dada

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Berikan oksigen dan IPPB sesuai pesanan
Pantau TD, S, P, dan nadi apical seiap 2
jam sampai 4 jam
Berikan obat-obatan sesuai pesanan
Tinjau ulang seri pemeriksaan sinar x
dada dan GDA sesuai pesanan
Bantu dan ajarkan pasien untuk napas
dalam setiap 2 jam sampai 4 jam;
baringkan pasien pada bagian yang
terkena; gunakan pernapasan
diafragmatik; segmental

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Berikan dorongan untuk menggunakan
spirometer insentif
Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan aktif pada ekstremitas setiap 4 jam
Berikan dorongan untuk batuk; Bantu
pasien untuk membebat bagian yang
terkena ketika batuk
Hindari peregangan, penjuluran, atau
gerakan yang tiba-tiba

HASIL YANG DIHARAPKAN /


EVALUASI
Pasien mempertahankan pola
pernafasan yang efektif yang
dibuktikan dengan Irama, frekuensi,
dan kedalaman pernapasan normal
Dispnea berkurang
Gas-gas darah arteri dalam batas
normal

II
DK
: Nyeri dada yang
berhubungan dengan fakor-faktor
biologis (trauma jaringan) dan factorfaktor fisik (pemasangan selang
dada).

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Berikan analgesic sesuai pesanan
Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa
nyeri
Berikan obat pada pasien sebelum
latihan batuk/bernapas
Instruksikan pasien pada teknik
pembebatan
Amankan selang dada unttuk membatasi
gerakan dan menghindari iritasi

HASIL YANG DIHARAPKAN /


EVALUASI
Pasien mengalami penurunan nyeri
seperti yang dibuktikan dengan
Mengatakan nyerinya berkurang
Ekspresi wajah dan posisi tubuh relaks
Perbaikan pola pernapasan
Aktivitas meningkat

III
DK
: Kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan perawatan diri

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Diskusikan gejala untuk dilaporkan
pada dokter
Kesulitan bernapas
Nyeri dada saat inspirasi
Peningkatan suhu tubuh
Batuk menetap
Batuk dengan banyak mengandung
sputum

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Jelaskan pentingnya untuk menghindari
orang dengan infeksi terutama ISPA
Diskusikan gejala demam atau flu untuk
dilaporkan pada dokter
Diskusikan pentingnya batuk dan napas
dalam
Jelaskan pentingnya melakukan latihan
sesuai toleransi
Rencanakan waktu istirahat
Hindari keletihan

INTERVENSI/EVALUASI
KEPERAWATAN
Jelaskan pentingnya vaksinasi
influenza sesuai pesanan
Diskusikan obat-obatan: nama,
dosisi, waktu pemberian, tujuan, dan
efek sampingnya
Jelaskan pentingnya menghindari
obat-obatan yang dijual bebas tanpa
membicarakannya terlebih dahulu
dengan dokter

HASIL YANG DIHARAPKAN /


EVALUASI
Pasien memperlihatkan peningkatan
tingkat pengetahuan mengenai
perawatan diri seperti yang
dibuktikan oleh pengungkapan
tentang prinsip penatalaksanaan
perawatan diri

BAHAN AJAR
Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan,
Irman Somantri.
Standar Perawatan Pasien Volume 2,
Susan Martin Tucker dkk.
Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn
E. Doenges dkk.
Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Arif
Mansjoer dkk.
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II

Anda mungkin juga menyukai