Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan
Satuan Acara Penyuluhan Thalesmia Wulan
Oleh Kelompok II :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
SYINTIA ZAHARA
MUZDALIFA NENI DIYONO
INTAN WAHYUNI
NURMADONA ANHAR
RINA MARIANA
LENI JUANTI
UUDASARI
VANESSA ELGA
Masalah
Pokok bahasan
: Demam Kejang
Sasaran
Jam
: 09.00 wib
Waktu
: 30 menit
Tanggal
: 31 Januari 2014
Tempat
A. TOPIK/JUDUL
Demam Kejang
B. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih
bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan
neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi
karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan
bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan selsel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara
fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
(Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) . Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang
memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat
sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk
berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang demam kejang selama + 30 menit,
masyarakat bisa memahami dan mengerti tentang kejang.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian tentang kejang
b. Menjelaskan macam-macam kejang
c. Penyebab kejang
d. Tanda dan gejala kejang
e. Menjelaskan tindakan pertolongan kejang
D. Metode penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
2. Flipchart
F. Materi Penyuluhan
Terlampir
G. Setting tempat
Ket :
: moderator
: penyaji
: notulen
: fasilitator
: observer
: peserta
H. Tugasnya
1. Moderator bertugas Mengawal dan Mengawasi jalannya diskusi yang menjadi
tanggung jawabnya agar berjalan sesuai dengan topiknya.
2. Penyaji bertugas menyajikan materi diskusi, berperan sebagai pembicara dalam
diskusi, mengutarakan makalah yang disampaikan, menjawab pertanyaan dari
peserta dan penyanggah.
3. Notulen bertugas menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi,
diperbolehkan untuk menyanggah, diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak
menyetujui, membuat makalah tentang permasalahan yang didiskusikan.
4. Fasilitator bertugas Melaksanakan pengelolaan,koordinasi, fasilitasi dan pembinaan
penyelenggaraan dan ketenagaan dalam penyuluhan.
5. Observer bertugas Mengamati dan mencatat respon klien, Mencatat jalannya
aktivitas, Melakukan evaluasi hasil.
6. Tugas peserta diskusi mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir,
mengajukan usul, pendapat, maupun komentar, meminta panelis untuk memberikan
pembuktian, contoh, maupun perbandingan.
I. Pengorganisasian
Moderator
: Leni Juanti
Penyaji
: Vanessa elga
Notulen
Observer
Fasilitator
J. Kegiatan penyuluhan
Tahap
Kegiatan
Pembukaan
Waktu
5 Menit
Pelaksanaan 20 menit
Penyuluh
Audience
Media
a. Mengucapkan salam
a. Menjawab Salam
Kata-Kata/
b. Memperkenalkan diri
b. Mendengarkan
dan
kalimat
c. Menyampaikan tentang
menyimak
tujuan pokok materi
c. Bertanyamengenai
d. Menyampaikanpokok
perkenalan dan tujuan
bahasan
jika ada yang kurang
e. Kontrak waktu
jelas
Penyampaian materi
a. Mendengarkan
dan a. Leaftlet
b. flipchart
a. Menjelaskan pengertian
menyimak
b. Menjelaskan penyebab
b. Bertanya
mengenai
c. Menjelaskan
tandadan
hal-hal yang belum
gejala klinis penderita
jelas dan belum di
d. Menjelaskan
mengerti
bagaimanapenularan
e. Menjelaskan pencegahan
f. Menjelaskan
penatalaksanaan
g. Memberikan kesempatan
kepada
Penutup
5 menit
untuk bertanya
1. Evaluasi
memberikan
peserta
dengan Sasaran dapat
pertanyaan menjawab
tentang
sederhana:
pertanyaan yang diajukan
- Menjelaskan kembali
Mendengarkan
tentang pengertian
Memperhatikan
- Menjelaskan kembali
Menjawab Salam
tentang tanda dan
-
gejala
Menjelaskan kembali
tentang pencegahan
2. Menyampaikan
kesimpulan materi
3. Mengakhiri
pertemuan
K. Evaluasi
Prosedur
: Post Test
Jenis Tes
: Tanya jawab
Butir Pertanyaan :
L. SUMBER PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.
Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern
kepada kesehatan. Bandung.
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Demam kejang adalah proses terjadinya kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas
38o C) yang disertai dengan kejang yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium atau
juga bisa merupakan penyakit peradangan.
B. Etiologi /Penyebab
1. Infeksi
2. Kerusakan jaringan otak
3. Faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak
C. Klasifikasi /Jenis
Kejang parsial (fokal, lokal)
Kejang parsial sederhana :
a. Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya
2)
3)
simpleks
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecapngecapkan bibir,
mngunyah, gerakan menongkel yang berulangulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.
3)
1)
Kejang absens
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
Kejang mioklonik
Kedutankedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara
2)
mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan
1)
2)
3)
b.
3)
4)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1)
Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih belum
sadar.
4.
Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan diazepam
melalui anus dengan dosis yang Sama.
5.
Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil membawa
anak ke rumah sakit.
6.
Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda
dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan
penurun demam bila ia sudah sadar.
7.
8.
Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.
9.
Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda
untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.
10.
Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.
11.
Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam
2.
3.
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah
terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
4.
5.
Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg)
(0.5mg/kg)
< 1 tahun
12 mg
2.55 mg
15 tahun
3 mg
7.5 mg
510 tahun
5 mg
10 mg
> 10 years
510 mg
1015 mg
Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektal
2.
Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20
mg/kg per infus dalam 30 menit.
2.
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Pemberian obat-obatan jangka
panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali dibutuhkan dan
hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis . Beberapa obat yang
digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut.
1.
2.
Diazepam . Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala)
saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi
berulangnya kejang demam yang berat . Edukasi orang tua merupakan syarat
penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia
(gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.
Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada
onset demam sebelum diazepam sempat diberikan . Efek sedasi (menenangkan)
diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti
infeksi sistem saraf pusat.
3.
4.
2. Kejang demam hanya satu sisi tubuh, misalnya hanya kejang sebelah kiri.
3. Anak juga mengalami kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan.
4. Indikasi yang tidak mutlak misalnya:
a. Bila kejang demam pertama terjadi pada umur kurang dari 1 tahun.
b. Bila kejang demam berulang, lebih dari satu kali dalam satu hari.
Paling baik memang apabila anak mengalami demam, lalu diberi obat untuk
mencegah berulangnya kejang demam. Sayangnya tidak ada obat yang 100% dapat
mencegah kejang demam bila diberikan saat anak mulai mengalami demam. Obat
yang dapat digunakan adalah diazepam, yang dimakan selama demam, diberikan 3
kali sehari. Cara ini berhasil mengurangi risiko kejang demam sebanyak 20-44%.
2.
Cara lain adalah memberikan diazepam melalui anus, saat anak mulai demam.
Dosis diazepam adalah 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Cara ini mungkin lebih
efektif dibandingkan memberi diazepam yang dimakan.
Sebelum mengompres, sediakan baskom kecil berisi air hangat dengan suhu 38
b.
selama demam.
Susui atau beri anak cairan yang cukup bisa air putih, jus atau kuah sayuran
seperti sup untuk menghindari dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
c.
d.
e.
Beri obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen bila setelah 24 jam
dikompres demam balita tidak turun. Cermati jangka waktu pemberian obat
penurun panas dan dosisnya, karena terus-menerus memberi obat penurun panas
tidak baik efek sampingnya. Seperti parasetamol, bila diberikan terus-menerus
dalam dosis banyak berisiko merusak organ hati.
Bawa balita ke dokter bila demam tidak turun dalam waktu 3 hari.
f.
Letakkan di ketiak dan lipatan paha. Sebelumnya, potong sesuai ukuran yang
dikehendaki. Bila masih terdapat sisa, simpan sisa yang belum digunakan di lemari
es di bagian cooler.
b.
c.
d.
Plester kompres hanya digunakan untuk pemakaian luar, bukan untuk kulit yang
terluka.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC. Anderson, Clifford R. 1996.
Dr. Mohamad Kartono. 1991. Pertolongan pertama. Jakarta Petunjuk modern kepada
kesehatan. Bandung.
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta
Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 2060.
Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran No. 27. 1982 : 6 8
Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas
Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 437.
Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 14
Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271 273.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI Jakarta. 1985 : 25, 847 855.
http://home.spotdokter.com/633/mengatasi-kejang-demam-pada-anak/
http://www.slideshare.net/gadjahxulub/tata-laksana-kejang-demam-pada-anak
http://indisaputri20.wordpress.com/2012/12/16/penanganan-dan-pengobatan-padaanak-dengan-febris-convulsi-kejang-demam/
Sasaran
Tempat
: Ruangan anak
Waktu
: 30 menit
No Nama
1
Alamat
Tanda Tangan
1
2
3
2
3
4
5
4
5
6
7
6
7
8
9
8
9
10
11
10
11
12
13
12
13
14
15
14
15
16
17
16
17
18
19
18
19
20
21
22
20
21
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
Koordinator penyuluhan
LEMBARAN KONSULTASI
KELOMPOK II
Judul SAP
No
Hari/ tanggal
1.
Materi konsultasi
Hasil konsultasi
Tanda tangan