Anda di halaman 1dari 25

PAPER

SMF ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara,
terutama pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tuna netra hidup disana,
demikian dikatakan oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan
akan berdampak secara sosial dan ekonomi. Sebenarnya, 75% kebutaan di dunia ini
dapat dicegah atau diobati. Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak.1
Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu
kekeruhan lensa yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi
karena proses penuaan, tetapi banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau
kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak
biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun. Faktanya, katarak katarak yang
berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun
dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar umumnya menyebabkan
penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamata).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentang
kondisi kebutaan di dunia khususnya di negara berkembang. Disebutkan, saat ini
terdapat 45 juta penderita kebutaan didunia 60% diantaranya berada di negara miskin
atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan
terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.
Sekitar 16 juta orang di seluruh dunia terkena efek dari katarak, dengan teknik
bedah modern menghasilkan 100.000-200.000 kebutaan mata irreversible. Data yang
dipublikasikan menunjukkan bahwa 1,2% seluruh populasi afrika buta, dengan

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

penyebab katarak 36% dari seluruh kebutaan ini. Pada suatu survey yang dilakukan di
3 distrik di dataran Punjab, jumlah seluruh insiden katarak senilis sekitar 15,3% dari
1269 orang yang diperiksa 3.
Lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein
lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau cokelat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga
turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari
proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan mal nutrisi.

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di
belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar
yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air,
sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan
tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
di kebanyakan jaringan lain.

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Gambar 1. Anatomi Lensa


1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan
posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah
kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior
dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
4

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel
lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga
dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel
epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi
menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan
akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
B. FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai
dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa
disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa
terutama kurvatura anterior.

Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat


melihat dekat
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi,

menegangkan

serat

zonula

dan

memperkecil

diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya
refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke
5

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.
Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan
berkurang.
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi
M. Silliaris
Ketegangan serat zonular
Bentuk lensa
Tebal axial lensa
Dioptri lensa

Akomodasi
Kontraksi
Menurun
Lebih cembung
Meningkat
Meningkat

Tanpa akomodasi
Relaksasi
Meningkat
Lebih pipih
Menurun
Menurun

Gambar 3. Perubahan saat akomodasi lensa


Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau
lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung; jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan;
terletak di tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks
refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada
bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang
mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan
6

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata


manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan
kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa
lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis
bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung
secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat
dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang
tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang
jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering
disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi
kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut
presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.

2. KATARAK
A. DEFINISI
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi
dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak
yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,
inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. 1
B. EPIDEMIOLOGI
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada
individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70%
pada individu di atas 75 tahun. Jelas dapat disimpulkan insiden tertinggi pada
katarak terjadi pada populasi yang lebih tua. Diketahui kebutaan di Indonesia
berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka tersebut presentasi
angka kebutaan utama ialah :
7

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

Katarak

0,78 %

Kelainan kornea

0,13 %

Penyakit glaukoma

0,20 %

Kelainan refraksi

0,14 %

Kelainan retina

0,03 %

Kelainan nutrisi

0,02 %

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

C. ETIOLOGI
Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia dini
sebagai akibat dari cacat keturunan, trauma parah pada mata, operasi mata,
atau peradangan

intraokular. Faktor lain yang

dapat menyebabkan

perkembangan katarak pada usia lebih dini meliputi paparan berlebihan cahaya
ultraviolet, diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan tertentu, seperti
steroid oral, topikal, atau inhalasi.
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi
intrauterin, gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan.
Sepertiga dari katarak pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan
penyakit sistemik atau mata. Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan
dapat menyebabkan pembentukan katarak pada keturunannya pasien.
Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara transmisi yang
paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap. Jenis
katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar,
atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi
penyebab katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air,
cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus
EpsteinBarr, sifilis, dan toksoplasmosis.2
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum
sepenuhnya dimengerti. Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya
terkait usia lensa mata yang membuat berat dan ketebalannya bertambah,
sementara kekuatannya menurun.3
8

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

D. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :
i.

Menurut usia :
1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )

ii.

Menurut lokasi kekeruhan lensa :


1) Nuklear
2) Kortikal
3) Subkapsular (posterior/anterior) jarang

iii.

Menurut derajat kekeruhan lensa :


1)
2)
3)
4)

iv.

Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur

Menurut etiologi :
1) Katarak primer
2) Katarak sekunder

a. Katarak Menurut Usia


i. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan
sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya
tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.
Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada
kehidupan janin.
ii. Katarak Juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada
orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan
kurang dari 50 tahun. Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak
sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi
9

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya


lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya
katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit keturunan
lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan
menimbulkan ambliopia.
Tindakan

untuk

memperbaiki

tajam

penglihatan

ialah

pembedahan. Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah


mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat
bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai
seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada
saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan
menambah kemungkinan ambliopia.
iii. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40
tahun. Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus
dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses
ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan
akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul
pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.
b. Katarak Menurut Lokasi Kekeruhan
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan
subkapsular posterior.
i. Katarak Nuklear
Inti

lensa

dewasa

selama

hidup

bertambah besar dan menjadi sklerotik.


Lama kelamaan inti lensa yang mulanya
menjadi putih kekuningan menjadi cokelat
dan

kemudian

menjadi

kehitaman.

Keadaan ini disebut katarak brunesen atau


nigra.
10

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

ii. Katarak Kortikal


Pada katarak kortikal terjadi penyerapan
air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks
refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita
seakan-akan mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat

dekat pada usia yang

bertambah.

iii. Katarak Subkapsular Posterior


Katarak subkapsular posterior ini
sering terjadi pada usia yang lebih muda
dibandingkan tipe nuklear dan kortikal.
Katarak ini terletak di lapisan posterior
kortikal dan biasanya axial. Indikasi awal
adalah terlihatnya gambaran halus seperti
pelangi dibawah slit lamp pada lapisan
posterior kortikal. Pada stadium lanjut
terlihat granul dan plak pada korteks subkapsul posterior ini. Gejala
yang dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau dan
penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi
penurunan penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa
pasien juga mengalami diplopia monokular.
c. Katarak Menurut Derajat Kekeruhan
Katarak berdasarkan kekeruhan yang sudah terjadi dapat dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu:
i. Katarak Insipien
11

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang


membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada
umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan
iris akan positif.
ii. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa
menjadi

bertambah

cembung.

Pencembungan

lensa

ini

akan

memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi


miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit
glaukoma. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.
iii. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di
dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke
depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih
akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan terlihat negatif.
iv. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks
mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak

12

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata


menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat
menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom
fakolitik.
Tabel 2. Perbedaan derajat kekeruhan katarak

Visus
Kekeruhan
Cairan

Insipien
6/6
Ringan
Normal

Imatur
(6/6 1/60)
Sebagian
Bertambah

Matur
(1/300-1/~)
Seluruh
Normal

Hipermatur
(1/300-1/~)
Masif
Berkurang

Lensa
Iris
Bilik Mata

Normal
Normal

Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

Tremulans
Dalam

Depan
Sudut Bilik

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Mata
Shadow

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Test
Penyulit

Glaukoma

Uveitis + Glaukoma

Gambar 4. Stadium Katarak


d. Katarak Menurut Etiologi
a. Katarak Primer
Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses
penuaan atau degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti
penyakit sistemik atau metabolik, traumatik, toksik, radiasi dan
kelainan kongenital.
b. Katarak Sekunder
13

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

1) Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit
sistemik, terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik
berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun),
defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia,
dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2) Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda
asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru
senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering;
penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio,
pajanan berlebih terhadap panas (glassblowers cataract), dan
radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik
adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan
kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa. Pasien
sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan
baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi
lalu tersangkut di vitreus atau retina.
3) Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain
dapat menimbulkan katarak komplikata. Penyakit intraokular yang
sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis,
glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Katarak-katarak
ini biasanya unilateral.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat
gangguan metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga
dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan lensa (sinekia
posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.

14

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan


gangguan keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk
kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar sehingga dinamakan
katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut
menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel
dan dapat hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak
komplikata. Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata
dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah mengenai
seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan
binokular atau kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi
lensa ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada
iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai
kedua mata, walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini
biasanya btimbul pada usia yang lebih muda. Kelainan umum yang
dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid,
miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan
gambaran khas yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran
kapas di dalam masa lensa.
Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada
dataran belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain akan
terlihat tanda degenerasi pada lensa yang mengenai seluruh lapis
lensa.
4) Katarak Toksik
Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti
obat kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam
waktu

lama,

ergot,

naftalein,

antikolinesterase, klorpromazin,

dinitrofenol,

miotik,

triparanol,

busulfan. Obat-obat

tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.


15

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

5) Katarak Ikutan (membran sekunder)


Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang
terjadi setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya
jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat
keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi ektrakapsular.
Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi
regenerasi serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada
kapsul posterior (mutiara Elschnig). Lapisan epitel berproliferasi
tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan menimbulkan
kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami
diferensiasi

miofibroblastik.

Kontraksi

serat-serat

tersebut

menimbulkan banyak kerutan kecil di kapsulposterior, yang


menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat
menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi
katarak ekstrakapsular.
Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir
semua pasien pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus
anterior diangkat pada saat operasi. Dulu, hingga setengah dari
semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior
setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik
bedah yang semakin berkembang dan materi lensa intraokular yang
baru mampu mengurangi insiden kekeruhan kapsul posterior secara
nyata.
E. GEJALA KLINIS
Katarak biasanya terbentuk secara perlahan sehingga terkadang gejala
yang timbul tidak dirasakan oleh penderitanya. Gejala yang sering
dikeluhakan oleh penderita katarak antara lain:

Penglihatan berawan, kabur atau berkabut


Lebih nyaman saat melihat jarak dekat
Perubahan persepsi warna
Fotosensitif baik pada malam hari maupun siang hari
Penglihatan ganda (double vision)
16

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Perubahan ukuran kacamata yang signifikan4

F. PATOFISIOLOGI
Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat
sementara daya akomodasinya semakin melemah. Ketika lapisan kortikal
bertambah dalam pola yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras,
disebut nuklear sklerosis. Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi
dalam

progresifitas

kekeruhan

lensa.

Epitel

lensa

berubah

seiring

bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan) sel


epitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells).
Walaupun epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian
apoptotik yang rendah, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat
menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan
akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan
bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin metabolit larut air
dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui
epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan
antioksidan. Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa akibat pertambahan
usia mengarahkan pada terjadinya katarak senilis.5,6
Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa
dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul
tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air.
Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks
refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan.
Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan
katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin.7,8
Selain dari itu, terdapat juga teori free radical, dimana free radical
terbentuk jika terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Free radical
mengakibatkan degenerasi molekul normal, dan dapat dinetralisir oleh vitamin
E dan antioksidan. Teori Across-Link dari para ahli biokimia mengatakan

17

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

terjadi pengikatan asam nukleat dan molekul protein sehingga terjadi


gangguan fungsi.1,9

Faktor resiko katarak:


Usia (penuaan)
Paparan sinar UV

Perubahan
struktur korteks

Infeksi intrauterine
Trauma
Metabolik (DM)

Kerusakan sel-sel
korteks

Hidrasi sel-sel
lensa

Kepadatan lensa
berkurang

Sinar sejajar
masuk

Lensa menjadi
keruh

Tidak bisa
difokuskan
Penurunan visus
penglihatan

G. DIAGNOSIS
Diagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat
18

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan


bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan
struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan
prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati,
gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa
sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian lakukan
pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada katarak senilis.
Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina
dapat menilai gangguan penglihatan.3
H. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi
katarak secara umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi
komplikasi, tujuan terapeutik dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan
kosmetik. Saat ini terapi bedah katarak sudah mengalami banyak
perkembangan.10
Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE
dan ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara
utuh, sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada
matanya yang mengakibatkan proses pemulihan matanya menjadi lama.
Sekarang dengan teknologi fakoemulsifikasi sayatan pada mata menjadi
sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.

19

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

I.

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Metode Ekstraksi intrakapsuler (ICCE), yang jarang lagi


dilakukan sekarang adalah mengangkat lensa in toto yakni didalam
kapsulnya melalui limbus superior 140-160 derajat. ICCE dilakukan
pada negara-negara dimana terdapat keterbatasan mikroskop untuk
melakukan operasi katarak. ICCE diindikasikan pada kasus-kasus
katarak tidak stabil, intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi.
Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak dan dewasa
muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi
relatif

II.

ICCE

adalah

miopi

tinggi,

sindrom

Marfan,

katarak

Morgagni.10,11
Metode Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE), yang saat ini masih
sering dipakai juga memerlukan insisi limbus superior. Bagian anterior
kapsul dipotong atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa
dinuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga
meninggalkan kapsul posterior. ECCE diindikasikan untuk operasi
katarak yang diiringi dengan pemasangan IOL atau penambahan
kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa,
ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada
keadaan dimana terjadi insufisiensi zonula zinni.10,11

Gambar 5. Teknik ECCE

20

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

III.

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Metode fakoemulsifikasi yaitu dengan sayatan kecil dan tidak


memerlukan benang. Ada berbagai keuntungan dari metode tersebut,
antara lain tanpa dijahit. Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu
jahitan hanya satu jahitan. Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan
irigasi atau aspirasi atau keduanya adalah teknik ekstrakapsuler yang
menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus
dan korteks melalui incisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga
mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah
tidak lama.10,12

Gambar 6. Teknik Fakoemulsifikasi

Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan


tambahan untuk memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh.
Akomodasi hilang dengan diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada
sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia yang tebal,
lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam bola
mata.10,12
Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak
Metode

ICCE

Indikasi

Zonula lemah

Keuntungan

Kerugian

Tidak ada resiko

Resiko tinggi kebocoran vitreous

katarak sekunder.
Peralatan yang

(20%).
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.
IOL di COA atau dijahit di

dibutuhkan sedikit.

posterior.

21

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

ECCE

Lensa sangat

Peralatan yang

keras.
Endotel

dibutuhkan paling

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.

sedikit.
kornea kurang Baik untuk endotel
bagus.

Phaco

Sebagian besar

kornea.
IOL di COP.
Rehabilitasi visual

katarak kecuali

cepat.

katarak

Peralatan / instrumen mahal.


Pelatihan lama.
Ultrasound dapat mempengaruhi
endotel kornea.

Morgagni dan
trauma.

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi
ke dalam mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE.
Sebuah IOL dapat menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan
sedikit kehilangan persepsi dalam atau tajam penglihatan perifer.9
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan
khusus dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan
sebuah IOL kacamata baca dan kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap
dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan jauh.9
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang,
retinopati diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.11
Tentunya setiap tindakan operasi memiliki resiko, yang paling buruk
adalah hilangnya penglihatan secara permanen. Setelah dilakukan operasi
masih mungkin muncul masalah pada mata, sehingga diperlukan kontrol post
operasi yang teratur.
Tabel 4. Efek Operasi Katarak

Jangka Pendek
Infeksi pada mata
Perdarahan pada

(hifema)
Edema papil
Edema kornea
Rupture kapsul lensa
Ablasio retina

kornea

Jangka Panjang
Fotosensitif
Dislokasi IOL
Kekeruhan pada kapsul lensa
Ablasio retina
Astigmatisma
Glaukoma
Ptosis13
22

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

I. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak dewasa. Adanya
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi
tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk
perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral
inkomplit yang progresif lambat.
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat
terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat
maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.

23

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi
sinar masuk ke dalam mata. Katarak masih merupakan penyebab kebutaan paling
banyak di Indonesia. Terjadinya kekeruhan pada lensa ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain usia, trauma, lingkungan, obat-obatan, dan infeksi.
Biasanya para penderita katarak kerap kali mengeluhkan pandangan berkabut seperti
tertutup asap atau pandangannya mulai kabur. Patofisiologi terjaidnya kekeruhan
lensa pada katarak, secara garis besar disebabkan oleh perubahan struktur korteks
lensa yang mengakibatkan perubahan komponen lensa dan pada akhirnya terjadi
kekeruhan lensa.
Satu-satunya terapi untuk katarak adalah dengan jalan operasi. Saat ini dikenal
3 model operasi, yaitu ICCE, ECCE, dan fakoemulsifikasi. Katarak yang didiagnosis
dan ditangani dengan tepat dan segera akan memberikan prognosis yang lebih baik
bagi fungsi penglihatan penderitanya.

24

PAPER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTI


NIM
: 09310154

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.
Hlm 172-3, 199, 200-13.
2. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-clinical#showall. Updated on: 7
August 2012. Accessed on: 19 July 2014.
3. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. Updated on: 22 January
2013. Accessed on: 19 July 2014.
4. Butterwick R. Cataract and Your Eyes. Available at: http://www.webmd.com/eyehealth/cataracts/health-cataracts-eyes. Updated on: 5 July 2012. Accessed on: 20
July 2014.
5. Hiller R, Sperduto RD, Ederer F. Epidemiologic Associations With Cataract in
The 1971-1972 National Health and Nutrition Examination Survey. Am J
Epidemiol 1983; 118 : 239-49.
6. Berson, Frank G. Basic Ophtalmology for medical students and Primary Care
Residents. Sixth Edition. American Academy of Ophtalmology. 1993.
7. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition.
Oxford: Butterworth-Heinemann, 1993, 234-251.
8. Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart,
2000.
9. Johns J.K Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2011.
10. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi
17. Jakarta: EGC, 2007, p169-176.
11. Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai
penerbit FKUI,2003.
12. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan
DT, Koh D, Saw SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia. Ophthalmology,
Jul 2005; 112(7): 1255-62
13. Cataract Surgery. Available at: http://www.webmd.com/eyehealth/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts. Updated on: 24 August 2011.
Accessed on: 19 July 2014.

25

Anda mungkin juga menyukai