Anda di halaman 1dari 5

Sang Ibu adalah Kunci bagi Sang Anak

Setiap ibu pasti mempunyai harapan dan impian yang baik bagi
buah hatinya. Tak ada ibu yang menginginkan sang buah hati mengalami
kegagalan di masa depan. Sukses dan bahagia pastilah menjadi impian pertama,
namun pada kenyataannya apakahsemudah itu ? Hampir semua ibu pernah
mengalami hambatan dan kesulitan dalam mendidik dan mendampingi buah
hatinya tersebut.
Ibu tentu diharapkan menjadi kunci utama dalam perjalanan sang anak
dalam setiap langkah termasuk juga pembentukan karakter anak.Sikap terhadap
anak dan peran ibu biasanya terbentuk pada awal kehidupan. Perasaan saling
mencintai menjadi faktor kunci melahirkan sikap positif terhadap anak anak .
Pengaruh Sikap pada Anak
Sikap ibu dapat mempengaruhi bayinya yang belum dilahirkan, bukan melalui tali
pusar yang merupakan satu satunya penghubung langsung antara keduanya,
melinkan akibat dari adanya perubahan endoktrin yang dapat terjadi apabila calon
ibu menderita tekanan yang berat dan dalam waktu yang lama biasanya
mengiringi sikap yang kurang menyenangkan. Sebaliknya sikap sikap yang
menyenangkan akan menimbulkan keseimbangan tubuh yang baik.
Setelah melahirkan, sikap ibu yang kebanyakan terbentuk sebelum
kelahiran anak , sangat berpengaruh pada anak karena sikap tersebut tercermin
dalam cara memperlakukan anak. Misalnya , seorang ibu yang menginginkan
anak laki-laki mempunyai sikap yang kurang menyenngkan pada anak
perempuan.Apabila hal ini tidak dikendalikan maka pasti akan dirasakan oleh
anak dan akibatnya sang anak akan menjadi suka protes yang berujung pada sikap
tidak mau menghormati orang lain.
Keberhasilan pendidikan karakter bagi anak terletak pada pemahaman
makna kehadiran anak bagi dirinya. Ibu yang mampu mengupayakan dirinya
menjadi role model bagi anak akan membaw sang anak sikp optimis, gembira dan
sikap hormat pada orang lain. Ibu hendaknya mau melihat dirinya secra obyektif
dan jujur . Selain itu berusaha mampu memetakan karakter dan kondisi anak agar
pendekatan yang dilakukan tepat dan sesuai dengan kondisi kepribadian anak.
Ketekunan, konsisten, kesabaran, kedekatan, dan keterbukaan dengn anak mnjadi
kunci keberhasilan pendidikan bagi anak. Di tangan ibulah tanggung jawab atas
kehadiran dalam hidup mereka.

Agar karakter yang sudah ditanamkan oleh ibu tetap melekat pada anak
hingga dewasa maka perlu dibangun pola komunikasi dua arah dengan
anak.Membiasakan saling percaya, terbuka satu sama lain dan terus berusaha
menjaga sebuh kepercayaan.Dengan adanya kepercayaan maka anak akan
menerima masukan-masukan dengan lebih mudah. Sebagai contoh jika
menghadapi masalah yang terjadi baik pada ibu maupu anak pasti akan melihat
dari sudut pandang yang berbeda. Dengan demikian anak juga akan belajar
memaknai peristiwa atau masalah dalam belajar bersikap dengan cara yang
pas.Meskipun ini semua sebuah proses perjalanan panjang.

Ibu, Kunci Penyelamat Anakmu


( Esai : Sri Purwaningsih SMA Pangudi Luhur Sedayu )
Sungguh menyedihkan dan memprihatinkan apabila kita melihat
pergaulan anak anak pada saat ini. Mereka begitu bebas bergaul, cowok dan
cewek tiada batas, tanpa ada rasa sungkan.
Dulu, apalagi ketika aku masih kecil, masih jelas di ingatan,betapa anak - anak itu
cukup santun dan rukun dalam bergaul. Mereka, anak- anak itu bermain bersama
dengan berbagai jenis permainan tradisional, diantaranya jamuran, gobak sosor,
gatheng dan masih banyak yang lain. Permainan ini, selain mengasyikkan,
sungguh menunjukkkan kebersamaan , kerukunan tanpa ada rasa egoisme,
apalagi berpikir ke arah hubungan khusus antara perempuan dan laki - laki.
Sekarang pemandangan seperti itu tidak kutemukan lagi baik di
lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Yang kutemukan adalah bentuk
bentuk permainan yang tidak menunjukkan kebersamaan melainkan permainan
yang membentuk sikap egoisme. Mereka lebih suka menyendiri, mojok , tertawatawa dan ngomong sendiri dengan gadgednya. Dan pemandangan yang membuat
risih adalah banyak cowok dan cewek berdua dua mojok entah apa yang mereka
lakukan. Masih mending kalau cowok dan cewek ini sudah dewasa. Banyak di
antara mereka masih jauh di bawah umur, sekitar usia Sekolah Dasar sudah pergi
berdua berboncengan, mojok berdua, di warnet berdua , nonton berdua, dan masih
bnyk lagi kegitan yang mereka lakukan. Mereka sudah layaknya Romeo and
Yuliet. Dengan gayanya yang sok bergandengan tangan, berangkulan, cekakak
cekikik tanpa melihat tempat di mana mereka berada, bahkn di tempat umum,
seolah dunia ini hanya milik berdua tanpa menghiraukan orang yang ada di
sekitarnya.
Cukup mengejutkan , berdasarkan hasil survei BKKBN Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan ( KBPMPP ) Kabupaten Sleman yang
disampaikan oleh Sekretarisnya Puji Astuti (KR ,Rabu 11/12 2013 ) tentang
perilaku remaja terhadap lawan jenis. Sekarang anak usia 8 tahun sudah banyak
yang mulai tertarik terhadap lawan jeni, sudah mengenal pacaran. Berdasarkan
hasil survei tersebut menunjukkan perubahan perikaku remaja. Dulu remaja
mengenal pacaran ketika masa SMA pun dalam pergaulan masih diliputi rasa
takut dan malu. Bahkan menurut Puji, perilaku dalam berpacaran pun sudah

sangat kelewat batas. Yang lebih mengerikan mereka juga sudah mengenal apa itu
alat kontrasepsi.
Selain itu, dari hasil survei tersebut menunjukkan 7 persen dari total remaja
berusia di bawah 18 tahun sudah pernah melakukan hubungan seks. Juga terjadi
peningkatan kasus pernikahan dini di tahun 2013 ini. Hampir sebagian yang
menikah di usia dini atau bawah umur tersebut karena sudah hamil lebih dulu.
Sebagai seorang ibu , sungguh merasa prihatin menyaksikan hal seperti
ini. Sejenak kuberangan. Andai setiap waktu kasus ini terus bertambah , pasti
akan berdampak yang sangat buruk bagi beberapa pihak. Bagi keluarga ,
disamping merupakan aib yang sulit dihapus tetapi juga akan menjadi beban baik
secara moral maupun material. Bagi sang anak akan merupakan beban yang saling
berkait. Mulai dari rasa malu,harus keluar dari sekolah, rasa berat karena harus
merawat kandungan, dan jika sudah lahir akan kebingungan mau dikemanakan
bayi ini, agar tidak diketahui oleh orang lain? Masih sedikit lega apabila si pria
yang telah membenihi ini mau bertanggug jawab dan didukung oleh orang tua
laki laki tersebut. Lha , jika tidak? Akhirnya bayi tanpa dosa yang dilahirkan
ikut menanggungnya. Ada yang dibuang, dimasukkan almari,dibunuh dan
berbagai upaya lain untuk menutupinya, masih lumayan kalau dititipkan di sebuah
lembaga sosial penitipan bayi, artinya bayi ini masih ada yang merawat. Wah,
sebuah matarantai keprihatinan yang sulit untuk segera dipecahkan oleh keluaraga
mestinya.

Aku pun berpikir, apa ya yang menjadi penyebab hal ini?


Keterbukaan informasi disinyalir menjadi penyebab utama perubahan perilaku
remaja ini. Mereka bisa lebih leluasa mengakses informasi soal reproduksi,
pencegahan kehamilan, film film porno yang beredar. Dengan mudahnya
mereka membuka aneka situs dari internet , karena internet sudah bukan lagi
merupakan barang langka dan sulit didapat. Hampir setiap menit , setiap saat di
mana saja mereka bisa mengaksesnya. Saya yakin anak anak yang masih punya
rasa ingin tahu ini terus berupaya untuk membuka dan membuka situs situs
tentang hubungan suami istri yang ditampilkan secara bebas. Lalu apakah anak
anak itu salah?Tidak, dan bukan anak saja yang kita salahkan.
Apa ya , sedikit yang bisa kusampaikan sebagai urun rembug?
Sebagai seorang ibu , saya bisa apa ya? Pernah terlintasdi benak ini.Cari pihak
pihak yang dengan enaknya mengunggah gambar-gambar yang tidak mendidik
ini, kemudian orang tersebut dipenjarakan, tapi mesti saja tak semudah membalik

tangan. Ini dia, berdoa henti, mohon untuk keselamatan dari aneka godaan,
jelas ini yang pertama dan utama dilakukan oleh sang ibu buat buah hatinya.
Kekuatan doa jika kita sungguh percaya pasti akan berbuah, bahkan biasakan anak
juga diajak berdoa bersama , berjamaah. Setelah atau sebelum doa bersama dalam
keluarga , ibu sedikit cerita atau apa saja yang secara tersirat atau tersurat
menyampaikan masalah etika pergaulan, masalah kemajuan teknologi, masalah
situs situs yang ada di internet dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pergaulan
bebas dan akibatnya. Penyampaian yang santai , penuh canda namun mengena
istilahnya sersan ( serius tapi santai ) akan lebih mudah diterima oleh anak.
Di samping itu kedekatan antarsesama anggota keluarga sungguh merupakan hal
yang bisa membentengi anak untuk tidak mencari-cari kesibukan sendiri. Anak
lebih nyaman bersama dalam keluarga daripada otak-atik dengan dunia maya,
internet dan sebagainya. Dalam keluargaku kubiasakan mengerjakan pekerjaan
rumah bersama-sama. Karena sambil bekerja di rumah, misalnya masak bersamasama di dapur, mencuci bersama, makan , nonton TV bersama, ternyata
merupakan media yang paling nyaman untuk berkomunikasi, entah menanyai
anak bagaimana pacarnya, bagaimana teman-temannya , acara di luar dan
sebagainya.Ya, kebersamaan terasa sangat indah.
Di tangan ibu lah kebersamaan ini akan tercipta. Dengan penuh kelembutan , rela
untuk menampung keluhan, tumpahan cerita suka maupun duka sang anak ibu
pasti berhasil menjadi kunci dan pengendali sang anak . Sebab ibu dan anak
merupakan dua pribadi namun sebenarnya satu yang diikat dengan tali pusar. Jika
kendali ini kuat dan terarah maka kasus pergaulan bebas, pernikahan
dini,kehamilan di luar nikah segera akan sirna dan berganti sinar cerah menuju
anak-anak Indonesia yang ceria. Semoga.

Anda mungkin juga menyukai