Anda di halaman 1dari 5

Financial Management Axioms

1. Risk return trade-of


Risk return trade-off merupakan pernyataan yang menunjukkan adanya
pertukaran antara resiko dan return, suatu tuntutan konsekuensi dari sebuah
sebab. Prinsipnya adalah semakin tinggi resiko suatu pekerjaan maka return
yang diperoleh mestinya harus semakin besar. Maka sering muncul pernyataan
High risk, high return yang merujuk pada kompensasi yang besar akibat
pekerjaan yang dilakukan beresiko tinggi.
Contoh : Pak Andi memiliki dana tunai sebesar Rp. 50juta. Pada saat itu
pak Andi memiliki dua opsi terhadap uang tersebut, yakni; menyimpannya di
bank dengan tingkat bunga 3%, dan opsi kedua meminjamkan uang tersebut
kepada koleganya dengan tingkat bunga yang sama. Jika pak Andi berpatokan
pada aksioma manajemen keuangan, maka pak Andi akan memilih untuk
menabungkan uangnya ke bank dari pada meminjamkannya kepada koleganya,
sekalipun koleganya tersebut berani memberikan jaminan bunga hingga 10%.
Karena menyimpan uang di bank resikonya lebih kecil dibandingkan dengan
meminjamkan kepada koleganya, sebab jika bank bangkrut, maka uang pak Andi
pasti akan dikembalikan karena nasabah bank dijamin oleh LPS sehngga uang
tidak akan hilang. Sementara jika kepada kolega, resikonya lebih tinggi karena
tidak ada jaminan kalau kolega tersebut kabur dan menghilang dari
lingkungannya.
2. Time value of money
Nilai waktu uang. Bahwa menerima sejumlah uang di waktu sekarang lebih
baik dari pada menerimanya dengan jumlah yang sama di masa yang akan
datang. Hal ini berkaitan dengan nilai uang yang semakin lama semakin
menurun akibat terjadinya inflasi.
Penurunan nilai uang inilah yang menjadi salah satu dasar munculnya
bunga dalam perbankan sebagai bentuk antisipasi agar nilai uang yang akan
datang tidak menurun dari nilai uang sekarang.
Di samping inflasi, yang perlu dipertimbangkan adalah resiko. Bahwa
rentang waktu antara sekarang dan yang akan datang akan banyak terjadi
peristiwa yang tidak dapat diduga, dimana setiap peristiwa akan memiliki
konsekuensi yang berbeda, dan di dalamnya terdapat berbagai macam resiko
yang dapat merugikan dan menghilangkan kesempatan untuk memperoleh
sejumlah uang. Ketidakpastian situasi inilah yang perlu diwaspadai, sehingga jika
ditawarkan apakah sejumlah uang akan kita terima sekarang atau tahun depan,
maka lebih baik menerimanya sekarang dengan jumlah yang sama.
Contoh : Pak Andi meminjamkan uang sejumlah Rp. 800.000,- kepada pak
Rubi dan pak Rubi memberikan opsi untuk mengembalikan uang tersebut 2 hari
yang akan datang sejumlah Rp. 800.000 atau tahun depan dengan jumlah Rp.
810.000. Maka sebaiknya pak Andi memilih untuk menerima kembali uangnya
dua hari yang akan datang sejumlah Rp. 800.000 dari pada tahun depan, karena
uang Rp. 800.000 saat ini dapat membeli satu ban merk Goodyaer, tetapi di
tahun depan dengan jumlah Rp. 810.000 tidak dapat lagi untuk membeli ban
dengan merk yang sama karena inflasi telah menggerus nilai uang tersebut

3. Cash not profit is king


Dalam pepatah lama dikatakan Profit is queen, but cash is king. Dalam
banyak kasus, para pengusaha sering menjadi repot mengurus bisnisnya
dikarenakan kesulitan keuangan di tahun berikutnya, padahal, menurut
catatannya, laba yang diperoleh selalu meningkat. Tetapi setelah diteliti ternyata
keuntungan yang diperoleh perusahaannya hampir semua dalam bentuk piutang
yang tingkat likuiditasnya tentu kalah dibandingkan dengan kas.
Kesulitan keuangan yang dialamai oleh banyak pebisnis salah satunya
disebabkan karena mereka terlalu fokus pada laba, dan mengabaikan aliran kas.
Pebisnis yang terlalu fokus pada laba adalah pebisnis tipe pedagang, sulit
berkembang. Sedangkan pebisnis yang cermat, akan menyelaraskan aliran
kasnya, mereka ini termasuk tipe pebisnis berjiwa enterpreneur, bukan
pedagang yang mencari keuntungan untuk jangka pendek.
Dalam bisnis terdapat istilah cash is the fact meanwhile profit is just the
opinion. Bukan berarti Profit tidak penting, tetapi mengabaikan Kas merupakan
kelalaian bisnis.
Contoh : Pak Andi seorang pebisnis di bidang peternakan ayam potong
yang sukses. Dalam catatan akhir tahun beliau membukukan laba besar sekali,
tetapi di awal tahun berikutnya pak Andi kesulitan untuk mengadakan kembali
persediaan ayam potongnya. Setelah ditelitinya kembali, ternyata laba yang
dibukukan tersebut semuanya dalam bentuk piutang, tidak ada kas yang
dibukukan. Sehingga pak Andi kesulitan keuangan akibat kosongnya kas yang
tingkat likuidnya tentu saja lebih likuid dibanding piutang.
4. Incremental cash flows count
Incremental cash flows adalah arus kas yang berhubungan langsung
dengan investasi, dimana pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
pertimbangan adanya pertambahan kas jika suatu proyek dikerjakan, ataupun
mempertimbangkan dampak yang terjadi terhadap kondisi keuangan (kas) saat
proyek diterima dan pada saat proyek tidak diterima untuk dikerjakan.
Contoh : Usaha ternak ayam potong Pak Andi sedang naik, karena
bertambahnya permintaan, pak Andi bermaksud ingin menambah kapasitas
produksi ayam potongnya dari 10.000 menjadi 15.000 ekor per bulan. Untuk itu
pak Andi harus mengkalkulasikan :
a. berapa tambahan kas yang harus dimasukkan untuk dapat mengadakan
5.000 ekor produk tambahan tersebut?
b. Berapa orang lagi tenaga kerja tambahan yang dibutuhkan?
c. Berapa unit lagi mesin potong ayam yang harus diadakan?
d. Dan kemudian mengkalkulasi berapakah pertambahan kas jika proyek ini
telah berjalan?
Dari kasus ini, pak Andi akan mengkalkulasikan untuk membandingkan
apakah pertambahan kas masuk saat proyek ini telah dilakukan lebih besar dari
pada saat mengadakan proyek baru ini? Jika ternyata lebih besar maka proyek
ini dapat dilanjutkan, tetapi jika ternyata kas masuk setelah proyek ini dilakukan
lebih kecil dari pada saat mengadakannya, sebaiknya pak Andi tidak menambah
kapasitas produksinya, atau dengan kata lain, memutuskan untuk tidak
mengerjakan proyek ini.
5. The curse of competitive markets

Persaingan yang semakin ketat akan membelah pasar menjadi bagianbagian kecil karena semakin banyaknya produsen yang masuk untuk bersaing
pada produk yang sama di pasar yang sama sehingga mengakibatkan lesunya
usaha. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa tidak selamanya laba dapat diperoleh
dalam jumlah yang besar. Kecilnya penerimaan laba akan berdampak pada
kecilnya tingkat pengembalian investasi. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal
untuk menjaga agar usaha tetap mampu bersaing dan mempertahankan
pasarnya, diantaranya adalah; diversifikasi produk, penguasaan bahan baku,
penggunaan teknologi tepat guna untuk meminimalisir biaya.
Contoh : Karena permintaan terhadap ayam potong yang semakin
meningkat, banyak produsen lain yang muncul dan berebut pasar di lingkunan
pak Andi, sehingga omsetnya menurun karena sebagian pelanggannya
berpindah ke produsen lain. Untuk mengantisipasi semakin merosotnya jumlah
pelanggan, pak Andi melakukan difersifikasi produk dengan mengolah sebagian
ayam potongnya menjadi produk baru, yaitu nugged. Disamping itu, bulu-bulu
ayam yang selama ini dibuang diolah lagi menjadi produk baru sebagai bahan
pembersih debu. Untuk menekan biaya, pak Andi mulai menggunakan teknologi
mesin potong ayam yang modern sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan
dapat menjamin pelanggan untuk tidak menunggu lama untuk pemesanan
dalam jumlah yang besar.
6. Efficient capital markets
Capital market atau pasar modal yang efesien adalah pasar modal dimana
perusahaan memiliki gerak yang cepat dan harga yang tepat pula. aktiva
financial yang diperjual belikan mencerminkan seluruh informasi yang ada dan
dapat menyesuaikan diri secara cepat terhadap informasi baru. Efisiensi pasar
modal dinilai melalui keberhasilannya dalam menggabungkan dan
menyelaraskan informasi.
Contoh : Karena pesatnya kemajuan usaha ayam potong pak Andi, dan
sudah menjangkau pasar global, pak Andi berhasil meningkatkan kualifikasi
perusahaannya menjadi perusahaan multinasional. Oleh karena itu, pak Andi
ingin agar perusahaannya go public dengan menjual sahamnya di pasar modal.
Nilai nominal pada setiap lembar saham perusahaan pak Andi adalah merupakan
cerminan dari nilai perusahaan pak Andi.
7. The agency problem
Masalah keagenan terjadi antara para manajer dengan pemegang saham,
dimana para manajer dipercaya untuk mengelola perusahaan dan memberikan
keuntungan dari semua aktifitas bisnis perusahaan agar para pemegang saham
mendapatkan keuntungan dari keuntungan perusahaan tersebut. Masalahnya
adalah, manajer tidak akan bekerja untuk para pemegang sahan jika tidak
selaras dengan kepentingan mereka. Para manajer akan mengambil keputusan
yang akan memberikan keuntungan bagi mereka, kecuali jika ada aturan main
yang menjelaskan bagaimana struktur insentif dapat mengakomodasi
kepentingan kedua belah pihak, Manajer dan pemegang saham.
Contoh : Perusahaan pak Andi sudah pada posisi perusahaan besar,
karena sudah go public, kepemilikan perusahaan bukan lagi di tangan pak Andi
sepenuhnya, dalam perusahaan telah ada struktur serta tugas dan
wewenangnya. Ada manajer sebagai operator perusahaan, di sisi lain ada
Pemegang saham sebagai sebagai direkasi yang wewenangnya hanya terbatas

pada pengambilan keputusan secara umum. Karena perkembangan usaha yang


semakin pesat, manajer perusahaan bermaksud ingin menambah daya jual
produk agar laba semakin meningkat. Tetapi di sisi lain ternyata pihak lain tidak
setuju karena merasa kondisi saat ini masih dianggap cukup. Situasi inilah yang
menjadi awal mula terjadinya konflik antara pihak manajer dan direksi.
8. Taxes bias business decisions
Yaitu pertimbangan pajak yang dijadikan landasan pengambilan keputusan
terhadap suatu aktifitas bisnis. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam
manajemen keuangan adalah, segala keputusan dan perhitungan haruslah
setelah dipotong pajak. Artinya jangan hanya melihat harga dari suatu produk
yang dapat diterapkan pada sebuah wilayah lebih menguntungkan, tetapi lupa
bahwa harga tersebut belum dimasukkan komponen pajak.
Contoh : Pak Andi melihat bahwa harga ayam potong di Filiphina lebih
tinggi dari pada di Indonesia, sehingga pak Andi berambisi untuk menjadikan
Filiphina sebagai pasar sasaran yang baru untuk mengembangkan usahanya.
Namun, setelah diketahui bahwa ada komponen biaya yang harus dikeluarkan,
yaitu pajak ekspor yang diberlakukan di Indonesia dan Filiphina, maka pak Andi
harus menghitung besaran pajak yang harus dikeluarkan. Jika ternyata setelah
pajak selisih harganya hampir sama, maka dasar informasi inilah yang dijadikan
sebagai pengambilan keputusan apakah pak Andi akan tetap membuka pasar
baru di Filiphina atau tidak
9. All risk is not equal
Setiap usaha memiliki resiko yang berbeda, untuk itu perlu melakukan
investasi usaha pada bidang-bidang yang berbeda untuk mengantisipasi
terjadinya resiko yang mengakibatkan collaps-nya sebuah usaha.
Contoh : Dari bisnis ayam potongnya, pak Andi dapat menyimpan uang
yang tidak diputar sebesar 2 milyar. Untuk mengembangkan asetnya, pak Andi
menginvestasikan dana yang 2 milyar tersebut ke perusahaan lain, tetapi tidak
di satu tempat. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi jika perusahaan tempat
pak Andi menanamkan investasinya tersebut bangkrut, maka pak Andi masih
memiliki dana lain di perusahaan-perusahaan lain yang sehat
10.

Ethical dilemmas are everywhere in finance


Etika merupakan nilai-nilai normatif yang harus dilekatkan pada sikap
seseorang dimanapun dia berada. Namun demikian, sering terjadi dilema di
tengah-tengah aktifitas bisnis yang dilakukan. Hal ini karena adanya
kepentingan-kepentingan tertentu pada setiap diri individu. Untuk itu, pada
setiap perusahaan selalu ada aturan nilai universal yang sering disebut Budaya
Perusahaan sebagai bentuk dan upaya perusahaan mengarahkan karyawannya
agar memegang teguh nilai-nilai yang baik. Kesalahan etis walaupun dapat
dimaafkan, tetapi akan dapat juga membunuh karir seseorang karena biasanya
pelanggar etika akan mendapat hukuman sosial disebabkan pelanggaran etika
merupakan pertaruhan integritas yang dibutuhkan sebagai nilai budaya
perusahaan.
Contoh : Salah seorang karyawan dalam perusahaan Ayam ptotong pak
Andi, melakukan kesalahan penghitungan keuangan yang diketahui saat laporan
diperiksa manajer sebelum dilakukan audit eksternal. Atas kesalahan ini,
karyawan tersebut dapat dimaafkan karena mungkin tidak disengaja. Tetapi,

pada waktu yang lain, karyawan tersebut melakukan tindakan yang


memperburuk citra perusahaan karena korupsi. Atas kasus ini, maka karyawan
tersebut dapat dipecat secara tidak hormat, karena tindakan korupsi adalah
tindakan yang melanggar etika dan menyangkut nama baik perusahaan di mata
publik.

Anda mungkin juga menyukai