Anda di halaman 1dari 10

Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI BERGRADASI RAPAT


Rosalina 1) dan Mulizar 2)
ABSTRAK

Pemanfaatan aspal emulsi sebagai bahan pengikat campuran aspal di Provinsi Aceh masih sangat
minim. Penggunaannya hanya sebagai bahan lapisan resap pengikat/prime coat dan tack coat. Ditinjau dari
pelaksanaan pekerjaan penggunaan aspal emulsi lebih mudah, hemat bahan bakar dan lebih ramah lingkungan
dibandingkan penggunaan aspal keras karena tidak memerlukan pemanasan seperti proses pencampuran aspal
keras. Hal inilah yang menjadi alasan utama penelitian ini. Penelitian tersebut dilaksanakan di Laboratorium
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik
campuran aspal beton menggunakan aspal emulsi jenis CMS-2 sebagai pengikat. Parameter yang ditinjau adalah
nilai Marshall. Untuk mengetahui karakteristik tersebut dilakukan pengujian sifat-sifat fisis material dan uji
Marshall untuk campuran. Gradasi campuran yang digunakan adalah gradasi rapat kelompok V berdasarkan
lengkung fuller. Hasil pengujian diperoleh kadar aspal emulsi sebesar 5,88% berat campuran. Parameter
Marshall campuran aspal emulsi yang dihasilkan adalah stabilitas 660,80 kg, flow 3,23 mm, VIM 5,953%, VFA
73,20% VMA 21,889%, MQ 201,72 kg/mm. Semua parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk lalulintas
berat, kecuali stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan. Walaupun tidak memenuhi syarat untuk lalulintas
berat campuran, aspal emulsi masih dapat digunakan untuk lalulintas sedang karena semua parameter
Marshallnya memenuhi persyaratan untuk lalulintas sedang.
Kata kunci: aspal emulsi CMS-2, gradasi rapat, parameter Marshall

ABSTRACT
Utilization of emulsion asphalt as binder of asphalt mixture in Aceh province is still minimal. Its use is only as a
prime coat and tack coat. Review of the implementation of the work, the use of asphalt emulsion is easier, fuelefficient and more environmentally friendly than cement asphalt because it requires no warm-up such as mixing
cement asphalt. It became the main reason of this research. The research was done in the civil engineering
laboratory of Lhokseumawe State Polytechnic. The purpose of this research is to know the characteristics of
asphalt concrete mixtures using asphalt emulsion type of CMS-2 as a binder. The Parameter value is Marshall
reviewed . The characteristics of the physical properties is reviewed by testing of materials and Marshalls test
to mixture material . Gradations of mixture was the group V, which based on the fuller gradation curves. The
test obtained asphalt emulsion levels was 5.88% of the weight of the mixture. Asphalt emulsion mixtures
marshall parameters generated is stability 660,80 kg, flow 3.23 mm, VIM 5,953%, VFA 73,20% VMA 21,889%,
MQ 201,72 kg/mm. All these parameters are eligible for heavy traffic, except stability that did not meet the
requirements. Although the parameter is not eligible for heavy traffic, but it still can be used for pavement
because of all the Marshall parameters are eligible to moderate traffic.

Keyword: emulsion asphalt CMS-2, dense gradation,Marshall parameters

1)
2)

Rosalina, adalah DosenJurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe


Mulizar, adalah DosenJurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe

Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10

diperoleh untuk campuran aspal emulsi

PENDAHULUAN

bergradasi rapat memakai jenis aspal


Pembangunan

yang

ramah

curing slow setting (CSS) memenuhi

lingkungan tentu diharapkan bukan

persyaratan untuk lalulintas berat, tetapi

hanya pada tahap perencanaan saja

membutuhkan waktu curing hingga 14

tetapi juga pada pelaksanaan dan

hari sehingga sulit untuk diaplikasikan

material yang digunakan. Beberapa

di lapangan karena harus menutup

material yang telah dan terus diteliti

akses jalan yang sedang dikerjakan

untuk menggantikan material dari alam

kecuali untuk jalan baru.

yang eksploitasinya dapat mengganggu


keseimbangan

ekosistem

Ditinjau

setempat.

dari

pelaksanaan

pekerjaan penggunaan aspal emulsi

Kajian tentang pemanfaatan

bahan

lebih mudah, hemat bahan bakar dan

material

ramah

lebih ramah lingkungan dibandingkan

konstruksi

yang

lingkungan dapat mengurangi polusi

penggunaan

dan hemat bahan bakar terus dilakukan.

pencampuran

Misalnya aspal emulsi sebagai bahan

material

pengikat

asphalt mixing plant (AMP) dan pada

campuran

aspal

beton

aspal
aspal

lain/agregat

keras.

Proses

keras

dengan

membutuhkan
0

berpotensi untuk mengurangi polusi

suhu yang mencapai 140

dan hemat bahan bakar.

dikenal dengan istilah campuran panas

Pemanfaatan

aspal

emulsi

atau

(hot mix). Sementara untuk proses

sebagai bahan pengikat campuran aspal

pencampuran

di Provinsi Aceh masih sangat minim.

sederhana

Penggunaannya hanya sebagai bahan

concrete mixer atau molen sebagai alat

lapisan resap pengikat/prime coat dan

pencampur menggunakan air sebagai

tack coat, padahal aspal emulsi juga

bahan pengemulsi dan bahan aditif.

memungkinkan

untuk

digunakan

Proses ini dinamakan campuran dingin

sebagai

pengikat

alternatif

atau cold mix. Berdasarkan analisa EI

disamping aspal keras yang sudah

untuk memproduksi 1 ton campuran hot

umum

juga

mix diperlukan bahan bakar solar rata-

diperkuat dari hasil penelitian Subroto

rata 9,15 liter, sementara untuk proses

(1999) bahwa parameter Marshall yang

cold mix diperlukan rata-rata 1,02 liter

bahan

digunakan.

Hal

ini

aspal
hanya

emulsi

lebih

membutuhkan

Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)

per

ton

campuran.

Untuk

fisisnya

sebelum

dilakukan

proses

pencampuran untuk pengujian marshall.

penghamparan di lokasi pekerjaan suhu


0

aspal hot mix harus berkisar 100 C


120 0C yang tentu saja hal ini sulit
dipertahankan

jika

cuaca

Agregat

hujan,
Pemerikasaan

sedangkan cold mix dihampar pada

sifat-sifat

fisis

agregat yang dilakukan meliputi berat

suhu ruangan berkisar 25 0C 32 0C

jenis dan penyerapan agregat halus dan

sehingga pada saat pelaksanaannya

kasar, berat isi agregat, kelekatan

cuaca tidak terlalu berpengaruh.

agregat

Berdasarkan latar belakang di

terhadap

aspal,

tumbukan,

indeks kepipihan dan kelonjongan serta

atas maka penggunaan aspal emulsi

keausan. Badan Litbang Departemen

sebagai bahan pengikat campuran aspal

Permukiman dan Prasarana Wilayah,

beton dapat dijadikan sebagai suatu

(2002),

penelitian mengingat keuntungannya

mengemukakan

bahwa

spesifikasi sifat-sifat fisis agregat untuk

dibandingkan aspal keras. Mengingat

konstruksi perkerasan jalan sebagai

aspal emulsi jenis CSS memerlukan

berikut:

waktu yang lama untuk setting time


maka penggunaan aspal emulsi jenis

Tabel 2.1 Persyaratan sifat-sifat fisis

curing medium setting (CMS) dapat

agregat

dijadikan pertimbangan karena waktu

1.

Sifat-sifat Fisis
Agregat
Berat jenis agregat

2.

Penyerapan

3.

Berat isi agregat

4.

Indeks Kepipihan

5.

Kelekatan agregat
terhadap aspal

6.

Keausan

No

settingnya lebih cepat dibandingkan


jenis CSS.
TINJAUAN PUSTAKA
Campuran aspal dingin pada
dasarnya sama seperti campuran aspal
panas yang komposisinya terdiri dari
agregat kasar, agregat halus, bahan
pengisi/filler dan aspal emulsi sebagai
bahan
tersebut

pengikat.
harus

Semua

material

diperiksa

sifat-sifat

Syarat
2,50
< 3%
berat
>1
kg/dm3
10 %
berat
95%
luas
< 40%
berat

Sumber: Depkimpraswil, 2002

Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10

Gradasi

Aspal Emulsi

Agregat yang digunakan untuk


lapisan permukaan yang berbahan
pengikat aspal emulsi umumnya
bergradasi rapat dan gradasi terbuka.
Gradasi rapat dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan fuller sebagai
berikut:

Aspal emulsi adalah aspal cair


yang
dihasilkan
dengan
cara
mendispersikan aspal keras ke dalam
air atau sebaliknya dengan bantuan
bahan pengemulsi. Aspal emulsi ada
dua jenis yaitu aspal emulsi kationik
dan anionik. Aspal emulsi kationik
adalah aspal emulsi yang bermuatan
positif dan aspal emulsi anionik adalah
aspal emulsi yang bermuatan negatif:
Aspal emulsi kationik ada tiga
jenis yaitu rapid curing (RC), medium
curing (MC) dan slow curing (SC).
Klasifikasi ini berdasarkan setting time
aspal emulsi yaitu terpisahnya aspal
emulsi dengan air setelah terjadi kontak
dengan agregat. Spesifikasi aspal
emulsi kationik sebagai berikut:

P = [d/D]0,45

.......................... (2.1)

keterangan :
P = persen lolos saringan dengan
bukaan saringan d mm
d = ukuran agregat yang diperiksa,
mm
D = ukuran maksimum agregat yang
terdapat dalam campuran, mm.
Tabel
berikut
merupakan
distribusi ukuran agregat untuk gradasi
rapat berdasarkan persamaan fuller

Tabel 2.3
kationik

Tabel 2.2. Spesifikasi bergradasi rapat


berdasarkan lengkung gradasi Fuller
Ukuran
Saringan

Saringan
mm

2,5"
2"
1,5"
1"
3/4"
1/2"
3/8"
No. 4
No. 8
No. 16
No. 30
No. 40
No. 50
No.100
No.200

63
50
37,5
25
19
12,5
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,425
0,3
0,15
0,075

I
100
90
79
66
58
48
43
31
23
17
12
11
9
7
5

II

III

IV

100
88
73
65
54
47
35
25
19
14
12
10
7
5

100
83
74
61
54
39
29
21
16
13
11
8
6

100
88
73
65
47
35
25
19
16
14
10
7

Pengikatan
Cepat
(CRS 1)

Pengikatan
Cepat
(CMS 2)

Pengikatan
Cepat
(CSS 1)

Min

Mak

Min

Mak

Min

Mak

1 Kekentalan
pada suhu
25 0C(detik)

20

100

2 Kekentalan
pada suhu
50 0C(detik)

20

100

50

450

3 Pengendapan 1 hari(%)

4 Pengendapan 5 hari(%)

80

100

60

80

60

80

N
o

Persen Lolos
V

100
83
73
54
39
29
21
18
15
11
8

Sifat-sifat

5 Daya tahan
terhadap air
(%)
6 a. Lapisan
batu
kering
b. Lapisan
batu
kering
setelah
semprotan

Spesifikasi aspal emulsi

Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)

c. Lapisan
batu
basah
d. Lapisan
setelah
semprotan
air
7 Muatan
listrik

60

80

C = persentase agregat lolos saringan


no. 200

Sementara kadar residu aspal


percobaan ditentukan berdasarkan
pengujian destilisasi atau pengujian
penguapan.

Posi- Posi- Posi- Posi- Posi- Positif


tif
tif
tif
tif
tif

8 a. Sisa
55
penyuling
an (%)
b. Penetrasi 100
25/C
100g, 5
dtk
c. Daktilitas 40
25/C, 5
cm/menit
d. Kelarutan 97,5
terhadap
trychloroe
thylene
(% berat)

65

57

250

100

250

100

250

40

40

97,5

97,5

Pengujian Marshall
Karakteristik campuran aspal
beton
dapat
diperiksa
dengan
menggunakan
alat
Marshall.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari
campuran aspal. Parameter kekuatan
Marshall yaitu stabilitas (stability),
Kelelehan plastis (flow), berat volume
(density), Voids in mix (VIM), Voids
filled by bitumen (VFB), Voids in
mineral agregate (VMA) dan Marshall
quotient. Nilai Persyaratan Marshall
untuk lapisan aspal beton dapat dilihat
pada tabel berikut :

Sumber: SNI 03-6832-2002

Kadar Aspal Optimum


Persentase kadar aspal emulsi
pada campuran adalah perbandingan
antara kadar aspal teoritis dan kadar
residu
aspal
hasil
pengujian
laboratorium. Kadar aspal teoritis
dipengaruhi oleh gradasi agregat.
Besarnya kadar aspal ini dihitung
berdasarkan persamaan (Subroto,1999):

Tabel 2.4
Persyaratan parameter
marshall untuk aspal beton
No

R = 0,00138 A.B+(6,358 log C 4,655)


................................................. (2.2)
Keterangan:
R = kadar residu aspal
A = persentase
agregat
tertahan
saringan no. 4
B = persentase agregat lolos saringan
no. 4 dan tertahan no. 200

Parameter Marshall

Syarat

1.

Stabilitas

> 750 Kg

2.

Flow

2 mm

3.

VIM

36%

4.

VMA

. 16%

5.

FVB

65%

6.

Marshall Quantien

7.

Durabilitas

2 kN/mm

Sumber : Sukirman, S (2003)

Min. 75%

Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10

METODE PENELITIAN

berdasarkan Standar Nasional Indonesia


(SNI) 03-6388-2000.
Aspal yang dipakai dalam
penelitian ini adalah aspal emulsi jenis
curing medium setting 2 (CMS2).
Pemeriksaan yang dilakukan untuk
aspal ini adalah kadar residu aspal
dalam aspal emulsi. Pemeriksaan sifat
fisis ini berpedoman pada SNI 03-68292002.

Penelitian dilakukan terhadap


sifat-sifat fisis agregat, sifat fisis aspal
dan campuran aspal. Pemeriksaan ini
berpedoman pada Standar Nasional
Indonesia (SNI).

Material dan Peralatan


Material yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari aspal emulsi
jenis CMS2 (curing medium setting - 2)
produksi PT. Riau Aspal Emulsindo
Provinsi Riau, agregat dari stone
crusher PT. Abad Jaya Sentosa
Lhokseumawe.
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi alat yang
digunakan untuk pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat, analisa saringan, sifat-sifat
fisis aspal, dan percobaan marshall
yang terdapat di Laboratorium Jurusan
Teknik
Sipil
Politeknik
Negeri
Lhokseumawe

Perencanaan campuran
Agregat dan aspal yang telah
memenuhi
spesifikasi
dilakukan
pencampuran. Gradasi yang digunakan
adalah gradasi rapat berdasarkan
lengkung fuller V. Kadar aspal emulsi
untuk campuran ditentukan dari
perbandingan kadar residu hasil
pengujian penguapan dan kadar aspal
emulsi
teoritis
yang
dihitung
menggunakan persamaan (2.2).
Parameter Marshall

Prosedur Penelitian

Perilaku campuran lapisan aspal


beton dilakukan dengan menggunakan
alat
pemeriksaan
Marshall
di
laboratorium.
Pemeriksaan
ini
dimaksudkkan
untuk
mengetahui
ketahanan
(stabilitas)
terhadap
kelelehan plastis (flow) dari campuran
aspal dengan agregat. Parameter
kekuatan marshall campuran berupa
ketahanan
(stabilitas),
terhadap
kelelehan (flow), rongga dalam
campuran (VIM), rongga terisi (VFB),
rongga antar butiran (VMA), kepadatan
(density), Marshall Quotient (MQ).

Material (agregat, filler, dan


aspal) untuk pembuatan benda uji yang
telah dikumpulkan diperiksa sifat-sifat
fisisnya. Selanjutnya dilakukan proses
pencampuran dan test marshall.
Adapun pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi pemeriksaan
berat jenis dan penyerapan, berat isi
agregat, tumbukan, indeks kepipihan,
indeks kelonjongan, kelekatan agregat
terhadap
aspal
dan
keausan.
Pemeriksaan
sifat
fisis
agregat

Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat-sifat fisis aspal

Hasil yang diperoleh dari


pengujian terhadap sifat-sifat fisis
agregat, sifat-sifat fisis aspal, parameter
campuran aspal dikaji lebih jauh
dengan merujuk kepada literatur dan
penelitian sebelumnya.

Pemeriksaan
aspal
emulsi
produksi PT. Riau Aspal Emulsindo
dilakukan untuk mengetahui kadar
residu aspal dalam aspal emulsi.
Diperoleh kadar residu rata-rata
68,13%, nilainya lebih besar dari
persyaratan minimal 65% sehingga
aspal emulsi ini memenuhi persyaratan
SNI 03-6832-2002.

Sifat-sifat fisis agregat


Hasil pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat meliputi pemeriksaan berat
jenis, penyerapan agregat halus dan
kasar, berat isi agregat, kelekatan
agregat terhadap aspal, tumbukan,
indeks kepipihan dan kelonjongan,
keausan dan gradasi. Hasil pemeriksaan
sifat-sifat fisis agregat diperlihatkan
pada Tabel 4.1 berikut ini.

Kadar aspal optimum


Persentase kadar aspal emulsi
dalam campuran adalah perbandingan
antara kadar aspal teoritis dan kadar
residu
aspal
hasil
pengujian
laboratorium. Kadar aspal teoritis
dihitung menggunakan persamaan
(2.2):

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat


Fisis Agregat
No.
1.

Sifat-sifat Fisis
Agregat
Berat jenis
agregat kasar

R = 0,00138A.B + (6,358 log C- 4,655)

Hasil
Penelitian

Syarat

2,528%

2,50

Untuk gradasi agregat V


diperoleh A (% agregat
saringan no. 4) = 46%,

tertahan

2.

Berat jenis
agregat halus

2,549%

2,50

3.

Penyerapan
agregat kasar

0,056%

< 3%
berat

4.

Penyerapan
agregat halus

1,110%

< 3%
berat

5.

Berat isi agregat

1,400
kg/dm3

>1
kg/dm3

C (persen lolos saringan no. 200) 8%.

6.

Tumbukan

12,38%

30%
berat

Diperoleh R (kadar aspal teoritis)


sebesar 4,007.

7.

Indeks kepipihan

61,05%

25%
berat

8.

Indeks
kelonjongan

11,13%

25%
berat

9.

Kelekatan
agregat terhadap
aspal

99,5%

95%
luas

10.

Keausan

21,58%

< 40%
berat

B (persen lolos saringan no. 4 tertahan


saringan no. 200) = 46% dan

Kadar aspal dalam campuran


= R/kadar residu aspal
= 4,007/0,6813
= 5,88%.

Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10

Sehingga direncanakan persentase


kadar aspal emulsi adalah 5,88% dari
berat total campuran.

Perbaikan indeks kepipihan


agregat
dilakukan
dengan
cara
mengganti sebagian agregat yang
ukurannya tidak memenuhi batasan
kepipihan. Sementara perbaikan gradasi
dilakukan dengan cara merujuk kepada
lengkung fuller.

Karakteristik campuran
Hasil pengujian campuran aspal
emulsi diperoleh stabilitas 660,80 kg,
flow 3,23 mm, VIM 5.953%, VFB
73,200%, VMA 21,889% dan MQ
201,72 kg/mm. Hasil pengujian
selengkapnya
diperlihatkan
pada
lampiran. Berikut parameter marshall
untuk kedua campuran ditampilkan
pada Tabel 4.2.

Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh gradasi agregat cenderung
mendekati gradasi rapat lengkung fuller
V, sehingga dipilih lengkung V sebagai
rujukan perbaikan gradasi. Perbaikan
ini dilakukan dengan menambah dan
mengurangi agregat yang persentasenya
tidak sesuai dengan lengkung fuller V.

Tabel 4.2. Parameter Marshall


No.

Parameter
Marshall

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Stabilitas (kg)
Flow (mm)
VIM (%)
VFB (%)
VMA (%)
MQ (kg/mm)

Campuran
Aspal
Emulsi
(Aspal
5,88%)
660,80
3,23
5.953
73,200
21,889
201,72

Hasil pemeriksaan sifat-sifat


fisis aspal yang digunakan yaitu aspal
emulsi CMS-2 dengan merujuk kepada
standar SNI, maka aspal yang
digunakan memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai bahan campuran
lapisan aspal beton.

Syarat

Min 800
Min 2
36
65
Min 16
Min 200

Karakteristik campuran aspal


Hasil
pemeriksaan
yang
diperoleh
menunjukkan
semua
parameter
memenuhi
persyaratan
kecuali stabilitas yang tidak memenuhi
persyaratan untuk lalulintas berat.
Stabilitas campuran aspal emulsi
660,80 kg tidak memenuhi persyaratan
stabilitas lalulintas berat tetapi dapat
digunakan untuk lalulintas sedang yang
mensyaratkan stabilitas minimumnya
500 kg. Rendahnya stabilitas campuran
aspal emulsi dikarenakan flow yang
terjadi besar dan agregat yang
terselimuti lebih tebal dan pada

Pembahasan
Hasil pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat menunjukkan bahwa
secara umum agregat memenuhi
persyaratan untuk digunakan sebagai
material campuran lapisan permukaan
jalan. Hanya indeks kepipihan dan
gradasi agregat yang tidak memenuhi
persyaratan sehingga perlu dilakukan
perbaikan agar dapat digunakan sebagai
material campuran aspal.

Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)

akhirnya akan mengurangi daya ikat


antar agregat dalam campuran pada saat
dibebani. Berkurangnya ikatan antar
agregat akan mengurangi stabilitas
campuran.
Mengingat komposisi aspal
emulsi yang terdiri dari residu aspal,
bahan pengemulsi dan air maka
peningkatan stabilitas untuk campuran
emulsi
masih
memungkinkan
dilakukan. Peningkatan ini dapat
dilakukan dengan cara mengatur kadar
air pada saat dilakukan pencampuran.
Salah satu sifat agregat adalah akan
mencapai tingkat kepadatan maksimum
pada kadar air optimum. Dengan
demikian perlu dilakukan pengujian
untuk menentukan kadar air optimum
untuk campuran aspal emulsi. Pada
kadar air yang optimum inilah
campuran dipadatkan sehingga akan
diperoleh kepadatan yang maksimum
dan pada akhirnya dapat meningkatkan
stabilitas campuran.

Parameter
marshall
yang
dihasilkan untuk campuran aspal
emulsi memenuhi persyaratan
untuk lalulintas berat, kecuali
stabilitasnya sebesar 660,80 kg
yang tidak mencapai nilai
minimum yang disyaratkan 800
kg.

3.

Penggunaan aspal emulsi sebagai


bahan pengikat campuran aspal
beton
masih
memungkin
digunakan untuk lalulintas sedang
mengingat
syarat
stabilitas
minimalnya adalah 500 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002. SNI 03-6829-2002,


Metode Pengujian Kadar Residu
Aspal Emulsi dengan Cara
Penguapan.
Badan
Standar
Nasional Jakarta.
Anonim, 2002. SNI 03-6832-2002,
Spesifikasi Aspal Emulsi, Badan
Standar Nasional Jakarta.

KESIMPULAN

Anonim, 2000. SNI 03-6388-2000,


Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi
Bawah, Lapis
Pondasi Atas dan
Lapisan
Permukaan,
Badan
Standar Nasional.

Berdasarkan hasil penelitian dan


pengolahan data dan pembahasan
dengan merujuk kepada literatur yang
relevan diperoleh kesimpulan dan saran
sebagai berikut:
1.

2.

Anonim, 1991. SNI 06-2489-1991,


Metode Pengujian Campuran
Aspal Dengan Alat Marshall,
Badan Standar Nasional Jakarta.

Secara umum material campuran


aspal yaitu aspal keras, aspal
emulsi dan agregat memenuhi
persyaratan Standar Nasional
Indonesia, kecuali gradasi agregat
yang harus dilakukan perbaikan
mengikuti lengkung fuller V.

Sukirman, S., 2003. Beton Aspal


Campuran Panas, Granit, Jakarta.

Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10

Subroto, S., 1999. Karakteristik


Marshall
Modifikasi
dari
Campuran
Aspal
Emulsi
Bergradasi Rapat, Tesis,Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai