Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Maulidya Fauziyah
200110130374
Kelas F
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
Peternakan penting bagi manusia sebagai sumber protein hewani bagi hidupnya.
Oleh karena itu, pembangunan di bidang peternakan perlu dikembangkan untuk
penyediaan bahan penghasil pangan, bahan baku industri, jasa dan/atau hasil
ikutannya yang terkait dengan pertanian (Supardi, 2003). Usaha peternakan sapi di
Indonesia sampai saat ini masih mementingkan produktivitas ternak dan belum
mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan (Sarwanto, 2004). Akibat
pengelolaan ternak yang tidak memperhatikan lingkungan, banyak usaha peternakan
yang tidak berhasil dikarenakan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh limbah
yang tidak dikelola dengan benar (Sudiarto, 2008).
Dalam melaksanakan pembangunan termasuk di dalamnya pengembangan
peternakan sapi potong akan terjadi benturan antara kepentingan pembangunan dari
sisi ekonomi dengan pelestarian lingkungan. Pengembangan peternakan sapi potong
secara bekelanjutan merupakan salah satu solusi optimal yang dapat dilakukan
(Mersyah, 2005).
Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) Tahun
2011 (BPS, 2011), jumlah populasi sapi potong di Indonesia telah mencapai 14,8 juta
ekor. Jika dibandingkan dengan hasil Sensus Pertanian 2003 sebanyak 10,2 juta
ekor,maka rata-rata pertumbuhan populasi sapi selama 20032011 mencapai 5,32
persen per tahunatau rata-rata pertambahan 653,1 ribu ekor setiap tahunnya. Populasi
sapi potong terbesar terdapat di Pulau Jawa 7,5 juta ekor atau 50,74 persen dari
populasi sapi potong nasional. Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah
yang mempunyai populasi sapi potong terbesar yaitu sebesar 1,9 juta ekor.
usaha
berkesinambungansupaya
peternakan
memberikan
ke
depan
kontribusi
dibangun
pendapatan
secara
dan
Produksi sapi saat ini (peternakan sapi sistem konvensional) sebagian besar
terjadi pada padang rumput yang dibersihkan dengan hanya menyisakan tanaman
seperti rumput, tanaman tanaman rumput ini tumbuh sebagai makanan untuk sapi.
Namun hal ini memberikan efek terhadap lingkungan setempat dikarenakan
penebangan pohon dan semak-semak serta peningkatan penggunaan herbisida
mengakibatkan penurunan dramatis keanekaragaman hayati daerah tersebut. Selain
itu sistem yang ada sekarang juga turut menyumbang kontaminasi trhadap tanah dan
saluran air oleh bahan kimia pertanian, serta menambah beban biaya karbon karena
kendaraan dan pupuk buatan diperlukan untuk mempertahankan padang rumput
tersebut.
Para peneliti menganjurkan dengan menggunakan berbagai kelompok tanaman
pangan seperti yang terjadi di sistem Silvopastural menjadikan tanah menjadi lebih
sehat dengan retensi air yang lebih baik, menngurangi predator hewan berbahaya,
meminimalkan emisi gas rumah kaca, meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja
peternakan, mengurangi cedera dan stres pada hewan, meningkatkan kesejahteraan
dan mendorong keanekaragaman hayati karena menggunakan semak serta pepohonan
asli daerah tersebut.
Selain itu, daun dan tunas dari semak dan pepohonan tersebut dapat dimakan
oleh ternak bersama dengan tanaman rumput, sehingga menghasilkan lebih banyak
makanan untuk ternak per satuan luas lahan daripada hanya dengan tanaman rumput
saja. Pohon dan semak memiliki manfaat tambahan memberikan naungan dari terik
matahari dan berlindung saat hujan. Hal ini juga dapat mengurangi stres dengan
memungkinkan ternak untuk bersembunyi dari bahaya yang dirasakan.
Penanaman semak dan pepohonan asli sebagai tanaman pakan bagi hewan
ternak (daun, pucuk serta buahnya) dapat mengubah prospek produksi ternak yang
berkelanjutan, kata Profesor Broom. Penanaman semacam pohon pakan ternak
telah sukses di beberapa negara, termasuk tanaman Chamaecytisus palmensis yang
sekarang banyak digunakan untuk pakan ternak di Australia.
Keberhasilan lainnya dari sistem Silvopastoral seperti yang terjadi di Kolombia
di mana penanaman campuran dari semak jenis Leucaena dengan rumput umum
menghasilkan peningkatan 27% dalam bahan kering untuk makanan dan
meningkatkan 64% produksi protein.
Ketika ruminansia, seperti sapi, kambing dan domba, yang mengkonsumsi
tanaman dari sistem peternakan hutan, peneliti telah melihat peningkatan
pertumbuhan dan produksi susu. Produksi susu dalam sistem peternakan hutan tropis
yang disebutkan di atas mejadi 4,13 kg per ekor per hari jika dibandingkan dengan
system biasa yang hanya 3,5 kg per ekor per harinya. Dengan jumlah kepadatan
ternak per hektar yang jauh lebih besar, produksi susu berkualitas baik per hektarnya
meingkat empat sampai lima kali lebih besar dengan sistem peternakan hutan.
yang
berkelanjutan,
seperti
sistem
silvopastoral,
maka
penurunan
Sumber
http://www.omtim.com/226/silvopastoral-sebuah-sistem-produksi-
ternak-secara-berkelanjutan/