Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAGEMEN AGROEKOSISTEM (ASPEK TANAH)


PENGAMATAN BIOLOGI TANAH KEBUN CAMPURAN

Oleh :

Nama : Purnaningtyas Oetari D.


NIM : 135040200111151
Kelas : B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

I.
1.1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Sistem agroforestry di Indonesia terbagi menjadi dua macam yaitu sistem
agroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks. Sistem agroforestry
sederhana adalah perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur.
Contohnya adalah sistem tumpang sari. Sedangkan sistem agroforestry kompleks
merupakan sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu,
tanaman musiman dan rumput. Penampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip
dengan ekosistem hutan alam primer/ sekunder. Contohnya adalah kebun pepohonan
campuran, hutan buatan dan aneka kebun pekarangan.
Kebun campuran pada umumnya terdiri dari berbagai macam tanaman
setahun (sayuran dan pangan) yang diselingi oleh bambu atau pohon-pohonan.
Lokasinya biasanya agak jauh dari rumah (tidak sedekat pekarangan), dimana pohon
yang banyak ditanam adalah buah-buahan. Kebun campuran masih tetap
dipertahankan karena beberapa faktor, yaitu menguntungkan petani yang mempunyai
lahan terbatas dan menghasilkan berbagai jenis produk yang dapat dijual.

1.2

Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk memahami teknik yang tepat, benar
dan berkelanjutan dalam pengelolaan/managenem agroekosistem pada kebun
campuran melalui upaya perbaikan sifat biologi tanahnya.

1.3

Manfaat
Manfaat dari pengamatan ini adalah mahasiswa dapat memahami indikator
tanah yang sehat dan tidak sehat kunci utama untuk mengetahui potensi lahan dan
menentukan cara pengelolaan agroekosistem yang tepat.

II. METODOLOGI
2.1

Waktu dan Tempat


Pengamatan lahan kebun campuran ini dilaksanakan pada hari Senin, 9 Maret
2015 pukul 11.30 WIB di daerah Keluarahan Tunggulwulung Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang.

2.2

2.3

Alat dan Bahan

Penggaris

: untuk mengukur frame dan ketebalan seresah

Kamera

: untuk dokumentasi

Rafia

: untuk membatasi petak yang diamati

Alat tulis

: untuk mencatat hasil pengamatan

Cara Kerja
Membuat 2 petakan menggunakan rafia dengan ukuran masing-masing 40cm x 40cm
Identifikasi vegetasi yang terdapat didalam petakan tersebut

Mengukur ketebalan seresah pada petakan tersebut


Identifikasi diversitas mikroorganisme tanah dalam petakan
Mencatat hasil pengamatan
Dokumentasi
Membuat laporan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1

Hasil Dokumentasi

III.2 Pembahasan
Berdasarkan

hasil

pengamatan yang dilakukan


pada kebun campuran, diperoleh data mengenai keadaan tanah dilihat dari aspek biologi
tanahnya. Kebun campuran terletak pada lahan yang tidak terlalu luas. Pada kebun
campuran terdapat beberapa macam tanaman, diantaranya pohon lamtoro, cabai rawit,
ketela pohon dan semak-semak lain. Seresah yang terdapat pada kebun berjumlah sedang
dan ditemukan beberapa organisme tanah, yaitu semut, rayap, cacing tanah dan serangga
kecil lainnya. Irigasi yang digunakan adalah tadah hujan.

Pada pengamatan juga ditemukan beberapa masalah pada kebun campuran yang
diamati. Adapun masalah tersebut yaitu intensitas cahaya matahari yang diterima/yang
masuk pada kebun campuran tersebut tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena letak
kebun campuran yang berada diantara dua bangunan, sehingga memungkinkan cahaya
yang diterima kurang optimal. Masalah lain yaitu pada kebun campuran ditemukan adanya
semak-semak liar yang dapat menyebabkan kompetisi dengan tanaman utama. Hal ini
disebabkan karena kurangnya perawatan sehingga tanaman liar yang merugikan dapat
berkembang. Selain itu, dapat terjadi kekeringan pada kebun apabila dalam waktu yang
lama tidak terjadi hujan karena sistem pengairan yang tergantung hujan,
Masalah-masalah yang terjadi pada kebun campuran tersebut dapat diatasi dengan
beberapa solusi. Intensitas cahaya matahari yang kurang optimal dapat ditingkatkan dengan
memangkas sedikit kanopi agar cahaya yang masuk bertambah, karena tidak
memungkinkan untuk menggusur bangunan atau memindahkan kebun campuran. Sesekali
perlu dilakukan perawatan misalnya sanitasi kebun untuk meminimalisir adanya tanaman /
semak liar yang merugikan serta menjauhkan dari hama dan penyakit tanaman. Selain itu
juga diperlukan adanya monitoring kebun apabila tidak terjadi hujan untuk waktu yang
lama / daerah merupakan daerah dengan curah hujan rendah sehingga dapat diketahui
untuk dilakukan penyiraman atau tidak.

IV. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kebun campuran yang telah diamati tergolong sehat, karena memiliki seresah
yang cukup dan menyuburkan tanah (daun lamtoro dengan kadar N tinggi), tanah
yang lembab, serta terdapat organisme tanah yang beragam. Keberagaman tanaman
menyebabkan kondisi lingkungan stabil dan berjalan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Martini E, Tata HL, Mulyoutami E, Tarigan J dan Rahayu S. 2010. Membangun
Kebun Campuran: Belajar dari Kobun Pocal di Tapanuli dan Lampoeh di
Tripa. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional
Office. 43p.
Sumarwoto, O. 1987. Pembinaan dan Pengembangan Kayu Rakyat. Proceeding
Diskusi Pembinaan dan Pengembangan Kayu Rakyat. Kantor Wilayah
Propinsi Jawa Barat.

Adapun fakta yang ditemukan pada saat pengamatan adalah :


a. Lahan yang diamati merupakan kebun campuran
b. Vegetasi yang ada pada kebun campuran ini adalah pohon lamtoro, cabai rawit, ketela
pohon, dan berupa semak
c. Lahan pengamatan irigasinya menggunakan tadah hujan
d. Lahan pengamtan terlihat tidak terawat
e. Jumlah organisme tanah yang ditemukan sedang, meliputi : semut, rayap, cacing
tanah dan beberapa organisme kecil lainnya.
f.

Lahan berada diantara 2 bangunan.

g. Jumlah seresah sedang


Adapun masalah yang ditemukan pada lahan pengamatan antara lain :
a. Sinar matahari yang diterima tanaman yang ukurannya rendah sedikit
b. Vegetasi semak sangat banyak

Anda mungkin juga menyukai