Graik 1 Angka kejadian hipertensi pada orang dewasa 20 tahun berdasarkan umur dan jenis kelamin (Data NHANES
2005-2008)
A: Systolic blood pressure
perkembangannya
256
IHD morttality
(loating absolute risk and 95% CI)
128
128
70-79
years
64
60-69
years
32
50-59
years
16
40-49
years
8
4
60-69
years
32
50-59
years
16
140
160
180
40-49
years
70-79
years
64
120
Age at risk:
80-89
years
256
IHD morttality
(loating absolute risk and 95% CI)
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah sistolik
(TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)
140/90 mm Hg.
70
80
90
100
110
Graik 2 Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik berhubungan dengan peningkatan risiko kematian karena kardiovaskular
251
4/10/2012 2:55:57 PM
TINJAUAN PUSTAKA
DAMPAK HIPERTENSI
Prospective Studies Collaboration oleh Lewington dkk memperlihatkan bahwa makin tinggi
tekanan darah, baik sistolik (TDS), maupun diastolik (TDD), makin tinggi pula risiko kejadian
kardiovaskular.
Peningkatan angka kejadian kematian karena penyakit jantung iskemik (IHD, ischaemic
heart disease) pada setiap dekade meningkat
seiring peningkatan TDS maupun TDD. Hal
yang sama dijumpai untuk kejadian kematian
karena stroke. Di samping itu, penelitian MRFIT
(Multiple Risk Factor Intervention Trial) memperlihatkan bahwa peningkatan TDS berhubungan dengan peningkatan kejadian ESRD.
Selain mengakibatkan komplikasi kejadian
kardiovaskular, serebrovaskular, renovaskular,
data WHO tahun 2000 juga memperlihatkan
bahwa hipertensi mempunyai dampak paling
besar terhadap kematian global dibandingkan faktor-faktor risiko lain.
Tujuan terapi hipertensi adalah mencegah
komplikasi, menurunkan kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular,
dengan kata lain menurunkan efek terkanan
darah tinggi terhadap kerusakan end-organ.
Secara umum, target tekanan darah yang harus dicapai adalah 140/90 mmHg, sedangkan
untuk pasien diabetes atau dengan penyakit
ginjal kronik (chronic kidney diseases, CKD), target tekanan darah adalah 130/80 mmHg (JNC
7, ESC/ESH).
Hipertensi yang umum dijumpai adalah hipertensi primer, mencakup 90% dari semua
penderita hipertensi, sisanya 10% hipertensi
sekunder. Kemungkinan hipertensi sekunder
harus dipikirkan pada hipertensi yang resisten
terhadap terapi (membutuhkan 3 golongan
antihipertensi).
Penyebab utama hipertensi sekunder adalah
gangguan yang berhubungan dengan kelainan ginjal dan sistim endokrin. Gangguan
ginjal dapat disebabkan karena penyakit
parenkim ginjal (glomerulonefritis, polycystic
kidney disease), maupun penyakit ginjal vaskular (stenosis arteri renalis dan displasia ibromuskuler). Penyebab endokrin di antaranya
adalah penyakit tiroid, penyakit adrenal (sindrom Cushing, aldosteronisme primer dan
feokromositoma). Selain itu, klinisi juga perlu
memperkirakan penyebab sekunder lainnya
seperti coarctatio aorta, hipertensi karena ke-
252
CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 252
hamilan, sindrom obstructive sleep apnea, hipertensi akibat obat-obatan, alkohol, kokain.
Beberapa tanda klinis yang mengarah pada
hipertensi renovaskular di antaranya adalah
bising abdominal di daerah periumbilikal, hipertensi yang cepat memberat atau hipertensi maligna, ginjal yang mengecil unilateral,
hipertensi berat pada anak-anak atau di atas
usia 50 tahun, hipertensi akut, hipertensi dengan gangguan ginjal yang tidak dapat dijelaskan, perburukan fungsi ginjal akut, hipertensi
refrakter terhadap 3 golongan antihipertensi.
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Pertimbangan Patoisiologis
Meskipun mekanisme regulasi tekanan darah
belum diketahui sempurna, pada saat ini diketahui ada tiga sistem yang sangat berperan
dalam homeostasis tekanan darah. Ketiga
sistem tersebut adalah: sistem saraf simpatis,
sistem RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosterone
System), dan keseimbangan natrium-cairan
tubuh (ADH/aldosteron).
Hal yang perlu diingat dalam penatalaksanaan hipertensi adalah bahwa patoisiologi
peningkatan tekanan darah pada tiap pasien
berbeda-beda.
Pada pasien 1, peningkatan tekanan darah terutama terjadi karena sistem RAAS-nya, sedangkan faktor lainnya (seperti sistem saraf simpatis dan natrium tubuh total) berperan lebih
kecil. Berbeda dengan pasien 2, kadar natrium
dalam tubuh yang terutama mempengaruhi
peningkatan tekanan darah. Lain lagi dengan
pasien 3, pengaruh tekanan darah paling besar
dihasilkan oleh sistem saraf simpatis. Dengan
memahami patoisiologinya, penatalaksanaan hipertensi dapat diarahkan sesuai dengan
permasalahan utamanya (Gambar 1).
4/10/2012 2:55:58 PM
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2 Hypertension Writing Group Deinition and Classiication of Hypertension
253
4/10/2012 2:55:59 PM
TINJAUAN PUSTAKA
klinis, diabetes melitus, dan adanya penyakit
kardiovaskular atau ginjal. Berdasarkan hal
tersebut, dibedakan 4 kelompok risiko kardiovaskuler (risiko kejadian kardiovaskuler fatal
maupun tidak fatal dalam 10 tahun mendatang): risiko rendah, sedang (moderate), tinggi,
dan sangat tinggi.
Semua pasien hipertensi harus melakukan
perubahan pola hidup (therapeutic lifestyle
changes), seperti berolahraga teratur, menurunkan berat badan bagi yang kelebihan
berat badan, berhenti merokok, mengurangi
asupan garam, dan lain-lain. Pasien hipertensi
dengan risiko kardiovaskuler tinggi harus diobati lebih agresif dengan target tekanan darah
yang lebih rendah dibandingkan dengan
mereka yang memiliki risiko kardiovaskular
lebih rendah.
Obat antihipertensi perlu dimulai berdasarkan
pada 2 kriteria: 1) tingkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dan 2) tingkatan risiko kardiovaskular (tabel 3).
Saat ini tersedia 5 golongan obat antihipertensi: diuretik tiazida, antagonis kalsium, ACEi
(Angiotensin Converting Enzyme inhibitors),
ARB, dan beta-blockers. Obat-obat ini dapat
digunakan sebagai monoterapi maupun sebagai bagian dari terapi kombinasi. Kelima
jenis golongan obat ini telah terbukti dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler pada pengobatan hipertensi jangka
panjang.
Guideline ESC/ ESH 2007 memberi petunjuk
pemilihan golongan obat antihipertensi sebagai terapi inisial berdasarkan karakteristik
kerusakan target organ subklinis (tabel 4).
JNC 7 (2003) merekomendasikan pilihan jenis
obat antihipertensi berdasarkan ada tidaknya
penyakit komorbid (Compelling Indications for
Tabel 5 Pilihan jenis obat antihipertensi berdasarkan ada tidaknya penyakit komorbid
Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan dan mencegah kejadian kardioserebrovaskular dan renal, melalui penurunan
tekanan darah dan juga pengendalian dan
pengobatan faktor-faktor risiko yang reversibel.
Tabel 4 Terapi antihipertensi sesuai dengan kerusakan organ target
Thiazide diuretics
Angiotensin receptor
antagonists
-blockers
-blockers
Calcium antagonists
ACE inhibitore
Gambar 2 Rekomendasi terapi kombinasi (ESC/ ESH)
254
CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 254
4/10/2012 2:56:00 PM
TINJAUAN PUSTAKA
SIMPULAN
1. Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang membebani masyarakat modern, karena tingkat kejadiannya tinggi,
dampaknya sangat besar terhadap organ
target (jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah) dan terjadinya kematian
prematur.
2. Pengobatan hipertensi bermanfaat
mengurangi angka kesakitan dan ke-
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
High Blood Pressure. Statistical Fact Sheet 2012 Update. [Internet] 2012. American Heart Association. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.heart.org/idc/groups/heart public/@
2.
Armilawaty, Amalia H, Amiruddi R. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi. [Internet] 2007 [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://ridwanamiruddin.wordpress.
wcm/@sop/@smd/documents/downloadable/ucm_319587.pdf
com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/
3.
Fields LE, Burt VL, Cutler JA, Hughes J, Roccella EJ, Sorlie P. The Burden of Adult Hypertension in the United States 1999 to 2000: A Rising Tide. Hypertension. 2004;44:398-404.
4.
Kartari DS. Review Hipertensi di Indonesia, Tahun 1980 ke Atas. [Internet] Cermin Dunia Kedokteran 1988 (50). [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.kalbe.co.id/iles/cdk/
iles/03_50_ReviewHipertensidiIndonesia.pdf/03_50_ReviewHipertensidiIndonesia.html
5.
Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, et al. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet 2005;365:217-23.
6.
Kirby M. Has ASCOT signalled the end for beta blockers as irst-line antihypertensive agents? Br J Diabetes Vasc Dis. 2005;5:10002.
7.
Kotchen TA. Insulin Resistance and Hypertension. Hypertension and the Kydney. [Internet]. Chapter 5. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.kidneyatlas.org/book3/adk3-05.
QXD.pdf
8.
Lewington S, Clarke R, Qizilbash N, Peto R, Collins R. Prospective Studies Collaboration. Age-speciic relevance of usual blood pressure to vascular mortality: A meta-analysis of individual
data for one million adults in 61 prospective studies. Lancet. 2002;360:1903-13.
9.
Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, Fagard R, Germano G, et al. 2007 Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the Management of Arterial
Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Eur. Heart J 2007;28:1462 - 536.
10. Jefrey S. Global burden of hypertension may reach 1.5 billion by 2025. [Internet] 2005. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/538629
11. Park JB. Explore the Rationale for the Dual Mechanism CCB/ARB Approach in Hypertension Management. Slide presented at: Angioplasty Summit; 2008 April 23-25; Seoul, South Korea.
12. Stainler J, Elliott P, Kestelloot H, et al. INTERSALT Cooperative Research Group. Inverse relation of dietary protein markers with bloodpressure. Circulation 1996; 94: 1629-34.
13. Stamler J, Rose G, Stamler R, Elliott P, Dyer A, Marmot M. INTERSALT study indings. Public health and medical care implications. Hypertension 1989;14:570-7.
14. U.S. Departement of Health and Human Services. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National High Blood Pressure Education Program. [Internet] 2003. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/538629
255
4/10/2012 2:56:01 PM